• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PPB 1200014 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PPB 1200014 Chapter3"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan dengan cara

menganalisa berbagai peristiwa atau masalah yang terjadi, dengan menggunakan

metode deskriptif, peneliti menghasilkan dan memperoleh informasi yang tepat

dan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat. Metode deskriptif tidak

mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi

menggambarkan suatu kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2013 hlm. 54).

Sedangkan menurut Arikunto, “penelitian deskriptif tidak dimaksud untuk

menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan” (2009, hlm. 234). Metode ini dipilih dengan maksud untuk mendeskripsikan, menganalisa dan mengambil generalisasi

mengenai kreativitas siswa kelas tinggi SD Laboratorium Percontohan Universitas

Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

sebagai suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan

penganalisisan data hasil penelitian dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan statistik, mulai dari pengumpulan data, penafsiran sampai penyajian

hasilnya (Arikunto, 2006 hlm 12). Dalam pendekatan kuantitatif ini data diperoleh

melalui tes kreativitas dan menganalisis hasil pengumpulan data.

3. 2 Lokasi dan Populasi/ Sampel Penelitian

3. 2. 1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium Percontohan Universitas

Pendidikan Indonesia, pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yaitu SD Laboratorium Percontohan UPI merupakan salah satu

sekolah dasar yang telah memiliki guru BK dan sudah menjalankan program

bimbingan dan konseling, SD Laboratorium UPI memiliki karakteristik siswa

(2)

sosial ekonomi siswa di SD Laboratorium Percontohan UPI umumnya menengah

ke atas dan memiliki orang tua yang berpendidikan tinggi sehingga menuntut

sekolah untuk mampu memperhatikan dan mengembangkan seluruh potensi dan

keunikan siswa serta menghasilkan lulusan yang berkualitas.

3. 2. 2 Populasi dan Sampel Penelitian

Suatu penelitian dilakukan terhadap suatu populasi dan sampel tertentu

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas tinggi SD Laboratorium Percontohan UPI.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2014 hlm. 81). Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa

kelas tinggi SD Laboratorium Percontohan UPI. Sampel penelitian diambil

dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak (random sampling).

Pertimbangan penelitian dalam pengambilan sampel dari populasi karena teknik

pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak tanpa memerhatikan yang

ada dalam populasi tersebut. Secara operasional penentuan jumlah sampel

dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm. 134) yang menyatakan bahwa apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti

dilihat dari waktu, tenaga dan dana juga dilihat dari besar kecilnya resiko yang

ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika

sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Berdasarkan asumsi tersebut, maka

penelitian mengambil sampel dari keseluruhan siswa kelas tinggi sejumlah 100

siswa.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Ukuran Sampel

1 IV 72 46

2 V 51 23

3 VI 62 31

(3)

Pertimbangan dalam menentukan sampel penelitian di SD Laboratorium

Percontohan UPI sebagai berikut:

1. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa kreativitas akan cenderung

menurun ketika anak memasuki bangku sekolah dasar. Semakin anak

memasuki kelas tinggi maka wahana untuk mengembangkan kreativitas pun

akan semakin sempit karena pada kelas tinggi beban mata pelajaran dan

tugas yang diberikan guru akan semakin banyak yang sehingga menuntut

anak untuk lebih banyak menghapal daripada mengeksplorasi, bertanya

ataupun bereksperimen.

2. Siswa kelas tinggi yang pada umumnya lebih banyak beban tugas yang

menuntut siswa untuk berfikir konvergen (menyelesaikan masalah

menggunakan satu solusi yang benar) sehingga tekananpun semakin banyak.

Pada masa transisi ini siswa harus mampu menyesuaikan dengan proses

pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih patuh, taat serta mampu

menyelesaikan tugas dengan benar sesuai dengan cara yang diajarkan guru

yang menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi terhambat

3. SD Laboratorium Percontohan UPI merupakan salah satu sekolah dasar

yang telah memiliki guru BK dan sudah menjalankan program bimbingan

dan konseling, SD Laboratorium UPI memiliki karakteristik siswa yang

unggul dan memiliki inteligensi dengan kategori cerdas dan juga status

sosial ekonomi siswa di SD Laboratorium Percontohan UPI umumnya

menengah ke atas dan memiliki orang tua yang berpendidikan tinggi

sehingga menuntut sekolah untuk mampu memperhatikan dan

mengembangkan seluruh potensi dan keunikan siswa serta menghasilkan

lulusan yang berkualitas.

4. Di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung terdapat beberapa

kemampuan siswa di sekolah tersebut sangat beragam, tetapi masih ada

siswa yang jarang bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya ketika

pembelajara, siswa pun terkadang lebih ditekankan kepada hafalan, hal ini

mengindikasi bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum berkembang

(4)

mengembangkan kreativitas siswa dalam berpikir kreatif. Program

bimbingan dan konseling yang berada di sekolah pun belum ada materi

mengenai pengembangan kreativitas siswa, selain itu program yang berada

di sekolah berlaku untuk semua kelas sehingga tidak adanya

pengelompokan antara kelas rendah dan kelas tinggi.

3. 3 Definisi Operasional Variabel

3. 3. 1 Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan berfikir dan berperilaku

menghasilkan sesuatu yang baru dengan bercirikan, kelancaran (fluency),

keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan kekayaan ide (richeness of

ideas)” (Solehuddin, 2004, hlm. 73).

Kreativitas merupakan “kemampuan untuk melihat dan memecahkan

masalah yang ditandai oleh berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibility), keaslian (originality) dan memperinci (elaboration) dalam pemikiran

dan gagasan”. (Guilford, 1959, hlm. 170-177)

Torrance (1984, dalam Suratno, 2009, hlm. 2) mendefinisikan kreativitas

sebagai ‘a process of becoming sensitive to problems’ dan mengidentifikasi empat

komponen kreativitas: 1) fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak

gagasan (large number of ideas); 2) fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk

menghasilkan ragam gagasan (variety of ideas); 3) elaborasi, yaitu kemampuan

untuk mengembangkan gagasan; dan 4) orisinalitas, yaitu kemampuan

menghasilkan gagasan yang tidak biasa”.

Kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam berpikir

kreatif pada usia siswa sekolah dasar yaitu kemampuan untuk memberikan

jawaban yang banyak, bervariasi, unik dan bermakna terhadap persoalan yang

berupa melengkapi tugas sejauh mana siswa menunjukan imajinasinya,

menyebutkan kegunaan dan membuat gambar nyata dari suatu bentuk yang belum

sempurna. Kreativitas yang dimaksud dapat dilihat dari kelancaran dalam berpikir

(fluence), berpikir luwes (flexibility), dan berpikir orisinil (orisinalitas) lebih

(5)

a. Kelancaran berpikir (fluence), yaitu kemampuan siswa untuk

menghasilkan banyak gagasan atau ide. Kelancaran disini maksudnya

mengacu kepada jawaban yang diberikan siswa dan kelancaran dalam

menghasilkan jawaban tersebut

b. Berpikir luwes (flexibility), yaitu kemampuan siswa untuk

mengemukakan berbagai macam pemecahan masalah yang bervariasi,

sehingga dapat mengubah strategi berpikir dalam pemecahan masalah

dan tidak hanya terfokus pada satu jawaban.

c. Berpikir orisinil (orisinalitas), yaitu kemampuan siswa untuk

menghasilkan gagasan, ide dan gambar baru yang unik, dengan cara

yang asli dan berbedadari kebanyakan orang.

d. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan untuk mengembangkan

gagasan atau memperinci secara mendetail gagasan yang hendak

dihasilkan.

3. 3. 2 Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan berisi mengenai sejumlah kegiatan bimbingan yang

terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Maksud dari

layanan dasar untuk mengembangkan kreativitas siswa sekolah dasar dalam

penelitian ini yaitu program layanan dasar hipotetik yaitu rangkaian kegiatan yang

terencana dan sistematis sehingga dapat mengembangkan kreativitas siswa

sekolah dasar selama periode tertentu yang menyangkut proses pengumpulan data,

rancangan operasional dan pemberian satuan layanan bimbingan sesuai dengan

program melalui fase pengembangan berupa perencanaan, perancangan,

penerapan dan evaluasi.

3. 4 Instrumen Penelitian

3. 4. 1 Instrumen Tes Kreativitas

Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian

ini yaitu menggunakan instrumen Tes Kreativitas Sekolah Dasar yang berada di

Unit Pelaksanaan Terpadu Layanan Bimbingan dan Konseling Universitas

Pendidikan Indonesia (UPT-LBK UPI). Pada Tes Kreativitas yang akan

(6)

dua jenis tes yaitu tes verbal dan tes figural. Bagian pertama pada tes kreativitas

adalah tes verbal yang berisi tentang melanjutkan suku kata, pada bagian kedua

yaitu mengenai tes verbal sama seperti bagian pertama, tetapi pada bagian kedua

ini berisi mengenai menyebutkan kegunaan dan melakukan sesuatu, dan bagian

ketiga yaitu tes figural yang berisi mengenai tugas menggambar.

