• Tidak ada hasil yang ditemukan

transmii Kebijakan Moneter Syariah (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "transmii Kebijakan Moneter Syariah (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN MONETER SYARIAH

Reni Nur Aini

Mahasiswa D4 Akuntansi Reguler STAN

Abstrak

Perekonomian suatu negara erat kaitannya, salah satunya, dengan kebijakan moneter. Kebijakan moneter yang umum, dilakukan dengan menggunakan instrumen suku bunga. Namun, pada kenyataanya, suku bunga ini sangat terpengaruh dengan gejolak perekonomian. Sehingga, terkadang, suku bunga ini malah menjadi salah satu pencetus adanya krisis ekonomi yang terjadi di suatu negara. Oleh karena itu, kebijakan moneter syariah merupakan salah satu jawaban dari permasalahan tersebut. Dalam kebijakan moneter syariah, tidak dikenal adanya sistem bunga. Instrumen-instrumen yang digunakan dalam kebijakan moneter syariah juga berbeda dengan kebijakan moneter pada umumnya karena tidak dikenalnya sistem bunga tersebut. Namun, justru dengan tidak dikenalnya sistem bunga tersebut, menjadikan kebijakan moneter syariah lebih tahan terhadap gejolak perekonomian sehingga pada akhirnya tujuan akhir dari kebijakan moneter dapat tercapai.

Kata kunci: syariah, bunga, instrumen, mazhab

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Islam tentu pantas juga bagi Indonesia jika menyandarkan ekonominya dengan basis syariah. Hal ini sejalan dengan pencanangan Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) yang dilakukan oleh Presiden dengan harapan agar mampu mendorong misi Indonesia untuk menjadi pusat perekonomian syariah dunia.

Sistem ekonomi syariah dianggap perlu diperkuat di Indonesia pasalnya sistem ini terbukti mampu bertahan saat perekonomian dunia mengalami gejolak. Sistem ekonomi ini mampu bertahan karena nilai-nilai yang ada di dalamnya telah menghindarkannya dari spekulasi.

(2)

menjadi alat yang baru bagi Indonesia dalam menjaga stabilitas perkenomiannya.

PEMBAHASAN

Kebijakan moneter merupakan salah satu kebijakan makroekonomi yang digunakan oleh bank sentral untuk mencapai tujuan akhir berupa stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Namun, Indonesia sendiri dengan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal yaitu stabilitas nilai rupiah.

Adapun kebijakan moneter ini adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Jumlah uang yang beredar, dalam analisis ekonomi makro, berpengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian, juga terhadap stabilitas harga. Jumlah uang beredar ini, dalam kebijakan moneter konvensional, diatur dengan instrumen suku bunga yang dikontrol oleh bank sentral. Dalam praktiknya, Bank Indonesia sebagai bank sentral, mengeluarkan kebijakan untuk mengatur tingkat suku bunga demi mempertahankan stabilitas nilai rupiah. Di saat tingkat perekonomian sedang rendah (tingkat pengangguran tinggi) maka pemerintah akan menggunakan kebijakan moneter ekspansif, salah satunya dengan menurunkan tingkat suku bunga agar jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya, di saat perekonomian mengalami inflasi maka pemerintah akan menggunakan kebijakan moneter kontraktif, salah satunya dengan

meningkatkan tingkat suku bunga agar jumlah uang beredar berkurang. Namun, pada kenyataannya, kebijakan moneter ini tidak selalu tahan dengan gejolak perekonomian. Hal ini bisa dilihat pada krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dan tahun 2008. Krisis yang terjadi tersebut salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya instrumen kebijakan moneter.

Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghadapi hal-hal di atas adalah dengan menggunakan kebijakan moneter syariah. Dalam kebijakan moneter syariah, tidak dikenal adanya instrumen suku bunga sehingga menjamin kestabilan perekonomian. Hal ini dikarenakan suku bunga merupakan instrumen yang menyebabkan ketidakseimbangan sektor riil dan moneter. Dalam sistem ekonomi syariah yang dikenal bukanlah sistem suku bunga melainkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing). Besar kecilnya pembagian keuntungan tergantung pada kegiatan investasi dan pembiayaan yang dilakukan di sektor riil. Hasil dari investasi dan pembiayaan yang dilakukan bank di sektor riil yang menentukan besar kecilnya pembagian keuntungan di sektor moneter. Ini berarti sektor moneter bergantung pada sektor riil.

