• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komperatif Penggunaan Abu Gunung Vulkanik Sinabung Terhadap Abu Batu Pada Campuran Aspal Beton AC-WC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Komperatif Penggunaan Abu Gunung Vulkanik Sinabung Terhadap Abu Batu Pada Campuran Aspal Beton AC-WC"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PERKERASAN SECARAUMUM

Perkerasan merupakan campuran yang tersusun atas agregat, filler dan

aspal sebagai bahan pengikatnya yangdigunakan untuk melayani beban lalu lintas.

Perkerasan atau struktur perkerasan didefenisikan sebagai struktur yang terdiri

dari satu atau lebih lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan yang memiliki

kualitas yang baik. Jadi, perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang dibangun

di atas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu

lintas. Perkerasan dimaksudkan untuk memberikan permukaan yang halus dan

aman pada segala kondisi cuaca, serta tebal dari setiap lapisan harus cukup aman

untuk memikul beban yang bekerja di atasnya, oleh karena itu pada waktu

penggunaannya diharapkan tidak mengalami kerusakan-kerusakan yang dapat

menurunkan kualitas pelayanan lalu lintas.

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan

aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar

partikel agregat,dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal

dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan

pembentuknya. Fraksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat

(interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan,

bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat

kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja

(2)

sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan

beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat

diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan

dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai.Perkerasan jalan di Indonesia

umumnya mengalami kerusakan awal (kerusakan dini) antara lain akibat pengaruh

beban lalu lintas kendaraan yang berlebihan (over loading), temperatur (cuaca),

air, dan konstruksi perkerasan yang kurang memenuhi persyaratan

teknis.Berdasarkan gradasinya campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga

jenis campuran, yaitu campuran beraspal bergradasi rapat, senjang dan terbuka.

Tebal minimum penghamparan masing-masing campuran sangat tergantung pada

ukuran maksimum agregat yang digunakan. Tebal padat campuran beraspal harus

lebih dari 2 kali ukuran butir agregat maksimum yang digunakan. Beberapa jenis

campuran aspalpanas yang umum digunakan di Indonesia antara lain :

a) AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal) merupakan salah

satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis

perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal

sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Laston (AC) dapat

dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada konstruksi

perkerasan jalan, yaitu untuk lapis permukaan atau lapisan aus

(AC-wearing course) dan untuk lapis pondasi (AC-base, AC-binder, ATB

(Asphalt Treated Base)).

- Laston sebagai lapisan aus, dikenaldengan nama AC-WC

(3)

adalah 4cm. Lapisan ini adalah lapisan yangberhubungan langsung

dengan bankendaraan.

- Laston sebagai lapisan pengikat,dikenal dengan nama AC-BC(Asphalt

Concrete – Binder Course)dengan tebal minimum AC – BCadalah 5

cm. Lapisan ini untukmembentuk lapis pondasi jikadigunakan pada

pekerjaanpeningkatan atau pemeliharaanjalan.

- Laston sebagai lapisan pondasi,dikenal dengan nama AC-Base(Asphalt

Concrete-Base) dengantebal minimum AC-Base adalah 6cm. Lapisan

ini tidak berhubunganlangsung dengan cuaca tetapimemerlukan

stabilitas untuk memikulbeban lalu lintas yang dilimpahkanmelalui

roda kendaraan.

- Tabel 2.1. Ketentuan Sifat Campuran Laston (AC)

Sifat-sifat campuran Laston

AC-WC AC-BC AC-Base

Penyerapan aspal (%) Max 1.2

Jumlah tumbukan per bidang 75 112

Rongga dalam campuran (%) Min 3.0

Max 5.0

Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13

Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60

Stabilitas Marshall (kg) Min 800 1800

Pelelehan (mm) Min 3

250

4.5

Marshall Quotient (kg/mm) Min 300

Stabilitas Marshall sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 600C

Min

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Rev.2

b) HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)

c) HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal pasir)

Campuran beraspal panas terdiri atas kombinasi agregat, bahan pengisi (bila

(4)

Komposisi bahan dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus

direncanakan sehingga setelah terpasang diperoleh perkerasan beraspal yang

memenuhi kriteria :

h) Stabilitas yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu mendukung beban

lalu-lintas yang melewatinya tanpa mengalami deformasi permanen dan

deformasi plastis selama umur rencana.

i) Durabilitas yang cukup. Lapisan beraspal mempunyai keawetan yang

cukup akibat pengaruh cuaca dan beban lalu-lintas.

j) Kelenturan yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu menahan lendutan

akibat beban lalu-lintas tanpa mengalami retak.

k) Cukup kedap air. Lapisan beraspal cukup kedap air sehingga tidak ada

rembesan air yang masuk ke lapis pondasi di bawahnya.

l) Kekesatan yang cukup. Kekesatan permukaan lapisan beraspal

berhubungan erat dengan keselamatan pengguna jalan.

m) Ketahanan terhadap retak lelah (fatique). Lapisan beraspal harus mampu

menahan beban berulang dari beban lalu-lintas selama umur rencana.

n) Kemudahan kerja. Campuran beraspal harus mudah dilaksanakan, mudah

dihamparkan dan dipadatkan.

o) Untuk dapat memenuhi ketujuh kriteria tersebut, maka sebelum pekerjaan

campuran beraspal dilaksanakan, perlu terlebih dahulu dibuat formula

campuran kerja (FCK). Pembuatan Formula Campuran Kerja (FCK) atau

lebih dikenal dengan JMF (Job Mix Formula), meliputi penentuan proporsi

dari beberapa fraksi agregat dengan aspal sedemikian rupa sehingga dapat

(5)

campuran kerja dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dari

penentuan gradasi agregat gabungan yang sesuai persyaratan dilanjutkan

dengan membuat Formula Campuran Rencana (FCR) yang dilakukan di

laboratorium. FCR dapat disetujui menjadi FCK apabila dari hasil

percobaan pencampuran dan percobaan pemadatan di lapangan telah

memenuhi persyaratan.