Ketiga bagian tes kreativitas tersebut mengadaptasi sebagian tes

kreativitas yang dikembangkan oleh Torrance dan Guilford dengan aspek

penilaian dari Guilford. Torrance mengembangkan tes kreativitas bernama

Torrance Test of Creative Thinking (TTCT) yang terdiri dari dua versi yaitu

TTCT-verbal dan TTCT-Figural. The TTCT-Verbal terdiri dari dua bentuk

pararel, A dan B, dan terdiri dari 5 aktivitas yaitu bertanya dan menebak (ask and

guess), pengembangan produk (product improvement), penggunaan tidak biasa

(unusual uses), pertanyaan tidak biasa (unusual questions), dan mengira-ngira

(just suppose). Tes verbal tersebut bertujuan untuk mengetahui respon siswa

dengan cara menulis. TTCT-Figural terdiri dari dua bentuk pararel, A dan B, yang

terdiri dari tiga aktivitas yaitu konstruksi gambar (picture construction),

penyelesaian gambar (picture completion), dan mengulang gambar garis dan

lingkaran (reapeted figures of lines or circles) (Kim, 2006, hlm.3). Tes yang

diadaptasi adalah TTCT-Figural dengan aktivitas konstruk gambar pada tes

bagian ketiga.

Tes yang dikembangkan oleh Guilford adalah tes yang mengukur

dimensi berpikir divergen. Tes ini menjadi landasan tes kreativitas verbal yaitu

pada tes bagian pertama mengenai permulaan kata dan pada tes bagian kedua

mengeni menyebutkan kegunaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Munandar (2009, hlm. 68) bahwa “tes kreativitas verbal berdasarkan model

Struktur Intelek dari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal dan berbeda dalam dimensi produk”.

Berdasarkan dari kedua terori tersebut yaitu Torrance dan Guilford, Unit

Pelaksanaan Teknisi Layanan Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan

Indonesia (UPTLBK UPI) mengembangkan tes kreativitas untuk Sekolah Dasar

(7)

improvement) dan penggunaan tidak biasa (unusual uses), dan TTCT-Figural dari

Torrance yaitu konstruksi gambar (picture construction).

Ketiga bagian tes kreativitas mencakup empat aspek kreativitas dari teori

Guilford, yaitu kelancaran (fluence), fleksibilitas (flexibility), originalitas

(originility), dan elaborasi (elabortation). Aspek kelancaran (fluence) yaitu

kemampuan siswa dalam menghasilkan jawaban dengan lancar dinilai dari ketiga

bagian tes yaitu tes bagian pertama, kedua dan ketiga. Aspek fleksibilitas

(flexibility) yaitu kemampuan menghasilkan ide atau jawaban yang beragam

dinilai dari tes bagian dua dan tiga. originalitas (originility yaitu kemampuan

dalam menghasilkan ide yang unik atau berbeda dari ide siswalainnya dinilai dari

tes bagian pertama, kedua dan ketiga. Aspek elaborasi (elabortation) yaitu

kemampuan dalam memperluas atau memperinci ide yang telah dimunculkan

dinilai dari tes bagian ketiga.

3. 4. 2 Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas tes kreativitas dilakukan oleh pihak

Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, sehingga didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan kesahihan dan

tingkat kevalidan suatu instrumen. Pengujian validitas instrumen sangat penting

karena untuk menentukan apakah instrumen yang digunakan pada penelitian dapat

mengukur apa yang akan diukur, dalam hal ini tingkat kreativitas lah yang akan

diukur. Uji validitas pada tes kreativitas ini dilakukan oleh LPPB FIP UPI, berikut

merupakan hasil uji validitas tes kreativitas dari LPPB FIP UPI.

Tabel 3.2

Validitas Instrumen Tes Kreativitas

Aspek r Keterangan

Aspek 1 0,76 Valid

Aspek 2 0,46 Valid

(8)

Aspek 4 0,72 Valid

(Sumber: LPPB FIP UPI, 2016)

2. Reliabilitas

Selain uji validitas, sebuah instrumen perlu dilakukannya uji

reliabilitas sehingga instrumen tersebut dapat diketahui tingakat keterandalannya,

dalam hal ini instrumen tes kreativitas. menurut Arikunto (2006, hlm.178) “reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik”. Hasil uji reliabilitas pada tes kreativitas yang didapatkan dari LPPB FIP UPI adalah sebagai berikut:

Korelasi skor setiap aspek dengan total rata-rata r = 0,89

Reliabilitas total r= 0,754

Tingkat reliabilitas yang didapat dari LPPB FIP UPI dapat dilihat dari koefisien

yang ditafsirkan ke dalam kriteria penafsiran reliabilitas yang dikemukakan oleh

Sugiyono (2014, hlm. 257) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas yaitu didapatkan sebesar 0,754,

sehingga tingkat reliabilitas penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria

tinggi, artinya insrumen tes yang dibuat memiliki hasil yang konsisten dalam

mengukur kreativitas.

