• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akta Pengikatan Jual Beli Sebagai Dasar Pengalihan Kepemilikan Rumah Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akta Pengikatan Jual Beli Sebagai Dasar Pengalihan Kepemilikan Rumah Chapter III V"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KONSEKUENSI TIDAK DILANJUTKANYA AKTA PENGIKATAN JUAL BELI DALAM AKTA JUAL BELI

A. Akta Jual Beli Merupakan Produk Hukum Pejabat Pembuat Akta Tanah

Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah,

pada Pasal 1 angka 24, disebutkan,bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),

sebagai pejabat umum yang diberi kewenanqan untuk membuat akta-akta tanah

tertentu.

Berkaitan dengan Pejabat Umum yang diartikan sebagai pejabat yang

diserahi tugas untuk membuat akta otentik yang melayani kepentingan publik dan

kualifikasi seperti itu diberikan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ) hanya

membuat akta-akta tertentu yang berkaitan dengan pertanahan, dengan jenis akta

yang sudah ditentukan.

Berdasarkan ketentuan diatas melalui Peraturan Menteri Negara Agraria /

Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan

Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 Tentang pendaftaran tanah diatur bahwa jenis akta

tanah yang dibuat oleh PPAT untuk dijadikan dasar pendaftaran perubahan data

pendaftaran tanah adalah:

1. Akta Jual Beli

2. Akta Tukar –Menukar

(2)

4. Akta Pemasukan Ke Dalam Perusahaan

5. Akta Pembagian Hak bersama

6. Akta Pemberian Hak Tanggungan

7. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak milik

8. Akta Pemberian Hak Pakai Atas Tanah Hak milik

9. Surat Kuasa Meambebankan Hak Tanggungan yang Dipergunakan dalam

Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan

Akta Jual beli sebagai Produk hukum yang dikeluarkan oleh PPAT adalah

berupa akta yang memiliki sifat otentik dan memiliki kekuatan pembuktian yang

sempurna. Sebagaimana definisi akta otentik yang disebutkan dalam Pasal 1868

KUHPerdata :

“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan

oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum

yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya.””

Mengenai bentuk akta yang dibuat PPAT tersebut bentuk akta yang

dipergunakan dalam pembuatan akta tersebut telah ditentukan dalam bentuk formulir

/ blanko yang disediakan untuk itu, PPAT yang bersangkutan cukup mengisi blanko

tersebut sesuai dengan keadaan sebenarnya dari subyek dan obyek dari perbuatan

hukum atas tanah.

Akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah

(3)

karena perbuatan itu, sifatnya tunai sekaligus membuktikan berpindahnya hak atas

tanah yang bersangkutan kepada penerima hak.

Akta jual beli merupakan bukti yang sah dari terjadinya peralihan hak

kepemilikan atas tanah baik dalam proses jual beli. Keabsahan akta jual beli sangat

penting mengingat kalau terjadi gugatan atau penolakan dari satu pihak maka akta

jual beli sebagai bukti bahwa telah terjadi peralihan. PPAT yang membuat akta jual

beli kedudukannya sangat penting karena PPAT adalah pejabat yang membuat dan

mengesahkan terjadinya jual beli atau peralihan tanah lainnya.

Pentingnya kedudukan PPAT dalam menerbitkan akta jual beli menuntut

pertanggungjawaban hukum terhadap akta yang dibuat. Itulah sebabnya PPAT harus

mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Undang-undang dan berbagai peraturan

pemerintah yang terkait dengan peralihan kepemilikan atas tanah dan pendaftaran

tanah. Semua tatacara tersebut harus diikuti agar supaya akta peralihan hak yang

dibuat oleh PPAT sah menurut hukum.

Oleh karena itu PPAT bertanggung jawab untuk memeriksa syarat-syarat

untuk sahnya perbuatan hukum yang bersangkutan. Antara lain mencocokkan data

yang terdapat dalam sertifikat dengan daftar-daftar yang ada dikantor pertanahan.

Tata cara dan formalitas pembuatan akta otentik adalah merupakan ketentuan hukum

yang memaksa, artinya tata cara dan prosedur pembuatan itu harus diikuti dengan

(4)

prosedur pembuatan akta otentik akan membawa akibat hukum kepada kekuatan

pembuktian akta itu95

B. Akta Jual Beli Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah Disebabkan Adanya Pemindahan Hak

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah meletakkan dasar-dasar untuk

memberikan kepastian dan perlindungan hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi

rakyat Indonesia seluruhnya. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan tujuan

tersebut, maka diselenggarakan kegiatan Pendaftaran Tanah.

Pasal 19 ayat (1) UUPA mengatur secara tegas mengenai PendaftaranTanah

yaitu: “Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran

Tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang

diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Berdasarkan ketentuan Pasa1 19 ayat (1) UUPA kepastian hukum yang

dimaksud meliputi:

a. Kepastian mengenai subyek hukum hak atas tanah (orang/badan hukum).

b. Kepastian mengenai obyeknya (letak, batas, luas tanah).

c. Kepastian mengenai status hak atas tanah yang menjadi landasan hubungan

hukum antara tanah dengan orang / badan hukum.

Ketentuan mengenai pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UUPA. Ketentuan mengenai pendaftaran tanah tersebut diatur lebih lanjut dalam PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 1 angka 1 PP No.24 Tahun 1997 menentukan bahwa Pendaftaran Tanah adalah:

(5)

“Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuansatuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.”

Adapun tujuan pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 3 PP No. 24 Tahun 1997

yaitu:

a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hakhak lain

yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan. Jaminan kepastian Hukum sebagai tujuan

pendaftaran tanah meliputi :96

1) Kepastian status hak yang didaftar

2) Kepastian Subjek hak

3) Kepastian Objek hak

b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapatmemperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenal bidang-bidang

tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

c. untuk terselenggaranya tertibadministrasi pertanahan. Dengan

terselenggaranya tertib administrasi pertanahan dengan pendaftaran tanah

tersebut maka bagi pemegang hak akan menimbulakan beberapa manfaat:97

96Urip Santoso,Hukum Agraria Kajian Komprehensif(Jakarta, fajar Interpratama Mandiri,2012) hal 293

(6)

1) Memberikan Rasa aman

2) Dapat mengetahui dengan jelas data fisik dan data yuridisnya 3) Memudahkan dalam pelaksanaan peralihan hak

4) Harga tanah menjadi lebih tinggi

5) Dapat dijadikan Jaminan Utang dengan dibebani Hak Tangungan 6) Penetapan pajak bumi dan bangunan (PBB) tidak mudah keliru

Pasal 11 PP No. 24 Tahun 1997 menyebutkan bahwa, pelaksanaan

pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan

pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah untuk pertama kaliMerupakan kegiatan pendaftaran tanah

yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan

PP Nomor 24 Tahun 1997, pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali diatur

dalam pasal 13 dengan ketentuan :

1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melaluipendaftaran tanah

secara sistematik dan pendaftaran tanah secarasporadik

2) Pendafataran secara sitematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan

dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh menteri Negara Agraria/

Kepala Badan Pertanahan Nasional.

3) Dalam hal suatu desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayahpendaftaran

tanah secara sisitematik sebagaimana dimaksud padaayat (2), pendaftarannya

dilaksanakan melalui pendaftaran secarasporadik

4) Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaanpihak yang

(7)

Dalam melakukan kegiatan pendaftaran tanah maka akan meliputi

pendaftaran Akta (Registration of Deeds) dan pendaftaran Haknya (Tittle

Registration).

Pendaftaran Akta(Registration of Deeds). Dalam hal ini akta-akta itulah yang

didaftar oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) , tiap kali terjadi perubahan wajib

dibuatkan akta sebagai buktinya. Maka terhadap data yuridis yang diperlukan harus

dicari dalam akta-akta yang bersangkutan. Cacat hukum dalam suatu akta bisa

mengakibatkan tidak sahnya perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta yang

dibuat kemudian.

Pendaftaran Hak (Registration of Tittle.) Dengan pendaftaran inilah baik

pendaftaran yang pertama sekali maupun pemindahan dan pembebanan hak

berfungsi sebagai sumber data untuk mendaftar perubahan-perubahan pada haknya

dalam buku tanah hak yang bersangkutan. Sebelum dilakukan pendaftaran haknya

dalam buku tanah dan pencatatan perubahan kemudian, oleh Pejabat Pembuat Akta

Tanah (PPAT) dilakukan pengujian kebenaran data yang dimuat dalam akta yang

bersangkutan. Sebagai tanda bukti hak, makaditerbitkan sertipikat, yang merupakan

salinan register, yang terdiri daribuku tanah dan surat ukur yang dijilid menjadi satu

dalam sampul dokumen.98

2. Pemeliharaan Data Terhadap Tanah bersertifikatdisebabkan PemindahanHak

Sertipikat merupakan surat tanda bukti berbagai macam hak atas tanah,

yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.

