• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara Chapter III IV"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA

SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Pengertian Sistem

Sistem merupakan suatu kerangka dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu organisasi atau perusahaan (Baridwan, 1991:4), sedangkan prosedur-prosedur yang saling berhubungan disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh adalah suatu urut-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu organisasi.

B. Pengertian Keuangan Daerah

(2)

kabupaten, pemerintah kota. Karena pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara.

Keuangan daerah adalah seluruh tatanan, perangkat kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja daerah (Jaya, 1999 :11). Oleh karena itu, Mardiasmo (2000:3) menyatakan bahwa dalam pemberdayaan daerah ini, maka perspektif perubahan yang dinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah :

1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public oriented);

2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran daerah pada khususnya;

3. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran pada partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnya;

4. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi dan akuntabilitas.

5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DRPRD, KDH dan PNS Daerah, baik ratio maupun dasar pertimbangannya.

6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggarankinerja, dan anggaran multi-tahunan;

(3)

asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat pemerintah daerah;

10. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi.

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dinyatakan oleh Devas (1989:279-280) adalah sebagai berikut:

1. Tanggung jawab (accountability). Pemerintah daerah harus mempertanggung

jawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan sah,

lembaga atau orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah dan

masyarakat umum.

2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata dan

dikelola sedemikian rupa sehinggan mampu melunasi semua kewajiban atau

ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka

panjang pada waktu yang telah ditentukan.

3. Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada

prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat

dipercaya.

(4)

mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

program dapat direncakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah

daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-

cepatnya.

5. Pengendalian aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas

pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan dapat tercapai.

Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelollan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pegelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

C. Manajemen Keuangan Daerah

(5)

Pemerintah sesuai dengan urusan Pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah, hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah, hak untuk mengelola kekyaan daerah, dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.

Di lain pihak, salah satu tugas Kepala Daerah dan Wakilnya adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. Untuk itu pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-undangan. Fungsi pengelolaan keuangan daerah meliputi perencanaan, pelaksanaan, penata-usahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah.

D. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah

Siklus Pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :

1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental 2. Perencanaan operasional

3. Penganggaran

4. Pengendalian dan pengukuran 5. Pelaporan dan umpan balik

- Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekuti yang

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

(6)

Kerja Pemerintah (RKPD).

- Pada tahap ketiga, berdasasrkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

- Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran.

- Dan tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri

dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan

laporan keuangan.

Laporan keuangan yang dimaksud disusun sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK. Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.. Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern.

(7)

dan akan memberikan pendapatan atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintah. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah/ Inspektorat Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.

E. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN PERUNDANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PP 58/2005 penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pengawasan keuangan daerah.

(8)

III.1 KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANNGAN DAERAH

IV.1 STRUKTUR PENGELOLAAN KEUANGAN SKPD KEPALA DAERAH

(9)

V.1 PEJABAT PENATAUSAHAAN KEUANGAN SKPD (PPK-SKPD)

1. Kepala SKPD (Pengguna Anggaran/Pengguna Barang)

Pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas dan wewenang : 1) Menyusun RKA-SKPD.

2) Menyusun DPA-SKPD.

3) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja.

4) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya.

5) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran. 6) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pinjaman.

7) Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

8) Menandatangani SPM atas beban anggaran belanja SKPD yang di- pimpinnya.

(10)

pimpinnya.

12) Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya

13) Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/ barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah, dan

14) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

2. Pejabat Pelaksanaa Teknis Kegiatan/ PPTK

Pejabat pengguna anggaran/ pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD atau PPTK.

Kriteria yang ditunjuk oleh PPTK berdasakan pertimbangan : kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan.atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/ kuasa pengguna barang.

Tugas PPTK :

- Mengendalikan pelaksanaan kegiatan

- Melaporkan perkembangan pelaksanaan

kegiatan; dan

- Menyiapkan dokumen anggaran atas beban

(11)

3. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.

PPK-SKPD mempunyai tugas :

 Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan

barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;

 Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU,

SPP-TU, dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undanngan yang diajukan oleh bedahara pengeluaran;

 Melakukan verifikasi SPP;

 Melakukan SPM;

 Melakukan verifikasi harian atas

penerimaan;

 Melaksanakan akuntansi SKPD; dan

 Menyiapkan laporan keuangan SKPD.

PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK, kecuali ditentukan lain atas pertimbangan kepala daerah.

2.1 Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

 Diusulkan PPKD kepada KDH untuk

ditetapkan sebagai bendahara untuk melaksanakan tugas kebendahraan dalam rangka pelaksanaan anggaran SKPD

(12)

 Secara langsung dan tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

 Dalam melaksanakan tugasnnya dapat

dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/atau bendahara pengeluaran pembantu.

 Secara fungsional bertanggung jawab kepada

PPKD selaku BUD.

 Secara administratif bertanggung jawab

(13)

DOKUMEN POKOK

PELAKSANAAN ANGGARAN

SPP (Surat Permintaan Pembayaran)

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab untuk mengajukan permintaan pembayaran.

1. SPP – Uang Persediaan (SPP-UP)

1.1 SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

2. SPP – Ganti Uang (SPP-GU)

2.1 SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

3. SPP – Tambahan Uang (SPP-TU)

3.1. SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat

(14)

mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

4. SPP – Langsung (SPP-LS)

4.1 SPP-LS untuk pengadaan Barang dan Jasa adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran pembantu untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kerja lainnya dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

4.2 SPP-LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran gaji dan tunjangan dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu.

4.3 SPP-LS PPKD adalah dokumen yang diajukan bendahara pengeluaran PPKD untuk permintaan pembayaran atas transaksi-transaksi yang dilakukan PPKD dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu.

KELENGKAPAN DOKUMEN SPP

Kelengkapan Dokumen SPP-UP :

 Surat Pengantar SPP-UP

 Ringkasan SPP-UP

 Salinan SPD

 Draf Surat Pernyataan Penggunaan

Anggaran yang menyatakan bahwa tidak boleh digunakan selain UP

(15)

Kelengkapan Dokumen SPP-GU

 Surat Pengantar SPP-GU

 Ringkasan SPP-GU

 Rincian SPP-GU

 Salinan SPD

 Surat Pengesahan Pertanggungjawaban

(SPJ)

 Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

yang menyatakan bahwa Tidak Boleh Digunakan Selain GU

 Dll.

Kelengkapan Dokumen SPP

Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan :

 Surat Pengantar SPP-LS

 Ringkasan SPP-LS

 Rincian SPP-LS

 Lampiran SPP-LS Pembayaran Gaji dan

Tunjangan a.I. :

a. Daftar pembayaran gaji induk/ gaji susunan / kekurangan gaji

b. SK CPNS/SK kenaikan pangkat/SK jabatan

c. Daftar keluarga (KP4)/surat nikah/akte

kelahiran

d. Surat pindah/Surat kematian

e. SSP PPh Pasal 21

f. Dll.

(16)

Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa:

a. Salinan surat rekomendasi dari SKPD tteknis terkait

b. SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh)

c. Surat perjanjian lerjasama/kontrak

d. Berita acara penyelesaian pekerjaan ? Serah terima

e. Kwitansi bermeterai/nota/faktur

f. Surat jaminan bank atau yang dipersamakan

g. Berita acara pemeriksaan

h. Surat pemberitahuan potongan denda

keterlambatan Pekerjaan

i. Photo/ buku/ dokumentasi kemajuan/

penyelesaian pekerjaan.

j. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam

kontrak, dll.

KELENGKAPAN DOKUMEN SPP

Kelengkapan Dokumen SPP terbagi atas :

 Permintaan pembayaran Belanja bunga,

subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan pembiayaan oleh bendahara pengeluaran SKPKD dilakukan dengan menerbitkan SPP-LS yang diajukan kepada PPKD melalui PPK SKPKD .

 Dokumen Bendahara pengeluaraan dalam

(17)

*BKU, buku bank/ simpanan, buku pajak, buku panjar, buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek dan register SPP-UP/GI/TU/LS

SPM

Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang lamgbat 1 hari sejak diterima SPP

SP2D

Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan Bendahara Umum Daerah berdasarkan SPM.