(9)

Analisis Data adalah Proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke

dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data dilakukan

setelah peneliti melakukan penyebaran instrumen di kelas IV, V dan VI SD

Percontohan Laboratorium UPI. Setelah pengumpulan data, maka proses

selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dari hasil

pengolahan data, dalam pengolahan data ada beberapa langkah yang harus

dilakukan yaitu penyekoran terhadap data tersebut menggunakan pedoman

penyekoran tes kreativitas dari LPPB FIP UPI.

Pemberian skor pada tes kreativitas ini berdasarkan dari hasil identifikasi

keempat aspek kreativitas yaitu kelancaran (fluency), fleksibilitas (flexibility),

originalitas (originality) dan elaborasi (elaboration) yang mengacu pada

Pedoman Skor Tes Kreativitas yang berada di LPPB UPI. Penjelasan pemberian

skor pada tes kreativitas adalah sebagai berikut:

1. Penyekoran Aspek Kelancaran (fluency)

Pada Aspek kelancaran ini penyekoran didasarkan atas rasional atau

tidak jawaban yang diberikan oleh siswa, apabila jawaban siswa

rasional maka jawaban dianggap benar dan diberikan skor 1, tetapi

jika jawaban yang diberikan siswa tidak rasional maka diberikan

skor 0. Penyekoran aspek kelancaran berlaku untuk bagian tes I, II

dan III. Penyekoran aspek kelancaran dapat dilihat pada lampiran.

2. Penyekoran Aspek Fleksibilitas (flexibility)

Penyekoran pada aspek fleksibilitas dapat dilihat dari seberapa

banyak tema dari jawaban yang diberikan siswa. Masing-masing

tema diberikan skor 1, beberapa jawaban yang termasuk ke

dalamsatu tema tetap diberikan skor 1. Penyekoran aspek

fleksibilitas dapat dilihat pada bagian tes II dan III.

3. Penyekoran Aspek Originalitas (Originality)

Penyekoran pada aspek originalitas dapat dilihat di bagian I, II dan

III dengan cara melihat seberapa unik atau berbeda jawaban yang

diberikan siswa terhadap tes kreativitas tersebut. Skor pada aspek ini

dinilai dari jumlahjawaban yang benar dikali bobot masing-masing

(10)

pedoman termasuk jawaban dengan bobot skor 5. Penyekoran pada

aspek originalitas ini dapat dilihat di lampiran.

4. Penyekoran Aspek Elaborasi (elaboration)

Penyekoran aspek elaborasi dapat dilihat dari kelengkapan gambar

atau gambar lebih detail dari bentuk gambar sederhana. Semakin

detail gambar yang diberikan maka semakin besar skor yang diraih,

skor tertinggi pada aspek ini yaitu tiga. Penyekoran pada aspek

elaborasi dapat dilihat di lampiran.

Setelah penyekoran dari hasil penyebaran tes kreativitas, maka data di input

kedalam Microsoft Excel 2013 dan didapatlah skor mentah. Maka proses yang

selanjutnya yaitu data mentah diubah kedalam skor t dengan cara skor mentah

dikurangi rata-ratanya yang akan menghasilkan skor simpangan, kemudian skor

simpangan diubah menjadi skor baku (standard score) dengan cara membagi skor

simpangan dengan simpangan baku perangkat data itu. Skor baku (skor z) dikali

standar deviasi skor t dan ditambah rata-rata skor t. Hal ini dilakukan guna

melihat kecenderungan umum skor yang diperoleh siswa. Rumus pengubahan

skor mentah kedalam skor t adalah sebagai berikut:

10

s = Standar Deviasi skor kelompok

Tabel 3.4

Rata-rata dan Standar Deviasi Aspek-Aspek Kreativitas

Fl Fx Or El Total

Rata-rata 28,26 12,6 102,66 14,48 158

(11)

(Sumber: LPPB FIP UPI, 2016)

Setelah pengolahan data selesai, maka selanjutnya dilakukan analisis data,

data tersebut dapat dikelompokkan kedalam lima kategori penilaian kreativitas

yang didapatkan dari LPPB FIP UPI yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.5

TABEL KATEGORI PENILAIAN TES KREATIVITAS

KRITERIA SKOR KETERANGAN

Sangat tinggi ≥ 65 Pencapaian tingkat perkembangan siswa sangat optimal pada setiap aspek kreativitas, artinya siswa memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Selain itu siswa memiliki kemampuan menghasilkan jawaban yang beragam, mampu mengungkapkan gagasan-gagasan yang baru dan unik, serta dapat memperinci gagasan dengan sangat baik

Tinggi 55-64 Pencapaian tingkat perkembangan siswa optimal pada setiap aspek kreativitas. Pada tingkat ini siswa memiliki kemampuan menghasilkan jawaban yang beragam, mampu mengungkapkan gagasan-gagasan yang baru dan unik, serta dapat memperinci gagasan dengan baik.

