• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1106631 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1106631 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Revolusi Indonesia (1945-1949) telah melahirkan tokoh-tokoh yang

berperan dalam mencapai kedaulatan Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut memiliki

cara masing-masing untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang ideal. Revolusi nasional Indonesia juga menyulut rangkaian perseteruan

antara sesama elite politik di pusat dan daerah yang disebabkan pertentangan

keras mengenai metode antara jalan perundingan, jalan peperangan, ataukah

revolusi (Abdullah dan Lapian (ed) (b), 2012, hlm. 252). Walaupun cita-cita para

tokoh ini sama, yaitu menginginkan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia,

namun cara yang ditempuh berbeda-beda, karena setiap kepala memiliki

pemikiran yang berbeda-beda. Tokoh yang menonjol pada masa Revolusi

Indonesia 1945-1949 ini diantaranya adalah Soekarno dan Tan Malaka.

Perjuangan Soekarno dan Tan Malaka sudah dimulai dari periode

Pergerakan Nasional, masa dimana kaum intelektual khususnya kaum muda mulai

mengkritisi sistem kapitalisme pemerintahan Hindia Belanda. Sebagai kaum

intelektual keduanya memilih untuk bersikap non-kooperatif terhadap Belanda. Di

dukung dengan ketertarikan keduanya dengan sosialisme yaitu paham yang

memperjuangkan kemerataan, sehingga dianggap tepat diterapkan oleh bangsa

Indonesia yang sedang diperas oleh sistem kapitalisme pemerintah Belanda

(Fauzi, 2009, hlm. 7).Soekarno muda mempelajari sosialisme hingga akhirnya ia

membuat paham sosialisme ala Indonesia yaitu sosialisme yang bersifat

kekeluargaan dan gotong royong. Milik perseorangan, privat bezit, diakui dalam

batas-batas yang tertentu dan milik perseorangan itu dinyatakan berfungsi sosial

(Notosoetardjo, tanpa tahun, hlm. 8). Sementara sosialisme yang dianut Tan

(2)

2

Komunisme, seperti yang dikutip dari Harry A. Poeze dalam buku Di Negeri

Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950 (2014):

“Di negeri Belanda itulah minat Tan Malaka terhadap politik tergugah dan terbentuk. Sesudah melewati masa ragu-ragu dan mencari-cari, masa Strum und Drang, menjadilah ia seorang nasionalis yang berkobar-kobar dan seorang simpatisan komunisme. Revolusi Rusia memberikan kesan yang mendalam. Tan malaka menjadi anggota Indische inlichtingendienst (Dinas Penerangan Hindia) buatan Sneevliet, yang memberikan informasi mengenai situasi di Hindia kepada surat kabar-surat kabar komunis dan

para anggota parlemen” (136-137).

Terbentuknya pemikiran Soekarno dan Tan Malaka tidak lepas dari peran

pendidikan dan latar belakang organisasi yang pernah mereka tekuni. Soekarno

mulai dikenal karena keikutsertaannya menjadi anggota Jong Java pada saat ia

melanjutkan sekolah HBS (Hoogere Burger School) di Surabaya (Dahm, 1987,

hlm. 47). Saat Soekarno melanjutkan studinya di THS (Technische Hoogeschool)

Bandung, ia bergabung dengan Algemeene Studieclub, dan terpilih sebagai

Sekertaris I (Dahm, 1987, hlm. 66). Kemudian Soekarno mulai masuk ke ranah

politik, dan pada tanggal 4 Juli 1927, Soekarno dan Algemeene Studieclub

memprakarsai pembentukan sebuah partai politik, Perserikatan Nasional

Indonesia, dengan Soekarno sebagai ketuanya. Pada bulan Mei 1928, nama partai

ini diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) (Ricklefs, 2008, hlm.

392-393). Selanjutnya Soekarno turut memprakarsai berdirinya Permufakatan

Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada

Desember 1927, yang merupakan sebuah federasi dari organisasi-organisasi

gerakan nasional (Abdullah dan Lapian (ed) (a), 2012, hlm. 397).

Sementara Tan Malaka menggabungkan diri dengan kegiatan komunis,

kemudian pada bulan Desember 1921 ia berhasil menjadi ketua PKI (Poeze (a),

2014, hlm. 172). Tan Malaka sempat menjadi wakil PKI pada kongres Komunis

Internasional (Komintern). Perkembangan PKI di Indonesia sangat

mengecewakannya, ia keluar dari PKI dan dari Komintern. Dengan beberapa

kawannya, Jamaludin Tamin dan Subakat, ia mendirikan Partai Republik

(3)

Soekarno dan Tan Malaka sangat produktif dalam membuat tulisan-tulisan

yang berisi pemikiran keduanya. Pada tahun 1921 Soekarno telah menyumbang

tulisan-tulisan untuk surat kabar Oetoesan Hindia (Dahm, 1987, hlm. 47).

Kemudian di tahun 1926, Sukarno menerbitkan tulisan pertamanya yang matang

dan berpengaruh dalam Indonesia Muda: “Nasionalisme, Islam dan Marxisme”

(Onghokham, 2009, hlm. 11). Tulisan-tulisan Soekarno pada masa penjajahan

Belanda dihimpun dalam buku Dibawah Bendera Revolusi. Sementara Tan

Malaka membuat tulisan Naar de 'Republiek Indonesia' atau Menuju Republik

Indonesia pada tahun 1924, yang membuatnya dijuluki Bapak Republik Indonesia

(Poeze, 2008, hlm. xvii).Selain itu Tan Malaka juga menulis Aksi Massa (

Massa-Actie), MADILOG, GERPOLEK, dari Penjara ke Penjara, dan lain-lain. Dalam

Aksi Massa (Massa-Actie), Tan Malaka sudah berbicara mengenai kemungkinan

Revolusi di Indonesia:

“Revolusi di Indonesia sebagian kecil menentang sisa-sisa feodalisme dan sebagian yang terbesar menentang imperialisme Barat yang lalim. Ia juga didorong oleh kebencian bangsa Timur terhadap bangsa Barat yang menindas dan menghina mereka. Pati revolusi (sekurang-kurangnya di Jawa) harus di bentuk kaum buruh industri modern, perusahaan dan

pertanian (buruh mesin dan tani)” (Malaka, 2000, hlm. 91).

Soekarno pun dalam tulisannya yang dihimpun dalam buku Dibawah

Bendera Revolusi menyebutkan mengenai massa aksi yang dapat menggugurkan

sistem Imperialisme dan Kapitalisme Belanda:

“… bilamana kita ingin mendatangkan perobahan jang begitu maha -besar didalam masjarakat sebagai gugurnja stelsel imperialisme dan kapitalisme, kita pun harus bermassa-aksi. Kita pun harus menggerakkan Rakjat-djelata didalam suatu pergerakan radikal jang bergelombangan sebagai bandjir, mendjelmakan pergerakan massa jang tahadinja onbewust dan hanja raba-raba itu mendjadi suatu pergerakan massa jang

bewust dan radikal…” (Soekarno, 1963, hlm. 282)

Dalam tulisan Soekarno maupun Tan Malaka disini terlihat bahwa

keduanya sangat menentang sistem yang merugikan rakyat jelata, seperti

feodalisme, imperialisme dan kapitalisme. Keduanya pun sepakat bahwa metode

massa aksi dan revolusi adalah cara untuk menghancurkan sistem tersebut.

Sehingga pada tulisan-tulisannya, Soekarno dan Tan Malaka memiliki persamaan

(4)

4

Namun saat Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, Soekarno

merubah haluan perjuangannya menjadi kooperatif dengan pihak Jepang. Hal

tersebut dikarenakan pihak Jepang mengizinkannya untuk berpolitik, walaupun

organisasi yang diketuai oleh Soekarno adalah buatan Jepang. Selain itu Jepang

adalah negara Asia yang berhasil mengalahkan bangsa Barat, sehingga membuat

Soekarno optimis mampu memerdekakan Indonesia.

Kebencian Soekarno terhadap bangsa Barat ternyata tidak membuatnya

bersikap radikal ketika Sekutu dan Belanda kembali ke Indonesia untuk

mengambil status quo dari pihak Jepang, setelah Jepang kalah perang melawan

Sekutu. Soekarno telah dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia, tidak mudah

bagi Soekarno untuk menentukan sikap berdiplomasi atau berperang untuk

melawan Belanda yang ingin menguasai lagi Republik Indonesia. Sebagai kepala

negara tentu saja apapun keputusan yang dipilih haruslah menguntungkan orang

banyak. Namun, karena ada dua metode dalam revolusi Indonesia Soekarno

berusaha menengahi dua metode tersebut. Seperti yang dikutip dari buku John D.

Legge berikut:

“As President, Sukarno could not escape defining his attitude to the diplomasi-perjuangan antithesis. It was not easy for him. He had preached for so long the necessity of struggle that his image could well suffer if he now became the prophet of moderation. But for the moment his executive responsibilities counselled prudence and he had no hesitation in opposing even heroic actions if they were likely to discredit his government in Allied

eyes” (Legge, 2003, hlm. 242).

(Sebagai presiden, Sukarno tidak bisa tegas menentukan sikapnya terhadap antitesis diplomasi-perjuangan. Itu tidak mudah baginya. Ia berpidato selama diperlukannya perjuangan yang membuat citranya juga bisa menderita apabila sekarang ia menjadi tokoh moderasi. Tetapi untuk saat ini tanggung jawab eksekutifnya menasihati agar ia berhati-hati dan tidak ragu-ragu dalam perlawanan bahkan aksi yang heroik jika mereka cenderung mendiskreditkan pemerintahan di mata para sekutu).

Soekarno mempercayakan Sutan Sjahrir yang pada saat itu menjabat sebagai perdana mentri untuk menjadi “arsitek” dalam diplomasi dengan Belanda, karena sikap Sutan Sjahrir yang melunak terhadap Belanda (Adams, 1966, hlm.

(5)

kecewa dengan metode diplomasi dengan Belanda pada perundingan Linggarjati,

yang dirasa banyak merugikan bangsa Indonesia:

“Belanda bukanlah Belanda kalau tidak membelit. Mereka banjak

menjiapkan lobang perangkap kedalam persetujuan Linggardjati. Pada dasarnja aku dapat menjetudjui perdjandjian dengan satu sjarat bahwa

kami tetap mendjadi bangsa jang bebas. Bagi kami pengertian “bebas”

“….djangan biarkan dunia berkata bahwa kemerdekaan kita dihadiahkan

dalam tas seorang diplomat. Perlihatkan kepada dunia bahwa kita membeli kemerdekaan itu dengan mahal, dengan darah, keringat dan

tekad jang tak kundjung padam” (Adams, 1966, hlm. 377).

Tan Malaka lebih memilih jalur bertempur melawan sekutu, dengan

membentuk front perjuangan rakyat, yang diberi nama Persatuan Perjuangan

(Anderson, 1988, hlm 323). Persatuan Perjuangan sangat menentang metode

diplomasi dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Namun perjuangan dari

Persatuan Perjuangan ini terhalang akibat ditangkapnya pemimpin dari Persatuan

Perjuangan di Madiun pada 17 Maret 1946. Perihal penangkapan itu, Tan Malaka

dalam bukunya yang berjudul Gerpolek (Gerilya-Politik-Ekonomi) menyatakan:

“Penangkapan para pemimpin Persatuan Perjuangan berarti suatu

percobaan pemerintah Republik untuk mengubah perjuangan Massa Aksi atau Aksi Murba dengan aksi berdiplomasi. Mengubah diplomasi bambu

runcing dengan diplomasi berunding. Mengubah sikap “mencari

perdamaian dengan mengorbankan kedaulatan, kemerdekaan, daerah

perekonomian dan penduduk” yang pada musim Jaya Bertempur sudah 100% berada di tangan Indonesia, dengan sikap menyerah terus-menerus

guna mendapatkan perdamaian dengan musuh” (Malaka, 2011, hlm. 12).

Pertentangan diantara Soekarno dan Tan Malaka salah satunya diakibatkan

perbedaan lingkungan yang membentuk keduanya. Soekarno yang lahir di Jawa

sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha. Sementara Tan Malaka hidup

di lingkungan Sumatera Barat, Minangkabau yang nuansa Islamnya sangat kental.

(6)

6

Minangkabau cenderung berpikir dalam konteks penentangan dan konflik yang

mereka anggap dinamis dan rasional melawan budaya Jawa yang lembut dan

idealis (Mrazeck, 1999, hlm. 49). Sehingga hal tersebut menjadi salah satu hal

yang mendasari pertentangan diantara Soekarno dan Tan Malaka.