1. Dapat dicairkan pada Bank yang telah

ditunjuk

2. Bukan Alat Pembayaran

3. Dapat Diterbitkan, Jika :

a. Pengeluaran yang diminta tidak melampaui pagu anggaran yang tersedia; dan/atau

b. Didukung dengan kelengkapan dokumen

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

4. Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak

diterima SPM.

5. Penolakan/Dikembalikan paling lambat 1

(18)

PROSES PENCAIRAN DAN PEMBAYARAN LS

(19)

III.1 PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN

NO Uraian Keterangan

1. Memberi persetujuan pengesahan DPA-SKPD SEKDA

2. Mengesahkan DPA-SKPD & Anggaran Kas PPKD

3. Menerbitkan SPD PPKD selaku BUD

4. Menerima & menyetor penerimaan SKPD Bendahara Penerimaan

5. Penyiapan dokumen SPP-LS PPTK

6. Pengajuan SPP-UP/GU/TU/LS(sistem UYHD) Bendahara Pengeluaran

7. Pengajuan SPM-UP/GU/TU & SPM-LS Kepala SKPD

8. Mnerbitkan SP2D Kuasa BUD

9. Pertanggungjawaban Dana (SPJ) Kepala SKPD

F. SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

1. BENDAHARA PENERIMAAN SKPD

1.1 PENATAUSAHAAN PENERIMAAN PENDAPATAN

Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang

tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya. Bendahara penerimaan SKPD mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeriksaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan.

(20)

retribusi. Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan SKPD harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya dengan menggunakan formulir Surat Ketetapan Tanda Setoran (STS). Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah, Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (STS) dibuat sesuai dengan keteraturan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

A. PEMBUKUAN PENERIMAAN PENDAPATAN

Pembukuan pendapatan oelh bendahara penerimaan menggunakan Buku

Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan menggunakan Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan menggunakan dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan antara lain :

1. Surat Tanda Bukti Pembayaran 2. Nota Kredit

3. Bukti Penerimaan Yang Sah, dan 4. Surat Tanda Setoran

5. Daftar STS yang dibuat oleh bendahara penerimaan didokumentasikan dalam Register STS.

(21)

b. Pembukuan atas pendapatan yang dibayar melalui rekening bendahara penerimaan.

c. Pembukuan atas pendapatan yang dibayar melalui Kas Umum Daerah.

B. Pembukuan atas Pendapatan Secara Tunai

Proses pencatatan yang dilakukan dimulai dari saat bendahara penerimaan menerima pembayaran tunai dari wajib pajak atau wajib retribusi. Apabila pembayaran menggunakan cek/giro, maka pencatatan dilakukan ketika cek tersebut diuangkan bukan pada saat cek tersebut diterima. Selanjutnya pencatatan dilakukan pada saat bendahara penerimaan menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan [enyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran.

Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan tunai adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah, bendahara

penerimaan mengisi Bukti Penerimaan dan Penytoran pada bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu bendahara penerimaan mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran tunai.

2. Kemudian bendahra penerimaan mengidentifikasi jenis dan kode rekening pendapatan. Lali bendahara penerimaan mengisi komlom kode rekening.

(22)

1. Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian penyetoran kolom Tanggal, No.STS dan Jumlah Penyetoran.

Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS.

C. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan

Wajib pajak/ wajib retribusi dapat melakukan pembayaran melalui

rekening bendahara penerimaan. Dalam kondisi tersebut, pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi di bank mengenai adanya penerimaan pendapatan pada rekening bendahara penerimaan hingga penyetorannya.

Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penyetoran.

Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima di rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut :

(23)

2. Berdasarkan info tersebut dan info pembayran dari wajib pajak/retribusi (bisa berupa slipsetoran atau bukti lain yang sah), bendahara penerimaan melakukan verifikasi dan rekonsiliasi penerimaan tersebut.

3. Setelah melakukan verifikasi dan mengetahui asal penerimaan, bendahara penerimaan mencatat penerimaan di Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom nomor Bukti, kolom tanggak dan kolom cara pembayaran. Pada kolom cara pembayaran diisi dengan pembayaran melalui rekening bendahara penerimaan. 4. Kemudian bendahara penerimaan mengidentifikasi kolom kode

rekening sesuai dengan jenis pendapatan yang diterima. Setelah itu bendahara mengisi kolom jumlah sesuai dengan jumlah penerimaan yang didapat.