(3)

yang digunakan dalam kebijakan moneter syariah adalah sebagai berikut.

1. Reserve Ratio

Reserve ratio adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang beredar, maka bank sentral dapat menaikkan reserve ratio ini, dimana dampaknya sisa uang yang ada pada bank umum menjadi lebih sedikit, begitu juga sebaliknya.

2. Moral Suassion

Bank sentral dapat membujuk bank umum untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawabnya ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Efeknya adalah kredit dapat dikucurkan sehingga uang dapat dipompa ke dalam ekonomi.

3. Lending Ratio

Dalam ekonomi syariah, tidak dikenal istilah lending (meminjamkan), lending ratio dalam hal ini adalah Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).

4. Refinance Ratio

Refinance ratio adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio meningkat maka pembiayaan yang diberikan meningkat. Ketika refinance ratio turun maka bank komersial harus berhati-hati karena mereka tidak didorong untuk memberikan pinjaman.

5. Profit Sharing Ratio

Dalam ekonomi syariah, profit sharing ratio ini harus ditentukan terlebih dahulu sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan insrumen ini, dimana

ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka rasio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.

6. Islamic Sukuk

Islamic sukuk ini adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar.

7. Government Instrument Certificate

Dalam kebijakan moneter konvensional, penjualan atau pembelian sertifikat bank sentral disebut dengan treasury bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan dijual oleh bank sentral ke broker dalam jumlah besar, dalam jangka pendek, dan berbunga meskipun kecil. Namun, treasury bills ini tidak bisa diterima dalam Islam, oleh karenanya sebagai penggantinya adalah Government Instrument Certificate. Ketika bank sentral ingin menurunkan jumlah uang beredar maka sertifikat tersebut akan dijual ke bank komersial, begitupun sebaliknya.

Selain dari instrumen-instrumen yang telah dijelaskan dalam ekonomi syariah, berikut ini ada 3 mazhab terkait kebijakan moneter syariah yang membedakannya dengan kebijakan moneter konvensional.

1. Mazhab pertama (iqtishaduna)

(4)

perdagangan yang mana keempatnya merupakan instrumen yang otomatis ada dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Pada satu sisi, sistem ini menjamin keseimbangan uang dan barang/jasa. Sementara, di sisi lain, sistem ini mencegah penggunaan tabungan untuk tujuan selain menciptakan kesejahteraan yang lebih nyata bagi masyarakat.

2. Mazhab kedua (mainsteam)

Tujuan dari kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk memaksimalkan sumber daya untuk kegiatan perekonomian yang produktif. Sementara itu, dalam prinsip syariah, dilarang adanya praktik penumpukan uang (money hoarding) karena membuat uang menjadi tidak memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kekayaan yang menumpuk tersebut justru membuat sumber dana yang awalnya produktif menjadi tidak produktif. Oleh karena itu, mazhab ini merancang sebuah instrumen kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi kecilnya permintaan uang agar dapat dialokasikan pada peningkatan produktifitas dan perekonomian secara keseluruhan.

3. Mazhab ketiga (alternative)

Pada mazhab ketiga ini, sistem kebijakan moneter yang dianjurkan adalah berdasarkan musyawarah yang sebelumnya dilakukan dengan otoritas sektor riil. Jadi, keputusan-keputusan kebijakan moneter yang kemudian dituangkan dalam bentuk instrumen moneter biasanya adalah harmonisasi yang dilakukan dengan kebijakan yang ada di sektor riil.

Bank sentral, sebagai pelaku dari kebijakan moneter, dapat berbentuk single banking system (bank syariah saja) maupun dalam bentuk dual banking system (bank umum dan syariah). Saat ini, sudah ada beberapa bank sentral, termasuk salah satunya adalah Bank Indonesia, yang telah menciptakan dan menggunakan instrumen pengendalian moneter maupun surat berharga dengan underlying pada transaksi syariah. Dan pada gilirannya, bank sentral tersebut dapat menggunakan instrumen-instrumen syariah yang ada, dengan berpatokan pada salah satu atau lebih dari ketiga mazhab untuk mencapai tujuan akhir dari kebijakan moneter yaitu stabilitas harga, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan neraca pembayaran secara khusus serta kesejahteraan masyarakat secara umum.

