BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kemampuan nasional dibidang perdagangan barang
mendorong berkembangnya bidang standardisasidalam mengantisipasiera
globlalisasi perdagangan dunia, ASEAN Free Trade Area (yang selanjutnya
disebut AFTA) 2003 dan Asia-Pacific Economic Cooperation(yang selanjutnya
disebut APEC) 2010-2020, menjadikan kegiatan standardisasi yang meliputi
standar dan penilaian kesesuaian (conformity assessment) secara terpadu perlu
dikembangkan secara berkelanjutan khususnya dalam memantapkan dan
meningkatkan daya saing produk nasional, memperlancar arus perdagangan dan
melindungi kepentingan umum.1
Perkembangan secara signifikan dilakukan Indonesia di era globalisasi
untuk memajukan berbagai bidang kehidupan yang dilakukan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup rakyat Indonesia.Kemajuan tersebut
khususnya terlihat dibidang perdagangan barang, banyak barang produksi asli
Indonesia yang sudah diterima oleh pasar internasional dan memiliki pelanggan
tetap. Hal ini merupakan kesempatan yang besar bagi negara kita untuk
meningkatkan daya saing dan meningkatkan perekonomian negara dengan
pengadaan barang yang berkualitas. Terlebih dengan bergabungnya Indonesia
dalam Masyarakat Ekonomi Asean (yang selanjutnya disebut MEA) dimana
1
“Badan Standardisasi Nasional”,
kesempatan para investor luar negeri untuk berinvestasi dan membuka usaha di
Indonesia semakin terbuka lebar, maka diharapkan produk dalam negeri mampu
bersaing dengan produk luar negeri. Akan tetapi, ada dampak negatif dalam era
perdagangan bebas ini yang memungkinkan arus barang dan/atau jasa dapat
masuk ke semua negara dengan bebas, sehingga berbagai macam jenis produk
akan banyak beredar di pasaran.2
Diterapkannya pasar bebas pada dasarnya dibutuhkan adanya kesiapan
bagi para Pelaku Usaha/Produsen di dalam menghasilkan dan memasarkan
produknya apakah sudah memenuhi kualitas mutu yang dikehendaki oleh pasar
tersebut. Syarat minimal adalah adanya standardisasi dan sertifikasi pada produk
yang dihasilkan dan dipasarkannya.3Barang dan/atau jasa dalam negeri di segala kategori harus memenuhi standardisasi agar produk dalam negeri bisa bersaing
secara sehat di dunia internasional.4
2
EllyHernawati,“Standardisasi Produk Lindungi Kepentingan Konsumen”, http://www.surabayapagi.com/index.php, diakses pada tanggal 3 November 2016.
3
Lihat : Bagian Menimbang huruf a. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, yang menyatakan bahwa : “Dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi, mutu barang, jasa, proses, sistem dan atau personel, yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat khususnya di bidang keselamatan, keamanan, kesehatan, dan lingkungan hidup maka efektivitas pengaturan di bidang standardisasi perlu lebih ditingkatkan”.
Standardisasi merupakan salah satu instrumen
regulasi teknis yang dapat melindungi kepentingan konsumen nasional dan
sekaligus produsen dalam negeri. Melalui regulasi teknis yang berbasiskan
standardisasi dapat dicegah beredarnya barang-barang yang tidak bermutu di pasar
4
Penerapan SNI,
domestik khususnya yang terkaitdengan kesehatan, keamanan,keselamatan, dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup.5
Standardisasi suatu unsur penunjang pembangunan mempunyai peranan
penting dalam usaha optimalisasi pendayagunaan sumber daya dan seluruh
kegiatan pembangunan. Perangkat-perangkatstandardisasi juga berperan untuk
menunjang kemampuan produksi dan produkivitas, khususnya dalam peningkatan
perdagangan dalam negeri dan internasional, pengembangan standardisasi serta
perlindungan pemakai.6Standardisasi sebagai suatu acuan dalam penggolongan barang dan/atau jasa yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Adanya
standardisasi ini juga dapat melindungi kepentingan konsumen dari tidak tepatnya
jumlah kuantitas produk hingga kandungan berbahaya yang mungkin terdapat
pada produk yang dibeli.7
Penetapan standardisasi produk sangat penting dalam rangka
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh produsen.
DiIndonesia ketentuan–ketentuan standardisasi
dicantumkan dalam Standar Nasional Indonesia (selanjutnya disebut SNI).
8
5
Eddy Herjanto, Pemberlakuan SNI Secara Wajib Di Sektor Industri: Efektifitas dan Berbagai Aspek dalam Penerapannya (Mandatory Application Of SNI In Industrial Sector: Effectivity And Aspects In Its Implementation),Jurnal Riset Industri Vol. V, No.2, 2011, hlm.121
6
Endang Sri Wahyuni, Aspek Hukum Sertifikasi dan Keterkaitannya dengan Perlindungan Konsumen (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.27.
7
Muh. Azwar Massijaya, Sik Sumaedi, Medi Yarmen, Tri Rakhmawati, Tri Widianti, I Gede Yudha Bakti, “Pemilihan SNI Wajib Sebagai Objek Penelitian dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)” (Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tangerang Selatan), hlm. 118.
Maka, SNI
bukanlah suatu kebijakan pemerintah yang menahan produk-produk luar negeri
untuk masuk dan bersaing di dalam negeri melainkan adalah untuk melindungi
kepentingan hukum konsumen yang tidak lain adalah masyarakat dalam negeri
8
Penerapan SNI,
sendiri. Kepentingan hukum tersebut adalah jaminan terhadap konsumen untuk
mendapatkan barang/jasa yang berkualitas baik.9
Salah satu bentuk pemberlakuan Standar Nasional Indonesia dapat
diterapkan pada kegiatan usaha di sektor makanan khususnya produk kopi, baik
bubuk kopi saja, ataupun kopi dalam kemasan instan. Hal ini menyangkut
keselamatan dan keamanan pangan bagi masyarakat, mengingat bahwa negara
berkewajiban melindungi masyarakat sesuai dengan amanat Undang–Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bagian pembukaan alenia
keempat yaitu bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia dibentuk untuk
melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupanbangsa,dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.Sehingga untukmewujudkan hal tersebutserta Ketentuan mengenai standardisasi nasional telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah RI Nomor 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional yang
ditetapkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 November 2000 (selanjutnya disebut
PP Standardisasi Nasional). Ketentuan ini adalah sebagai pengganti PP Nomor 15
Tahun 1991 tentang Standardisasi Nasional Indonesia dan Keppres Nomor
12/1991 tentang Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standar Nasional
Indonesia.Yang kemudian diatur secara umum setelah disahkannya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
(yang selanjutnya disebut UU Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian).
9
untukmemenuhi hak dankebutuhan dasar warganegara,maka
negaraharusmemberlakukan SNI Kopi sertamendukung perkembangan kegiatan
usaha di bidang produk makanan dan minuman kemasan.
Kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas ekspor pertanian
Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi. Jenis kopi yang berkembang di Indonesia
yaitu kopi arabika dan robusta. Produksi kopi di Indonesia sebagian besar berbasis
kopi Arabika. Salah satu kopi Indonesia yang khas dan unik, yaitu kopi luwak.
Hingga saat ini kopi tersebut termasuk kopi dengan harga termahal di dunia.10 Teknologi budi daya dan pengelolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam kopi
unggul, pemeliharaan, pemangkasan tanaman dan pemberian penaung,
pengendalian hama dan gulma, pemupukan seimbang, pemanenan, serta
pengolahan kopi pasca panen. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam
menentukan kualitas dan cita rasa kopi.11
Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh
rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan
produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang
tidak tepat antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan dan
penyangraian. Selain itu spesifikasi alat/mesin yang digunakan juga dapat
mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi.12
10
Thedora Dyah Ayu Larasati, Skripsi, “Pengaruh Suhu Dan Durasi Penyangraian Biji Kopi Arabika Luwak Dan Non Luwak Terhadap Sifat Fisikokimia Dan Sensori Kopi Bubuk”, (Semarang: Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata, 2014), hlm. i.
11
Pudji Rahardjo, Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta
(Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), hlm. 5
12Ibid.,
Berkembangnya perdagangan Internasional di zaman globalisasi ini
memunculkan peluang besar bagi produsen-produsen Internasional untuk
memperdagangkan produknya ke seluruh dunia. Terlebih lagi di negara
berkembang dimana produk itu tidak dapat dihasilkan. Dengan adanya merk-merk
internasional di bidang minuman instan dalam kemasan yang menguasai pasar
dunia, maka secara otomatis berpengaruh terhadap tingkat persaingan usaha
produk makanan.13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan standardisasi ialah
penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman (standar)
yang ditetapkan; pembakuan. Standardisasi ialah proses merencanakan,
merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan
mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan
semua pemangku kepentingan.
Negara-negara diminta untuk meningkatkan kewaspadaan
terhadap para produsen dan penjual yang terlibat dalam industri pangan.
Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tetapi juga menyangkut
kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan merupakan hak asasi
konsumen.
14
Mengingat pentingnya standardisasi ini, maka hal tersebut seharusnya
dapat mendorong Pelaku Usaha/Produsen untuk meningkatkan mutu dan daya
saing produksinya, baik dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
13
Adi Purna Wijaya, Skripsi, “Proses Sertifikasi SNI Untuk Impor Produk Peralatan Makan Dan Minum Melamin Pada PT. Famous Pacific Shipment Indonesia (FPS) Branch
Yogyakarta”, (Semarang, Bisnis Internasional, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 3.
14
maupun memenuhi kebutuhan luar negeri serta mampu menciptakan persaingan
usaha yang sehat diantara para Pelaku Usaha/Produsen, khususnya untuk produksi
barang yang sama atau sejenis.
Penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela. Namun, SNI yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan, keselamatan, keamanan, dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup (selanjutnya disebut K3L), atau atas dasar pertimbangan
tertentu dapat diberlakukan secara wajib. Berdasarkan alasan di atas maka
Kementerian Perindustrian telah memberlakukan penerapan beberapa SNI secara
wajib. Penerapan standar memerlukan prasarana teknis dan institusional meliputi
standar produk dan standar pendukungnya (cara uji, cara pengukuran, dsb),
lembaga penilaian kesesuaian (sertifikasi sistem mutu, sertifikasi personil,
inspeksi, laboratorium uji dan kalibrasi), dan peraturan perundang-undangannya
sendiri.15
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut dengan judul :“Akibat Hukum Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Kopi Secara Wajib Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian”.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaturan SNI di Indonesia?
15
2. Bagaimanakah prosedur pemberian Sertifikasi SNI terhadap produk kopi?
3. Bagaimanakah akibat hukum pemberlakuan SNI untuk Kopi secara wajib
ditinjau dari UU Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan
penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memahami pengaturan mengenaipelaksanaan SNI secara wajib
dalam bidang industri kopi.
b. Untuk mengetahui prosedur penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda
SNI. Dan untuk mengetahui tanggung jawab lembaga sertifikasi produk
(selanjutnya disebut LSPro) terhadap penerbitan sertifikat produk
penggunaan tanda SNI dalam rangka perlindungan konsumen.
c. Untuk mengetahui akibat hukum dari pemberlakuan SNI Kopi secara
wajib berdasarkan UU Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Untuk memberikan pemahaman mengenai pengaturan SNI, prosedur
penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda SNI, dan tanggung jawab
LPSPro terhadap penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda SNI
yang membahas masalah yang berkenaan dengan tema tulisan ini masih
minim maka penulisan ini didukung oleh pendapat sarjana, untuk itu
penulis mengharapkan tulisan ini dapat menambah wawasan pemikiran
terhadap SNI dan lembaga sertifkasi produk penggunaan tanda SNI, serta
akibat hukum dari pemberlakuan SNI Kopi secara wajib.
b. Secara praktis
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca, baik
kalangan akademis yang belum mengetahui SNI Kopi dan bagi para
konsumen agar mengetahui bahwa sebelum menggunakan suatu produk
dalam negeri hendaknya memperhatikan mutu dan kualitas produk
tersebut, salah satunya ialah dengan cara melihat apakah produk tersebut
sudah mendapat sertifikasi dan standardisasi melalui label SNI.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan di perpustakaan Pusat
Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
skripsi dengan judul “Akibat Hukum Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
Kopi Secara Wajib Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian” ini belum pernah ditulis sebelumnya.
Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai
melalui penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan
dari media cetak maupun media elektronik sehingga hasil penulisan ini dapat
dipertanggungjawabkan terutama secara ilmiah atau secara akademik.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan standardisasi ialah
penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman (standar)
yang ditetapkan;pembakuan.16Standardisasi ialah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan
mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan
semua pemangku kepentingan.17
Standar Nasional Indonesiaadalah dokumen berisi ketentuan teknis
(merupakan konsolidasi IPTEK dan pengalaman) (aturan, pedoman atau
karakteristik) dari suatu kegiatan atau hasilnya yang dirumuskan secara konsensus
(untuk menjamin agar suatu standar merupakan kesepakatan pihak yang
berkepentingan) dan ditetapkan (berlaku di seluruh wilayah nasional) oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (selanjutnya disebut BSN).
17
BSNuntuk dipergunakan oleh pemangku kepentingan18 dengan tujuan mencapai keteraturan yang optimum ditinjau dari konteks keperluan tertentu.19
2. Lembaga Sertifikasi Produk
Lembaga Sertifikasi Produk (selanjutnya disebut LSPro) di Indonesia
dalam rangka meningkatkan mutu dan dan daya saing produk untuk memasuki
pasar nasional, regional, maupun Internasional, serta memberikan perlindungan
pada konsumen, setiap produk yang akan diekspor maupun yang beredar di pasar
dalam negeri perlu diawasi dan dikendalikan mutunya, salah satunya melalui
Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (selanjutnya
disebut SPPT-SNI) atau standar lain yang diacu dan diakui oleh Lembaga
Sertifikasi Produk yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
(selanjutnya disebut KAN).20 3. Tanggung Jawab Produk
Suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang bergerak
dalam suatu produk (produsen) atau dari orang atau badan yang bergerak dalam
suatu proses untuk menghasilkan suatu produk (proses) atau orang atau badan
yang menjual atau mendistribusikan produk tersebut.21
18
Pemangku Kepentingan adalah pihak yang mempunyai kepentingan terhadap kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, yang terdiri atas unsur konsumen, Pelaku Usaha, asosiasi, pakar, cendikiawan, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan/atau Pemerintah Daerah. Lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
19
Indah Aritonang, “SNI ( Standar Nasional Indonesia), Standardisasi Tingkat Nasional”.
20
Balai Besar Keramik Bandung, “Overview Sertifikasi LSPro”, http://www.bbk.go.id/index.php/page/index/57/overview-lspro,diakses pada tanggal 4 November 2016.
21
4. Produsen
Produsen adalah pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang/jasa
dari barang-barang dan/atau jasa-jasa lain. Mereka dapat terdiri atas orang/badan
usaha berkaitan dengan pangan, orang/badan usaha yang memproduksi sandang,
orang/badan usaha berkaitan dengan jasa angkutan, perasuransian, perbankan,
orang/badan usaha berkaitan dengan kesehatan, obat-obatan, narkotika, dan
sebagainya.22
5. Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.23Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang tersebut diatas cukup memadai. Kalimat
yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”,
diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang
merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan
konsumen.24
F. Metode Penulisan
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Spesifikasi penelitian
22
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 11.
23
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 1.
24
Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersifat
deskriptif. Deskriptif artinya bertujuan untuk menggambarkan secara cermat
karateristik dari fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan), dan untuk
menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi.25 Dalam penulisan skripsi ini yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu mengkaji ketentuan-ketentuan
tentang pelaksanaan dalam penetapan SNI baik secara sukarela ataupun secara
wajib terhadap produk tertentu oleh Pemerintah. Adapun metode pendekatan yang
digunakan adalah metode pendekatan yuridis.Penelitian normatif dapat dikatakan
juga dengan penelitian sistematik hukumsehingga bertujuan mengadakan
identifikasi terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni
masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum,
hubungan hukum dan obyek hukum.26 2. Data penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.27Data penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research)
untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekundar, serta bahan
hukum tersier.28
a. Bahan hukum primer
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data sekunder, dimana data yang diperoleh secara tidak langsung.
25
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta : Garanit, 2004), hlm. 58.
26
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.15.
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.172.
28
Dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian,Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, serta
peraturan lain yang berkaitan dengan skripsi ini. Alasan penggunaan penelitian
deskriptif normatif ialah penelitian ini mengacu pada norma hukum yang terdapat
pada peraturan. Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian
kepustakaan yakni tata cara pengumpulan data yang bersumber pada bahan-bahan
kepustakaan.29
b. Bahan hukum sekunder
Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang SNI
seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis
ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan
diatas.
c. Bahan hukum tersier
Semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan
keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah
dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari
29
informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang
berkaitan dengan materi penelitian.
Muhammad Nazil dalam bukunya, dikemukakan bahwa studi kepustakaan
adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.30 4. Analisa data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data
berikut dengan analisisnya.31Metode analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.Metode penarikan
kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara
deduktif dan induktif.Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu
proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu
kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.32Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus
(sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru)
berupa asas umum.33
30
M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,2010), hlm. 111
31
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 69.
32
Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.
33Ibid.,
hlm. 10.
Penarikan kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkan
maupun induktif, sehingga akan dapat merangkum jawaban terhadap
permasalahan yang telah disusun.34
G. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran umum
dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari hubungan
antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang lain. Hal ini
sesuai dengan pengertian sistem yaitu rangkaian beberapa komponen yang satu
sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk terjadinya suatu hal. Skripsi ini
disusun dalam lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab
yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab
yang dimaksudkan. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan gambaran umum mengenai Latar Belakang
masalah yang menjadi dasar penulisan, Pokok Permasalahan,
Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II PENGATURAN STANDAR NASIONAL INDONESIA
Bab ini menerangkan tentang Pengertian SNI, Latar Belakang
Berlakunya SNI, Tunjuan dan Manfaat Penerapan SNI, Pengaturan
SNI menurut Peraturan Perundang-Undangan.
34
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah)
BAB III PROSEDUR PEMBERIAN SERTIFIKASI STANDAR NASIONAL
INDONESIA TERHADAP PRODUK KOPI
Bab ini membahas mengenaiBadan Sertifikasi Nasional sebagai
Penentu dalam Pemberian Sertifikasi Standar Nasional Indonesia.
Peran Lembaga Sertifikasi Produk sebagai Pemberi Sertifikasi Standar
Nasional Indonesia. Prosedur Pemberian Sertifikat Standar Nasional
Indonesia Terhadap Produk Kopi.
BAB IV AKIBAT HUKUM PEMBERLAKUANSTANDAR NASIONAL
INDONESIA KOPI SECARA WAJIB DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN
Bab ini membahasa tentang Hambatan Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia Kopi Terhadap Konsumen. Kemudian Dampak
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Kopi Terhadap Konsumen.
dan Tindakan Hukum Atas Pelanggaran Standar Nasional Indonesia
Kopi Oleh Produsen Kopi Menurut UU Nomor 20 Tahun 2014
Tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan yang
merupakan intisari bab-bab sebelumnya serta jawaban atas pokok
permasalahan dalam penulisan ini. Selain itu, penulis juga
mengemukakan saran-saran untuk penerapan Standar Nasional di