Berdasarkan bahan pengikatnya perkerasan jalan dapat dibedakan atas:

a) Perkerasan lentur (flexible pavement)merupakan perkerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Perkerasan lentur memiliki

umur rentang antara 10-20 tahun masa pemakaian saja. Konstruksi

perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah

dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.

Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk menerima beban

kendaraan yang melaluinya dan meneruskan ke lapisan di bawahnya.

Biasanya material yang digunakan pada lapisan-lapisan perkerasan jalan

semakin kebawah akan semakin berkurang kualitasnya. Karena lapisan

yang berada dibawah lebih sedikit menahan beban.

b) Perkerasan kaku (rigid pavemet)merupakanperkerasan yang menggunakan

semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan

atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat dengan atau tanpa lapis

pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat

(6)

dibandingkan perkerasan lentur., tetapi lebih mahal biaya yang dibutuhkan .

Pada umumnya perkerasan kaku dipakai pada jalan antar lintas provinsi

karena arus lalu lintasnya padat.

c) Perkerasan komposit (composite pavement)merupakan perkerasan kaku

yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur, dapat berupa perkerasan

lentur di atas perkerasan kaku atau perkerasan kaku di atas perkerasan

lentur.

Perbedaan utama antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku dapat dilihat

pada tabel 2.2.

Tabel 2.2Perbedaan Perkerasan Lentur dan Pekerasan Kaku

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

Bahan Pengikat Aspal Semen

(7)

II.2. KRITERIA DAN FUNGSI LAPISAN PADA PERKERASAN LENTUR.

Untuk memenuhi kriteria bagi pengguna jalan dalam memberikan rasa aman

dan nyaman kepada pengguna jalan, maka kontruksi perkerasan jalan haruslah

memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu :

a. Syarat-syarat berlalu-lintas.

- Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak

berlubang.

- Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat

beban yang bekerja diatasnya.

- Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban

dan permukaan jalan sehingga tak mudah selip.

- Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.

b. Syarat-syarat kekuatan/struktural.

- Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan

lalu-lintas ke tanah dasar.

- Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di

bawahnya.

- Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh

diatasnya dapat cepat di alirkan.

- Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan

deformasi yang berarti.

Agar syarat-syarat di atas dapat terpenuhi, perencanaan dan pelaksanaan

konstruksi perkerasan lentur jalan harus mencakup :

(8)

2. Analisa campuran bahan

3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan

Secara jelas susunan lapis konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :

a. Lapis Permukaan (surface course)

Lapisan permukaan pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan pengikat

aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi

dan daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang berfungsi sebagai

berikut:

 Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus mempunyai

stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa layan.

 Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di bawahnya

yang akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan tersebut.

 Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan

sehingga mudah menjadi aus.

 Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat dipikul

oleh lapisan lain.

Jenis lapis permukaan yang banyak digunakan di Indonesia adalah sebagai

berikut:

 Burtu (laburan aspal satu lapis), yaitu lapis penutup yang terdiri dari lapisan

aspal yang ditaburi satu lapis agregat bergradasi seragam dengan tebal

maksimal 2 cm.

 Burda (laburan aspal dua lapis), yaitu lapis penutup yang teridri dari lapisan

(9)

 Latasir (lapis tipis aspal pasir), yaitu lapis penutup yang terdiri dari lapisan

aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan

pada suhu tertentu dengan tebal 1-2 cm.

 Lataston (lapis tipis aspal beton), yaitu lapis penutup yang terdiri dari

campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi dan aspal keras

dengan perbandingan tertentu dan tebal antara 2 – 3,5 cm.

Jenis lapisan di atas merupakan jenis lapisan yang bersifat nonstructural yang

berfungsi sebagai lapisan aus dan penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan

dapat bersifat kedap air dan memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti

mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu-lintas. Pemilihan

bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana, serta

pentahapan kontruksi agar di capai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya

yang dikeluarkan. Jenis lapisan berikutnya merupakan jenis lapisan yang bersifat

structural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban

roda, antara lain:

 Penetrasi macadam (lapen), yaitu lapis pekerasan yang terdiri dari agregat

pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh

aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis.

Tebal lapisan bervariasi antara 4 – 10 cm.

 Lasbutag, yaitu lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan

bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal

(10)

 Laston (lapis aspal beton), yaitu lapis perkerasan yang terdiri dari campuran

aspal keras dengan agregat yang mempunyai gradasi menerus dicampur,

dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Laston terdiri dari 3 macam

campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan

Laston Lapis Pondasi (ACBase).

 Ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19mm, 25mm dan

37,5 mm. Jika campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh

campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi masing-masing campuran dan

tebal nominal rancangan.

b. Lapis Pondasi Atas (base course)

Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan perkerasan, maka lapisan ini

bertugas menerima beban yang berat. Oleh karena itu material yang digunakan

harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan harus benar.

c. Lapis Pondasi Bawah (subbase course)

Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi

dan tanah dasar. Jenis pondasi bawah yang biasa digunakan di Indonesia adalah

sebagai berikut:

 Agregat bergradasi baik, dibedakan atas: Sirtu/pitrun kelas A, Sirtu/pitrun kelas

B, Sirtu/pitrun kelas C.

 Stabilisasi: a). Stabilisasi agregat dengan semen, b). Stabilisasi agregat dengan

kapur, c). Stabilisasi tanah dengan semen, d). Stabilisasi tanah dengan kapur.

d. Tanah Dasar (subgrade course)

Lapisan paling bawah adalah lapisan tanah dasar yang dapat berupa permukaan

(11)

bagian-bagian perkerasan lainnya. Perkerasan lain diletakkan di atas tanah dasar,

sehingga secara keseluruhan mutu dan daya tahan seluruh konstruksi perkerasan

tidak lepas dari sifat tanah dasar.

II.3.CAMPURAN ASPAL PANAS (ASPHALT HOT MIX)

II.3.1. ASPAL

Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan

yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat

cukup pemanasan dan sebaliknya.

II.3.1.1. Jenis aspal.

Berdasarkan cara diperoleh aspal dapat dibedakan atas:

1. Aspal alam,

2. Aspal buatan.

II.3.1.1.1. Aspal minyak (petroloeum aspal).