SIMPULAN

Kebijakan moneter adalah kebijakan dalam mengatur jumlah uang beredar dalam masyarakat untuk mencapai tujuan akhir berupa stabilitas harga, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, maupun keseimbangan neraca pembayaran. Indonesia sendiri saat ini menganut kebijakan moneter tunggal yaitu stabilitas nilai rupiah. Dalam pelaksanaannya, terdapat dua mcam kebijakan moneter yaitu kebijakan moneter konvensional dan syariah. Pembeda dari kedua kebijakan tersebut adalah bahwa dalam kebijakan moneter syariah tidak dikenal adanya sistem bunga.

(5)

maka kebijakan moneter syariah ini tidak dapat menggunakan instrumen kebijakan moneter konvensional seperti penentuan discount rate. Instrumen yang digunakan dalam kebijakan moneter syariah diantaranya reserve ratio, moral suasion, lending ratio, refinance ratio, profit sharing ratio, Islamic sukuk, dan government investment certificate. Selain itu, dalam kebijakan moneter syariah juga dikenal ada tiga bentuk mazhab yang berkembang yaitu mazhab iqtishaduna, mazhab mainstream, dan mazhab alternative.

Pada gilirannya, bank sentral, baik yang berbentuk single maupun dual banking system, akan menggunakan instrumen-instrumen syariah yang ada dengan berpatokan pada salah satu atau lebih mazhab demi mencapai tujuan akhir dari kebijakan moneter secara khusus dan kesejahteraan masyarakat secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2014. Tujuan Kebijakan Moneter Bank Indonesia. Diakses dari http://www.bi.go.id/ pada tanggal 27 Mei 2014.

Wikipedia. 2014. Kebijakan Moneter. Diakses dari http://www.id.wikipedia.org/ pada tanggal 1 Juni 2014.

Antara. 2013. Presiden Canangkan Gerakan Ekonomi Syariah. Diakses dari http://www.nasional.kompas.com/ pada tanggal 27 Mei 2014.

Pakpahan, Hendra. 2013. Kebijakan Moneter Dalam Islam. Diakses dari http://www.dinulislami.blogspot.com/ pada tanggal 2 Juni 2014.

Amiq, Saiful. 2010. Instrumen Moneter Islami.

Diakses dari

http://www.s41f.blogspot.com/ pada tanggal 2 Juni 2014.

Manaf, Rosdyana. 2011. Kebijakan Moneter Menurut Islam. Diakses dari http://www.journeyofarose88.blogspot.co m/ pada tanggal 2 Juni 2014.

Purnama, Bulan. 2011. Kebijakan Moneter Dalam Ekonomi Islam. Diakses dari http://www.makalahkite.blogspot.com/ pada tanggal 2 Juni 2014.

Referensi

Dokumen terkait

dihasilkannya, Rashid Talu mencerekakan kehidupan masyarakat Pulau Pinang, khususnya Melayu Tanjung dalam tempoh dua dekad selepas Pulau Pinang berpindah tangan kepada urus tadbir

 klik kemudian tarik u/ menyesuaikan panjang batas subkelas populasi yang diinginkan. Pada perangkat plot ini penentuan posisi batas itu dengan melihat bentuk 1

47 dikatakan efisien karena RCR yang diperoleh lebih dari 1 (satu) sehingga usaha ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan untuk kedepannya. Hasil analisis SWOT yang dilakukan

Jujuhan Ilir Kabupaten Bungo 86

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan laba atau rugi komprehensif yang diakui pada laporan laba rugi

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “ Komparasi Metode Numbered Head Together (NHT) Dan

Dalam Penelitian ini matahari terkena biopsi kulit dari pasien yang lebih tua mengungkapkan respon inflamasi meningkat dengan mononuklear. sel dibandingkan dengan daerah

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio