1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kandidosis/kandidiasis adalah penyakit jamur yang akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans, dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Kandidiasis vagina adalah jamur pada dinding vagina yang disebabkan oleh genus candida albicans dan ragi (yeast) lain dari genus candida. Penyebab tersering kandidiasis vagina ialah candida albicans yaitu sekitar 85-90%.1
Kandidiasis vulvovaginalis atau kandidosis vulvovaginalis/kandida vulvovaginitis adalah infeksi vagina dan atau vulva oleh genus Candida, dengan berbagai manifestasi klinisnya yang bisa berlangsung akut, kronis atau episodik. Proses patologik yang timbul bervariasi dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut, kronis atau reaksi granulomatosis. Kandidiasis albicans ialah spesies endogen, maka penyakitnya merupakan infeksi oportunistik. Kandidiasis pada perempuan biasanya infeksi pertama timbul di vagina yang disebut vaginitis dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis) jika mukosa vagina dan vulva keduanya terinfeksi disebut kandidiasis vulvovaginalis. Tanda klinis khas dari kandidiasis mudah dikenal dengan istilah awam sariawan (thrush), dan keputihan (duh vagina) disertai iritasi atau gatal dengan berbagai manifestasi klinisnya yang bisa berlangsung akut, kronik, atau periodik. Terdapat faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen yang menyebabkan vaginal alkalinity sehingga munculnya vaginal candidiasis. Faktor endogen berupa perubahan fisiologik kadar hormonal seperti pada kehamilan, kegemukan, endokrinopati, dan penyakit kronik, usia dan imunologik. Sedangkan faktor eksogen adalah iklm, penggunaan antibiotik, kontak dengan pasien, dan personal hygiene.1
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis.
2
hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.2
Menurut Qomariyah dkk. angka prevalensi kandidiasis pada kelompok perempuan perilaku risiko tinggi adalah 11,2–28,9% angka tersebut justru lebih rendah dari kelompok perempuan perilaku risiko rendah melaporkan frekuensi kandidiasis vaginalis yang cukup tinggi pada tahun 1987 sebesar 40%, dan terus mengalami peningkatan menjadi 60% pada tahun 1991 dan menjadi 65% pada tahun 1995.3 Kandera dan Surya tentang hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dengan infeksi genitalia melaporkan bahwa di antara perempuan yang mengalami keputihan sebanyak 98,4% positif terhadap adanya bakteri.3
Penelitian di India menunjukkan 35% perempuan dewasa yang belum nikah dan 10% yang umur dari 16-22 tahun perempuan yang sudah menikah menderita kandidiasis vulvovaginal.4 Mengikut penelitian di Nigeria, pada umur 20-30 tahun dan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun menunjukan hasil positif dengan 8.5%. Namun prevalensi terinfeksi C. albicans lebih tinggi pada perempuan berumur 36-40 tahun dan 20-25 tahun mempunyai prevelensi yang kecil. Menurut Akortha et al dkk menyimpulkan bahwa pada usia 20-40 tahun merupakan usia puncak infeksi vaginal.5
Candida merupakan flora normal yang berada pada epithelium vagina, yang bersama dengan koloni lactobacilli menjaga derajat keasaman pH pada vagina tetap pada pentang 3,8 – 4,4. Satu faktor yang sangat berperan dalam perkembangan
Candida sehingga menyebabkan infeksi (vaginal candidiasis) adalah pH. Ketika pH pada vagina lebih alkaline, maka mikroba yang sebenarnya merupakan flora normal dapat tumbuh dengan cepat dan menyebabkan suatu masalah.5
Suatu penelitian di pusat klinik Obstetri dan Ginekologi di Universitas Sarajevo tahun 2006 mengenai Candida albicans dan non spesies albicans sebagai penyebab vaginitis pada perempuan hamil dan perempuan tidak hamil, didapati dari 447 perempuan sebagai sampel yang terdiri dari 203 perempuan hamil trimester akhir
3
dan 244 perempuan tidak hamil. Ternyata, didapatkan hasil bahwa pada perempuan hamil lebih banyak didapatkan hasil pemeriksaan yang positif pada pemeriksaan mikroskopik (40,9%), pemeriksaan kultur (46,8%) dan spesies Candida albicans
lebih banyak ditemukan pada perempuan hamil (40,9%) dibandingkan dengan kelompok kontrol (tidak hamil 23,0%).6
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti berminat untuk meneliti faktor yang menyebabkan terjadinya kandidiasis vulvovaginal pada perempuan di Puskesmas Pancurbatu.
1.1Rumusan Masalah
Bagaimanakah profil kandidiasis vulvovaginal di Puskesmas Pancurbatu? 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil penderita kandidiasis vulvovaginal di Puskesmas Pancurbatu tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui distribusi proporsi pasien kandidiasis vulvovaginal berdasarkan sosiodemografi yaitu usia, pekerjaan, pendidikan dan suku.
b) Mengetahui distribusi proporsi pasien kandidiasis vulvovaginal berdasarkan gejala klinis pasien kandidiasis vulvovaginal.
c) Mengetahui distribusi proporsi pasien kandidiasis vulvovaginal berdasarkan spesies kandida.
d) Mengetahui distribusi proporsi pasien kandidiasis vulvovaginal berdasarkan jumlah jenis kandida.
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Menambah wawasan, pengetahuan yang lebih mendalam bagi penulis. Menimba pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan khususnya tentang kandidiasis vulvovaginal.
1.4.2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi terbaru bagi Puskesmas Pancurbatu.
1.4.3. Untuk memberikan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran diri tentang penting kesehatan organ/system reproduksi.