Langkah-langkah dalam membukukan penyetoran ke rekening kas umum daerah atas penerimaan pendapatan melalui rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut :

1. Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya dengan cara transfer melalui rekening bank bendahara penerimaan ke rekening kas umum daerah.

2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan, pada bagian penyetoran pada kolom Tanggal, No.STS dan Jumlah Penyetoran.

(24)

Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan melalui rekening bendahara penerimaan.

D. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum/Daerah

Wajib pajak/wajib retribusi dapar melakukan pembayaran secara langsung melalui rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi BUD mengenai adanya penerimaan pendapatan pada rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan.

Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima langsung di rekening bank Kas Umum Daerah adalah sebagai berikut :

1. Bendahara penerimaan menerima slip setoran bukti lain yang sah dari wajib pajak/retribusi atas pembayaran yang mereka lakukan ke kas umum daerah.

2. Berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan mencatat penerimaan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan.

(25)

E. Pertanggungjawaban Fungsional

Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan pertanggung-jawaban secara fungsional kepada PPKD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan format LPJ yang sama dengan pertanggungjawaban administratif. LPJ fungsional ini dilampiri dengan :

a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan

b. Register STS

c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian perttanggung-jawaban bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut :

1. Bendahara penerimaan menerima pertanggungjawaban yang dibuat oleh bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. 2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan pembantu. 3. Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan laporan pertanggungjawaban bendahara pembantu.

4. Bendahara dapat menyempurnakan laporannya apabila terdapat masukan dari PPK SKPD ketika melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban administratif. 5. Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu) lembar laporan pertanggungjawaban kepada PPKD sebagai bentuk pertangggung-jawaban fungsional paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

(26)

rekonsiliasi pendapatan.

Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN FUNGSIONAL BENDAHARA PENERIMAAN

SKPD : PERIODE :

A. Penerimaan Rp. . . 1. Tunai melalui bendahara penerimaan Rp. . .

2. Tunai melalui bendahara penerimaan

pembantu Rp. . . . . . . 3. Melalui ke rekening bendahara penerimaan Rp. . . 4. Melalui ke rekening kas umum daerah Rp. . .

B. Jumlah penerimaan yang haru disetorkan (A1+A2+A3) Rp. . .

C. Jumlah penyetoran Rp. . .

D. Saldo Kas di Bendahara Rp. . . 1. Bendahara Penerimaan Rp. . .

2. Bendahara Penerimaan Pembantu Rp. . . 3. Bendahara Penerimaan Pembantu Rp. . . 4. dst . . . Rp. . .

Mengetahui . . . ., tanggal . . .

(27)

Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan

(Tanda Tangan) (Tanda Tangan)

(Nama Jelas) (Nama jelas)

NIP. NIP.

2. BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU SKPD 2.1. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN PENDAPATAN

Bendahara penerimaan pembantu SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Keterangan Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya. Bendahara penerimaan pembantu SKPD mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeriksaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan.

Bendahara penerimaan pemabntu SKPD kemudia membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib pajak/wajib retribusi.

(28)

Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah, Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (STS) sibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

A. PEMBUKUAN PENDAPATAN

Pembukuan pendapatan oleh bendahara penerimaan pembantu menggunakan Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan Pembantu. Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan pembantu menggunakan dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan antara lain :

1. Surat Tanda Bukti Pembayaran 2. Bukti Penerimaan Yang Sah, dan 3. Surat tanda Setoran

Daftar STS yang dibuat oleh bendahara penerimaan pembantu didokumentasikan dalam Register STS. Khusus bendahara penerimaan pembantu ada satu prosedur pembukuan penerimaan dan cara pemabayaran yang dilakukan oelh wajib pajak atau wajib retribusi. Prosedur tersebut adalah pembukuan atas pendapatan yang dilakukan secara tunai.

(29)

dilakukan pada saat bendahara penerimaan pembantu menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran.

Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan tunai adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Bukti Penerimaan/ Bukti Lain Yang Sah bendahara penerimaan pembantu mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu Bendahara penerimaan pembantu mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran tunai.

2. Kemudian bendahara penerimaan pemabntu mengidantifikasi jenis dan kode rekening pendapatan. Lalu bendahara penerimaan pembantu mengisi kolom kode rekening.

3. Bendahara penerimaan pembantu mencatat niali transaksi pada kolom jumlah. Langkah-langkah pembukuan pada saat penyetoran adalah sebagai berikut : 1. Bendahara penerimaan pembantu membuat STS dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

2. Bendahara penerimaan pembantu mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pembantu pada bagian penyetoran kolom Tanggal, No.STS dan Jumlah Penyetoran.

(30)

3. BENDAHARA PENERIMAAN PPKD

Penerimaan yang dikelola PPKD dapat berupa pendapatan dana perimbangan, pendapatan lain-lain yang sah, dan pembiayaan penerimaan. Penerimaan-penerimaan tersebut diterima secara langsung di Kas Umum Daerah.

Berdasarkan penerimaan tersebut, Bank membuat Nota Kredit yang meemuat informasi tentang penerimaan tersebut, baik berupa informasi pengiriman, jumlah rupiah maupun kode rekening yang terkait. Bendahara penerimaan wajib mendapatkan nota kredit tersebut melalui mekanisme yang telah ditetapkan.

A. PEMBUKUAN PENERIMAAN PPKD

Pembukuan Pendapatan oleh bendahara penerimaan PPKD menggunakan Buku Penerimaan Pendapatan PPKD.

Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan PPKD menggunakan dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan, antara lain : 1. Nota Kredit

2. Bukti Penerimaan Lainnya Yang Sah

Pembukuan Pendapatan PPKD dimulai dari saat bendahara penerimaan PPKD menerima informasi dari BUD/Kuasa BUD mengenai adanya penerimaan di rekening kas umum daerah. Langkah-langkah pencatatannya adalah sebagai berikut :

(31)

tanggal dan kolom nomor bukti.

2. Kemudian bendahara penerimaan PPKD mengidantifikasi jenis dan kode rekening pendapatan.

3. Bendahara penerimaan PPKD mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah.

4. BENDAHARA PENGELUARAN SKPD

4.1. PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP).

Bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dalam rangka melakukan belanja. Dalam hal ini bendahara pengeluaran menyusun dokumen SPP yang dapar berupa :

a) Uang Persediaan (UP) b) Ganti Uang (GU) c) Tambah Uang (TU) d) Langsung (LS)

- LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan - LS untuk pengadaan Barang dan Jasa

Disamping membuat SPP Bendahara Pengeluaran juga membuat register untuk SPP yang diajukan, SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara.

A. SPP Uang Persediaan (UP)

(32)

dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa pembebanan pada kode rekening tertentu.

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP UP, selain dari dokumen SPP UP itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain :

a) Salinan SPD

b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran c) Lampiran lain yang diperlukan

Bendahara Pengeluaran SKPD dapat melimpahkan sebagian uang persediaan yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan pengguna anggaran.

B. SPP Ganti Uang Persediaan (GU)

(33)

maka SPP-GU yang diajukan adalah sebesar Rp. 80.000.000 dengan pembebanan pada kode rekening belanja terkait kegiatan tersebut.

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP GU, selain dari dokumen SPP GU itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain :

a) Salinan SPD

b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran c) Laporan Pertanggungjawaban Uan g Persediaan d) Bukti-bukti belanja yang lengkap dan sah

C. SPP Tambahan Uang (TU)

Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukup karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus dipertanggung-jawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali. Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang dikecualikan untuk :

a) kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan

(34)

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP TU, selain dari dokumen SPP T itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain :

a) Salinan SPD

b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

c) Surat Keterangan Penjelasan Keperluan Pengisian TU d) Lampiran lain yang diperlukan

D. SPP Langsung (LS)

SPP Langsung (SPP-LS); yang dipergunakan untuk pembayaran langsung pada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan. SPP-Ls dapat dikelompokkan menjadi :

a. SPP-LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan b. SPP-LS untuk pengadaan Barang dan Jasa

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP LS, selain dari dokumen SPP LS itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain :

Untuk SPP-LS Gaji dan Tunjangan a) Salinan SPD

b) Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

c) Dokumen-Dokumen Pelengkapan Daftar Gaji yang terdiri atas :

(35)

kenaikan pangkat; SK jabatan; Kenaikan gaji berkala; Surat pernyataan pelantikan; Surat pernyataan masih menduduki jabatan; Surat pernyataan melaksanakan tugas; Daftar keluarga (KP4); Fotokopi surat nikah; Fotokopi akte kelahiran;Surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji; Daftar potongan sewa rumah dinas; Surat keterangan masih sekolah/kuliah; Surat pindah; Surat kematian; SSP PPh Pasal 21; dan peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah.

5. BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU SKPD

5.1. PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang dilakukan bendahara pengeluaran pembantu meliputi :

a. Tambah Uang (TU)

b. Langsung (LS) Barang dan Jasa

Bendahara pengeluaran pembantu hanya mengajukan SPP TU dan SPP LS pengadaan Barang dan Jasa karena untuk UP/GU dan LS gaji hanya boleh dilakukan oleh bendahara pengeluaran. Disamping membuat SPP bendahara pengeluaran pembantu juga membuat register untuk SPP yang diajukan, SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara pengeluaran pembantu.

(36)

Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola oleh bendahara pengeluaran pembantu, dan uang persediaan yang diberikan oleh bendahara pengeluaran tidak mencukupi karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran pembantu dapat mengajukan SPP Tambahan Uang (TU). Batas jumlaj pengajuan SPP-TI harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP TU ini harus dipertanggungjawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali. Dalam hal dana tambahan uang tidak habs digunakan dalam 1 (satu) bulan maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang dikecualikan untuk :

a. kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan;

b. kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali KPA;

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP TU, selain dari dokumen SPP TU itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain :

a) Salinan SPD

b) Draft Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran c) Surat Keterangan Penjelasan Keperluan Pengisian TU d) Lampiran lain yang diperlukan

(37)

B. SPP Langsung (LS)

Bendahara pengeluaran pembantu dapat mengajukan SPP-LS Barang dan Jasa kepada Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD berdasarkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan, selain dari dokumen SPP-LS Barang dan Jasa itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain :

a) Salinan SPD

b) Draft Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran

c) Dokumen-dokumen Terkait Kegiatan (yang disiapkan oleh PPTK)

Setelah itu bendahara pengeluaran pemabntu mengisi dokumen SPP-LS yang telah disiapkan

C. Pertanggungjawaban Fungsional

Pertanggungjawaban fungsional dibuat oleh bendahara pengeluaran pembantu dan disampaikan kepada bendahara pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Pertanggungjawaban fungsional terjadi berupa Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dengan dilampiri dengan :

 Buku Kas Umum

 Laporan Penutupan Kas

(38)

6. BENDAHARA PENGELUARAN PPKD

6.1. PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang dilakukan bendahara pengeluaran PPKD adalah untuk melakukan pengeluaran/belanja PPKD dan pengeluaran pembiayaan. Dakam proses ini bendahara pengeluaran PPKD menyusun dokumen SPP-LS PPKD.

SPP-LS PPKD sebagai alat pengajuan dana atas belanja-belanja PPKD seperti belanja hibah, belanja bunga, dan belanja tak terduga. SPP-LS PPKD ini disusun oleh bendahara pengeluaran PPKD

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP-LS, selain dari dokumen SPP-LS itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain:

a) Salinan SPD

b) Lampiran lain yang diperlukan

(39)

2. PEMBUKUAN BELANJA PPKD

Pembukuan bendahara pengeluaran PPKD merupakan proses pencatatan SP2D LS PPKD ke dalam BKU Pengeluaran dan Buku Pembantu yang terkait. Pembukuan dimulai ketika bendahara pengeluaran PPKD menerima SP2D LS PPKD dari BUD/Kuasa BUD.

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pembukuan bendahara pegeluaran PPKD adalah :

1. Buku Kas Umum (BKU) – Bendahara Pengeluaran PPKD.

2. Buku Pembantu BKU – Bendhara Pengeluaran PPKD yang terdiri dari :

 Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Obyek-Bendahara Pengeluaran PPKD

3. PERTANGGUNGJAWABAN

Bendahara pengeluaran PPKD menyampaikan pertanggung-jawaban atas pengelolaan fungsi kebendaharaan yang berada dalam tanggung jawabanya setiap tanggal 10 bula berikutnya. Pertanggungjawaban disampaikan kepada PPKD. Dalam melakukan pertanggungjawaban tersbut, dokumen yang disampaikkan adalah Surat Pertanggungjawaban (SPJ).

Dokumen SPJ tersebut dilampirkan dengan :

1. Buku Kas Umum (BKU) –bendahara pengeluaran PPKD.

(40)

rincian obyek yang tercantum dalam ringkasan pengeluaran per rincian obyek dimaksud.

Di samping laporan pertanggungjawaban diatas Bendahara Pengeluaran PPKD membuat Register untuk SPP yang diajukan serta SPM dan SP2D yang telah diterbitkan.

7. PENYUSUNAN LAPORAN BENDAHARA UMUM DAERAH

Bendahara Umum Daerah membuat laporan atas kas Umum Daerah yang berada dalam pengelolaannya. Bendahara Umum Daerah menyampaikan laporan tersebut kepada Kepala Daerah. Dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh penatausahaan dan bukti-bukti transaksi pada kas umum daerah akan dijadikan dasar dalam membuat laporan SUD.

Laporan Bendahara Umum Daerah disusun dalam bentuk : a. Laporan Posisi Kas Harian (LPKH) ; dan

b. Rekonsiliasi Bank

(41)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, selain itu penulis juga memberikan beberapa saran yang mungkin bermanfaat demi kebaikan dan kemajuan Kantor Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

A. Kesimpulan

1. Dari uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan penatausahaan pengelolaan keuangan daerah, terutama didalam pelaksanaan sistem dan prosedur penerimaan kas pada Bendahara SKPD yang terjadi dilapangan Pemerintah Kota Medan sudah memakai Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

2. Masih kurangnya kepedulian para pimpinan dilingkungan pemerintah daerah untuk mendasarkan keputusannya pada informasi keuangan. Saat ini dorongan untuk mengembangkan akuntansi pemerintah lebih pada pemenuhan tuntutan peraturan perundangan, bukan karena kebutuhan akan informasi keuangan untuk dasar pengambilan keputusan dan peningkatan kinerja.

(42)

B. Saran

1. Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan, perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

3. Kepada pegawai yang telah mahir dan telah mengikuti pelatihan aplikasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah hendaknya dapat memberikan pelatihan secara intern kepada pegawai lainnya sehingga lebih memudahkan mereka untuk dapat menyesuaikan diri dengan format sistem dan prosedur penatausahaan

pengelolaan keuangan daerah yang baru.

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan

judul “Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah pada Setda Provsu”, yaitu lebih

Referensi

Dokumen terkait

Sistem merupakan sebuah tatanan atau keterpaduan yang terdiri atas sejumlah komponen fungsional dengan satuan fungsi dan tugas tertentu yang saling berhubungan

• Pengembangan model dengan asumsi perubahan peluang menetas telur menjadi jantan non-linear (polinomial) dalam paper ini juga dibahas, namun belum dilakukan pembedahan lebih

Kepolisian Negara RI mempunyai tugas dan fungsi untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelanan kepada masyarakat.

Hasil penelitian yang membuktikan bahwa Kualitas Layanan berpengaruh positif signifikan terhadap WOM (Word of Mouth) melalui kepuasan konsumen di Bus Putra Mas Kelas

Melalui video yang ditayangkan guru, siswa dapat mengetahui cara menggunakan secara sederhana teknologi transportasi masa lalu dan masa kini dengan tepat.. Disiplin

Petunjuk pelaksanaan pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.. Pasal

Fatwa tersebut kemudaian di adopsi menjadi Peraturan Bapepam LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah tahun 2012, yang terdapat dalam

Pemecahan masalah merupakan aktivitas yang memberikan tantangan bagi kebanyakan siswa, dan pemecahan masalah matematika akan dapat memotivasi minat siswa dalam belajar