BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan dengan cara
menganalisa berbagai peristiwa atau masalah yang terjadi, dengan menggunakan
metode deskriptif, peneliti menghasilkan dan memperoleh informasi yang tepat
dan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat. Metode deskriptif tidak
mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2013 hlm. 54).
Sedangkan menurut Arikunto, “penelitian deskriptif tidak dimaksud untuk
menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan” (2009, hlm. 234). Metode ini dipilih dengan maksud untuk mendeskripsikan, menganalisa dan mengambil generalisasi
mengenai kreativitas siswa kelas tinggi SD Laboratorium Percontohan Universitas
Pendidikan Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
sebagai suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan dan
penganalisisan data hasil penelitian dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan statistik, mulai dari pengumpulan data, penafsiran sampai penyajian
hasilnya (Arikunto, 2006 hlm 12). Dalam pendekatan kuantitatif ini data diperoleh
melalui tes kreativitas dan menganalisis hasil pengumpulan data.
3. 2 Lokasi dan Populasi/ Sampel Penelitian
3. 2. 1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium Percontohan Universitas
Pendidikan Indonesia, pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan beberapa
pertimbangan yaitu SD Laboratorium Percontohan UPI merupakan salah satu
sekolah dasar yang telah memiliki guru BK dan sudah menjalankan program
bimbingan dan konseling, SD Laboratorium UPI memiliki karakteristik siswa
sosial ekonomi siswa di SD Laboratorium Percontohan UPI umumnya menengah
ke atas dan memiliki orang tua yang berpendidikan tinggi sehingga menuntut
sekolah untuk mampu memperhatikan dan mengembangkan seluruh potensi dan
keunikan siswa serta menghasilkan lulusan yang berkualitas.
3. 2. 2 Populasi dan Sampel Penelitian
Suatu penelitian dilakukan terhadap suatu populasi dan sampel tertentu
sesuai dengan kebutuhan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas tinggi SD Laboratorium Percontohan UPI.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2014 hlm. 81). Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa
kelas tinggi SD Laboratorium Percontohan UPI. Sampel penelitian diambil
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak (random sampling).
Pertimbangan penelitian dalam pengambilan sampel dari populasi karena teknik
pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak tanpa memerhatikan yang
ada dalam populasi tersebut. Secara operasional penentuan jumlah sampel
dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm. 134) yang menyatakan bahwa apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti
dilihat dari waktu, tenaga dan dana juga dilihat dari besar kecilnya resiko yang
ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika
sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Berdasarkan asumsi tersebut, maka
penelitian mengambil sampel dari keseluruhan siswa kelas tinggi sejumlah 100
siswa.
Tabel 3.1
Jumlah Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Ukuran Sampel
1 IV 72 46
2 V 51 23
3 VI 62 31
Pertimbangan dalam menentukan sampel penelitian di SD Laboratorium
Percontohan UPI sebagai berikut:
1. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa kreativitas akan cenderung
menurun ketika anak memasuki bangku sekolah dasar. Semakin anak
memasuki kelas tinggi maka wahana untuk mengembangkan kreativitas pun
akan semakin sempit karena pada kelas tinggi beban mata pelajaran dan
tugas yang diberikan guru akan semakin banyak yang sehingga menuntut
anak untuk lebih banyak menghapal daripada mengeksplorasi, bertanya
ataupun bereksperimen.
2. Siswa kelas tinggi yang pada umumnya lebih banyak beban tugas yang
menuntut siswa untuk berfikir konvergen (menyelesaikan masalah
menggunakan satu solusi yang benar) sehingga tekananpun semakin banyak.
Pada masa transisi ini siswa harus mampu menyesuaikan dengan proses
pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih patuh, taat serta mampu
menyelesaikan tugas dengan benar sesuai dengan cara yang diajarkan guru
yang menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa menjadi terhambat
3. SD Laboratorium Percontohan UPI merupakan salah satu sekolah dasar
yang telah memiliki guru BK dan sudah menjalankan program bimbingan
dan konseling, SD Laboratorium UPI memiliki karakteristik siswa yang
unggul dan memiliki inteligensi dengan kategori cerdas dan juga status
sosial ekonomi siswa di SD Laboratorium Percontohan UPI umumnya
menengah ke atas dan memiliki orang tua yang berpendidikan tinggi
sehingga menuntut sekolah untuk mampu memperhatikan dan
mengembangkan seluruh potensi dan keunikan siswa serta menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
4. Di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung terdapat beberapa
kemampuan siswa di sekolah tersebut sangat beragam, tetapi masih ada
siswa yang jarang bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya ketika
pembelajara, siswa pun terkadang lebih ditekankan kepada hafalan, hal ini
mengindikasi bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum berkembang
mengembangkan kreativitas siswa dalam berpikir kreatif. Program
bimbingan dan konseling yang berada di sekolah pun belum ada materi
mengenai pengembangan kreativitas siswa, selain itu program yang berada
di sekolah berlaku untuk semua kelas sehingga tidak adanya
pengelompokan antara kelas rendah dan kelas tinggi.
3. 3 Definisi Operasional Variabel
3. 3. 1 Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan berfikir dan berperilaku
menghasilkan sesuatu yang baru dengan bercirikan, kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan kekayaan ide (richeness of
ideas)” (Solehuddin, 2004, hlm. 73).
Kreativitas merupakan “kemampuan untuk melihat dan memecahkan
masalah yang ditandai oleh berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), keaslian (originality) dan memperinci (elaboration) dalam pemikiran
dan gagasan”. (Guilford, 1959, hlm. 170-177)
Torrance (1984, dalam Suratno, 2009, hlm. 2) mendefinisikan kreativitas
sebagai ‘a process of becoming sensitive to problems’ dan mengidentifikasi empat
komponen kreativitas: 1) fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan (large number of ideas); 2) fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan ragam gagasan (variety of ideas); 3) elaborasi, yaitu kemampuan
untuk mengembangkan gagasan; dan 4) orisinalitas, yaitu kemampuan
menghasilkan gagasan yang tidak biasa”.
Kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam berpikir
kreatif pada usia siswa sekolah dasar yaitu kemampuan untuk memberikan
jawaban yang banyak, bervariasi, unik dan bermakna terhadap persoalan yang
berupa melengkapi tugas sejauh mana siswa menunjukan imajinasinya,
menyebutkan kegunaan dan membuat gambar nyata dari suatu bentuk yang belum
sempurna. Kreativitas yang dimaksud dapat dilihat dari kelancaran dalam berpikir
(fluence), berpikir luwes (flexibility), dan berpikir orisinil (orisinalitas) lebih
a. Kelancaran berpikir (fluence), yaitu kemampuan siswa untuk
menghasilkan banyak gagasan atau ide. Kelancaran disini maksudnya
mengacu kepada jawaban yang diberikan siswa dan kelancaran dalam
menghasilkan jawaban tersebut
b. Berpikir luwes (flexibility), yaitu kemampuan siswa untuk
mengemukakan berbagai macam pemecahan masalah yang bervariasi,
sehingga dapat mengubah strategi berpikir dalam pemecahan masalah
dan tidak hanya terfokus pada satu jawaban.
c. Berpikir orisinil (orisinalitas), yaitu kemampuan siswa untuk
menghasilkan gagasan, ide dan gambar baru yang unik, dengan cara
yang asli dan berbedadari kebanyakan orang.
d. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan untuk mengembangkan
gagasan atau memperinci secara mendetail gagasan yang hendak
dihasilkan.
3. 3. 2 Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan berisi mengenai sejumlah kegiatan bimbingan yang
terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Maksud dari
layanan dasar untuk mengembangkan kreativitas siswa sekolah dasar dalam
penelitian ini yaitu program layanan dasar hipotetik yaitu rangkaian kegiatan yang
terencana dan sistematis sehingga dapat mengembangkan kreativitas siswa
sekolah dasar selama periode tertentu yang menyangkut proses pengumpulan data,
rancangan operasional dan pemberian satuan layanan bimbingan sesuai dengan
program melalui fase pengembangan berupa perencanaan, perancangan,
penerapan dan evaluasi.
3. 4 Instrumen Penelitian
3. 4. 1 Instrumen Tes Kreativitas
Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini yaitu menggunakan instrumen Tes Kreativitas Sekolah Dasar yang berada di
Unit Pelaksanaan Terpadu Layanan Bimbingan dan Konseling Universitas
Pendidikan Indonesia (UPT-LBK UPI). Pada Tes Kreativitas yang akan
dua jenis tes yaitu tes verbal dan tes figural. Bagian pertama pada tes kreativitas
adalah tes verbal yang berisi tentang melanjutkan suku kata, pada bagian kedua
yaitu mengenai tes verbal sama seperti bagian pertama, tetapi pada bagian kedua
ini berisi mengenai menyebutkan kegunaan dan melakukan sesuatu, dan bagian
ketiga yaitu tes figural yang berisi mengenai tugas menggambar.
Ketiga bagian tes kreativitas tersebut mengadaptasi sebagian tes
kreativitas yang dikembangkan oleh Torrance dan Guilford dengan aspek
penilaian dari Guilford. Torrance mengembangkan tes kreativitas bernama
Torrance Test of Creative Thinking (TTCT) yang terdiri dari dua versi yaitu
TTCT-verbal dan TTCT-Figural. The TTCT-Verbal terdiri dari dua bentuk
pararel, A dan B, dan terdiri dari 5 aktivitas yaitu bertanya dan menebak (ask and
guess), pengembangan produk (product improvement), penggunaan tidak biasa
(unusual uses), pertanyaan tidak biasa (unusual questions), dan mengira-ngira
(just suppose). Tes verbal tersebut bertujuan untuk mengetahui respon siswa
dengan cara menulis. TTCT-Figural terdiri dari dua bentuk pararel, A dan B, yang
terdiri dari tiga aktivitas yaitu konstruksi gambar (picture construction),
penyelesaian gambar (picture completion), dan mengulang gambar garis dan
lingkaran (reapeted figures of lines or circles) (Kim, 2006, hlm.3). Tes yang
diadaptasi adalah TTCT-Figural dengan aktivitas konstruk gambar pada tes
bagian ketiga.
Tes yang dikembangkan oleh Guilford adalah tes yang mengukur
dimensi berpikir divergen. Tes ini menjadi landasan tes kreativitas verbal yaitu
pada tes bagian pertama mengenai permulaan kata dan pada tes bagian kedua
mengeni menyebutkan kegunaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Munandar (2009, hlm. 68) bahwa “tes kreativitas verbal berdasarkan model
Struktur Intelek dari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal dan berbeda dalam dimensi produk”.
Berdasarkan dari kedua terori tersebut yaitu Torrance dan Guilford, Unit
Pelaksanaan Teknisi Layanan Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan
Indonesia (UPTLBK UPI) mengembangkan tes kreativitas untuk Sekolah Dasar
improvement) dan penggunaan tidak biasa (unusual uses), dan TTCT-Figural dari
Torrance yaitu konstruksi gambar (picture construction).
Ketiga bagian tes kreativitas mencakup empat aspek kreativitas dari teori
Guilford, yaitu kelancaran (fluence), fleksibilitas (flexibility), originalitas
(originility), dan elaborasi (elabortation). Aspek kelancaran (fluence) yaitu
kemampuan siswa dalam menghasilkan jawaban dengan lancar dinilai dari ketiga
bagian tes yaitu tes bagian pertama, kedua dan ketiga. Aspek fleksibilitas
(flexibility) yaitu kemampuan menghasilkan ide atau jawaban yang beragam
dinilai dari tes bagian dua dan tiga. originalitas (originility yaitu kemampuan
dalam menghasilkan ide yang unik atau berbeda dari ide siswalainnya dinilai dari
tes bagian pertama, kedua dan ketiga. Aspek elaborasi (elabortation) yaitu
kemampuan dalam memperluas atau memperinci ide yang telah dimunculkan
dinilai dari tes bagian ketiga.
3. 4. 2 Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas tes kreativitas dilakukan oleh pihak
Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan kesahihan dan
tingkat kevalidan suatu instrumen. Pengujian validitas instrumen sangat penting
karena untuk menentukan apakah instrumen yang digunakan pada penelitian dapat
mengukur apa yang akan diukur, dalam hal ini tingkat kreativitas lah yang akan
diukur. Uji validitas pada tes kreativitas ini dilakukan oleh LPPB FIP UPI, berikut
merupakan hasil uji validitas tes kreativitas dari LPPB FIP UPI.
Tabel 3.2
Validitas Instrumen Tes Kreativitas
Aspek r Keterangan
Aspek 1 0,76 Valid
Aspek 2 0,46 Valid
Aspek 4 0,72 Valid
(Sumber: LPPB FIP UPI, 2016)
2. Reliabilitas
Selain uji validitas, sebuah instrumen perlu dilakukannya uji
reliabilitas sehingga instrumen tersebut dapat diketahui tingakat keterandalannya,
dalam hal ini instrumen tes kreativitas. menurut Arikunto (2006, hlm.178) “reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik”. Hasil uji reliabilitas pada tes kreativitas yang didapatkan dari LPPB FIP UPI adalah sebagai berikut:
Korelasi skor setiap aspek dengan total rata-rata r = 0,89
Reliabilitas total r= 0,754
Tingkat reliabilitas yang didapat dari LPPB FIP UPI dapat dilihat dari koefisien
yang ditafsirkan ke dalam kriteria penafsiran reliabilitas yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2014, hlm. 257) yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas yaitu didapatkan sebesar 0,754,
sehingga tingkat reliabilitas penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria
tinggi, artinya insrumen tes yang dibuat memiliki hasil yang konsisten dalam
mengukur kreativitas.
Analisis Data adalah Proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data dilakukan
setelah peneliti melakukan penyebaran instrumen di kelas IV, V dan VI SD
Percontohan Laboratorium UPI. Setelah pengumpulan data, maka proses
selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dari hasil
pengolahan data, dalam pengolahan data ada beberapa langkah yang harus
dilakukan yaitu penyekoran terhadap data tersebut menggunakan pedoman
penyekoran tes kreativitas dari LPPB FIP UPI.
Pemberian skor pada tes kreativitas ini berdasarkan dari hasil identifikasi
keempat aspek kreativitas yaitu kelancaran (fluency), fleksibilitas (flexibility),
originalitas (originality) dan elaborasi (elaboration) yang mengacu pada
Pedoman Skor Tes Kreativitas yang berada di LPPB UPI. Penjelasan pemberian
skor pada tes kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Penyekoran Aspek Kelancaran (fluency)
Pada Aspek kelancaran ini penyekoran didasarkan atas rasional atau
tidak jawaban yang diberikan oleh siswa, apabila jawaban siswa
rasional maka jawaban dianggap benar dan diberikan skor 1, tetapi
jika jawaban yang diberikan siswa tidak rasional maka diberikan
skor 0. Penyekoran aspek kelancaran berlaku untuk bagian tes I, II
dan III. Penyekoran aspek kelancaran dapat dilihat pada lampiran.
2. Penyekoran Aspek Fleksibilitas (flexibility)
Penyekoran pada aspek fleksibilitas dapat dilihat dari seberapa
banyak tema dari jawaban yang diberikan siswa. Masing-masing
tema diberikan skor 1, beberapa jawaban yang termasuk ke
dalamsatu tema tetap diberikan skor 1. Penyekoran aspek
fleksibilitas dapat dilihat pada bagian tes II dan III.
3. Penyekoran Aspek Originalitas (Originality)
Penyekoran pada aspek originalitas dapat dilihat di bagian I, II dan
III dengan cara melihat seberapa unik atau berbeda jawaban yang
diberikan siswa terhadap tes kreativitas tersebut. Skor pada aspek ini
dinilai dari jumlahjawaban yang benar dikali bobot masing-masing
pedoman termasuk jawaban dengan bobot skor 5. Penyekoran pada
aspek originalitas ini dapat dilihat di lampiran.
4. Penyekoran Aspek Elaborasi (elaboration)
Penyekoran aspek elaborasi dapat dilihat dari kelengkapan gambar
atau gambar lebih detail dari bentuk gambar sederhana. Semakin
detail gambar yang diberikan maka semakin besar skor yang diraih,
skor tertinggi pada aspek ini yaitu tiga. Penyekoran pada aspek
elaborasi dapat dilihat di lampiran.
Setelah penyekoran dari hasil penyebaran tes kreativitas, maka data di input
kedalam Microsoft Excel 2013 dan didapatlah skor mentah. Maka proses yang
selanjutnya yaitu data mentah diubah kedalam skor t dengan cara skor mentah
dikurangi rata-ratanya yang akan menghasilkan skor simpangan, kemudian skor
simpangan diubah menjadi skor baku (standard score) dengan cara membagi skor
simpangan dengan simpangan baku perangkat data itu. Skor baku (skor z) dikali
standar deviasi skor t dan ditambah rata-rata skor t. Hal ini dilakukan guna
melihat kecenderungan umum skor yang diperoleh siswa. Rumus pengubahan
skor mentah kedalam skor t adalah sebagai berikut:
10
s = Standar Deviasi skor kelompok
Tabel 3.4
Rata-rata dan Standar Deviasi Aspek-Aspek Kreativitas
Fl Fx Or El Total
Rata-rata 28,26 12,6 102,66 14,48 158
(Sumber: LPPB FIP UPI, 2016)
Setelah pengolahan data selesai, maka selanjutnya dilakukan analisis data,
data tersebut dapat dikelompokkan kedalam lima kategori penilaian kreativitas
yang didapatkan dari LPPB FIP UPI yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.5
TABEL KATEGORI PENILAIAN TES KREATIVITAS
KRITERIA SKOR KETERANGAN
Sangat tinggi ≥ 65 Pencapaian tingkat perkembangan siswa sangat optimal pada setiap aspek kreativitas, artinya siswa memiliki kreativitas yang sangat tinggi. Selain itu siswa memiliki kemampuan menghasilkan jawaban yang beragam, mampu mengungkapkan gagasan-gagasan yang baru dan unik, serta dapat memperinci gagasan dengan sangat baik
Tinggi 55-64 Pencapaian tingkat perkembangan siswa optimal pada setiap aspek kreativitas. Pada tingkat ini siswa memiliki kemampuan menghasilkan jawaban yang beragam, mampu mengungkapkan gagasan-gagasan yang baru dan unik, serta dapat memperinci gagasan dengan baik.
Sedang 45-54 Pencapaian tingkat perkembangan siswa cukup optimal pada setiap aspek kreativitas, artinya siswa memiliki kreativitas yang sedang.selain itu, siswa memiliki kekmampuan mengungkapkan gagasan-gagasan yang baru, beragam dan unik, serta mampu memperinci gagasan meskipun belum optimal
Rendah 35-44 Pencapaian tingkat perkembangan siswa kurang optimal pada setiap aspekkreativitas, artinya siswa memiliki kreativitas yang rendah. Selain itu, siswa belum memiliki kemampuan menghasilkan jawaban beragam, belum mampu mengungkapkan gagasan yang baru dan unik, serta belum mampu memperinci gagasan
baru dan unik serta tidak mampu memperinci gagasan.
(Sumber: LPPB FIP UPI, 2016)
Setelah pengolahan data dan kategorisasi, selanjutnya dilakukan analisis
data untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
1) Bagaimana gambaran kreativitas siswa di kelas tinggi SD Laboratorium
Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2016/2017?
2) Bagaimana gambaran per aspek kreativitas siswa di kelas tinggi SD
Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun
ajaran 2016/2017?
3) Bagaimana layanan dasar bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan kreativitas siswa di kelas tinggi SD Laboratorium
Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia tahun ajaran 2016/2017?
(program hipotetik)
3. 6 Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan awal penelitian
sampai dengan penulisan akhir. Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti
yaitu sebagai berikut:
1. Penyusunan proposal untuk penelitian dengan dikonsultasikan kepada
dosen pengampu mata kuliah Metode Riset dan disahkan oleh dewan
skripsi dan ketua departemen
2. Pengajuan pembuatan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen
pembimbing skripsi kepada Bagian Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP)
3. Pengajuan permohonan izin penelitian ke Departemen Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan
4. Pengajuan izin melaksanakan penelitian kepada sekolah yang menjadi
objek penelitian dengan menyerahkan surat izin penelitian
5. Studi pendahuluan mengenai kondisi siswa kelas tinggi di sekolah
6. Pengajuan surat peminjaman instrumen tes kreativitas ke departemen
dan dilanjutkan ke Kepala UPTLBK
7. Setelah disetujui pihak UPTLBK terkait peminjaman instrumen,
dilakukan penyebaran instrumen tes kreativitas di sekolah tempat
penelitian
8. Pengolahan data hasil penyebaran instrumen di SD Laboratorium
Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2016/2017
9. Mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari pengolahan data yang telah
dilakukan dan merancang layanan dasar bimbingan untuk