Aspal minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas:

a. Aspal keras/semen (AC).

Asphalt Concrete(AC) adalah lapisan atas kontruksi jalan yang terdiri dari

campuran aspal dengan agregat yang dihampar dan dipadatkan pada suhu

tertentu. AC merupakan jenis lapisan permukaan struktural yang berfungsi

sebagai lapisan aus dan pelindung kontruksi di bawahnya, tidak licin,

permukaannya rata, sehingga memberikan kenyamanan pengguna jalan. Aspal

(12)

Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan (temerature ruang) .

Aspal semen pada temperature ruang (250 −300 ) berbentuk padat. Aspal

semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis

minyak bumi asalnya.

Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan niai penetrasinya

yaitu:

1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50

2. AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70

3. AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-100

4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150

5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300

b. Aspal dingin/cair.

Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari

hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian berbentuk cair dalam

temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap

bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas:

1. RC (Rapid Curing Cut Back)

2. MC (Medium Curing Cut Back)

3. SC (Slow Curing Cut Back)

c. Aspal emulsi.

Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan

(13)

II.3.1.1.2. Aspal buton.

Aspal alam yang terdapat di indonesia dan telah dimanfaatkan adalah

aspal dari pulau buton. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan

bahan material lainnya dalam bentuk batuan. Karena aspal buton merupakan

bahan alam maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari

rendah sampai tinggi. Berdasarkan kadar bitumen yang dikandungnya aspal

buton dapat dibedakan atas B10, B13, B20, B25, dan B30. (aspal buton B10

adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%).

II.3.1.2. Komposisi aspal

Aspal merupakan unsur hydrokarbon yang sangat komplek, sangat sukar

untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut.

Komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan maltenes. Asphaltenes

merupakan material berwarna hitam atau cokelat tua yang tidak larut dalam

heptane. Maltenes larut dalam heptane, merupakan cairan kental yang terdiri

dari resins dan oils. Resins adalah cairan berwarna kuning atau cokelat tua yang

memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau

berkurang selama masa pelayanan jalan. Sedangkan oil yang berwarna lebih

muda merupakan media dari asphaltenes dan resin. Proporsi dari asphaltenes,

resins, dan oils berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti

kemungkinan beroksidasi, proses pembuatannya, dan ketebalan lapisan aspal

(14)

II.3.1.3. Sifat aspal.

Aspal yang dipergunakan pada kontruksi perkerasan jalan berfungsi

sebagai:

1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan

antara aspal itu sendiri.

2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang

ada dari agregat itu sendiri.

Berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap

cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis

yang baik.

1. Daya tahan (durability)

Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya

akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat

dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal,

faktor pelaksanaan dan lain-lain. Meskipun demikian sifat ini dapat

diperkirakan dari pemeriksaan TFOT.

2. Adhesi dan Kohesi

Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan

ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah kemampuan aspal

untuk tetap mempertahankan agregat tetap di tempatnya setelah jadi

pengikatan.

3. Kepekaan terhadap temperature

Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih

(15)

bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur.

Kepekaan terhadap dari setiap hasil produksi aspal berbeda-beda tergantung

dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai jenis yang sama.

4. Kekerasan aspal

Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat

sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan

agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Pada waktu pelaksanaan,

terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah

tinggi). Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan

selesai. Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi

yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.

Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.

II.3.1.4. Pemeriksaan Properties Aspal

Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam, sehingga

sifat-sifat aspal harus diperiksa di labotarium dan aspal yang memenuhi syarat yang

telah di tetapkan dapat di pergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan lentur.

Pemeriksaan sifat (asphalt properties) dari campuran dilakukan melalui beberapa

uji meliputi:

a. Uji penetrasi

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan apakah aspal keras atau lembek

(solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu,

beban, waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian ini dilakukan

(16)

berdiameter 1 mm selama 5 detik pada temperature 250 . Besarnya penetrasi di

ukur dan dinyatakan dalam angka yang dikalikan dengan 0,1 mm. Semakin tinggi

nilai penetrasi menunjukkan bahwa aspal semakin elastis dan membuat

perkerasan jalan menjadi lebih tahan terhadap kelelehan/fatigue.Hasil pengujian

ini sselanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal atau ter

untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian

penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh fakor berat beban total, ukuran sudut dan

kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu.

b. Titik lembek.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang

berkisar antara 300 sampai 2000 . Temperatur pada saat dimana aspal mulai

menjadi lunak tidaklah sama pada setiap hasil produksi aspal walaupun

mempunyai nilai penetrasi yang sama. Titik lembek adalah temperatur pada saat

bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan

dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar

yang terletak di bawah cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut

menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi tertentu sebagai

akibat kecepatan pemanasan tertentu. Hasil titik lembek digunakan untuk

menentukan temperatur kelelehan dari aspal. Aspal dengan titik lembek yang

tinggi kurang peka terhadap perubahan temperatur tetapi lebih untuk bahan

(17)

c. Daktalitas.

Tujuan untuk percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dari aspal,

Dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat di tarik antara dua cetakan yang

berisi aspal keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu. Kohesi

adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lain, sifat kohesi

sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal karena sifat ini

sangat mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Aspal dengan nilai

daktalitas yang rendah adalah aspal yang mempunyai kohesi yang kurang baik

dibandingkan dengan aspal yang memiliki daktalitas yang tinggi. Daktalitas yang

semakin tinggi menunjukkan aspal tersebut baik dalam mengikat butir-butir

agregat untuk perkerasan jalan.

d. Berat jenis.

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis apal keras dengan alat

piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat zat

cair suling dengan volume yang sama pada suhu250 .

Berat jenis diperlukan untuk perhitungan analisis campuran:

Berat jenis = ( − )

− −( − ) ... (2.1)

Dimana :

A = Berat piknometer (gram)

(18)

C = berat piknometer berisi aspal (gram)

D = Berat piknometer berisi air dan aspal (gram)

Data temperatur dan berat jenis aspal diperlukan dalam penentuan faktor koreksi

volume berdasarkan SNI 06-6400-2000 berikut :

V = Vt x Fk... (2.2)

Dimana :

V = Volume aspal pada temperatur 150

Vt = Volume aspal pada temperatur tertentu

Fk = Faktor Koreksi

e. Titik Nyala dan Titik Bakar

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar

dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang

mempunyai titik nyala open cup kurang dari700 . Dengan percobaan ini akan

diketahui suhu dimana aspal akan mengalami kerusakan karena panas, yaitu saat

terjadi nyala api pertama untuk titik nyala, dan nyala api merata

sekurang-kurangnya 5 detik untuk titik bakar. Titik nyala yang rendah menunjukkan

indikasi adanya minyak ringan dalam aspal. Semakin tinggi titik nyala dan bakar

menunjukkan bahwa aspal semakin tahan terhadap temperatur tinggi.

f. Kelekatan Aspal pada Agregat

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kelekatan aspal pada batuan

(19)

yang digunakan untuk mengetahui daya lekat (adhesi) aspal terhadap agregat.

Adhesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat.

Pengamatan terhadap hasil pengujian kelekatan dilakukan secara visual.

II.3.2. AGREGAT

Agregat atau batu, atau glanular material adalah material berbutir yang keras

dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu

batu, dan pasir. Agregat/batuan di definisikan secara umum sebagai formasi kulit

bumi yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai

suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun

berupa fragmen-fragmen. Agregat/batuan merupakan komponen utama dari

lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan

persentase berat atau 75-85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan

demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan di tentukan daya

dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat

dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat mempunyai peranan

yang sangat penting dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada

perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh

karakteristik agregat yang di gunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan

memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan

atau pemeliharaan jalan.

Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan

(20)

tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan

daya pelekatan dengan aspal.

II.3.2.1. Sifat agregat.

Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul

beban lalu-lintas. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan

kontruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability) lapisan perkerasan

dipengaruhi oleh:

a. Gradasi

b. Ukuran maksimum

c. Kadar lempung

d. Kekerasan dan ketahanan

e. Bentuk butir

f. Tekstur permukaan

2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik,dipengaruhi oleh:

a. Porositas

b. Kemungkinan basah

c. Jenis agregat

3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan

aman, dipengaruhi oleh:

a. Tahanan geser (skid resistance)

b. Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan (bitominous mix

(21)

II.3.2.2. Klasifikasi agregat

Di tinjau dari asal kejadiannya agregat/batuan dapat di bedakan atas batuan

beku (igneous rock), batuan sedimen dan batuan metamorf (batuan malihan).

- Batuan beku

Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Di bedakan atas

batuan beku luar (exstrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive

igneous rock).

- Batuan sedimen

Sedimen dapat berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan tanaman.

Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit bumi, hasil endapan di

danau, laut dan sebagainya.

- Batuan metamorf

Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses

perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari kulit

bumi.

II.3.2.3. Jenis Agregat Dan Persyaratan Sifat Agregat.

Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya diklasifisikan

berdasarkan sumbernya, seperti contohnya agregat alam,agregat hasil pemrosesan,

agregat buatan atau agregat artifisial.

Secara umum bahan penyusunan beton aspal terdiri dari agregat kasar,

agregat halus, bahan pengisi dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan

bahan tersebut sebelum digunakan harus diperiksa di laboratorium. Agregat yang

(22)

memenuhi persyaratan sifat dan gradasi agregat seperti yang ditetapkan didalam

buku spesifikasi pekerjaan jalan atau ditetapkan badan yang berwenang. Menurut

Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI untuk

Campuran Beraspal Panas, Dep. PU, 2010 memberikan persyaratan untuk agregat

sebagai berikut :

1. Agregat Kasar

Tabel 2.3. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal.

Jenis pemeriksaan Standart

Syarat

maks/min

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan

natrium dan magnesium sulfat.

SNI 03-3407-1994 Maks. 12 %

Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 30 %

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 95/90(*)

Partikel Pipih dan Lonjong(**) RSNI T-01-2005 Maks. 10 %

Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks.1 %

(23)

2. Agregat Halus

Tabel 2.4.Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal.

Jenis Pemeriksaan Standar Syarat Maks/Min

Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks. 60 %

Material lolos saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8 %

Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 %

Kadar Lempung SNI 3432 : 2008 Maks. 1%

Sumber :(Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010)

3. Bahan Pengisi (filler)

Menurut SNI 03-6723-2002 yang dimaksud bahan pengisi adalah bahan yang

lolos ukuran saringan no.30 (0,59 mm) dan paling sedikit 65% lolos saringan

no.200 (0.075 mm). Pada waktu digunakan bahan pengisi harus cukup kering

untuk dapat mengalir bebas dan tidak boleh menggumpal. Macam bahan pengisi

yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu

dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak

plastis lainnya. Banyaknya bahan pengisi dalam campuran aspal beton sangat

dibatasi. Kebanyakan bahan pengisi, maka campuran akan sangat kaku dan mudah

retak disamping memerlukan aspal yang banyak untuk memenuhi workability.

Sebaliknya kekurangan bahan pengisi campuran menjadi sangat lentur dan mudah

terdeformasi oleh roda kendaraan sehingga menghasilkan jalan yang

(24)

Tabel 2.5. Gradasi Bahan Pengisi.

Ukuran Saringan Persen Lolos

No. 30 (600 mikron) 100

No. 50 (300 mikron) 95 – 100

No. 200 (75 mikron) 70 – 100

Sumber :SNI 03-6723-2002 (spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal)

Material filler bersama-sama dengan aspal membentuk mortar dan

berperan sebagai pengisi rongga sehingga meningkatkan kepadatan dan ketahanan

campuran serta meningkatkan stabilitas campuran, sedangkan pada campuran

laston filler berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dalam campuran. Pada

prakteknya fungsi dari filler adalah untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan

mengurangi kepekaan terhadap temperature. Meningkatkan komposisi filler dalam

campuran dapat meningkatkan stabilitas campuran tetapi menurunkan kadarair

void (rongga udara) dalam campuran. Berikut hasil pengujian kandungan apa saja

yang terkandung dalam Abu batu dan Abu Vulkanik Gunung Sinabung.

Tabel 2.6. Kandungan dalam Abu Vulkanik Sinabung

NO PARAMETER ABU VULKANIK

1 Silika (Si) 73,74%

2 Besi (Fe) 0,07%

3 Aluminium (Al) 7,05%

4 Kalsium (Ca) 0,74%

5 Magnesium (Mg) 0,12%

6 Kadar air 4,97%

(25)

Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik

agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan

akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan

jalan.Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95%

terhadap berat campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor

penentu dari kinerjacampuran tersebut.

Untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus diperiksa antara lain :

i) Ukuran butir

j) Gradasi

k) Kebersihan

l) Kekerasan

m) Bentuk partikel

n) Tekstur permukaan

o) Penyerapan

p) Kelekatan terhadap aspal

Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan volume

bahanterhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur 20o – 25oC

(68o–77o F).Dikenal beberapa macam Berat Jenis agregat, yaitu :

d) Berat Jenis semu (apparent specific gravity), Berat Jenis Semu, volume

dipandang sebagai volume menyeluruh dari agregat, tidak termasuk

(26)

e) Berat Jenis bulk (bulk specific gravity), Berat Jenis bulk, volume

dipandang volume menyeluruh agregat, termasuk volume pori yang dapat

terisi oleh air setelah direndam selama 24 jam.

f) Berat Jenis efektif (effective specific gravity), Berat Jenis efektif, volume

dipandang volume menyeluruh dari agregat tidak termasuk volume pori

yang dapat menghisap aspal.

II.3.2.4. Sifat-Sifat Fisik Agregat dan Hubungannya Dengan Kinerja Campuran.

Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95%

terhadap berat campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor

penentu dari kinerja campuran tersebut. Untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus

diperhatikan antara lain:

a. Ukuran butir

b. Gradasi

c. Kebersihan

d. Kekerasan

e. Bentuk partikel

f. Tekstur permukaan

g. Penyerapan

(27)

II.4. MARSHALL TEST

Pemeriksaan ini pertama kali di kembangkan oleh Bruce Marshall bersama

dengan The Missisippi State Highway Departement. Penelitian ini dilanjutkan the

u.s. army corps of enggineers dengan lebih ektensif dan menambah kelengkapan

pada prosedur pengujian Marshall dan akhirnya mengembangkan kriteria

rancangan campuran. Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa dengan

menggunakan alat pemeriksaan Marshall yang terdiri dari Volumetric

Characteristic dan Marshall Properties. Volumetric Characteristic akan

menghasilkan parameter-parameter: void in meineral agregate (VMA), void in

mix (vim), void filled with asphalt (VFWA) dan density. Sedangkan marsall

properties menghasilkan stabilitas dan kelelehan (flow) yang diperoleh dari hasil

pengujian dengan alat marshall.Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan

ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan

agregat.

Akan sangat sulit mencari metode pengujian yang dapat meneliti semua faktor

tersebut hanya dalam satu cara. Tetapi sebagian besar dari faktor-faktor tersebut

dapat di uji dengan menggunakan alat marshall. Hasil yang di peroleh dari

pengujian dengan alat marshall, antara lain:

a. Stabilitas

b. Marshall quetient (MQ)

c. Kelelehan

d. Rongga dalam campuran (VIM)

(28)

Saat ini pemeriksaan marshall mengikuti prosedur PC-0201-76 atau AASHTO

T 245-74, atau ASTM D 1559-624T. Beban maksimum yang dapat diterima oleh

benda uji sebelum hancur adalah kelelehan (flow) Marshall dan perbandingan

stabilitas dan kelelehan (flow) Marshall disebut Marshall Quotien, yang

merupakan ukuran ketahanan material terhadap deformasi tetap. Alat yang di

gunakan terdiri dari mesin uji Marshall. Alat Marshall merupakan alat tekan yang

dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs)

dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan

flowmeter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall

berbentuk silinder berdiameter 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm).

II.4.1. PENGUJIAN MARSHALL UNTUK PERENCANAAN CAMPURAN.

Untuk keperluan pencampuran, agreat dan aspal di panaskan pada suhu

dengan nilai viskositas aspal 170±20 centistokes (cst) dan di padatkan pada suhu

dengan nilai viskositas aspal 280±30 cst. Alat yang di gunakan untuk proses

pemadatan adalah marshall compaction hammer. Benda uji berbentuk silinder

dengan tinggi 64 mm dan diameter 102 mm ini di uji pada temperatur 600 ± 10

dengan tinggkat pembebanan konstan 51 mm/menit sampai terjadi keruntuhan.

Pengujian Marshall untuk perencanaan campuran pada penelitian ini adalah

metode pengujian marshall standart dengan ukuran agregat maksimum 25 mm (1

inchi) dan menggunakan aspal keras. Pengujian marshall di mulai dengan

persiapan benda uji. Untuk keperluan ini perlu di perhatikan hal sebagai berikut :

(29)

b. Kombinasi agregat memenuhi gradasi yang disyaratan

c. Untuk keperluan analisa volumetrik (density-voids), berat jenis bulk dari

semua agregat yang di gunakan pada kombinasi agregat, berat jenis aspal

keras harus dihitung lebih dahulu.

Dua prinsip penting pada pencampuran dengan pengujian marshall adalah analisa

volumetrik dan analisa stabilitas kelelehan (flow) dari benda uji padat.

Stabilitas benda uji adalah daya tahan beban maksimum benda uji pada

temperatur 600 (1400 ). Nilai kelelehan adalah perubahan bentuk suatu

campuran beraspal yang terjadi pada benda uji sejak tidak ada beban hingga beban

maksimum yang di berikan selama pengujian stabilitas. Pada penentuan kadar

aspal optimum untuk suatu kombinasi agregat atau gradasi tertentu dalam

pengujian marshall, pelu dipersiapkan suatu seri dari contoh uji dengan interval

kadar aspal yang berbeda sehingga di dapatkan suatu kurva lengkung yang teratur.

Pengujian agar direncanakan dengan dasar 1/2 % kenaikan kadar aspal dengan

perkiraan minimum 2 kadar aspal di bawah optimum.

II.4.2. BERAT ISI BENDA UJI PADAT

Setelah benda uji selesai, kemudian di keluarkan menggunakan ekstruder

dan dinginkan. Berat isi untuk benda uji porus ditentukan dengan melakukan

beberapa kali pertimbangan seperti prosedur (ASTM D 1188). Secara garis besar

adalah sebagai berikut:

a. Timbang benda uji di udara

b. Selimuti benda uji dengan parafin

(30)

d. Timbang benda uji berparafin di air

Berat isi untuk benda uji tidak porus atau bergradasi menerus dapat ditentukan

menggunakan benda uji kering permukaan jenuh (SSD) seperti prosedur ASTM

D-2726. Secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Timbang benda uji di udara

b. Timbang benda uji SSD di udara

c. Rendam benda uji di dalam air

d. Timbang benda uji SSD di dalam air

II.4.3. PENGUJIAN STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Setelah penentuan berat jenis bulk benda uji dilaksanakan pengujian

stabilitas dan kelelehan dilaksanakan dengan menggunakan alat uji. Prosedur

pengujian bedasarkan SNI 06-2489-1991, secara garis adalah sebagai berikut:

a. Rendam benda uji pada temperatur 600 (1400 ) selama 30-40 menit

sebelum pegujian

b. Keringkan permukaan benda uji dan letakkan pada tempat yang tersedia pada

alat uji, deformasi konstan 51 mm (2 inchi/menit) sampai terjadi runtuh.

II.4.4. PENGUJIAN VOLUMETRIK

Tiga sifat dari benda uji campuran aspal panas ditentukan pada analisa

rongga-density, sifat tersebut adalah:

a. Berat isi atau berat jenis bena uji padat

b. Rongga dalam agregat mineral

(31)

Dari berat contoh dan persentase aspal dan agregat dan berat jenis

masing-masing volume dari material yang bersangkutan dapat ditentukan.

Volume ini dapat diperlihatkan pada gambar berikut:

UdaraVa

aspal Vbe VmaVb

VbaVmm

AgregatVsb Vse Vmb

Gambar 2.1. Hubungan volume dan rongga-density benda uji campur panas

padat.

Keterangan gambar:

Vma = Volume rongga dalam agregat mineral

Vmb = Volume contoh padat

Vmm = Volume tidak ada rongga udara dalam campuran

Va = Volume rongga udara

Vb = Volume aspal

Vba = Volume aspal terabsorbsi agregat

Vbe = Volume aspal effektif

Vsb = Volume agregat (dengan berat jenis curah)

Vse = Volume agregat (denan berat jenis effektif)

Wb = Berat aspal

(32)

�� = Berat volume isi air (1.0 gr/cm^3) = (62,4 lbf/ft^3)

Gmb = Berat jenis curah campuran padat

% rongga = × 100%

% Vma = + × 100%

Density = + � ��

= Gmb ��

Rongga pada agregat mineral (VMA) dinyatakan sebagai persen dari total

volume rongga dalam benda uji, merupakan volume rongga dalam campuran yang

tidak terisi agregat dan aspal yang terserap agregat. Rongga dalam campuran, Va

atau sering disebut VIM, juga dinyatakan sebagai persen dari total volume benda

uji, merupakan volume pada campuran yang tidak terisi agregat dalam dan aspal.

Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima

beban sampai terjadi alir (flow) pada suhu tertentu yang dinyatakan dalam

kilogram.Stabilitas merupakan kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu

lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding.

Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan, dan beban lalu lintas

yang akan dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan dominan

terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas

tinggi. Sebaliknya perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk melayani lalu lintas

kendaraan ringan tentu tidak perlu mempunyai stabilitas yang tinggi.

Kelelehan (flow) merupakan keadaan perubahan bentuk suatu campuran

beraspal yang terjadi akibat suatu beban yang diberikan selama pengujian,

(33)

kemampuan beton aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa

terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika

mempergunakan kadar aspal yang tinggi.

Marshall quetient adalah rasio antara nilai stabilitas dan kelelehan. Rongga

di antara mineral agregat (VMA) adalah ruang di antara partikel agregat pada

suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak

termasuk volume aspal yang diserap agregat).Rongga udara dalam campuran atau

VIM dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara di antara

partikel agregat yang terselimuti aspal. VIM dinyatakan dalam persentase

terhadap volume beton aspal padat.

II.5. ANALISA CAMPURAN BERASPAL

Tahap analisa campuran aspal panas adalah sebagai berikut:

1. Uji berat jenis curah (bulk spesifik gravity) agregat kasar (AASHTO T85 atau

ASTM C 127) dan agregat halus (AASHTO T84 atau ASTM C128).

2. Uji berat jenis aspal keras (AASHTO T 228 atau ASTM D 70) dan bahan

pengisi (AASHTO T 100 atau ASTM D 854).

3. Hitung berat jenis curah dari agregat kombinasi dalam campuran.

4. Uji berat jenis maksimum campuran lepas (ASTM D 2041) ASTM T 29.

5. Uji berat jenis campuran padat (ASTM D 1188 atau ASTM D 2726).

6. Hitung berat jenis effektif agregat.

7. Hitung absorbsi aspal dari agregat.

8. Hitung persen rongga diantara mineral agregat (VMA) pada campuran padat.

(34)

10. Hitung persen rongga terisi aspal (VFB atau VFA) dalam campuran padat.

II.5.1.RUMUSAN PERHITUNGAN DAN PARAMETERNYA.

Parameter dan rumusan untuk menganalisa campuran aspal panas adalah

sebagai berikut:

1. Berat jenis curah agregat

Pada total agregat yang terdiri dari beberapa fraksi agregat kasar, agregat

halus dan pengisi yang masing-masing mempunyai berat jenis curah gabungan

agregat dapat ditentukan sebagai berikut:

� = �11+�2+⋯+� 1+

�2 2+⋯+

� ... (2.3)

Dengan pengertian:

Gsb = berat jenis curah total agregat

�1,�2,… � = Persentase dalam berat agregat 1, 2,...,n

1, 2,… = berat jenis curah agregat 1, 2,..., n

Berat jenis curah bahan pengisi sukar ditentukan secara akurat, tetapi

dengan menggunakan berat jenis semua kesalahan umumnya kecil dapat di

abaikan.

2. Berat jenis effektif agregat.

Jika berdasarkan berat jenis maksimum campuran (Gmm). Berat jenis

effektif agregat dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut:

� = � −�

(35)

Dengan pengertian:

Gse = Berat jenis effektif agregat

Pmm = Total campuran lepas, persentase terhadap berat total campuran 100%

Pb = Aspal, persen dari berat total campuran

Gmm = berat jenis maksimum (tidak ada rongga udara) ASTM D 2041

Gb = berat jenis aspal

Catatan :

Volume aspal yang terserap oleh agregat umumnya lebih kecil dari volume air

yang terserap.

Berat jenis semu (Gsa) dihitung dengan formula:

� = �1+�2+⋯+�

�1 1+

�2 2+⋯+

� ... (2.5)

Denganpengertian :

Gsa = berat jenis semu total agregat

�1,�2,… � = persentase dalam berat agregat 1, 2,..., n

1, 2,… = berat jenis semu agregat 1, 2,..., n

3. Berat jenis maksimum dari campuran dengan perbedaan kadar aspal

Pada perencanaan campuran dengan suatu agregat tertentu berat jenis

maksimum Gmm, untuk kadar yang berbeda diperlukan untuk menghitung

persentase rongga udara masing-masing kadar aspal. Berat jenis maksimum dapat

(36)

= ��

� +�

... (2.6)

Dengan pengertian:

Gmm = berat jenis maksimum campuran (tidak ada rongga udara)

Pmm = campuran lepas total, persentase terhadap berat total campuran 100%

Ps = agregat, persen berat total campuran

Pb = aspal, persen berat total campuran

Gse = berat jenis effektif agregat

Gb = berat jenis aspal

4. Penyerapan aspal.

Penyerapan aspal tidak dinyatakan dalam presentase total campuran tetapi

dinyatakan sebagai persentase berat agregat, penyerapan aspal dapat dihitung

dengan persamaaan sebagai berikut:

� = 100 � − �

� × � ... (2.7)

Dengan pengertian:

Pba = aspal yang terserap, persen berat agregat

Gse = berat jenis effektif agregat

Gsb = berat jenis curah agregat

(37)

5. Kadar aspal effektif campuran

Kadar aspal effektif campuran adalah kadar aspal total dikurangi besarnya

jumlah aspal yang meresap kedalam partikel agregat. Persamaan untuk

perhitungan adalah sebagai berikut:

� =� − �

100 ��... (2.8)

Dengan pengertian:

Pbe = kadar aspal effektif persen total campuran

Ps = agregat, persen berat total campuran

Pb = aspal, persen berat total campuran

Pba = aspal yang terserap, persen berat total campuran

6. Persen VMA pada campuran aspal panas padat.

Rongga adalah mineral agregat, VMA adalah rongga antar partikel agregat

pada campuran padat termasuk rongga udara dan kadar aspal effektif, dinyatakan

dalam persen volume total. VMA dihtung berdasarkan berat jenis agregat curah

(bulk) dan dinyatakan dalam persentase dari volume curah campuran padat.

Jika komposisi campuran di tentukan sebagai persen berat dari campuran

total, maka VMA dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

� = 100− −� �

� ... (2.9)

Dengan pengertian:

VMA = rongga dalam agregat mineral (persen volume curah)

(38)

Pbs = Agregat, persen berat total campuran

Gmb = berat jenis curah campuran padat (ASTM D 1726)

Atau jika komposisi campuran ditentukan sebagai persen berat agregat maka

VMA dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

� = 100− × 100

100+� × 100... (2.10)

Dengan pengertian:

Pb= aspal, persen berat agregat

Gmb= berat jenis curah campuran padat

Gsb= berat jenis curah agregat

7. Perhitungan rongga udara dalam campuran padat.

Rongga udara, Pa dalam campuran padat terdiri atas ruang-ruang kecil

antara partikel agregat terselimuti aspal, rongga udara dihitung dengan persamaan

sebagai berikut:

� = 100 − ... (2.11)

Dengan pengertian:

Pa = rongga udara dalam campuran padat, persen dari total volume

Gmm = berat jenis maksimum campuran (tidak ada rongga udara)

Gmb = berat jenis curah campuran padat

(39)

Rongga udara terisi aspal, VFA merupakan persentase rongga antar agregat

partikel (VMA) yang terisi aspal, VFA tidak termasuk aspal yang terserap

agregat, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

= 100 � −� ... (2.12)

Dengan pengertian:

VFA = rongga terisi aspal, persen dari VMA

VMA = rongga dalam agregat mineral (persen volume curah)

Pa = rongga udara dalam campuran padat, persen dari total volume

II.6. EVALUASI HASIL UJI MARSHALL.

Untuk mengetahui karakteristik campuran yang direncankan memenuhi

kriteria yang telah di tentukan, maka perlu dilakukan evaluasi hasil pengujian

Marshall, meliputi: nilai stabiltas, pelelehan, dan stabilitas sisa, juga termasuk

evaluasi hasil perhitungan volumetrik.

II.6.1. Stabilitas

Pengukuran nilai stabilitas pada uji Marshall yang dilakukan pada benda

uji harus mempunyai tebal standar 2,5 in (63,5), apabila diperoleh tinggi benda uji

tidak standar, maka perlu dilakukan koreksi, yaitu dengan mengalikan hasil yang

(40)

II.6.2. Kelelehan.

Nilai pelelehan yang diperoleh dari uji Marshall adalah nilai batas

kekuatan stabilitas dari benda uji yang telah mengalami kehancuran antara

komponen bahan pada benda uji.

