• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsepsi dan Kepercayaan Orang Dari Siombak Mengenai Makhluk Halus (Studi Kasus Lingkungan Tujuh (Siombak) Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsepsi dan Kepercayaan Orang Dari Siombak Mengenai Makhluk Halus (Studi Kasus Lingkungan Tujuh (Siombak) Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu unsur kebudayaan yang masih dipertahankan masyarakat Indonesia dalam perubahan budaya adalah sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan dijadikan pedoman dan pandangan hidup bagi masyarakat karena warisan leluhur yang harus tetap dilestarikan walaupun di zaman yang modern seperti sekarang ini. Asal usul kepercayaan itu adalah adanya kepercayaan manusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi dari padanya. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai hal untuk mencapai ketenangan hidup (Sujarwa,

1999: 139)

Unsur yang penting dalam sistem kepercayaan tersebut adalah “keyakinan

akan kebenaran pandangan”. Keyakinan ini berhubungan dengan “hati” manusia.

Kalau unsur “pandangan” berada dalam “jagad pemikiran”, maka unsur

“keyakinan” berada dalam “jagad perasaan”. Adanya keterkaitan antara “yang di

dalam pikiran” dengan “yang di dalam perasaan” inilah membuat apa yang di

dalam pikiran tersebut, pandangan-pandangan tersebut, menjadi tidak begitu mudah untuk berubah. (Ahimsa-Putra, Heddy Shri, 2012: 290)

(2)

pandangan-pandangan yang diyakini kebenarannya. Pandangan-pandangan yang diyakini kebenarannya inilah yang kita sebut sebagai “kepercayaan” atau

“keyakinan” (Koentjaraningrat, 1980: 19)

Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, yang diyakini kebenarannya baik secara eksistensial maupun substansial, mengenai hal-hal yang empiris maupun tidak empiris, yang mendasari proses adaptasi manusia terhadap dua dunia itu (empiris dan tidak empiris). Oleh karena di sini ada sejumlah pandangan dan atau pendapat yang seakan-akan membentuk suatu kesatuan karena tidak saling berlawanan isinya, maka pandangan-pandangan tersebut dapat dikatakan membentuk sebuah sistem. Oleh karena itu pula, “kepercayaan” ini lebih sering disebut sebagai sistem kepercayaan.

Sistem kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan yang lebih tinggi mendorong masyarakat untuk mempercayai hal-hal yang gaib termasuk Makhluk gaib. Menurut Maizudin (2010) makhluk adalah sebuah kata serapan dari bahasa Arab yang berarti “yang diciptakan”, sebagai lawan dari kata Kholik−“yang menciptakan.” Secara umum, kata ini merujuk pada organisme hidup yang

diciptakan oleh Tuhan. Selain itu, “makhluk” juga dapat merujuk pada:

• Makhkuk halus, adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bersifat gaib seperti

malaikat, setan, iblis atau jin.

• Makhluk legenda, adalah makhluk yang terdapat dalam legenda atau cerita

(3)

Yakni, makhluk gaib adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tak kasat mata atau makhluk yang eksistensinya tidak dapat dijangkau oleh panca indera manusia.

Makhluk gaib disini yang diangkat adalah makhluk halus berupa setan, jin atau iblis yang lebih sering terdengar dengan sebutan hantu. Hantu sebagai salah satu aspek dari “dunia lain” atau berbeda dengan alam manusia. Di Indonesia sendiri makhluk halus sangat dipercaya keberadaannya. Berdasarkan informasi dari seorang penduduk desa Mojokuto, Clifford Geertz secara sistematis menguraikan tiga jenis pokok makhluk halus yang dipercayai oleh sebagian besar orang Jawa yaitu: memedi (secara harfiah berarti tukang menakut-nakuti), lelembut(makhluk halus) dantuyul.(Geertz, 1981: 21)

(4)

bukan rumahnya dan wanita yang mengajaknya pulang bukanlah ibunya, melainkanwewe gombel.

Penduduk desa biasanya mencari anak yang hilang karenadigondol wewe dengan cara memukul bunyi-bunyian keliling desa karena menurut kepercayaan mereka, wewe sangat senang dengan bunyi-bunyian sehingga dia akan menari ketika mendengarnya. Pada saat dia menari itulah biasanya wewe lupa jika ia sedang menggendong seorang anak manusia dan akhirnya anak manusia itu jatuh dari gendonganwewedan akan ditemukan oleh para penduduk yang mencarinya.

Berbeda dengan memedi, lelembut dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit atau gila. Berdasarkan kepercayaan orang Jawa, jika lelembut itu masuk ke dalam tubuh orang dan kalau orang itu tidak diobati oleh seorang dukun asli Jawa, ia akan mati. Lebih dari itu, Dukun bahkan bisa mengatakan di bagian tubuh mana lelembut itu masuk, dan dapat mengeluarkannya dengan memijat tempat itu saja, misalnya kaki, lengan, atau bagian punggung. Karena lelembutsama sekali tidak tampak, dia juga tidak mengambil wujud salah seorang keluarga, tetapi mereka ini sangat berbahaya bagi manusia.

(5)

mempekerjakan mereka untuk kepentingannya sendiri. Kalau orang mau kaya, dia bisa menyuruh mereka mencari uang. Mereka bisa menghilang dan bepergian jauh hanya dalam sekejap mata hingga tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari uang untuk tuannya.

Kekuatan makhluk halus tersebut melahirkan sebuah sistem kepercayaan mistis, sakral dan magis yang semuanya terangkum dalam sebuah kebudayaan kejawen. Kekuatan alam dan makhluk gaib tersebut dapat dimanfaatkan oleh

manusia untuk memenuhi kebutuhan spriritualnya. Kekuatan yang bersifat adikodrati yang bersifat sakral, mistis dan magis tersebut oleh manusia sebagai tumpuan kehidupannya melalui ritual persembahan.

Peran bahasa lisan disini sangat berpengaruh karena pengetahuan pada manusia berawal dari interaksi atau komunikasi di antara mereka, antara individu satu dengan individu yang lain, dan sarana komunikasi yang fundamental adalah bahasa lisan. Dengan kata lain, eksistensi kesadaran manusia terhadap makhluk halus tersebut hanya dapat diketahui adanya lewat bahasa. Bahasa dapat dikatakan mencerminkan apa yang ada dalam kesadaran manusia tersebut. (Ahimsa-Putra, Heddy Shri, 2012: 282)

(6)

mempunyai keterbatasan pemikiran untuk menjangkau alam gaib. (Suwardi, 2007: 1)

Tetapi bagi orang tertentu ada yang menanggapinya begitu mendalam, seperti layaknya orang jawa yang percaya terhadap tiga makhluk halus yang telah dijelaskan oleh Geertz tersebut yang memiliki kesadaran bahwa terdapat makhluk halus yang justru akan mendatangkan keberuntungan contohnya tuyul. Atas dasar itu sebagian besar aktivitas hidup komunitas pendukungnya diperuntukkan bagi makhluk halus Sehingga ia diperlakukan secara khusus.

Di sisi lain, ada juga komunitas yang memiliki kesadaran bahwa makhluk halus tersebut justru dianggap sebagai tantangan hidup, keberadaannya sangat ditakuti oleh komunitas tertentu sehingga digelarlah ritual-ritual yang dapat mengusir keberadaan makhluk halus tersebut agar terhindar dari bahaya-bahaya gaib yang dapat mereka datangkan.

Orang di Siombak yang sekarang ini menjadi fokus penelitian saya termasuk dalam gagasan yang terakhir yakni selain mereka menanggapi begitu mendalam tentang keberadaan makhluk halus yang hidup berdampingan dengan mereka, masyarakat ini juga meyakini bahwa makhluk halus tersebut sebagai tantangan hidup bagi mereka. Keberadaan makhluk halus tersebut sangat mereka takuti sehingga pada masyarakat ini terdapat ritual-ritual untuk mengusir dan menangkis bahaya-bahaya yang dapat didatangkan oleh makhluk halus tersebut.

(7)

dengan makhluk halus yang justru makhluk ini adalah tantangan hidup mereka. Sehingga mengangkat judul penelitian skripsi yaitu: “Konsepsi dan

Kepercayaan Orang Dari Siombak Mengenai Makhluk Halus” (Studi Kasus Kelurahan Tujuh (Siombak) Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan).

1.2 Kajian Pustaka

Kajian tentang konsepsi suatu masyarakat mengenai makhluk halus telah banyak dilakukan oleh para ahli di Indonesia. Penelitian terdahulu misalnya; Sabda 2012 dalam jurnalnya yang berjudul Kepercayaan Bubuhan Kumai. Dijelaskan bahwa orang Kumai meyakini keberadaan makhluk-makhluk halus yang berperan penting dalam menjaga Kumai. Kepercayaan ini dapat dilihat bahwa warga Kumai merasa mereka ada penjaganya, sungai-sungai di Kumai pun ada penjaganya. Mereka meyakini benua ini dijaga oleh makhluk halus yang tersebar di empat penjuru Kumai: utara-selatan-timur-barat. Adapun makhluk-makhluk halus yang keberadaannya dipercayai hingga kini adalahdatu buayadan urang gaib. Karena itu, setiap tahun masyarakat harus mengadakan upacara

nyanggar dan babarasih (membersihkan) benua agar makhluk-makhluk tersebut tidakmehawur(mengganggu dan membuat kerusakan.1

Beberapa peristiwa yang berkaitan dengan makhluk halus dituturkan secara lisan dan dipercaya sebagai faktual. Sungai Nyirih dipercaya ada

(8)

penjaganya berupa makhluk halus. Orang memang banyak yang tidak percaya, tapi ada kejadian yang membuktikan keberadaan makhluk halus ini. Seorang pengusaha yang membangun sebuah pelabuhan di sana telah membuktikannya. Orang-orang kampung sekitar telah menyarankannya agar mengadakan selamatan, tetapi pengusaha tersebut tidak percaya, dan pelabuhan pun dibangun disana. Bahan-bahannya dari kayu ulin yang sangat kokoh, sehingga tidak mungkin roboh atau rusak. Namun yang terjadi, pelabuhan tersebut hilang tanpa meninggalkan bekas apa pun. Menurut kesaksian orang yang kebetulan memancing di dekat lokasi tersebut, pelabuhan itu bergerak ke laut dan akhirnya tenggelam. Orang Kumai mengatakan bangunan tersebut telah mengganggu datu buaya yang merupakan penunggu sungai tersebut, sehingga ia marah dan membuang bahan-bahan pelabuhan tersebut ke laut. Kejadian yang sama terulang lagi waktu pengusaha lain membangun pelabuhan di sebelahnya, dan pelabuhan tersebut juga hilang. Kejadian ini diyakini betul oleh masyarakat Kumai, sehingga tidak ada yang berani membangun pelabuhan di sungai tersebut, kecuali mendapat dukungan dari makhluk halus yang menjaganya.

Sehingga disekitaran Sungai Kalap yang terdapat sebuah pancuran air terlihat di sudut-sudut pancuran terdapatancak(tempat sesajen) yang berisiwadai apam (roti khas Kumai), rokok selinting (sebatang rokok berasal dari tembakau dan dibungkus dengan daun kelapa muda), dan sebuah telur ayam kampung matang. Sesajen tersebut diberikan kepada makhluk gaib penghuni Sungai Kalap.

(9)

luar yang disebutkan dalam Al-Qura’an dan hadis. Mereka mempercayai adanya makhluk-makhluk halus yang mempunyai hubungan “persaudaraan” dengan manusia, karena dipercaya sama-sama dilahirkan. Untuk itu mereka memberikan perlakuan khusus kepada makhluk-makhluk tersebut agar memperlancar kegiatan dan hajat mereka. Keyakinan yang mengandung unsur-unsur ajaran lama sebelum Islam seperti ini dianggap kebenaran dan sulit ditinggalkan. Kejadian-kejadian gaib ditempat-tempat tertentu dianggap sebagai bukti hadirnya berbagai macam makhluk halus.

Melihat peran dan fungsi makhluk halus lokal Bubuhan Kumai seperti diuraikan secara singkat diatas, tampak sekali bahwa makhluk halus bukan hanya merupakan mitos semata-mata. Makhluk-makhluk tersebut diakui keberadaannya dan hidup berdampingan dengan masyarakat lokal yang bertugas untuk melindungi dan menjaga Kumai. Kepercayaan ini diwariskan secara

turun-temurun yang memuat nilai-nilai budi pekerti yang dilestarikan oleh pemiliknya.

Kajian yang lainnya yaitu Dewi Astuti dalam bukunya “Adat Istiadat: Masyarakat Jawa Barat (2014) yang membahas sistem kepercayaan penduduk Kampung Naga. Tulisan ini merupakan salah satu sub judul bab yang ada dalam buku yang memuat berbagai macam kampung yang ada di Jawa Barat. Dijelaskan bahwa penduduk Kampung Naga masih sangat taat memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.

(10)

karuhun. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukankaruhunnyadianggap tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak menghormatikaruhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka.

Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada makhluk halus masih dipegang kuat. Misalnya, percaya adanya jurig cai, yaitu makhluk halus yang menempati air atau sungai terutama bagian sungai yang dalam “leuwi. Mereka juga percaya adanya ririwa, yaitu makhluk gaib yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam hari, ada pula yang disebutkunti anak,yaitu makhluk halus yang berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang atau akan melahirkan. Tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal makhluk gaib oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai tempat yang angker atausanget.Sedangkan tempat-tempat seperti makam Sembah Eyang Singaparna, Bumi Ageng dan Masjid merupakan tempat yang dipandang suci bagi masyarakat Kampung Naga. Aktivitas kehidupan masyarakat Kampung Naga masih patuh dan melaksanakan ketentuan hukum yang tidak tertulis, seperti pantangan ataupamali. Misalnya dalam hal tata cara membangun dan bentuk rumah, arah rumah, upacara dan lain-lain.

(11)

dengan selokan, tempat air mulai masuk atau disebut dengan huluwotan, tempat-tempat lereng bukit, tempat-tempat antara perkampungan dengan hutan dan sebagainya. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat-tempat yang didiami oleh kekuatan-kekuatan tertentu. Daerah yang memiliki batas-batas tertentu tersebut didiami oleh makhluk-makhluk halus dan dianggap angker atau sanget. Itulah sebabnya di daerah itu masyarakat Kampung Naga suka menyimpan“sesajen”(sesaji).

Masyarakat Kampung Naga juga memiliki kepercayaan yang disebut denganpalintangan. Pada saat-saat tertentu ada bulan atau waktu yang dianggap buruk, pantang atau tabu untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang amat penting, seperti membangun rumah, perkawinan, khitanan dan upacara adat. Waktu yang dianggap tabu disebut larangan bulanan. Larangan bulanan jatuhnya pada bulan Safar dan bulan Ramadhan. Pada bulan-bulan tersebut dilarang atau tabu mengadakan upacara karena hal itu bertepatan dengan upacara menyepi.

(12)

Kajian selanjutnya adalah Clifford Geertz dalam bukunyaAbangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa (1981) secara sistematis menguraikan tiga jenis pokok makhluk halus yang dipercayai oleh sebagian besar orang Jawa yaitu: memedi(secara harfiah berarti tukang menakut-nakuti),lelembut(makhluk halus) dantuyul.(Geertz, 1981: 21)

Menurut Konsepsi orang Jawa, memedi hanya mengganggu orang atau menakuti-nakuti mereka, tetapi biasanya tidak sampai merusak atau mencelakakan orang yang diganggunya. Memedi laki-laki disebut genderuwo dan yang perempuan disebut wewe (istri genderuwo yang selalu menggendong anak kecil dengan selendang di pinggang, sebagaimana ibu-ibu biasa). Mereka menggambarkan ciri fisik wewe sebagai hantu wanita yang memiliki payudara sangat besar dan panjang hingga menjuntai menutupi seluruh perutnya. Wewe ini biasanya suka menculik anak-anak yang sering keluar pada saat petang menjelang Maghrib untuk dibawa ke tempat tinggal wewe tersebut yang disebut kantong wewe. Ketika hendak membawa anak yang akan diculik, wewe pada umumnya menyamar menyerupai ibu anak tersebut kemudian membujuknya pulang, dan ketika anak itu sudah sampai di rumah barulah dia menyadari bahwa ternyata itu bukan rumahnya dan wanita yang mengajaknya pulang bukanlah ibunya, melainkanwewe gombel.

(13)

sedang menggendong seorang anak manusia dan akhirnya anak manusia itu jatuh dari gendonganwewedan akan ditemukan oleh para penduduk yang mencarinya.

Berbeda dengan memedi, lelembut dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit atau gila. Berdasarkan kepercayaan orang Jawa, jika lelembut itu masuk ke dalam tubuh orang dan kalau orang itu tidak diobati oleh seorang dukun asli Jawa, ia akan mati. Lebih dari itu, Dukun bahkan bisa mengatakan di bagian tubuh mana lelembut itu masuk, dan dapat mengeluarkannya dengan memijat tempat itu saja, misalnya kaki, lengan, atau bagian punggung. Karena lelembutsama sekali tidak tampak, dia juga tidak mengambil wujud salah seorang keluarga, tetapi mereka ini sangat berbahaya bagi manusia.

(14)

1.2.1 Konsepsi

Konsepsi berasal dari kata konsep yang menurut Singarimbun dan Effendi (1993) konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. menurut Dahar (1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili kelas objek-objek tertentu, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

Jadi, konsep adalah sebuah ide abstrak, gagasan yang mendasari suatu objek yang dituangkan dalam suatu istilah yang digunakan untuk memahami hal-hal lain dalam suatu fenomena, sehingga ide abstrak atau gagasan tersebut dapat dimengerti oleh orang lain dengan jelas.

Setiap konsep memiliki tafsiran yang berbeda-beda di setiap individu yang memahaminya. Tafsiran seseorang terhadap suatu konsep di sebut konsepsi. (Mariawan, 2002). Konsepsi merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu objek yang diamatinya.