Sudah banyak peneliti yang mengkaji tentang Soekarno dan Tan Malaka,

kebanyakan meneliti mengenai biografi atau pemikiran politik keduanya. Seperti

autobiografi Soerkarno yang ditulis Cindy Adams, berjudul Bung Karno:

Penjambung Lidah Rakjat Indonesia, buku ini ditulis berdasarkan wawancara

yang dilakukan oleh Cindy Adams kepada Soekarno. Kemudian buku yang di

tulis oleh John D. Legge menulis buku berjudul Sukarno A Political Biography,

Bernard Dahm menulis buku berjudul Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan,

H. A. Notosoetardjo menulis mengenai pemikiran sosialisme Soekarno yang

berjudul Bung Karno tentang Sosialisme, dan masih banyak lagi peneliti yang

mengkaji mengenai Soekarno. Kemudian peneliti yang mengkaji mengenai Tan

Malaka adalah Harry A. Poeze yang menulis buku berjudul Tan Malaka, Gerakan

Kiri, dan Revolusi Indonesia yang terdiri dari enam jilid, yang telah

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Harry A. Poeze juga menulis Tan

Malaka Pergulatan Menuju Republik yang terbagi ke dalam dua jilid, jilid

pertama dibatasi dari tahun 1897-1925 dan jilid kedua mengkaji mulai dari tahun

1925-1945. Biografi Tan Malaka juga ditulis oleh Rudolf Mrazeck dengan judul

“Tan Malaka”, yang mengkaji mengenai alam pemikiran Tan Malaka. Sementara penelitian yang khusus membandingkan keduanya adalah Skripsi Ahmad R Fauzi

yang berjudul “Konsep Sosialisme antara Tan Malaka dan Soekarno” berisi

mengenai perbandingan konsep sosialisme antara Tan Malaka dan Soekarno.

Kedua tokoh ini sama-sama menggunakan sosialisme sebagai pisau analisis dalam

melihat ketidak adilan dari sistem imperialisme dan kapitalisme. Skripsi ini lebih

menekankan kepada konsep sosialisme dari kedua tokoh tersebut. Namun baru

sedikit yang membandingkan pemikiran keduanya mengenai Revolusi Indonesia,

dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji “Perbandingan Pemikiran

Tentang Revolusi Indonesia Antara Soekarno dan Tan Malaka (1945-1949)”,

(7)

Indonesia, kemudian pemikiran keduanya mengenai revolusi dalam teori hingga

prakteknya yang terjadi pada tahun 1945-1949. Selanjutnya apa yang menjadi

harapan Soekarno dan Tan Malaka untuk sistem pemerintahan Indonesia yang

ideal.

Mengenai periodisasi waktu, penulis membatasi tahun 1945-1949, karena

peristiwa Revolusi Indonesia terjadi pada tahun 1945. Dimana pada tahun 1945

setelah Indonesia merdeka, Sekutu tidak mengakui kedaulatan bangsa Indonesia

sebagai bangsa yang merdeka. Pada masa itulah rakyat Indonesia berjuang

mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dengan cara diplomasi dan perang.

Soekarno dan Tan Malaka sama-sama berjuang untuk kedaulatan Indonesia,

dimana pada masa revolusi ini Soekarno telah menjabat sebagai Presiden

Republik Indonesia. Sementara Tan Malaka menjadi otak dalam perlawanan

gerilya dan menjadi penentang metode diplomasi yang dijalankan pemerintah

Indonesia. Batas akhir tahun penelitian 1949, dipilih karena Belanda melalui

Konferensi Meja Bundar mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka

(Abdullah dan Lapian (ed) (b), 2012, hlm. 564). Pada tahun yang sama, 1949 pada

bulan Februari, berakhirnya perjuangan Tan Malaka dalam membela tanah air,

karena Tan Malaka tewas ditembak oleh TNI (Poeze (b), 2014, hlm. 220).

Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pemikiran tokoh Soekarno dan Tan

Malaka di masa revolusi, karena strategi dan pemikiran keduanya dalam melawan

pihak Belanda sangat mempengaruhi massa. Kemudian politik Soekarno ketika

telah menjabat sebagai Presiden sangat berbeda dengan saat dirinya berjuang

melawan kolonialisme Belanda. Selain itu kedua tokoh ini sudah banyak

berkontribusi dalam hal pemikiran melalui lisan dan tulisan untuk menginspirasi

rakyat Indonesia baik pada zaman pergerakan, zaman revolusi, hingga masa kini.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Adapun latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

menentukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana perbandingan pemikiran tentang

Revolusi Indonesia antara Soekarno dan Tan Malaka (1945-1949)?”. Adapun

(8)

8

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Soekarno dan Tan Malaka yang

membentuk pola pikir mereka tentang Revolusi?

2. Bagaimana persamaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka mengenai

bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal?

3. Bagaimana perbedaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka mengenai

bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal?

4. Bagaimana dampak pemikiran Soekarno dan Tan Malaka pada Revolusi

Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang kehidupan Soekarno dan Tan Malaka

yang membentuk pola pikir mereka tentang Revolusi.

2. Untuk menganalisis persamaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka

mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal.

3. Untuk menganalisis perbedaan pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka

mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan masa revolusi yang ideal.

4. Untuk menganalisis dampak pemikiran Soekarno dan Tan Malaka semasa

Revolusi Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai perbandingan

pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka, khususnya mengenai Revolusi

Indonesia.

2. Memperkaya penulisan mengenai sejarah tokoh Nasional Soekarno dan Tan

Malaka mengenai kontribusi terhadap bangsa Indonesia.

3. Memperkenalkan kepada generasi selanjutnya mengenai perbandingan

pemikiran antara Soekarno dan Tan Malaka, baik dasar pemikiran sampai

(9)

4. Dapat dijadikan sumber acuan bagi pengembangan materi mata pelajaran

sejarah mengenai peranan tokoh pada periode sejarah Revolusi Indonesia.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi yang digunakan dalam skripsi adalah

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang penelitian yang menjadi

dasar mengapa penulis mengambil kajian penelitian ini untuk penulisan karya

ilmiah. Bab ini juga memuat rumusan masalah mengenai masalah yang diambil,

diantaranya latar belakang kehidupan Soekarno dan Tan Malaka yang membentuk

pola pikir mereka tentang revolusi, persamaan dan perbedaan pemikiran antara

Soekarno dan Tan Malaka mengenai bentuk revolusi dan sistem pemerintahan

masa revolusi yang ideal, dan dampak pemikiran Soekarno dan Tan Malaka pada

revolusi Indonesia. Pada bab ini pula termuat tujuan penelitian dan manfaat

penelitian dari penulisan karya ilmiah. Manfaat penelitian, kontribusi yang dapat

diberikan dari hasil penelitian yang penulis teliti. Terakhir, struktur organisasi

yang memberikan gambaran dari setiap bab yang ada pada karya ilmiah yang

peneliti teliti ini.

Bab II Kajian Pustaka,membahas mengenai literatur yang digunakan oleh peneliti

untuk mendukung memecahkan masalah yang dikaji, peneliti pun akan

memberikan relevansi antara kajian yang diteliti oleh penulis dengan

penelitian-penelitian terdahulu yang ditulis oleh peneliti lain. Juga berfungsi sebagai

landasan teoritik yang berkaitan dengan perbandingan pemikiran antara Soekarno

dan Tan Malaka mengenai revolusi Indonesia 1945-1949, dalam menyusun

pertanyaan penelitian dan tujuan.

Bab III Metode Penelitian, menjelaskan mengenai langkah-langkah dan teknik

yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah. Metode yang akan digunakan

(10)

10

adalah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam bab ini pula peneliti

akan menjelaskan proses penyusunan skripsi ini dari mulai pencarian sumber

hingga penulisan hasil penelitian (historiografi).

Bab IV Temuan dan Pembahasan, pada bab ini penulis akan memaparkan hasil

penelitian dan analisis deskriptif mengenai Perbandingan Pemikiran Tentang

Revolusi Indonesia antara Soekarno dan Tan Malaka (1945-1949), merujuk pada

rumusan masalah yang ada pada bab I.

Bab V Simpulan dan Rekomendasi, pada bab terakhir ini penulis akan

mengemukakan kesimpulan dan analisis akhir yang merupakan jawaban terhadap

permasalahan penelitian. Selain kesimpulan pada bab akhir ini penulis akan

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan SPYWARE Berbasis Client-Server untuk Monitoring Aktifitas Keyboard Dengan apa yang peneliti ketahui maka dari masalah yang ada peneliti ingin membuat

Dengan melewati prosedur perceraian sesuai dengan hukum acara yang berlaku, dengan sendirinya asas mempersulit terjadinya perceraian telah terlewati. Dimana sidang pertama,

Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang karena adanya rangsangan dari pihak lain, sehingga menimbulkan usaha dan kemauan keras dalam mencapai tujuan

Kabupaten Bandung adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara

Pada bulan Juli 2013 kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,57 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

Perencanaan merupakan titik awal untuk menentukan arah kebijakan dan strategi melalui penetapan program dan kegiatan yang tepat. Data dan informasi yang andal, dapat

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYAC. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Peneliti menggunakan metode AHP dan Fuzzy TOPSIS untuk menyelesaikan permasalahan seleksi TKI, dari kedua metode tersebut memiliki bagian penyelesaian yang