(8)

Sertipikat tersebut diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan

sesuai dengan data fisik dan data yuris yang telah didaftar dalam buku tanah. Hal ini

dikarenakan sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya,

sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam

surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.Terkait data fisik dan data yuridis

dalam sertifikat tanah dapat berubah dapat dilakukan dengan pemeliharaan data

dalam pendaftaran tanah.

Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada

data fisik dan/atau data yuridis pada obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar.

Terkait dengan pemeliharaan data dalam pemindahan hak pada sertifikat dapat

terjadi disebabkan tiga produk hukum :

1. Risalah Lelang yang dibuat Pejabat Lelang

Dalam pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menentukan

untuk dapat didaftar pemindahan hak dengan lelang, yakni untuk didaftar kepada

nama pemenang lelang, maka pemindahan hak tersebut harus diuktikan dengan

kutipan Risalah Lelang yang dibuat Oleh Pejabat Lelang

Jika terjadi pemindahan hak melalui lelang, ada beberapa hal yang perlu

dicermati yaitu syarat-syarat peralihannya, jangka waktu untuk meminta keterangan,

penolakan pelaksanaan lelang dan pendaftaran peralihan hak atas tanah tersebut:99

(9)

1) Syarat-syarat peralihan.

Peralihan/pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan di Kantor

Pertanahan jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat

Lelang.

2) Jangka waktu untuk meminta keterangan.

Untuk menghindari terjadinya pelelangan umum yang tidak jelas obyeknya, maka

Kantor Lelang perlu meminta keterangan (SKPT) dari Kantor Pertanahan,

alaupun obyek tersebut sedang dalam sengketa atau dalam status sitaan maka

surat keterangan dimaksud harus diterbitkan.

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum sebidang tanah/satuan rumah

susun dilelang, baik lelang eksekusi atau lelang non eksekusi, Kepala Kantor

Lelang wajib meminta keterangan (SKPT) yang lengkap tentang data fisik dan

data yuridis tanah tersebut kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan ketentuan

selambat-lambatnya 5 hari kerja setelah diterimanya permintaan dari Kepala

Kantor Lelang, SKPT dimaksud harus diterbitkan.

Dalam hal data fisik dan data yuridis tanah yang bersangkutan belum tercatat di

Kantor Pertanahan di dalam SKPT disebutkan bahwa tanah tersebut belum

terdaftar dan perlu dilakukan pemeriksaan tanah.

Lelang eksekusi meliputi lelang dalam rangka pelaksanaan putusan Pengadilan,

hak tanggungan, sita pajak, sita Kejaksaan/Penyidik dan sita Panitia Urusan

(10)

3) Penolakan pelaksanaan lelang.

Kepala Kantor Lelang menolak melaksanakan lelang jika terdapat hal-hal

berikut:100

a) Mengenai tanah yang sudah terdaftar (bersertipikat) atau hak milik satuan

rumah susun:101

(1) Kepadanya tidak diserahkan sertipikat asli hak yang bersangkutan; kecuali

dalam hal lelang eksekusi yang dapat tetap dilaksanakan walaupun

sertipikat asli hak tersebut tidak diperoleh Pejabat Lelang dari pemegang

haknya, atau

(2) Sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di

Kantor Pertanahan, atau

b) Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar (bersertipikat) kepadanya tidak

disampaikan:102

(1) Surat bukti hak sebagai konversi hak lama berupa bukti tertulis,

keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar

kebenarannya ditetapkan Panitia Ajudikasi pada pendaftaran secara

sistematik dan Kepala Kantor Pertanahan bagi pendaftaran secara sporadik

atau surat keterangan Kepala Desa/Lurah yang menyatakan yang

bersangkutan telah menguasai bidang tanah tersebut selama 20 Tahun

berturut-turut dan penguasaannya dengan itikad baik, secara terbuka,

100Ibid, 134-135. 101Ibid.

(11)

diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya dan penguasaan

tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau

desa/kelurahan yang bersangkutan atau pihak lainnya.

(2) Surat keterangan yang menyatakan bidang tanah yang belum bersertipikat

dair Kantor Pertanahan atau khusus untuk bidang tanah yang terletak di

daerah yang jauh dari kedudukan Kantor Pertanahan, keterangan dari

pemegang hak yang bersangkutan dikuatkan oleh kepala Desa, atau

c) Ada perintah Pengadilan Negeri untuk tidak dilaksanakan lelang berhubung

dengan sengketa mengenai tanah yang bersangkutan.Keputusan mengenai

dilanjutkannya pelelangan setelah mengetahui data pendaftaran tanah

mengenai bidang tanah yang bersangkutan diserahkan kepada Kepala Kantor

Lelang.

4) Pendaftaran peralihan hak melalui lelang.

Berkaitan dengan pendaftaran peralihan hak atas tanah atau hak milik atas satuan

rumah susun melalui lelang ada beberapa hal pokok yang harus dipenuhi.

a) Untuk pendaftaran peralihan haknya yang diperoleh melalui lelang

disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan permohonan dengan

melampirkan:103

(1) Kutipan risalah lelang yang bersangkutan,

(2) (a) Sertipikat hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun

yang dilelang jika sudah terdaftar (bersertipikat), atau

(12)

(b) Dalam hal sertipikat tersebut tidak diserahkan kepada pembeli lelang

eksekusi, surat keterangan dari Kepala Kantor Lelang mengenai

alasan tidak diserahkannya sertipikat tersebut, atau

(c) Jika bidang tanah yang bersangkutan belum terdaftar (bersertipikat),

surat keterangan dari Kepala Kantor Lelang mengenai tidak ada

sertipikat dimaksud.

(3) Bukti identitas pembeli lelang,

(4) Bukti pelunasan harga pembelian,

(5) Bukti pelunasan pembayaran BPHTB dalam hal bea tersebut terutang,

(6) Bukti pelunasan pembayaran PPh dalam hal pajak tersebut terutang.

(7) Dalam hal lelang telah dilaksanakan sebagai tindak lanjut sita yang

tercatat dalam daftar umum di Kantro Pertanahan, maka permohonan

pendaftaran peralihan hak harus disertai dengan keterangan dari Kepala

Kantor Lelang bahwa sita itu sudah ditindaklanjuti dengan lelang yang

hasilnya dimohonkan pendaftarannya.

(8) Dalam hal lelang dilaksanakan dalam rangka pelunasan hutang yang

dijamin dengan hak tanggungan, maka permohonan pendaftaran peralihan

hak harus disertai dengan surat pernyataan dari kreditur bahwa pihaknya

melepaskan hak tanggungan atas hak yang dilelang untuk jumlah yang

melebihi hasil lelang beserta kutipan risalah lelang yang dijadikan dasar

(13)

b) Pencatatan peralihan hak karena lelang dalam buku tanah, sertipikat dan

daftar lainnya sebagai berikut:104

(1) Nama pemegang hak lama di dalam buku tanah dicoret dengan tinta hitam

dan dibubuhi paraf Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk,

(2) Nama atau nama-nama pemegang hak yang baru dituliskan pada halaman

dan kolom yang ada dalam buku tanahnya dengan dibubuhi tanggn nal

pencatatan dan besarnya bagian setiap pemegang hak dalam hal penerima

hak beberapa orang dan besarnya bagian ditentukan, dan kemudian

ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk

dan cap dinas Kantor Pertanahan,

(3) Yang tersebut pada huruf (1) dan (2) b) di atas juga dilakukan pada

sertipikat hak yang bersangkutan dan daftar-daftar umum lain yang

memuat nama pemegang hak lama,

(4) Nomor hak dan identitas lain dari tanah yang dialihkan dicoret dari daftar

nama pemegang hak lama dan nomor hak dan identitas tersebut dituliskan

pada daftar nama penerima hak,

(5) Apabila pemegang hak baru lebih dari 1 (satu) orang dan hak tersebut

dimiliki bersama, maka untuk masing-masing pemegang hak dibuatkan

daftar nama dan di bawah nomor hak atas tanahnya diberi garis dengan

tinta hitam,

(14)

(6) Apabila peralihan hak hanya mengenai sebagian dari sesuatu hak atas

tanah sehingga hak atas tanah itu menjadi kepunyaan bersama pemegang

hak lama dan pemegang hak baru, maka pendaftarannya dilakukan dengan

menuliskan besarnya bagian pemegang hak lama di belakang namanya

dan menuliskan nama pemegang hak yang baru beserta besarnya bagian

yang diperolehnya dalam halaman perubahan yang disediakan,

(7) Sertipikat yang dialihkan diserahkan kepada pemegang hak baru atau

kuasanya.

c) Sebelum dilaksanakan pendaftaran peralihan hak karena pelelangan sebagai

tindak lanjut dari sita berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor Lelang

yang menerangkan bahwa sita itu sudah ditindaklanjuti dengan lelang yang

hasilnya dimohonkan pendaftarannya, catatan mengenai adanya sita tersebut

dihapus.

d) Berdasarkan kutipan risalah lelang dan surat pernyataan dair kreditur

pihaknya melepaskan hak tanggungan atas hak yang dilelang tersebut untuk

jumlah yang melebihi hasil lelang, catatan mengenai adanya hak tanggungan

yang bersangkutan dihapus.

e) Dalam hal pendaftaran peralihan hak dengan lelang eksekusi yang

sertipikatnya tidak diserahkan, pada buku tanahnya dicatat adanya penerbitan

sertipikat pengganti, selanjutnya dicatat peralihan hak karena lelang

(15)

Pertanahan harus diumumkan dalam salah satu surat kabar harian setempat

atas biaya pemohon.

f) Selanjutnya berkaitan dengan atas permintaan Bank Pemerintah peralihan hak

atas tanah atau hak milik atas satuan rmah susun yang menangkan oleh bank

tersebut melalui lelang dalam rangka pelunasan kreditnya dapat didaftar

langsung atas nama pembeli akhir yang ditunjuk oleh bank tersebut dengan

ketentuan:105

(1) Di dalam risalah lelang dicantumkan bahwa di dalam pembelian lelang itu

bank bertindak untuk pembeli yang belum disebut namanya, dan

(2) Nama pembeli serta identitasnya kemudian dinyatakan di dalam surat

pernyataan oleh atau atas nama direksi bank yang bersangkutan.

Permohonan pendaftaran peralihan hak melalui pelelangan yang dimenangkan

Bank Pemerintah tersebut di atas harus diajukan oleh pembeli yang ditunjuk bank

selambat-lambatnya 1 (satu) tahun terhitung dari tanggal pelaksanaan lelang yang

bersangkutan. Apabila dilanggar maka pendaftaran peralihan hak kepada pembeli

yang ditunjuk oleh bank hanya dapat dilakukan berdasarkan akta jual beli antara bank

dan pembeli tersebut sesudah dilakukan pendaftaran peralihan hak atas nama bank

yang bersangkutan berdasarkan risalah lelang.

2. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah

Didalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah dijelaskan mengenai Peralihan Hak atas tanah melalui Jual Beli,

(16)

Tukar Menukar, Hibah, Pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum

pemidahan hak lainnya, hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang

dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang

tercantum dalam Pasal 6 PP 24/97 yang menjelaskan bahwa dalam melaksanakan

tugas pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT).

Dalam pelaksanaan administrasi pertanahan, data pendaftaran tanah yang

tercatat di Kantor Pertanahan harus sesuai dengan keadaaan bidang tanah yang

bersangkutan baik yang menyangkut data fisik maupun data yuridis tanah. Dalam

pencatatan data yuridis ini khususnya pencatatan perubahan data yang

sudah tercatat sebelumnya maka peranan PPAT sangatlah penting.

PPAT sebagai pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta-akta

dalam peralihan hak atas tanah, akta pembebanan serta surat kuasa pembebanan hak

tanggungan, juga bertugas membantu Kepala Kantor Pertanahan Nasional dalam

melaksanakan pendaftaran tanah dengan membuat akta-akta tertentu sebagai bukti

telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan atau

bangunan yang akan dijadikan dasar bagi bukti pendaftaran tanah.

Akta PPAT merupakan salah satu sumber utama dalam rangka pemeliharaan

pendaftaran tanah di Indonesia. PPAT sudah dikenal sejak berlakunya Peraturan

(17)

peraturan tanah sebagai pelaksana UUPA, sampai dengan diberlakukannya Peraturan

Pemerintah Nomor, 24 Tahun 1997 tentang Pendaftan Tanah, peralihan hak atas

tanah dan kepemilikan rumah susun melalui jual beli, tukar-menukar, hibah,

memasukan dalam perusahan, dan pemindahan hak lain selain lelang hanya dapat

dibuktikan dengan akta PPAT.106

Peralihan hak atas tanah melalui jual beli harus dilakan dihadapan PPAT yang

kemudian dibuktikan dengan Akta Jual beli yang dibuat oleh PPAT, Akta jual beli

yang dibuat Oleh PPAT tersebut digunakan sebagai bukti bahwa telah dilakukan

perbuatan hukum berupa perbuatan jual beli atas sebidang tanah antara pihak penjual

kepada pihak pembeli dan kemudian akta tersebut digunakan sebagai syarat untuk

melakukan pendaftaran dan perpindahan hak atas tanah.

Kewenangan PPAT berkaitan erat dengan perbuatan hukum tertentu mengenai

hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. Untuk membuktikan adanya

perbuatan hukum pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan haruslah dibuat akta

otentik. Tanpa adanya akta otentik maka secara hukum perbuatan hukum untuk

mengalihkan suatu hak atas tanah dan bangunan belum sah.

Menurut Boedi Harsono, akta PPAT berfungsi sebagai alat pembuktian

mengenai benar sudah dilakukannya jual beli. Jual beli tersebut masih dapat

dibuktikan dengan alat pembuktian yang lain. Akan tetapi, dalam sistem pendaftaran

tanah menurut peraturan yang telah disempurnakan yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997, pendaftaran jual beli hanya dapat dilakukan dengan akta

(18)

PPAT sebagai alat bukti yang sah. Orang yang melakukan jual beli tanpa dibuktikan

dengan akta PPAT tidak akan dapat memperoleh sertifikat, biarpun jual belinya sah

menurut hukum.107.

Dalam proses pembuatan akta jual beli yang dibuat dihadapan PPAT,

dibutuhkan langkah-langkah yang harus dilalui oleh PPAT sebelum dilakukan

penandatanganan akta jual belinya oleh para pihak yang berkepentingan.

Langkah-langkah tersebut adalah:108

1. Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau pembebanan

hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, PPAT wajib terlebih

dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian

sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang

bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan setempat

dengan memperlihatkan sertipikat asli.

2. Akta harus mempergunakan formulir yang telah ditentukan.

3. Dalam hal diperlukan izin untuk peralihan hak tersebut, maka izin tersebut harus

sudah diperoleh sebelum akta dibuat.

4. Sebelum dibuat akta mengenai pemindahan hak atas tanah, calon penerima hak

harus membuat pernyataan yang menyatakan:

107Sahat HMT Sinaga.Jual Beli Tanah dan pencatatan Peralihan Hak, ( Bandung, Pustaka Sutra, 2007) hal 21.

(19)

a. Bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi

pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan

tanah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi

pemegang hak atas tanah absentee (guntai) menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

c. Bahwa yang bersangkutan menyadari bahwa apabila pernyataan

sebagaimana dimaksud pada a dan b tersebut tidak benar maka tanah

kelebihan atau tanah absentee tersebut menjadi obyek landreform;

d. Bahwa yang bersangkutan bersedia menanggung semua akibat hukumnya,

apabila pernyataan sebagaimana dimaksud pada a dan b tidak benar.

5. Pembuatan akta PPAT harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan

hukum atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat kuasa tertulis sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Pembuatan akta PPAT harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang

saksi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam suatu perbuatan hukum,

yang memberi kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau

kuasanya, keberadaan dokumen-dokumen yang ditunjukkan dalam pembuatan

akta, dan telah dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut oleh para pihak yang

(20)

7. PPAT wajib membacakan akta kepada para pihak yang bersangkutan dan

memberi penjelasan mengenai isi dan maksud pembuatan akta, dan

prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya sesuai ketentuan yang

berlaku.

8. Akta PPAT harus dibacakan/dijelaskan isinya kepada para pihak dengan dihadiri

oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi sebelum ditandatangani seketika itu

juga oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT.

9. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta

yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatkannya berikut

dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar.

Terhadap perbuatan hukum pengalihan hak tersebut, maka “PPAT wajib

menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta sebagai

mana dimaksud di atas kepada para pihak yang bersangkutan”.

Sebelum dilakukannya penandatanganan akta jual beli, PPAT harus terlebih

dahulu meminta bukti pembayaran pajak, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

91 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan

Retribusi Daerah, secara tegas menyatakan: “Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris

hanya dapat menandatangani akta pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

setelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak”.

Konsekuensi yang akan diterima oleh PPAT, terhadap pelanggaran

(21)

administratif berupa denda sebesar Rp.7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

untuk setiap pelanggaran.

Selain itu, berdasarkan ketentuan dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah

Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, PPAT harus menolak untuk

membuat akta apabila:109

1. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah

susun, kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak yang bersangkutan atau

sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor

Pertanahan.

2. Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak disampaikan:

a. Surat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau surat

keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang

bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat (2), dan;

b. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan

belum bersertipikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di

daerah yang jauh dari kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang

bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan.

c. Salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang

bersangkutan atau salah satu saksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

(22)

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, tidak berhak

atau tidak memenuhi syarat untuk bertindak demikian; atau

d. Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak

yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak; atau

e. Untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin Pejabat

atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau

f. Obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai

data fisik dan atau data yuridisnya; atau

g. Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Selanjutnya dalam penjelasan pada Pasal 39 ayat 1 Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997, menyebutkan contoh syarat yang dimaksudkan dalam huruf g adalah

misalnya larangan yang diadakan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994

tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas

Tanah dan Bangunan jo Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang

perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

untuk membuat akta, jika kepadanya tidak diserahkan fotocopy surat setoran pajak

(23)

Selain hal-hal tersebut di atas, dalam menjalankan tugasnya jabatannya

sebagai pembuat akta dibidang pertanahan, PPAT harus memiliki kecermatan dan

ketelitian dalam memeriksa kelengkapan berkas-berkas dalam pembuatan akta jual

beli. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh PPAT yaitu:110

1. Identitas dari para pihak. PPAT harus memeriksa kebenaran formil dari

identitas para pihak serta dasar hukum tindakan para pihak.

2. Jangka waktu berakhirnya hak atas tanah yang diperjualbelikan (karena jika

jangka waktunya berakhir, tanahnya kembali dikuasai oleh negara)

3. Harga jual beli harus sudah dibayar lunas sebelum akta ditandatangani.

4. Tidak terdapat tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

5. Tanah yang diperjualbelikan harus berada dalam wilayah kerja PPAT yang

bersangkutan.

3. Putusan Pengadilan

Pada Pasal 55 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mengatur bahwa

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

penetapan Ketua Pengadilan yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada data

mengenai bidang tanah yang sudah didaftar, maka Kepala Kantor Pertanahan

mencatat perubahan data tersebut pada buku tanah yang bersangkutan dan sedapat

mungkin pada sertifikatnya dan daftar-daftar lainnya, setelah ada pemberitahuan

(24)

resmi dari pengadilan atau ada permintaan pihak-pihak yang berkepentingan dengan

lampiran salinan resmi putusan/penetapan pengadilan dimaksud.111

Apabila putusan pengadilan memerintahkan penghapusan hak atas tanah,

maka pencatatan hapusnya hak atas tanah tersebut baru dapat dilakukan setelah

diperoleh surat keputusan mengenai hapusnya hak yang bersangkutan dari Menteri

atau Pejabat yang ditunjuk Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah Jo. Peraturan Kepala Badan Nomor. 3 Tahun 1997 tentang

Peraturan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah.112

Dalam Memori Penjelasan Pasal ini diuraikan bahwa yang dimaksudkan

dengan Pengadilan adalah baik badan-badan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha

Negara ataupun Peradilan Agama. Dijelaskan juga bahwa Putusan Pengadilan

mengenai hapusnya sesuatu hak harus dilaksanakan lebih dahulu oleh Pejabat yang

berwenang, sebelum didaftar oleh Kepala Kantor Pertanahan.

Maksudnya, apabila putusan pengadilan dalam amarnya menyatakan bahwa

sesuatu hak atas tanah tidak sah dan tidak berkekuatan hukum (peradilan umum) atau

menyatakan batal sertifikat hak atas tanah nomor tertentu (peradilan tata usaha

Negara), maka dengan putusan tersebut tidak secara otomatis batalnya hak atas tanah

dimaksud, tetapi masih diperlukan tindakan administratif oleh Pejabat Tata Usaha

Negara untuk menerbitkan keputusan pembatalan hak atas tanah dimaksud,

111Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis,Hukum Perdaftaran Tanah Edisi Revisi

Peraturan Pemerintah Nomor.13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Penerimanaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional, (Mandar Maju, Bandung, 2012) hal 356.

(25)

selanjutnya diperintahkan Kepala Kantor Pertanahan untuk mencatatnya dalam buku

tanah, sertifikat dan daftar umum lainnya.

Berdasarkan Pasal 125-128 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN

Nomor 3 Tahun 1997 ditentukan bahwa pencatatan perubahan data pendaftaran tanah

berdasarkan putusan pengadilan atau penetapan Hakim/Ketua Pengadilan oleh Kepala

Kantor Pertanahan dalam daftar buku tanah yang bersangkutan dan daftar umum

lainnya dilakukan setelah diterimanya Penetapan Hakim/Ketua Pengadilan atau

Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan Berita

Acara Eksekusi dari Panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Pencatatan tersebut dapat pula dilakukan atas permohonan pihak yang

berkepentingan dengan melampirkan:113

a. Salinan resmi penetapan atau putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap dan salinan Berita Acara Eksekusi;

b. Sertifikat hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah susun yang

bersangkutan;

c. Identitas Pemohon.

Pendaftaran pencatatan hapusnya suatu hak atas tanah berdasarkan putusan

Pengadilan dilaksanakan oleh Kepala Kantor pertanahan setelah diterimanya salinan

keputusan mengenai hapusnya hak bersangkutan dari menteri atau pejabat yang

ditunjuk.

(26)

Pihak yang berkepentingan dapat minta dicatat dalam buku tanah bahwa suatu

hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun akan dijadikan obyek

gugatan di pengadilan dengan menyampaikan salinan surat gugatan yang

bersangkutan. Catatan tersebut hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 (tiga puluh)

hari terhitung dari tanggal pencatatan atau apabila pihak yang minta pencatatan telah

mencabut permintaannya sebelum waktu tersebut berakhir.

Apabila hakim yang memeriksa perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memerintahkan status quo atah hak atas tanah yang bersangkutan, maka perintah

tersebut dicatat dalam buku tanah. Catatan (blokir) mengenai perintah status quo

tersebut hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kecuali apabila

diikuti dengan putusan sita jaminan yang salinan resmi dan berita acara eksekusinya

disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan.114

Penyitaan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dalam

rangka penyidikan atau penuntutan perbuatan pidana dicatat dalam buku tanah dan

daftar umum lainnya serta kalau mungkin, pada sertifikatnya, berdasarkan salinan

resmi surat penyitaan yang dikeluarkan oleh penyidik yang berwenang sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Catatan megenai penyitaan

tersebut dihapus setelah sita tersebut dibatalkan/diangkat atau penyidikan perbuatan

pidana yang bersangkutan dihentikan sesuai ketentuan yang berlaku atau sesudah ada

putusan mengenai perkara pidana yang bersangkutan. Pencatatan lain yang dimaksud

dalam pasal 125, 126, dan 127 dalam rangka gugatan di depan pengadilan dan

(27)

penuntutan perbuatan pidana hanya dapat dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan

apabila permintaan untuk itu disampaikan melalui dan disetujui oleh Menteri.115

AP. Parlindungan berkomentar bahwa dilaksanakannya perubahan data

pendaftaran tanah karena putusan atau penetapan pengadilan tersebut karena segala

masalah yang menyangkut pertanahan, maka instansi Badan Pertanahan Nasional

wajib tunduk kepada keputusan pengadilan tentang hak dan kewajiban maupun

kebenaran dari sesuatu hak.116

Putusan dan penetapan pengadilan ini dapat menjadi dasar untuk dapat

mengubah data yuridis bagi pendaftaran tanah, dikarenakan bahwa putusan

pengadilan ataupun penetapan pengadilan merupakan aspek pengubah hukum, yang

dapat dijadikan dasar bagi dasar bertindak bagi pihak yang terkait seperti Kantor

Pertanahan (Kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang).

Penetapan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap juga dapat

mengakibatkan perubahan data pendaftaran tanah.Berkaitan dengan hal tersebut ada

beberapa hal yang perlu dicermati terutama:117

1) Pemberitahuan putusan dan penetapan Pengadilan yang mengakibatkan terjadinya

perubahan data,

2) Penyerahan putusan dan penetapan Pengadilan kepada Kepala Kantor Pertanahan,

3) Pencatatan perubahan data pada berbagai dokumen, atau

4) Pencatatan hapusnya hak.

115Ibid, hal 358-359. 116Ibid, hal 359.

(28)

Sebagai gambaran yang lebih rinci dari uraian putusan atau penetapan

pengadilan, baik Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, dan Pengadilan Tata Usaha

Negara adalah sebagai berikut:118

1) Panitera pengadilan berkewajiban memberitahukan kepada Kepala Kantor

Pertanahan mengenai isi semua putusan Pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap dan penetapan Ketua Pengadilan yang mengakibatkan terjadinya

perubahan pada data tanah yang sudah terdaftar/bersertipikat, ataupun hak milik

atas satuan rumah susun agar dilakukan pencatatannya pada buku tanah, sertipkat

dan daftar-daftar lainnya.

2) Pencatatan perubahan data tanah dimaksud (yang disebut pada nomor 1) di atas)

dapat juga dilakukan atas permintaan pihak yang berkepentingan berdasarkan

dan menyerahkan salinan resmi putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan

hukum tetap atau salinan penetapan Ketua Pengadilan tersebut.

3) Pencatatan hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan dan hak milik atas satuan

rumah susun berdasarkan putusan Pengadilan dilakukan setelah diperoleh surat

keputusan atau salinannya mengenai hapusnya hak yang bersangkutan dari

Menteri atau pejabat yang ditunjuk dan seterusnya Kepala Kantor Pertanahan

membubuhkan catatan pada buku tanah dan surat ukur, sedangkan sertipikat hak

atas tanahnya dimusnahkan.

4) Yang dimaksud dengan Pengadilan adalah baik badan Peradilan Umum,

Peradilan Tata Usaha Negara ataupun Peradilan Agama.

(29)

5) Putusan Pengadilan mengenai hapusnya sesuatu hak harus dilaksanakan lebih

dahulu oleh pejabat yang berwenang, sebelum didaftar oleh Kepala Kantor

Pertanahan.

6) Pencatatan perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan Pengadilan

atau penetapan hakim/Ketua Pengadilan oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam

daftar buku tanah yang bersangkutan dan daftar umum lainnya dilakukan setelah

diterimanya penetapan hakim/Ketua Pengadilan atau putusan Pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan berita acara eksekusi dari

panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Pencatatan yang dimaksud di atas dapat pula dilakukan atas permohonan pihak

yang berkpentingan dengan melampirkan:119

a) Salinan resmi penetapan atau putusan Pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap dan salinan berita acara eksekusi,

b) Sertipikat hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang

bersangkutan,

c) Identitas pemohon.

7) Pihak yang berkepentingan dapat minta dicatat dalam buku tanah bahwa suatu

hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun akan dijadikan obyek

gugatan di Pengadilan dengan menyampaikan salinan surat gugatan yang

bersangkutan.

(30)

Catatan tersebut hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari

terhitung dari tanggal pencatatan atau apabila hak yang meminta pencatatan telah

mencabut permintaannya sebelum waktu tersebut berakhir.

8) Apabila hakim yang memeriksa perkara sebagaimana disebut di atas

memerintahkan status quo atas hak tanah atau hak milik atas satuan rumah susun

yang bersangkutan, maka perintah tersebut dicatat dalam buku tanah.Catatan

mengenai perintah status quo tersebut di atas hapus dengan sendirinya dalam

waktu 30 hari kecuali apabila diikuti dengan putusan sita jaminan yang salinan

resmi dan berita acara eksekusinya disampaikan kepada Kepala Kantor

Pertanahan.

9) Penyitaan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun dalam rangka

penyidikan atau penuntutan pidana dicatat dalam buku tanah dan daftar umum

lainnya serta kalau mungkin pada sertipikatnya berdasarkan salinan resmi surat

penyitaan yang dikeluarkan oleh penyidik yang berwenang sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Catatan mengenai penyitaan sebagaimana disebut di atas dihapus setelah sita

tersebut dibatalkan/diangkat atau penyidikan perbuatan pidana yang bersangkutan

dihentikan sesuai ketentuan yang berlaku atau sesudah ada putusan mengenai

perkara pidana yang bersangkutan.

10) Pencatatan lain dari pada yang dimaksud pada uraian di atas dalam rangka

(31)

dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan apabila permintaan untuk itu

disampaikan melalui dan disetujui oleh Menteri yang bersangkutan.

Apabila ketentuan-ketentuan terlaksana secara bertahap dan sesuai dengan

prosedula diatas, maka secara hukum balik nama kepemilikan atas tanah bangunan di

Kantor Pertanahan dimana tanah dan bangunan tersebut dapat dilakukan dengan baik

dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada yaitu: Peraturan

Pemerintah Nomor. 10 Tahun 1961 dan atau yang telah direvisi menjadi Peraturan

Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

C. Akta Jual Beli Oleh Pejabat Pembuat Tanah Sebagai Dasar Penyerahan Hak atas Tanah dan Rumah

Dalam penyelenggaraan tugas pemerintah keberadaan pejabat dalam suatu

tatanan ketatanegaraan sangat dibutuhkan, karena pejabat merupakan

pengejawantahan dari personifikasi Negara. Oleh karena itu, sukses tidaknya

sebuah lembaga negara ditentukan oleh kemampuan pejabatnya dalam

menjalankan roda Pemerintahan.120

PPAT adalah salah satu profesi yang ada di Indonesia, profesi yang sama

dengan notaris yang merupakan profesi yang menjalankan sebagian kekuasaan

Negara di bidang hukum privat dan mempunyai peran penting dalam membuat akta

otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.

120FineHandryaniAkibat Hukum Dari Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Bersertifikat Yang

(32)

PPAT menjalankan sebahagian fungsi kekuasaan Negara dibidang

administrasi pertanahan dengan melakukan usaha dan kegiatan yang berkaitan

adanya pendaftaran, peralihan hak atas tanah dan satuan rumah susun.

Tugas dan fungsi PPAT merupakan fungsi administrasi Negara, dikarenakan

menjalankan tugas tertib administarsi pertanahanan sebagaimana tujuan diadakannya

pendaftaran tanah sebagaimana diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor.24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria.

Jual beli tanah adalah perbuatan hukum yang berupa penyerahan tanah hak

kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah itu berpindah kepada yang

menerima penyerahan).121Dalam Kitab Undang undang hukum perdata terkait

dengan penyerahan suatu barang maka bentuk penyerahan benda tersebut tergantung

kepada jenis benda tersebut. Terhadap benda bergerak dilakukan dengan penyerahan

nyata (feitelijke levering), sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan penyerahan

secara yuridis (yuridische levering), yaitu dengan balik nama (mutasi).122

Penyerahan barang tidak bergerak di atas didasarkan atas Pasal 616 yang

dihubungkan dengan Pasal 620 KUHPerdata yang berbunyi :

Penyerahan atau penunjukan akan kebendaan tidak bergerak dilakukan dengan

pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam

Pasal 620 ayat (1) dan (2)”

121Effendi Perangin-angin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah Dari Pandang Praktisi

Hukum,(Jakarta Rajawali Pers, , 1986), hal. 1

(33)

Pasal 620 KUHPerdata ayat (1) berbunyi :

Dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal yang

lalu, pengumuman termaksud di atas dilakukan dengan memindahkan sebuah salinan

otentik yang lengkap dari akta otentik atau keputusan yang bersangkutan ke kantor

penyimpanan hipotik, yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak bergerak

yang harus diserahkan berada, dan dengan membukukannya dalamregrister.

Pasal 620 KUHPerdata ayat (2) berbunyi :

Bersama-sama dengan pemindahan tersebut pihak yang berkepentingan harus

menyampaikan juga kepada penyimpan hipotik sebuah salinan otentik yang kedua

atau sebuah petikan dari akta/kutipan itu, agar penyimpan mencatat di dalamnya hari

pemindahan beserta bagian dan nomor dari register yang bersangkutan.

Oleh karena tanah dan bangunan merupakan barang yang tidak bergerak,

penyerahan kebendaan dari tanah setelah berlakunya UUPA dan peraturan

pelaksananya berupa tanah dan yang melekat diatasnya dilakukan dihadapan Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT) dengan cara dibuatkan akta PPAT yang dikatakan

sebagai akta otentik123yang kemudian akan dilakukan proses balik nama pada

sertipikat tanah di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN).

D. Konsekwensi tidak dilanjutkan Akta Pengikatan Jual Beli pada Akta Jual Beli

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa akta pengikatan jual beli lunas atas

tanah bersertifikat sebagai produk hukum notaris dibuat sebagai tindakan awal untuk

(34)

melakukan jual beli yang sebenarnya dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang

disebabkan oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya , namun

pada saat faktor yang menyebabkan terhambatnya jual beli atas tanah dan rumah

bersertifikat yang sebenarnya sudah dapat dilaksanakan oleh pihak pembeli

berdasarkan akta pengikatan jual beli terjadi beberapa hambatan untuk melanjutkan

perbuatan hukum jual beli tersebut disebabkan oleh hambatan hambatan yang muncul

disebabkan beberapa hal :124

1) Belum cukupnya biyaya pihak pembeliuntuk pelaksanaan pembuatan Akta

Jual Beli Dihadapan Pejabat Pembuat Akta tanah yang lebih besar

dibandingkan pembuatan Akta pengikatan jual beli

2) Terjadinya sengketa dikemudian hari setelah dilaksanakannya akta pengikatan

jual beli atas tanah dan rumah bersertifikat

3) Hilang atau musnah sertifikat tanah dan rumah yang dijadikan objek akta

pengikatan Jual Beli.

Akta jual beli hak atas tanah yang dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta

Tanah (PPAT) merupakan salah satu persyaratan untuk melakukan pendaftaran

peralihan hak125 bagi pemeliharaan data pendaftaran tanah dan telah ditegaskan

bahwa pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada

data fisik dan/atau data yuridis melalui obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar

(bersertipikat) dengan mencatatnya di dalam daftar umum. Pemegang hak atas tanah

124Hasil Wawancara dengan Notaris Musniwati Mustafa (Notaris di Medan) tanggal 26 Nopember 2015

(35)

yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan data obyek pendaftaran tanah

tersebut. Perubahan data fisik berupa:

a. Pemecahan bidang tanah,

b. Pemecahan sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanah,

c. Penggabungan dua atau lebih bidang tanah.

Sementara perubahan data yuridis berupa:

a. Peralihan hak karena jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam

perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya,

b. Peralihan hak karena pewarisan,

c. Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi,

d. Pembebanan hak tanggungan,

e. Peralihan hak tanggungan,

f. Hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan, hak milik atas satuan rumah susun dan

hak tanggungan,

g. Pembagian hak bersama,

h. Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan pengadilan atau penetapan

ketua pengadilan;

i. Perubahan nama akibat pemegang hak yang ganti nama;

j. Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah.

Jika Akta Pengikatan Jual beli tidak dilanjutkan prosesnya dalam Akta jual

(36)

terhadap data fisik dan data yuridis yang telah tercatat di berbagai dokumen atau

daftar, terutama pada buku tanah, sertipikat hak atas tanah, daftar tanah dan

lain-lainnya yang ada di Kantor Pertanahan. Tegasnya biarpun misalnya sebidang tanah

telah di jual si A (pemilik) kepada si B, jika tidak didaftarkan penjualan tanah

dimaksud ke Kantor Pertanahan maka secara formalnya (yuridis formil) tetap saja

(37)

BAB IV

PERTIMBANGAN HAKIM DIDALAM PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI MAHKAMAH AGUNG-RI NOMOR 396 PK/PDT/2014

A. Kompetensi Relatif, Kompentensi Absolut dan Pihak Yang Berperkara 1. Kompetensi Relatif

Kompetensi Relatif berkaitan dengan kewenangan mengadili/memeriksa

perkara dari suatu Pengadilan Negeri berdasarkan pada pembagian daerah hukum

(yuridiksi). Untuk Pengadilan Negeri daerah hukumnya meliputi daerah tingkat

Kabupaten/Kota di tempat Pengadilan Negeri itu berada.126

Kompetensi relatif mengatur pembagian kekuasaan mengadili

antar-pengadilan yang serupa, tergantung dari tempat tinggal tergugat. Pasal 118 HIR

menyangkut kekuasaan relatif, menyangkutdistributie van rechmact. Asasnya adalah

“yang berwenang adalah pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya meliputi

tempat tinggal tergugat”. Asas ini dalam bahasa latin dikenal dengan sebutan actor

sequitur forum rei.127

Terhadap asas actor sequitur forum rei, terdapat beberapa pengecualian,

sebagaimana diatur dalam pasal 118 HIR itu sendiri, yaitu:128

a. Gugatan diajukan pada pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya meliputi

tempat kediaman tergugat, apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahui.

126Bambang Sugeng dan Sujayadi, Hukum Acara Perdata dan Dokumen Litigasi Perkara

Perdata, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011) hal 24-25. 127Ibid.

(38)

b. Apabila tergugat terdiri dari dua orang atau lebih, gugatan dijatuhkan pada

tempat tinggal salah seorang dari para tergugat, terserah pilihan dari penggugat,

jadi penggugat yang menentukan dimana ia akan mengajukan gugatannya.

c. Akan tetapi, apabila pihak tergugat ada dua orang yaitu yang seorang, misalnya

yang berutang dan yang lain penjaminnya, maka gugat harus diajukan kepada

pengadilan negeri pihak yang berutang. Sehubungan dengan hal ini perlu

dikemukakan, bahwa secara analogis dengan ketentuan yang termuat dalam pasal

118 (2) bagian akhir ini apabila tempat tinggal tergugat dan turut tergugat

berbeda, gugatan konsumen diajukan ke kediaman Penggugat.

d. Apabila tempat tinggal dan tempat kediaman tergugat tidak dikenal gugatan

diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat

tinggat penggugat atau salah seorang dari penggugat.

e. Apabila tempat tinggal dan tempat kediaman tergugat tidak dikenal dan gugatan

ialah mengenai barang tetap, maka dapat juga diajukan kepada ketua pengadilan

negeri yang daerah hukumnya meliputi di mana barang tetap itu terletak.

f. Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, maka gugatan dapat

diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat

tinggal yang dipilih dalam akta tersebut.

2. Kompetensi Absolut

Kompetensi absolut129 ialah kewenangan memeriksa dan mengadili perkara

antar-Badan-badan Peradilan berdasarkan pada pembagian wewenang dan

(39)

pembebanan tugas (yuridiksi). Misalkan badan Peradilan Umum kompetensi

absolutnya ialah memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dan perdata pada

umumnya, sedangkan Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang memeriksa dan

mengadili sengketa-sengketa berkaitan dengan Keputusan Tata Usaha Negara

3. Pihak Yang Berperkara

Penggugat yaitu orang yang merasa bahwa haknya telah dilanggar, sedangkan

Tergugat yaitu orang yang ditarik ke muka Pengadilan karena ia dianggap atau dirasa

melanggar hak seseorang. Di sini dikatakan yang merasa haknya dilanggar,

dipakainya perkataan demikian karena belum tentu orang yang bersangkutan

benar-benar telah terganggu haknya, sedangkan dikatakan yang dirasa melanggar hak

seseorang, karena belum tentu yang bersangkutan melanggar hak orang lain. Dengan

demikian jelaslah bahwa selama belum ada keputusan Hakim yang mempunyai

kekuatan hukum yang tetap (pasti), maka seseorang tidak dapat secara langsung

dianggap telah melanggar hak seseorang atau sebaliknya.130

Dikatakan bahwa biasanya orang yang mempunyai kepentingan sendirilah

yang langsung menghadap di muka sidang Pengadilan. Keadaan demikian bukanlah

merupakan suatu keharusan, karena bisa saja orang atau para pihak yang terperkara

ini mewakilkan pada orang lain untuk atas namanya menghadap di muka sidang

Pengadilan.

Perkara ini melibatkan 2 (dua) pihak yang bersengketa, yaitu Penggugat,

Terbanding, selanjutnya pada tingkat kasasi di Mahkamah Agung-RI sebagai

(40)

Termohon Kasasi, adapun pihaknya dalam hal ini adalah: Ai Ling,bertempat tinggal

di Jalan Pukat II No. 10 Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung.

Selain pihak diatas, maka pihak selanjutnya adalah dahulu dikatakan sebagai

Tergugat, Pembanding, dan selanjutnya dikatakan sebagai Pemohon Kasasi, adapun

pihak tersebut adalah sebagai berikut:

a) Benny Halim, bertempat tinggal di Jalan Asia/Bakaran Batu No. 99 F/101 N,

Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area Kota Medan.

b) Lim Sae Tenbertempat tinggal di Jalan Asia/Bakaran Batu No. 99 F/ 101 N,

Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area, Kota Medan.

Pihak Pemohon Kasasi diatas, dalam kedudukannya masing-masing diwakili

oleh para kuasa hukumnya.

B. Alasan diajukannya Gugatan Penggugat Pada Pengadilan Negeri Medan Dalam Hukum Acara Perdata pada dasarnya terdapat dua macam perkara yang

diperiksa, yaitu:131

1. Perkaravolunter; dan

2. Perkarakontentiosa.

Dalam perkara volunter, biasanya yang diajukan ialah berupa suatu

permohonan. Dalam permohonan tidak ada sengketa, sehingga perkara volunter ini

bersifat ex parte (tanpa pihak lawan). Misalnya, apabila segenap ahli waris dari

seorang pewaris secara bersama-sama menghadap ke pengadilan untuk mendapat

suatu penetapan perihal bagian masing-masing dari warisan pewaris berdasarkan

(41)

pasal 263 HIR, maka di sini hakim hanya sekedar sebagai seorang tenaga tata usaha

negara. Hakim ini mengeluarkan suatu penetapan atau lazimnya disebut putusan

declaratoir, suatu putusan yang bersifat penetapan atau menerangkan saja. Dalam hal

ini hakim tidak memutuskan suatu konflik seperti halnya dalam suatu gugatan.

Permohonan yang banyak diajukan ke Pengadilan Negeri adalah permohonan sebagai

berikut:132

a Permohonan pengangkatan anak angkat;

b Permohonan pengangkatan wali;

c Permohonan pengangkatan pengampu;

d Permohonan perbaikan akta catatan sipil.

Adapun perkara kontentiosa bersifat sengketa, sehingga di sini

pihak-pihaknya saling berhadap-hadapan/berlawanan. Yang diajukan dalam perkara

kontentiosa ini adalah gugatan. Dalam suatu gugatan ada seorang atau lebih yang

merasa bahwa haknya atau hak mereka dilanggar, akan tetapi orang yang dirasa

melanggar haknya atau hak mereka itu, tidak mau secara sukarela melakukan sesuatu

yang diminta itu. Untuk menentukan siapa yang benar atau berhak, diperlukan adanya

suatu putusan hakim. Di sini hakim benar-benar berfungsi sebagai hakim yang

mengadili dan memutus siapa di antara pihak itu yang benar dan siapa yang salah.

Dalam Perkara Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor.

396 PK/Pdt/2014.

(42)

Adapun gugatan Penggugat yang disampaikan dan sekaligus di sidangkan

oleh Pengadilan Negeri Medan adalah sebagai berikut:133

Berawal Tergugat I dan Tergugat II adalah pasangan suami isteri semula

sebagai pemilik Tanah berikut Bangunan di atasnya terletak di Jl. Asia/Bakaran Batu

No. 99 F/101 N, Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area, Kota Medan

sesuai Sertifikat No: 1607/Sei Rengas II Surat Ukur No. 1694 Tahun 1988 terdaftar

atas nama Benny Halim dahulu bernama Lim Tek Beng.

Selanjutnya pada tanggal 14 Juni 2002 Para Tergugat menyewakan Tanah

berikut bangunan milik Para Tergugat tersebut di atas kepada Bank Negara Indonesia

(Persero) selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal 1 Juli 2002 sampai 30 Juni

2007, sesuai Akte Sewa Menyewa No. 4 Tahun 2002 yang dibuat di hadapan Notaris

di Lubuk Pakam Deli Serdang.

Sementara Tanah berikut Bangunan tersebut di atas disewakan, Para Tergugat

kemudian menjual Tanah berikut Bangunan milik Para Tergugat tersebut di atas

kepada Penggugat, sesuai dengan Akte Pengikatan Jual Beli No. 14 tanggal 26

September 2003 dan Surat Kuasa No. 15 tanggal 26 September 2003 dibuat di

hadapan Notaris di Medan, serta Kwitansi Tanda Terima Pembayaran harga jual beli

yang ditandatangani oleh Para Tergugat seharga Rp. 400.000.000.- (empat ratus juta

rupiah).

(43)

Berdasarkan hal diatas, maka pada tanggal 23 Agustus 2004 Tergugat I

kemudian mengajukan gugatan pembatalan Akte Pengikatan Jual Beli No. 14 tanggal

26 September 2003 dan Surat Kuasa No. 15 Tanggal 26 September 2003 di

Pengadilan Negeri Medan terdaftar dengan Register Nomor.

338/Pdt.G/2004/PN.Mdn. Dengan amar putusan Menyatakan sah dan berkekuatan

hukum Akta Pengikatan Jual Beli Nomor14 tanggal 26 September 2003 dan Surat

Kuasa Nomor 15 tanggal 26September 2003 dan putusan ini dikuatkan kembali oleh

hakim pada tingkat banding dan kasasi. Akan tetapi walaupun hakim telah

menyatakan Akta Pengikatan Jual Beli tersebut diatas telah berkekuatan hukum tetap

pihak Benny Halim tidak mau menyerahkan fisik bangunan rumah tersebut kepada

Ailing maka pihak Ai ling mengajukan gugatan kembali kepengadilan meminta

penyerahan objek atas Akta Pengikatan Jual Beli Nomor14 tanggal 26 September

2003.

C. Amar Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung-RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014Pada Setiap Tingkatan Peradilan Yang Menyidangkan Perkara Tersebut.

1. Amar Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung-RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014 Pada Tingkat Pengadilan Negeri Medan

Pada Pengadilan Negeri Perkara Kasasi Nomor. 396 PK/Pdt/2014 tercatat

dalam register Pengadilan Negeri Medan dengan Nomor Perkara

174/Pdt.G/2009PN-Mdn, dan pada Pengadilan Negeri Medan tersebut, maka Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Medan memutuskan perkara tersebut dengan amar putusan sebagai berikut:134

(44)

Dalam eksepsi:

1 Menolak eksepsi Tergugat I dan II;

Dalam konsepsi:

2 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian;

3 Menyatakan para Tergugat adalah pihak yang tidak berhak atas tanah berikut

bangunan diatasnya terletak di Jl. Asia/Bakaran Batu No. 99 F/101 N, Kel Sei

Rengas II, Kec Medan Area, Kota Medan sesuai Sertifikat No. 1607/Sei Rengas

II;

4 Menghukum para Tergugat untuk menyerahkan kepada Penggugat tanah berikut

bangunan diatasnya terletak di Jl. Asia/Bakaran Batu No. 99 F/101 N, Kel Sei

Rengas II, Kec Medan Area, Kota Medan sesuai Sertifikat No. 1607/Sei Rengas

II, dalam keadaan kosong;

5 Membebani kepada para Tergugat untuk membayar semua biaya yang timbul

dalam perkara ini yang ditaksir sampai hari ini sebesar Rp. 291.000.- (dua ratus

sembilan puluh satu ribu rupiah);

6 Menolak gugatan Penggugat selebihnya;

Amar Putusan sebagaimana yang telah disebutkan diatas, diucapkan oleh

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang menyidangkan perkara tersebut, pada

tanggal 19 Nopember 2009.

2. Amar Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung-RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014Pada Tingkat Pengadilan Tinggi Medan.

Pada Pengadilan Tinggi Medan Putusan Perkara Peninjauan Kembali

Mahkamah Agung-RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014 tercatat dalam register Pengadilan

(45)

persidangan di Pengadilan Tinggi Medan, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan,

mengambil sebuah amar putusan sebagai berikut:135

1 Menerima Permohonan Banding dari Para Tergugat/Pembanding.

2 Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri tanggal 19 Nopember 2009 Medan

Nomor.174/Pdt.G/2009PN-Mdn yang dimohonkan Banding tersebut.

3 Menghukum Para Tergugat/Pembanding untuk membayar ongkos perkara dalam

kedua tingkat peradilan dan dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.

150.000.- (seratus lima puluh ribu rupiah);

Putusan sebagaimana yang telah disebutkan diatas, diucapkan oleh Majelis

hakim Pengadilan Tinggi Medan pada tanggal 06 April 2011, yang menjadi catatan

penting pada amar Putusan Pengadilan Tinggi Medan ini adalah bahwa permohonan

banding dari Pemohon Banding tidak dapat diterima dengan alasan telah lewat waktu,

yang secara otomatis dapat diartikan bahwa Putusan Pengadilan Negeri Medan

sebagai amar yang masih berlaku dalam perkara ini.

3. Amar Putusan Mahkamah Agung-RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014Pada Tingkat Kasasi

Pada Tingkat Kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia Perkara

Perkara Peninjauan Kembali Nomor. 396 PK/Pdt/2014tercatat dalam register dengan

Nomor. 83 K/Pdt/2012, atas dasar hal itu Majelis Hakim Kasasi yang menyidangkan

perkara ini, memutuskan perkara tersebut, dengan amar sebagai berikut:136

(46)

1. Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi: 1. Benny Halim, dan

2.Lim Sae Tentesebut;

2. Menghukum Para Pemohon Kasasi/Para Tergugat untuk membayar biaya perkara

dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu Rupiah);.

4. Amar Putusan Mahkamah Agung-RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014

Adapun amar Putusan Mahkamah Agung–RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014 yang

diputuskan Majelis Hakim Peninjauan Kembali dalam perkara tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Menolak Peninjauan Kembali dari pada Pemohon Peninjauan Kembali: I. Benny

Halim, II. Lim Sae Tersebut;

2. Menghukum Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu para Pemohon Kasasi,

Tergugat I dan Tergugat II/Para Pembangding untuk membayar biaya perkara

dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sejumlah Rp. 2.500.000,- (dua juta

lima ratus ribu Rupiah).

D. Pertimbangan Hakim dalamPutusan Mahkamah Agung-RI Nomor. 396 PK/Pdt/2014

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah

meneliti secara saksama Memori Peninjauan Kembali tertanggal 2 Oktober 2013 dan

Kontra Memori Peninjauan Kembali tertanggal 9 Desember 2013, dihubungkan

dengan pertimbanganJudex Juris, ternyata tidak ditemukan adanya kekhilafan Hakim

maupun kekeliruan nyata dalam putusan tersebut, karena berdasarkan Akta

Pengikatan Jual Beli Nomor 14 tanggal 26 September 2003, Penggugat dan Tergugat

(47)

(sembilan ratus juta rupiah), harga tersebut oleh Penggugat telah dibayar seluruhnya,

maka jual beli tersebut sah, dan Penggugat sebagai pembeli beritikad baik harus

dilindungi;

Bahwa bukti baru (novum) yaitu bertanda P.PK-1 sampai dengan P.PK-4,

ternyata juga tidak bersifat menentukan, karena telah dipertimbangkan oleh Judex

Facti, sehingga bukti-bukti tersebut tidak dapat melemahkan bukti-bukti yang telah

diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali/Tergugat, sebagaimana yang telah

dipertimbangkan oleh Judex Juris, oleh karenanya alasan-alasan yang diajukan oleh

Para Pemohon Peninjauan kembali tersebut tidak termasuk alasan-alasan peninjauan

kembali sebagaimana yang dimaksud Pasal 67 huruf b dan f Undang-Undang Nomor

14 Tahun 1985, tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dan

ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua

dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka permohonan

peninjauan kembali yang diajukan oleh Para Pemohon Peninjauan kembali: I. Benny Halimdan kawan tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali dari Para

Pemohon Peninjauan Kembali ditolak, maka Para Pemohon Peninjauan Kembali

dihukum untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini.

Memerhatikan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

(48)

sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009

serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

E. Analisis atas Putusan Hakim Peninjauan Kembali Nomor. 396 PK/Pdt/2014 Majelis Hakim Peninjauan Kembali Nomor. 396 PK/Pdt/2014 mempunyai

pertimbangan yang sangat prinsip berupa menyatakan kesepakatan antara Penggugat

dengan ParaTergugat yang merupakan pihak dalam sengketa/perkara dengan

pengikatan jual beli tanah dengan akta pengikatan jual beli, dimana Penggugat telah

memberikan atau membayar lunas tanah beserta bangunan dengan nominal harga

tanah dan bangunan tersebut sebesar Rp. 900.000.000,- (sembilan satus juta Rupiah)

merupakan bentuk kesepakatan yang sah menurut hukum perdata sekaligus

mengakibatkan adanya pengalihan terhadap tanah dan rumah sebagaimana yang

dimaksud di dalam Akta Pengikatan Jual Beli No. 14 tanggal 26 September 2003

dan Surat Kuasa No. 15 tanggal 26 September 2003 dibuat di hadapan Notaris di

Medan, terhadap Tanah berikut rumah di atasnya terletak di Jl. Asia/Bakaran Batu

No. 99 F/101 N, Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area, Kota Medan

sesuai Sertifikat No: 1607/Sei Rengas II Surat Ukur No. 1694 Tahun 1988.

Putusan Peninjauan Kembali terhadap perkara tersebut, berarti mempunyai

esensi yang sama dengan putusan terhadap pengadilan di bawahnya, yang pada

intinya menyatakan akte pengikatan jual beli antara Penggugat dengan Para Tergugat

(49)

Putusan-putusan yang dimulai Pengadilan Negeri Medan dengan Nomor

Perkara : 174/Pdt.G/2009PN-Mdn Jo. Pengadilan Tinggi Medan dengan Nomor.

392/PDT/2010/PT-MDN, Jo. Putusan Kasasi dengan Nomor. Nomor. 83 K/Pdt/2012,

Jo. Putusan Peninjauan Kembali Nomor 396/PK/Pdt/2014 merupakan putusan yang

satu kesatuan menyatakan bahwa objek akta pengikatan jual beli yang terjadi

diantara Penggugat dengan Para Tergugat telah menjadi hak milik Ai ling.

Peralihan hak atas tanah dan rumah sebagaimana diatur di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo. Peraturan

Pemerintah Nomor. 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksana dari Peraturan

Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, mengatur cara

pemindaahan hak atas tanah yang terdiri dari beberapaproduk hukum yaitu:

1. Melalui jual beli dengan menggunakan akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT).( Pasal 37 PP Nomor 24 Tahun 1997 )

2. Melalui lelang, dimana Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat lelang tersebut,

dapat digunakan menurut hukum untuk dapat melakukan peralihan hak atas tanah

dan bangunan. ( Pasal 41 PP Nomor 24 Tahun 1997 )

3. Dan selanjutnya tanah dan bangunan dapat beralih di dasarkan adanya

putusan/penetapan pengadilan. (Pasal 55 PP Nomor 24 Tahun 1997 )

Dalam perkara ini, bentuk peralihan atas Tanah berikut Bangunan di atasnya

terletak di Jl. Asia/Bakaran Batu No. 99 F/101 N, Kelurahan Sei Rengas II,

(50)

Ukur No. 1694 Tahun 1988. Di dasarkan adanya peralihan secara meterilkeperdataan

antara Penggugat dengan Tergugat dengan menggunakan akte pengikatan jual beli,

dengan catatan penting akte pengikatan jual beli merupakan perjanjian yang dibuat

antara Penggugat dengan Tergugat yang berfungsi sebagai alat bukti telah terjadi

ikatan antara Penggugat dengan Tergugat dalam hal ikatan permulaan antara

Penggugat dengan Tergugat yang dibuktikan dengan telah dibayarkannya tanah dan

bangunan tersebut, sebagaimana harga yang telah disepakati oleh Penggugat dan Para

Tergugat sebesar Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta Rupiah).

Pembayaran dengan nominal sebagaimana yang telah diasebutkan diatas,

secara otomatis kewajiban Penggugat selaku pembeli telah dilaksanakan oleh

Penggugat dan dengan demkian juga, dalam hal ini Para Tergugat yang disebut juga

sebagai penjual telah menerima haknya berupa pembayaran yang telah dibayarkan

oleh Penggugat.

Akan tetapi, Para Tergugat tidak memberikan kewajibannya kepa Penggugat

untuk menyerahkan objek jual beli tersebut kepada Penggugat, dengan perbuatan

tersebut, secara nyata perbuatan Tergugat telah mengikari akte pengikatan jual beli

yang dibuat antara Penggugat dengan Para Tergugat.

Pengikaran tersebut, harus berakhir dengan putusan pengadilan yang telah

disebutkan diatas berupa memberikan keadilan kepada Penggugat oleh Majelis

Hakim Pengadilan Negeri yang menyidangkan perkara ini dengan Nomor.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini lebih besar dari hasil penelitian Patil dkk yang mendapatkan nilai tibiofibular clear space proyeksi anteroposterior 2,4mm dan lebih kecil pada proyeksi

So that, doing strategy of progressive interpretation of 3 of laws system (customary laws, Muslim laws, and state laws) which mean prohressive interpretations used to

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, maka kami mohon agar mahasiswa yang bersangkutan diberi izin untuk mengadakan studi lapangan

Motivasi kerja dan training dari perusahaan sebaiknya dapat dijalankan secara bersama dengan lebih baik lagi, karena berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa motivasi kerja dan

Universitas Sumatera Utara.. UNI VERSI TAS SUMATERA UTARA 25) Pariser D, Elewski B, Rich P, Scher R. Update on Onychomycosis: Effective Strategies for Diagnosis and

dengan menggunakan skalpel, bila perlu saya akan gunting kuku tersebut.. Seterusnya jamur yang terdapat dalam sampel dilakukan pewarnaan basah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa rasa percaya diri pada Siswi Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Bambanglipuro yang diwakili 45

Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam tanya jawab Nilai