1.3 Rumusan Masalah

(15)

Orang Siombak mengenai Makhluk halus. Adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siapa saja makhluk halus yang diyakini keberadaannya oleh orang di Siombak? Serta bagaimana pula wujud dari makhluk halus yang diyakini keberadaannya tersebut?

2. Bagaimana sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing makhluk halus tersebut?

3. Bagaimana pula interaksi yang terjalin antara orang di Siombak dengan makhluk halus tersebut?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui siapa saja makhluk halus yang diyakini keberadaannya oleh orang di Siombak serta untuk mengetahui wujud dari makhluk halus tersebut.

2. Untuk mendeskripsikan sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing makhluk halus tersebut.

3. Untuk mengetahui interaksi yang terjalin antara orang di Siombak dengan makhluk halus tersebut.

1.5 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

(16)

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang konsepsi dan kepercayaan Orang Siombak mengenai makhluk halus yang dikaji secara antropologis serta dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literature kajian terhadap perkembangan ilmu antropologi sekaligus menjadi acuan bagi penelitian berikutnya, khsusnya kajian yang berhubungan dengan konsepsi dan kepercayaan Orang Siombak mengenai makhluk halus yang dikaji secara antropologis.

1.6 Metode Penelitian

(17)

Tahap persiapan dan pelaksanaan yang akan dilakukan dalam penelitian meliputi beberapa tahap, yaitu :

• Tahap persiapan penelitian: langkah awal yang dilakukan oleh peneliti

adalah membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian ini. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya dapat berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, sebelum digunakan dalam wawancara dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang lebih ahli atau significant other yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Selanjutnya peneliti membuat kesepakatan dengan informan dan mengatur waktu serta tempat pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara. Peneliti juga perlu menyiapkan voice recorder dan camera yang akan digunakan untuk merekam jalannya wawancara agar semua informasi akurat tidak ada yang terlupakan.

• Tahap pelaksanaan penelitian: Dalam melakukan wawancara, hal penting

(18)

juga melakukan observasi selama wawancara dengan memperhatikan dan mencatat tingkah laku informan selama wawancara, interaksi informan dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

1.6.1 Teknik Wawancara

Dalam penelitian ini bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur, karena pertanyaan yang diberikan berisi tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek dan subjek diberikan kebebasan menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya sesuka hati. Wawancara tidak berstuktur lebih bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara jenis ini memang tampak luas dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu wawancara dilakukan. Serta subjek diberikan kebebasan menguraikan jawabannya dan mengungkapkan pandangannya sesuka hati.

(19)

Penulis membagi informan menjadi dua jenis yaitu: informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah seseorang yang paham betul secara detail mengenai sistem kepercayaan lokal pada masyarakat Siombak. Selanjutnya informan biasa. Informan biasa adalah orang-orang yang turut melaksanakan serangkaian ritual-ritual sebagai upaya untuk menolak bahaya yang dapat mengganggu dan mengancam kehidupan mereka.

1.6.2 Teknik Observasi

Observasi yang penulis lakukan adalah observasi partisipasi yakni penulis ikut terlibat secara langsung di lapangan. Proses pengamatan dilakukan dengan cara mengamati peralatan-peralatan yang digunakan saat mereka menjalankan ritual, siapa-siapa saja pelakunya, waktu, peristiwa serta aktivitas yang mereka lakukan.

Observasi Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) salah satu hal yang penting tetapi sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak

terjadi. Hasil observasi menjadi data yang penting karena :

a) Peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks yang akan diteliti.

(20)

c) Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya sering mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.

d) Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

e) Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh perspektif selektif individu yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atai pihak-pihak lain.

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL : JEMBATAN RASA VS POLA MAKAN ANAK MEDIA : MINGGU PAGI. TANGGAL : 03

Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel Anova dalam kolom sig, jika nilai probabilitas <0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan secara variabel bebas terhadap variabel

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data serta data pendukung pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 maka refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut: (1) langkah-langkah

Kualitas hidup pasien urolithiasis pada komponen fisik dan komponen mental menunjukkan bahwa skor rata-rata komponen fisik kualitas hidup pasien yang terdiri

1) Nilai, sebagai pengkajian produk yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh

Kreatifitas anak dalam aspek ketrampilan bertanya, bekerjasama, ketepatan menjawab dan tanggung jawab menjadi 100 % pada siklus II, Berdasar hasil penelitian tersebut

Faktor pertama kualitas pelayanan atau jasa adalah konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan, kedua

Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar