• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food), Aktivitas Fisik dan Status Gizi Pada Remaja SMA Negeri 1 Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food), Aktivitas Fisik dan Status Gizi Pada Remaja SMA Negeri 1 Padangsidimpuan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Cepat Saji (fast food)

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza. Menurut Khasanah (2012), makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak yang tinggi dan rendah serat.Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga dapat mempengaruhi pola makan remaja. Bagi remaja, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga terjangkau sesuai dengan kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).

Makanan cepat saji sudah menjadi tren dikalangan remaja, selain menjadi tempat makan, restoran cepat saji juga menjadi tempat kumpul favorit dengan teman. Khomsiyah (2010) menunjukkan bahwa ramaja yang mengunjungi restoran makanan cepat saji rata-rata masih berpendidikan SMP dan SMU dan berasal dari keluarga ekonomi menengah keatas. Masalah pada restoran cepat saji adalah makanannya mengandung lemak dan garam yang tinggi. Minuman yang tersedia juga menambah masukan kalori berlebih pada remaja. Kalori dan lemak yang berlebihan akan disimpan dalam tubuh, keadaaan demikian yang terus menerus akan mengakibatkan penimbunan sehingga membuat orang menjadi

(2)

mengonsumsi makanan cepat saji cenderung mengalami kelebihan berat badan (Poltekes, Depkes. 2010).

Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya

pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa

meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang

sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food,

karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat.

Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar

dengan jajanan fast food (Khomsan, 2004).Makanan cepat saji mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana.Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Ade, 2010).

Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food

dijadikan sebagai pola makan setiap hari.Kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food) mengakibatkan masalah kesehatan karena sebagian besar fast food

(3)

olahraga yang teratur dan sesuaikan dengan usia (Mahdiyah, Zulaikhah & Asih, 2004).

2.1.1 Jenis Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Berikut ini adalah makanan siap saji modern yang paling popular diseluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Hamburger

Hamburger atau sering disebut dengan burger adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat, dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus seperti mayounes, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis.

2. Pizza

Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama kali popular di negara Italia.

3. French fries (kentang goreng)

French fries adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang yang digoreng dalam minyak goreng panas. French fries berasal dari negara Belgia. Kentang goreng bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau sebagai makanan pelengkap hidangan utama. Kentang goreng memiliki kandungan glukosa dan lemak yang cukup tinggi.

(4)

Fried Chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang umum dijual di restoran makanan siap saji (fast food). Fried Chicken umumnya memiliki protein, kolestrol dan lemak.

5. Spaghetti

Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti

adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging dan isinya.

Sedangkan menurut Lubis (2009) Yang tergolong dalam makanan siap saji modern antara lain hamburger, ayam goreng kentucky, pizza, spagetty, sosis, chicken nugget, kentang goreng, donat dan makanan cepat saji yang tradisional adalah mie goreng, mie instant, bakso, mie ayam, gorengan, gado-gado dan pecal. Jenis makanan cepat saji (fast food) yang biasa dikonsumsi oleh konsumen fried chicken, burger, spaghetti, dan french fries dan fried chicken

adalah menu yang paling diminati konsumen (Rahmadi, 2003) 2.1.2 Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji

Secara umum makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Dan berikut ini gambaran kandungan nilai gizi dari beberapa jenis makanan cepat saji yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena pengaruh tren globalisasi :

1. Komposisi gizi Pizza (100 g)

(5)

2. Komposisi gizi Hamburger (100 g)

Kalori (267 KKal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g), Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).

3. Komposisi gizi Fried Chicken (100 g)

Kalori (298 KKal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g). 4. Mie bakso sepiring 400 kalori

5. Chicken nugget 6 potong: 250 kalori 6. Komposisi chicken nugget:

protein 15,5%, lemak 9,7%, karbohidrat 66,7%

7. Mie Instant (1 bungkus) 330 Kalori

8. Kentang goreng mengandung 220 kalori (Muliany,2005). 2.1.3 Dampak Negatif Makanan Cepat Saji

Konsumsi makanan cepat saji yang terlalu sering dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Dampak negatif makanan cepat saji diantaranya adalah (Proverawati,2010) :

1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner.

2. Membuat Ketagihan

(6)

3. Meningkatkan Berat Badan

Jika suka mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemudian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar.

5. Memicu Diabetes

Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cepat saji akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di aliran darah.

6. Memicu Tekanan Darah Tinggi

(7)

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan cepat saji dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain :

1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan untuk menghindari makanan cepat saji beresiko. Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis makanan siap saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken

dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini hendaknya dibarengi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan cepat saji adalah hendaknya mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.

(8)

4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia, antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi jus merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan sebagaimana yang diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah hendaknya jus benar-banar dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu dengan berbagai jenis minuman jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali tidak mengandung komponen buah. 5. Beberapa saran yang perlu diingat dan penting bagi pecinta makanan siap saji adalah hendaknya memulai sarapan pagi dengan menu sehat seperti jus buah, susu rendah lemak atau sereal tinggi serat, dan jangan lupa mengonsumsi sayuran. Asupan makanan yang mengandung tinggi serat sangat bermanfaat dan dapat membantu memperlambat rasa lapar, sehingga akan menekan keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak atau paling tidak hasrat untuk menikmati akan tertunda. (Lubis 2009).

2.2 Aktivitas Fisik

(9)

aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010). Seluruh tubuh akan terasa sehat apabila seseorang memiliki aktivitas fisik yang aktif (Sizer dan Whitney,2006).

Aktivitas remaja sebagian besar banyak dilakukan di sekolah selama 8 jam meliputi kegiatan belajar dan bermain saat istirahat. Aktivitas berada dirumah kurang lebih 5-6 jam meliputi mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua dan bermain di lingkungan sebayanya. Aktivitas fisik remaja membutuhkan asupan pangan mengandung gizi yang cukup sehingga kondisi tubuh remaja akan tetap baik (Fatmah, 2011). Aktivitas fisik remaja membutuhkan asupan pangan mengandung gizi yang cukup sehingga kondisi tubuh remaja akan tetap baik (Fatmah, 2011).

(10)

1. Peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung

2. Penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung

3. Mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung 4. Peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik

5. Peningkatan metabolisme tubuh (berkaitan dengan gizi tubuh) 6. Meningkatkan kemampuan otot dan sendi, dan

7. Mencegah obesitas.

Beberapa penelitian epidemiologi menyebutkan bahwa obesitas pada remaja terjadi karena interaksi antara makan yang banyak dan sedikit aktivitas. Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya proses pembakaran energi sehingga semakin remaja beraktivitas semakin banyak energi yang terpakai. Hasil penelitian ini senada dengan studi yang dilakukan Sherwood (2000), yang menunjukkan bahwa olahraga berkonstribusi pada pencegahan kenaikan berat badan.

Aktivitas fisik terbagi tiga macam yaitu; aktivitas fisik ringan (berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, dan nonton TV), aktivitas sedang (berjalan cepat, berlari kecil, dan bermain tenis meja), aktivitas berat (bermain sepak bola, berenang, dan senam) dilakukan sedikitnya 60 menit setiap hari untuk mencegah berat badan berlebih (Nurmalina, 2011).

(11)

banyak energi yang tersimpan didalam tubuh (WHO, 2011). Banyaknya aktivitas fisik berbeda pada tiap individu tergantung pada gaya hidup perorangan dan faktor lainnya. Hasil penelitian Sartika (2011) anak yang tidak rutin berolah raga justru cenderung memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang rutin berolah raga. Makanan dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi timbulnya obesitas baik secara bersama maupun masing-masing.

Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan sebagai berikut : a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak

menyebabkan perubahan dalam pernafasan atau ketahanan (endurance). Contohnya seperti berjalan kaki, menyapu lantai, duduk, belajar di sekolah, menonton TV.

b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot yang berirama. Contohnya seperti berlari kecil, bersepeda, bermain musik, jalan cepat, berenang.

c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan (strength), menghasilkan keringat. Contohnya berlari cepat, bermain sepak bola, bela diri.

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam.

PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

(12)

Keterangan :

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR :Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu)

w : Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)

Tabel 2.1 Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical Activity

Level (PAL).

Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai Physical

Activity Level (PAL).

(13)

kesehariannya melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak energi seperti menari, berenang, bekerja sebagai buruh tani yang melakukan pekerjaan mencangkul, dan berjalan kaki dalam jarak yang jauh dengan beban yang berat. Tabel 2.2 Perhitungan tingkat aktivitas fisik untuk populasi

Kegiatan Alokasi

waktu

PAR Waktu

x PAR

Nilai PAL

Aktivitas ringan (Sedentary or lihgt activity lifestyle

Tidur 8 1 8 Aktivitas sedang (Activitas or moderately active lifestyle)

Tidur 8 1 8

Transportasi bekerja dengan bus 1 1.2 1.2

Berjalan 1 3.2 3.2 Aktivitas berat (Vigorous or vigorously active lifestyle)

(14)

Mengambil air 1 4.4 4.4

Pekerjaan rumah tangga 1 2.3 2.3

Berjalan 1 3.2 3.2

Kegiatan ringan 4 1.4 5.6

Jumlah 24 53.9 53.9/24 =

2.25

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan obesitas siswa SMP. Siswa yang memiliki aktivitas fisik rendah memiliki peluang untuk menjadi obesitas dibandingkan dengan kelompok siswa dengan aktivitas fisik tinggi (Indriawati & Soraya, 2009). Kelebihan energi karena rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko kegemukan dan obesitas.

2.3 Status Gizi

Menurut Almatsier (2002) status gizi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Banyak faktor yang berperan dalam memengaruhi status gizi seseorang, faktor yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Faktor langsung yang memengaruhi status gizi seseorang antara lain : pola konsumsi makanan sehari-hari, aktivitas fisik, dan keadaan kesehatan.

Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara

(15)

antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT/U) atau Body Massa Index

(BMI/U).

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) atau Body Massa Index for Age (BMI/U) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi remaja, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) dilakukan dengan menggunakan software WHO AnthroPlus dengan melihat nilai ambang batas Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) kemudian disesuaikan dengan kategorinya.

Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Remaja berdasarkan

Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010

(16)

nilai ambang batasnya diantara 1 sampai dengan 2. Sedangkan seseorang dikatakan obesitas apabila nilai ambang batasnya lebih dari 2.

2.4 Remaja

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dan masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan.Kategori periode usia remaja dari berbagai refresensi berbeda-beda, namun WHO menetapkan remaja berusia antara 10-19 Tahun. Pembagian kelompok remaja tersebut adalah remaja awal usia 10-14 Tahun, remaja menengah 15-17 Tahun, dan remaja akhir 18-21 Tahun. Perubahan sosial yang penting pada masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, penggelompokan sosial baru, dan nilai-nilai baru dalam pemilihan pemimpin, dan dalam dukungan sosial. Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya ketrampilan-ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa.

(17)

terdapat perubahan karakter seksual primer dan sekunder. Secara biologis, psikologis, dan kognitif perubahan yang terjadi pada saat remajadapat memengaruhi status gizi dan kesehatan. Pertumbuhan fisik yang cepat memerlukan energi dan zat gizi yang tinggi. Sedangkan perilaku hidup, seperti kemandirian, makan di luar rumah, penampilan dan ukuran tubuh, penerimaan kelompok, dan gaya hidup akan memengaruhi pemilihan dan pola makan.

Pada masa remaja ini tumbuh kembang berlangsung pesat baik fisik maupun psikologis. Untuk mengimbangi tumbuh kembang yang pesat ini anak harus mendapat perhatian termasuk gizi yang baik. Setelah pertumbuhan yang lambat pada masa anak, maka pada masa remaja ini ditandai dengan pertumbuhan yang sangat pesat seperti halnya pada masa bayi. Masa remaja merupakan waktu tumbuh cepat kedua setelah bayi. Saat terjadinya perubahan laju pertumbuhan ini sangat bervariasi (Almatsier, 2011).Saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dan dalam jumlah yang banyak.Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.Asupan makanan pada masa remaja sebaiknya mengandung jumlah zat-zat gizi yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Gizi yang baik selama remaja tidak hanya berpengaruh pada optimalisasi pertumbuhan saat remaja, tetapi juga pencegahan penyakit kronis setelah dewasa.

2.5 Kerangka Konsep

(18)

Aktivitas Fisik

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka konsep gambarankonsumsi makanan cepat saji, aktivitas fisik dan status gizi remaja

Berdasarkan skema diatas, variabel independen pada penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dan aktivitas fisik. Variabel dependen pada penelitian ini adalah status gizi.

Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat saji

- Sumbangan Konsumsi Makanan Cepat Saji - Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji

Gambar

Tabel 2.1 Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical Activity Level (PAL)
Tabel 2.2 Perhitungan tingkat aktivitas fisik untuk populasi
Gambar 2.1 Kerangka konsep gambarankonsumsi makanan cepat saji, aktivitas fisik dan status gizi remaja

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 7.. Sampel

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 9

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan makanan cepat saji ( fast food ), aktivitas fisik dan pengetahuan gizi dengan status gizi

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jumlah uang saku siswa dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

Keuntungan yang akan adek siswa/siswi peroleh sebagai sampel dalam penelitian ini adalah mengetahui tentang status gizi berdasarkan perhitungan berat badan, tinggi

Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 7.. Sampel

Saya sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik Dan Faktor Lain Dengan Gizi Lebih Pada Remaja SMU Sudirman di Jakarta Timur.. Saya

Setujukah Anda, bahwa dari segi kesehatan makanan cepat saji tidak baik dikonsumsi jika terlalu sering.. Setujukah anda, jika mengkonsumsi makanan cepat saji sebaiknya