Sedang 45-54 Pencapaian tingkat perkembangan siswa cukup optimal pada setiap aspek kreativitas, artinya siswa memiliki kreativitas yang sedang.selain itu, siswa memiliki kekmampuan mengungkapkan gagasan-gagasan yang baru, beragam dan unik, serta mampu memperinci gagasan meskipun belum optimal

Rendah 35-44 Pencapaian tingkat perkembangan siswa kurang optimal pada setiap aspekkreativitas, artinya siswa memiliki kreativitas yang rendah. Selain itu, siswa belum memiliki kemampuan menghasilkan jawaban beragam, belum mampu mengungkapkan gagasan yang baru dan unik, serta belum mampu memperinci gagasan

(12)

baru dan unik serta tidak mampu memperinci gagasan.

(Sumber: LPPB FIP UPI, 2016)

Setelah pengolahan data dan kategorisasi, selanjutnya dilakukan analisis

data untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

1) Bagaimana gambaran kreativitas siswa di kelas tinggi SD Laboratorium

Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2016/2017?

2) Bagaimana gambaran per aspek kreativitas siswa di kelas tinggi SD

Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun

ajaran 2016/2017?

3) Bagaimana layanan dasar bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan kreativitas siswa di kelas tinggi SD Laboratorium

Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2016/2017?

(program hipotetik)

3. 6 Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan awal penelitian

sampai dengan penulisan akhir. Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti

yaitu sebagai berikut:

1. Penyusunan proposal untuk penelitian dengan dikonsultasikan kepada

dosen pengampu mata kuliah Metode Riset dan disahkan oleh dewan

skripsi dan ketua departemen

2. Pengajuan pembuatan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen

pembimbing skripsi kepada Bagian Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan

(FIP)

3. Pengajuan permohonan izin penelitian ke Departemen Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan

4. Pengajuan izin melaksanakan penelitian kepada sekolah yang menjadi

objek penelitian dengan menyerahkan surat izin penelitian

5. Studi pendahuluan mengenai kondisi siswa kelas tinggi di sekolah

(13)

6. Pengajuan surat peminjaman instrumen tes kreativitas ke departemen

dan dilanjutkan ke Kepala UPTLBK

7. Setelah disetujui pihak UPTLBK terkait peminjaman instrumen,

dilakukan penyebaran instrumen tes kreativitas di sekolah tempat

penelitian

8. Pengolahan data hasil penyebaran instrumen di SD Laboratorium

Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2016/2017

9. Mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari pengolahan data yang telah

dilakukan dan merancang layanan dasar bimbingan untuk

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4   Rata-rata dan Standar Deviasi Aspek-Aspek Kreativitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

 MANAJEMEN adalah suatu tim yang disusun dalam organisasi untuk menjadi pengendali organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang hendak dicapai

Telur bebek juga bisa dijadikan telur asin dan permintaan pasar telur asin pun cukup banyak. Oleh karena itu, Bapak Eko Pujianto selaku keluarga pengusaha yang tinggal di Desa

Partisipasi masyarakat yang telah dilakukan dalam upaya pengendalian vektor DBD di Kelurahan Baturaja Lama dan Sekar Jaya adalah memelihara ikan, menaburi abate, menutup

Prosedur pengerjaan trowel juga harus diperhatikan dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan serta lantai

5) Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah? 6) Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus. 7) Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?.. 8) Bagainama kondisi

Dengan menguasai sebuah parlemen di suatu negara yang mayoritas muslim, paling tidak masih ada peluang untuk `mengislamisasi` wilayah kepemimpinan dan mengambil alihnya dari

Melakukan operasi asas darab (sifir dua, lima, sepuluh dan empat) dan bahagi (melibatkan pembahagian dengan dua, lima, sepuluh dan empat).

(mutua l tr ust ) adalah hasil interaksi yang melibatkan anggota masyarakat dalam suatu kelompok pengelolaan produktivitas petani dan berkembangnya sistem jaringan