Setelah diketahui nilai stabilitas dan pelelehan perlu diketahui kuosein

Marshall yang merupakan hasil bagi keduanya.Pada penggambaran hubungan

stabilitas, pelelehan dan kuosien Marshall dengan kadar aspal akan mempunyai

trend umum:

 Nilai stabilitas sejalan dengan bertambahnya kadar aspal dalam

campuran sampai nilai maksimum saat nilai stabilitas berkurang.

 Nilai pelelehan bertambah sejalan dengan bertambahnya kadar

aspal.

 Nilai kuoisen Marshall bertambah sejalan dengan bertambahnya

kadar aspal dalam campuran sampai suatu nilai maksimum setelah

nilai kuosien Marshall berkurang.

Apabila hasil penggambaran tidak sesuai, maka perlu dilakukan evaluasi

dari hasil pengujian, apakah alat yang digunakan untuk pengujian tidak standar

atau terdapat kekeliruan dalam perhitungan.

II.6.3 Evaluasi VMA.

VMA = 100 (1-Gmb(1-Pht)/Gsb)... (2.13)

Dari rumustersebut diatas terlihat bahwa VMA merupakan fungsi dari

Gmb, Gsb, dan Pb atau Pagg. Keslahan perhitungan akan menyebabkan kesalahan

(41)

Sebagai contoh penyimpangan nilai VMA akibat kesalahan perhitungan

yang mana kesalahan ini akan menyebabkan pergeseran puncak lengkung

hiperbola (titik terendah) kurva hubungan antara VMA dengan kadar aspal.

Pergeseran tersebut akan menyebab kesalahan penentuan kadar aspal dan

selanjutnya akan sangat mempengaruhi kinerja campuran beraspal yang

dihasilkan.

II.6.4 Pengaruh Rongga Udara dalam Campuan Padat (VIM).

Rongga udara(VIM) setelah selesai dipadatkan dilapangan idealnya adalah 7

%. Rongga udara yang kurang jauh dari 7 % akan rentan terhadap perlelehan, alur

dan deformasi plastis. Sementara VIM setelah selesai pemadatan yang jauh dari

7 % akan rentan terhadap retak dan perlepasan butir (disintegrasi). Untuk

mencapai nilai lapangan tersebut dalam spesifikasi, nilai VIM rencana dibatasi

pada interval 3,5 % sampai 5,5 %. Dengan kepadatan lapangan dibatasi minimum

98%.

Hasil penelitian dijalan-jalan utama (lalu-lintas berat) di pulau jawa

menunjukkan perkerasan Laston yang mempunyai nilai VIM lapangan diatas 7 %

umumnya sudah menampakkan indikasi awal terjadinya retak.Sementara

perkerasan yang dimulai menampakkan indikasi awal terjadinya deformasi plastis

umumnya sudah mempunyai VIM lapangan di bawah 3 %.Tujuan perencanaan

VIM adalah untuk membatasi penyesuaian kadar aspal rencana pada kondisi VIM

mencapai tengah-tengah rentang spesifikasi, atau dalam hal khusus agar

mendekati batas terendah rentang yang disyaratkan serta agar campuran

(42)

II.6.5 Pengaruh Rongga Udara Terisi Aspal (VFA)

Kriteria VFA bertujuan menjaga keawetan campuran beraspal dengan

memberi batasan yang cukup. Pada gradasi yang sama, semakin tinggi nilai VFA

makin banyak kadar aspal campuran tersebut. Sehingga kriteria VFA dapat

menggantikan kriteria kadar aspal dan tebal lapisan film aspal. VFA, VMA, dan

VIM saling berhubungan karena itu bila dua diantaranya diketahui maka dapat

mengevaluasi yang lainnya. Kriteria VFA membantu perencanaan campuran

dengan memberikan VMA yang dapat diterima atau memenuhi persyaratan.

Kriteria VFA menyediakan tambahan faktor keamanan dalam merencanakan dan

melaksanakan campuran beraspal panas. Karena perubahan dapat terjadi antara

tahap perencanaan dan pelaksanaan, maka kesalahan dapat ditampung dengan

memperlebar rentang yang dapat diterima.

II.6.6 Pengaruh Pemadatan

Padar kadar aspal yang sama, maka usaha pemadatan yang lebih tinggi

akan mengakibatkan VIM dan VMA berkurang. Bila kadar aspal campuran

rencana yang dipadatkan sebanyak 2 x 50 tumbukan, diambil sebelah kiri VMA

terendah, tapi lalu-lintas ternyata termasuk kategori lalu-lintas berat (yang mana

harus dipadatkan sebanyak 2 x 75 tumbukan) maka akibat pemadatan oleh

lalu-lintas, keadaan kadar aspal yang sebenarnya akan lebih tinggi. Sebaliknya bila

campuran dirancang untuk 2 x 75 tumbukan tetapi ternyata lalu-lintas cenderung

rendah, maka rongga udara akhir akan lebih tinggi sehingga air dan udara akan

(43)

terjadi retak serta adesivitas aspal berkurang yang dapat menyebabkan pelepasan

butir atau pengelupasan. Karena itu maka usaha pemadatan yang direncanakan di

Gambar

Tabel 2.1. Ketentuan Sifat Campuran Laston (AC)
Tabel 2.2Perbedaan Perkerasan Lentur dan Pekerasan Kaku
Tabel 2.3. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal.
Tabel 2.4.Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk alasan efisiensi, beberapa teknologi rendering yang ada saat ini hanya mampu menampilkan sejumlah tingkat keabuan yang terbatas. Salah satu contoh peralatannya adalah printer

[r]

AR (Agincourt Resources) Dalam Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan terdapat perbedaan tingkat Pendapatan, Pendidikan,

Based on the results and discussion about Alfamart Business Center, the researcher finds that Business Center in SMKN 1 Turen is a business center derived from

[r]

penulisan skripsi ini yang berjudul “Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli

Hasil penelitian ini adalah ada dua variabel independen berpengaruh terhadap return saham yaitu masing-masing ukuran perusahaan dan momentum secara parsial dan terdapat satu

Sebagai studi pendahuluan, telah dilakukan analisa profil asam lemak dari jaringan lemak ayam, sapi dan babi dengan melihat pola spektumnya melalui analisa FTIR dan GCMS