• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AUDIT TENURE DAN UKURAN KANTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH AUDIT TENURE DAN UKURAN KANTOR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AUDITTENURE DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT

Retno Murti Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

ABSTRACT

This study examines the influence of audit tenure and audit firm size on audit quality. Enron case that involves Arthur Andersen Firm causes changes to the audit practice such as limitations on the audit engagement (tenure) to the company that is being audited.

Audit quality is measured by discretionary accruals, audit tenure is measured by counting the year in which the same KAP has made an engagement (tenure) with the auditee, audit firm size is measured by number of audit staff. This study is focused non-financial companies that has been listed on LQ45, on the Indonesia Stock Exchange during 2008 until 2012. The hypothesis testing in this study is using multiple regression analysis. The results of the test showed that audit tenure positively affects the audit quality that is equal to 4.6%, and audit firm size doesn’t affects the quality audit.

Keywords: audit quality, audit tenure, audit firm size.

I. PENDAHULUAN

Fenomena kasus Enron yang terjadi pada tahun 2001 yang melibatkan Kantor Akuntan

Publik (KAP) Arthur Andersen, serta munculnya kasus Satyam Computer Service LTD di

India pada tahun 2008 yang melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP)

PricewaterhouseCoopers (PWC), menimbulkan pertanyaan apakah sebenarnya yang

menyebabkan kegagalan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa hal ini disebabkan akibat

adanya hubungan kerja yang panjang antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan klien yang

memungkinkan menciptakan suatu resiko excessive familiarity (berlebihnya keakraban) yang

dapat mempengaruhi obyektivitas dan independensi Kantor Akuntan Publik

(KAP).Sebaliknya, dari sudut pandang perusahaan yang diaudit, hubungan yang

berkesinambungan dengan suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat membantu

meringankan pekerjaan auditor dalam perencanaan dan praktik akuntansi dan keuangan.

Independensi auditor yang semakin memburuk menjadi salah satu penyebab terjadinya

kegagalan pelaporan keuangan di berbagai perusahaan di dunia.Skandal Enron dan Arthur

Andersen adalah salah satu contoh dari kasus kegagalan pelaporan keuangan yang

mendorong banyak negara memperketat peraturan mengenai perikatan Kantor Akuntan

(2)

wajib Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengurangi hubungan auditor-klien yang

menimbulkan ancaman terhadap independensi auditor.

Skandal-skandal akuntansi dan laporan keuangan seperti yang terjadi pada kasus Enron

dan WorldCom di Amerika Serikat tahun 2001, menyebabkan kepercayaan publik terhadap

kualitas audit menurun. Hal ini menjadi faktor pemicu munculnya regulasi Sarbanes Oxley

Act (SOX) di Amerika Serikat tahun 2002.Dalam SOX seksi 203, mengatur mengenai

kewajiban melakukan rotasi akuntan publik selama 5 tahun.Peraturan terkait rotasi auditor

yang terdapat di dalam SOX tersebut selanjutnya digunakan dan diadopsi oleh beberapa

negara lain, salah satunya Negara Indonesia.Peraturan ini pertama kali diterbitkan dalam

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan

Publik.Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 tahun dan rotasi Kantor

Akuntan Publik (KAP) setiap 5 tahun.Peraturan ini direvisi dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 di mana pembatasan pemberian jasa Kantor Akuntan

Publik (KAP) diperpanjang menjadi 6 tahun.

Kualitas audit mencakup dua dimensi, yaitu independensi dan kompetensi. Peraturan

mengenai tenure audit dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas audit berdasarkan pada

asumsi bahwa semakin lama hubungan antara auditor (baik partner audit maupun Kantor

Akuntan Publik) dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor. Namun, dari segi

kompetensi, adanya rotasi dapat menyebabkan penurunan kualitas audit.

Dengan adanya penerapan regulasi terkait pembatasan tenure audit, memunculkan pro dan

kontra diberbagai pihak. Hubungan jangka waktu pemberian jasa audit (tenure) dengan

kualitas audit memunculkan pendapat yang berbeda yaitu adanya hubungan positif dan

negatif. Berdasarkan dari beberapa penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk

meneliti “Pengaruh AuditTenure dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap

Kualitas Audit”.

Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang mengukur proksi kualitas audit dengan

menggunakan akrual diskresioner menggunakan Model Jones. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan Model Kaznik untuk mengukur akrual diskresioner yang merupakan proksi

kualitas audit. Peneliti menggunakan Model Kaznik untuk mengukur tingkat akrual

diskresioner, karena Model Kaznik memasukkan operating cash flow (OCF), sedangkan

pengukuran akrual diskresioner dengan menggunakan Model Jones dan Dechow tidak

(3)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Kualitas Audit (Y)

DeAngelo (1981) dalam Fitriany (2011) mendefinisikan kualitas audit sebagai peluang

auditor eksternal mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan dan kemudian

melaporkannya kepada pengguna laporan keuangan tersebut. Peluang untuk mendeteksi

kesalahan tersebut tergantung pada kompetensi, sedangkan peluang untuk melaporkan

kesalahan tersebut tergantung pada independensi dari auditor, misalnya kemauan dia untuk

menghadapai tekanan dari pembuat laporan keuangan tersebut. Adapun prinsip yang harus

diterapkan auditor untuk menjaga kualitas audit (Arens, 2012: 71), antara lain:

1. Integritas

Para auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktik secara adil dan

sebenar-benarnya dalam hubungan professional.

2. Objektivitas

Para auditor harus tidak berkompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya

karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang lain

yang tidak semestinya

3. Kompetensi Profesional dan Kecermatan

Auditor harus menjaga pengetahuan dan keterampilan professional mereka dalam tingkat

yang cukup tinggi, dan tekun dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka

ketika memberikan jasa professional.

4. Kerahasiaan

Para auditor harus menjaga kerahasian informasi yang diperoleh selama tugas

professional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh menggunakan

informasi yang sifatnya rahasia dari hubungan professional mereka, baik untuk

kepentingan pribadi maupun demi kepentingan pihak lain.

5. Perilaku Profesional

Para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan mendiskreditkan profesi

mereka, termasuk melakukan kelalaian. Mereka tidak boleh membesar-besarkan

kualifikasi ataupun kemampuan mereka, dan tidak boleh membuat perbandingan yang

melecehkan atau tidak berdasar terhadap pesaing.

Kualitas audit tidak lepas dari pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik (KAP). Menurut

(4)

digunakan oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk memastikan bahwa kantor

tersebut telah memenuhi tanggung jawab profesionalnya kepada klien maupun pihak lainnya.

Terdapat beberapa penelitian di Indonesia mengenai kualitas audit, antara lain dilakukan oleh

Fanny dan Siregar (2007) yang melihat pengaruh pergantian dan jangka waktu penugasan

auditor terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan,

namun pergantian partner audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba

perusahaan.Jangka waktu penugasan auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba,

baik pada tingkat Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun tingkat partner audit. Manajemen

laba akan semakin rendah seiring dengan semakin panjangnya jangka waktu penugasan.

Beberapa studi menemukan jangka waktu penugasan auditor berpengaruh positif terhadap

kualitas audit, namun ada penelitian yang menemukan bahwa jangka waktu penugasan

auditor justru berpegaruh negatif terhadap kualitas audit.

Audit Tenure (X1)

Myers et al. (2003) dalam Giri (2010) menyatakan bahwa audit tenure adalah jumlah

tahun auditor tinggal bekerja dalam sebuah perusahaan (klien). Tenure (masa penugasan)

suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) ditentukan oleh manajemen dari klien.Klien dapat

melakukan rotasi Kantor Akuntan Publik (KAP) baik secara sukarela (voluntary) ataupun

disebabkan karena ada sesuatu yang mewajibkan (mandatory).

Ketentuan tentang pembatasan masa perikatan audit KAP dan akuntan publik serta

komposisi KAP diatur dalam PMK No.17/PMK.01/2008 Pasal 3. Berdasarkan peraturan

tersebut dapat disimpulkan hal sebagai berikut:

1. Batas waktu maksimal pemberian jasa audit (tenure KAP) oleh suatu Kantor Akuntan

Publik (KAP) kepada perusahaan adalah 6 tahun berturut-turut. Setelah perusahaan

menggunakan jasa suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) selama 6 tahun berturut-turut,

maka perusahaan tersebut wajib mengganti Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk audit

tahun berikutnya (rotasi KAP).

2. Batas waktu maksimal pemberian jasa audit oleh auditor (tenure AP) kepada perusahaan

adalah 3 tahun berturut-turut. Setelah perusahaan menggunakan jasa seorang auditor

selama 3 tahun berturut-turut, maka perusahaan tersebut wajib mengganti auditor untuk

(5)

3. Perusahaan dapat menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) dan/atau auditor yang

telah mencapai batas maksimal tersebut kembali setelah perusahaan diaudit oleh Kantor

Akuntan Publik (KAP) dan/atau auditor lain selama satu tahun buku.

4. Peraturan perubahan komposisi akuntan publik pada suatu Kantor Akuntan Publik (KAP)

berimplikasi pada kewajiban rotasi Kantor Akuntan Publik (KAP). Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang berganti rekan (sehingga berganti nama) dan/atau melakukan

perubahan komposisi akuntan publiknya, namun 50% atau lebih akuntan publiknya masih

sama, dianggap sebagai Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sama.

Dengan diterapkannya peraturan yang mewajibkan rotasi wajib, banyak Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang melakukan perubahan komposisi partner audit untuk menyiasati

kewajiban melakukan rotasi.Siregar et al. (2009) menemukan bahwa sebagian besar rotasi

yang terjadi setelah tahun 2003 adalah rotasi semu. Rotasi semu terjadi jika perusahaan

melakukan rotasi Kantor Akuntan Publik (KAP) tetapi masih merupakan Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang berafiliasi sama. Sedangkan rotasi KAP secara nyata dimana perusahaan

melakukan rotasi dari suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) ke Kantor Akuntan Publik (KAP)

lainnya yang berbeda afiliasi.

Ukuran Kantor Akuntan Publik (X2)

Kantor Akuntan Publik (KAP), merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang

memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang bergerak di bidang

pemberian jasa professional dalam praktik akuntan publik (Agoes, Sukrisno: 2012). Peraturan

Menteri Keuangan no.17 tahun 2008 yang mengatur jasa akuntan publik, menyatakan bahwa

Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat berbentuk badan usaha perseorangan (proprietorship)

atau persekutuan perdata (general partnership).

Di dalam profesi akuntan publik dikenal Kantor Akuntan Publik (KAP) kelompok besar atau

sering disebut dengan Big 4 dan non Big 4, dan yang lain disebut kelompok Kantor Akuntan

Publik (KAP) sedang dan kelompok Kantor Akuntan Publik (KAP) kecil, sebenarnya

pengelompokan ini bersifat informal dan lebih banyak diukur bukan dari jumlah

penghasilannya tetapi dari jumlah auditornya. Firth dan Liau Tan (1998) dalam Rossieta

(2009) menyatakan bahwa kualitas audit juga sering dikaitkan dengan skala auditor, yang

mencakup empat faktor, yaitu:

1. Jumlah dan ragam klien yang ditangani oleh suatu klien.

2. Ragam jasa yang ditawarkan.

(6)

4. Jumlah staf audit.

Di Indonesia, penggolongan KAP menjadi Big 4 dan Non Big 4 diukur dengan jumlah

auditornya. Soedibyo (2010) dan Adityasih (2010) dalam Fitriany (2012), KAP dapat dibagi

menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah auditor yang bernaung di dalamnya:

1. KAP Besar

KAP yang tergolong ke dalam kelompok KAP besar adalah KAP yang memiliki staf

lebih dari 400 orang staf.

2. KAP Menengah

KAP yang tergolong ke dalam kelompok KAP menengah adalah KAP yang memiliki staf

berkisar antara 100-400 orang staf.

3. KAP Kecil

KAP yang tergolong ke dalam kelompok KAP kecil adalah KAP yang memiliki staf

kurang dari 100 orang staf.

Pengembangan Hipotesis

Kualitas audit didefinisikan sebagai peluang auditor eksternal mendeteksi kesalahan

dalam laporan keuangan dan kemudian melaporkannya kepada pengguna laporan keuangan

tersebut. Kualitas auditor sangat erat kaitannya dengan kompetensi dan independensi auditor.

Oleh karena itu, diterapkan rotasi wajib bagi auditor dan KAP dengan harapan kebijakan

tersebut akan meningkatkan independensi auditor.

Audit tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut secara berturut-turut telah melakukan

pekerjaan audit terhadap suatu perusahaan.Pembatasan tenure auditor merupakan usaha untuk

mencegah auditor terlalu dekat berinteraksi dengan klien sehingga mengganggu

independensinya. Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen

dan melaksanakan audit secara professional, sebab KAP kurang bergantung secara ekonomi

kepada klien. Klien juga kurang dapat mempengaruhi opini auditor. KAP berskala besar

cenderung lebih independen, karena apabila publik menemukan kecurangan perusahaan yang

tidak diungkapkan oleh auditor, maka hal itu dapat mengancam reputasi mereka

Penelitian ini menguji pengaruh tenure dan ukuran KAP terhadap kualitas audit dengan

mengukur kualitas audit menggunakan akrual diskresioner. Variabel dependennya adalah

(7)

Berdasarkan kerangka pemikiran dan asumsi di atas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Masa perikatan audit (tenure) KAP berpengaruh terhadap kualitas audit. H2 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.

III.OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

Peneliti memilih data dan populasi dalam penelitian adalah laporan keuangan perusahaan

yang tergolong perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia yang telah diaudit oleh akuntan

publik periode 2008-2012, kecuali perusahaan yang bergerak di bidang keuangan (perbankan,

asuransi, leasing, investasi, jasa keuangan). Perusahaan yang terdaftar di LQ45 merupakan 45

perusahaan yang memiliki saham dengan transaksi terbanyak. Pergantian daftar perusahaan

LQ45 dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan

Agustus.Sedangkan untuk ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), peneliti menggunakan data

sekunder dari Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan

RI.

Definisi Operasionalisasi Variabel 1. Kualitas Audit (Y)

Dalam penelitian, ini kualitas audit diukur dengan akrual diskresioner dengan

menggunakan Model Kaznik. Peneliti menggunakan akrual diskresioner Model Kaznik,

karena pengukuran akrual diskresioner dengan Model Kaznik memasukkan operating

cash flow (OCF), sedangkan pengukuran akrual diskresioner dengan menggunakan Model

Jones dan Dechow tidak memperhitungkan operating cash flow (OCF). Seperti yang

dijelaskan di dalam buku Creative Accounting (Sulistiawan, Dedhy. 2011) secara detail,

penentuan akrual diskresioner dengan Model Kaznik sebagai indikator manajemen laba

(8)

1. Menentukan nilai total akrual (TA) dengan formulasi:

TAjp = NIjp – CFOjp

2. Menentukan nilai parameter αp, β1p, β2p, dan β3p dengan formulasi:

TAjp = αp + β1p (∆REVjp - ∆RECjp) + β2p PPEjp + β3p∆CFjp + εjp

Lalu, agar skalanya menjadi sama, variabel tersebut dibagi dengan aset tahun

sebelumnya (Ajp-1), sehingga formulasinya berubah menjadi:

TAjp / (Ajp-1) = αp + β1p (∆REVjp - ∆RECjp) / (Ajp-1)+ β2p PPEjp / (Ajp-1) + β3p

CFjp / (Ajp-1) + εjp

3. Menghitung nilai akrual nondiskresioner (NDA) dengan formulasi:

NDAjp = αp + β1p (∆REVjp - ∆RECjp) + β2p PPEjp + β3p∆CFjp + εjp

4. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan indikator manajemen laba

akrual dengan cara mengurangi total nilai akrual dengan akrual nondiskresioner,

dengan formulasi:

DAjp = TAjp – NDAjp

Keterangan:

TAjp = Total akrual perusahaan j dalam periode p.

NIjp = Laba bersih perusahaan j pada periode p.

CFOjp = Arus kas operasi perusahaan j pada periode p.

NDAjp = Akrual nondiskresioner perusahaan j pada periode p.

DAjp = Akrual diskresioner perusahaan j pada periode p.

Ajp-1 = Total aset perusahaan j pada periode p-1.

∆REVjp = Perubahan penjualan bersih perusahaan j pada periode p. ∆RECjp = Perubahan piutang perusahaan j pada periode p.

PPEjp = Property, plant, and equiptment perusahaan j pada

periode p.

∆CFjp = Perubahan arus kas operasional perusahaan j pada

periode p.

αp, β1p, β2p, β3p = Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi.

εjp = Error term perusahaan j pada periode p.

2. Audit Tenure (X1)

Pengukuran pada variabel tenure ini menggunakan tenure Kantor Akuntan Publik

(KAP).Tenure KAP akan dihitung secara akumulatif (dalam satuan tahun) dimulai dari

(9)

berubah pada pada tahun berikutnya, maka variabel tenure KAP akan terus bertambah

secara akumulatif. Jika terjadi perubahan KAP yang mengaudit perusahaan, maka

variabel tenure KAP akan kembali dihitung sebagai awal perikatan atau memiliki nilai 1,

hal tersebut juga berlaku jika perikatan audit tersebut merupakan perikatan audit baru atau

melanjutkan nilai tenure KAP terakhir KAP tersebut.

3. Ukuran Kantor Akuntan Publik (X2)

Peneliti melakukan pengukuran KAP berdasarkan pada jumlah staf profesional (auditor)

yang dimiliki oleh KAP.Peneliti menggunakan jumlah staf sebagai ukuran KAP, agar

pengukuran tersebut lebih akurat, karena angka pengukuran yang digunakan adalah

berdasarkan jumlah staf sesungguhnya yang bekerja di KAP tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif.

Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan dengan cara

mengkuantifikasikan data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan

dalam analisis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan dokumentasi

laporan keuangan perusahaan yang tergolong perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia

periode 2008-2012 yang memuat opini audit, informasi keuangan dan

non-keuangan.Sedangkan untuk ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), peneliti menggunakan

data sekunder dari Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian

Keuangan RI.

Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah cara mengolah data yang terkumpul untuk kemudian dapat

memberikan interprestasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan. Analisis ini digunakan untuk menunjukan

hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi

linear berganda.Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Berikut ini adalah uji

(10)

a. Uji Normalitas

Menurut Gozali (2011: 160), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena

untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan

bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.Jika asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Karena model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Uji multikolinieritas

dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan Variance

Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Uji

multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation

factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas nilai 10 atau tolerance

value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi bila nilai VIF dibawah nilai 10

atau tolerance value diatas 0,10.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

sebelumnya (t-1).

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

Menurut Suharyadi (2008:82), pengujian hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada

bukti sampel yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis merupakan suatu

pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak

wajar dan oleh karena itu harus ditolak. Pengujian hipotesis digunakan dengan tujuan

(11)

4. Penarikan Kesimpulan

Setelah melalui tahapan-tahapan penelitian dan pengujian di atas maka peneliti akan

melakukan analisis berdasarkan hasil pengolahan dan pengujian tersebut. Analisis

tersebut akan membahas pengaruh variabel independen dengan variabel dependennya

baik secara simultan maupun secara parsial. Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan

Ho atau penerimaan hipotesis alternatif (Ha). Kemudian dari analisis tersebut akan ditarik

kesimpulan dan saran-saran untuk peneliti selanjutnya.

5. Uji Regresi Parsial (Uji t)

Uji statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2011).Uji t digunakan untuk menemukan pengaruh yang paling dominan antara

masing-masing variabel independen untuk menjelaskan variasi variabel dependen dengan

tingkat signifikansi 5 % dan 10%.

6. Uji Regresi Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel

dependen/ terikat (Ghozali, 2011). Dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %, maka kriteria

pengujian adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai signifikansi f < 0.05, maka H0 ditolak.

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap

variabel dependen.

b. Apabila nilai signifikansi f > 0.05, maka H0 diterima.

Artinya semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

7. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel

independen yang digunakan dalam penelitian tersebut maupun untuk menjelaskan varaisi

total variabel independen. Semakin besar nilai R2, maka semakin baik model regresi

yang diperoleh.

IV.PEMBAHASAN

1. Masa perikatan audit (tenure) KAP berpengaruh terhadap kualitas audit

Variabel tenure auditor memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Temuan ini mendukung

argumen bahwa semakin lama bertugas, KAP akan memiliki pengetahuan dan pengalaman

(12)

audit, yaitu kompetensi dan independensi. Dari segi kompetensi, adanya rotasi karena masa

perikatan (tenure) yang dibatasi, yaitu maksimal 6 tahun berturut-turut, dapat menyebabkan

penurunan kualitas audit. Chen et al. (2004) manyatakan bahwa ketika auditor harus

menghadapi perusahaan baru sebagai kliennya maka akan diperlukan lebih banyak waktu

baginya untuk mempelajari terlebih dahulu klien barunya dari pada ketika auditor

melanjutkan penugasan dari klien terdahulunya. Hal inilah yang membuat kualitas audit

semakin meningkat karena adanya peningkatan kompetensi auditor yang diperoleh seiring

dengan semakin lamanya jangka waktu penugasan auditor. Namun, disisi lain peraturan

mengenai tenure audit dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas audit berdasarkan pada

asumsi bahwa semakin lama hubungan antara auditor (baik partner audit maupun kantor

akuntan publik) dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor.

2. Pengaruh Ukuran KAP terhadap Kualitas Audit

Variabel ukuran KAP tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Hal tersebut

membuktikan bahwa ukuran KAP tidak mempengaruhi kualitas audit, baik auditor dari KAP

yang berskala besar maupun yang berskala kecil tidak terdapat perbedaan dalam melakukan

evaluasi maupun penilaian terhadap laporan keuangan kliennya. Hal ini bisa disebabkan

karena reputasi KAP yang tergolong KAP besar atau KAP yang berafilisasi dengan KAP

internasional lebih bertujuan untuk menarik klien dengan brand image yang dimiliki oleh

KAP tersebut.Pramudji dan Trihartati (2009) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa

kualitas laporan keuangan auditan secara tidak langsung dipengaruhi oleh integritas auditor

secara individual.Kemungkinan terjadinya manajemen laba semakin besar jika auditor secara

individual memiliki integritas rendah sekalipun auditor tersebut berasal dari KAP big four.

Alasan ini didukung oleh terlibatnya KAP Arthur Andersen dalam kasus Enron, serta kasus

Satyam Computer Service LTD di India pada tahun 2008 yang melibatkan KAP

PricewaterhouseCoopers (PWC).

3. Pengaruh Audit Tenure dan Ukuran KAP terhadap Kualitas Audit

Terdapat pengaruh antara audit tenure dan ukuran KAP terhadap kualitas audit. Temuan ini

mendukung argumen bahwa semakin lama bertugas, KAP akan memiliki pengetahuan dan

pengalaman untuk merancang prosedur audit yang lebih baik. Tenure KAP tersebut juga

berpengaruh pada auditor dari KAP yang berskala besar maupun yang berskala kecil. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam melakukan evaluasi maupun penilaian

(13)

DeAngelo (1981) dalam Fitriany (2011) mendefinisikan kualitas audit sebagai peluang

auditor eksternal mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan dan kemudian

melaporkannya kepada pengguna laporan keuangan tersebut. Peluang untuk mendeteksi

kesalahan tersebut tergantung pada kompetensi, sedangkan peluang untuk melaporkan

kesalahan tersebut tergantung pada independensi dari auditor, misalnya kemauan dia untuk

menghadapai tekanan dari pembuat laporan keuangan tersebut.

Dikutip dari jurnal Fitryani (2011) adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas

audit, salah satunya adalah audit capacity stress. Audit capacity stress adalah tekanan

terhadap auditor sehubungan dengan banyaknya klien audit umum yang harus ditanganinya.

Namun, konsekuensi yang mungkin timbul dari audit capacity stress adalah turunnya kualitas

audit dan juga berdampak pada menurunnya kualitas laba.

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara audit tenure dan ukuran KAP

terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Masa perikatan audit (tenure) KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.

Penelitian ini mendukung argumen bahwa semakin lama bertugas, KAP akan memiliki

pengetahuan dan pengalaman untuk merancang prosedur audit yang lebih baik. Idealnya,

proses audit memang mengharuskan auditor berinteraksi dengan kliennya. Namun,

hubungan yang terlalu dekat ini dapat menciptakan konflik kepentingan untuk auditor

sehingga proses audit menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu,

kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah tentang pembatasan masa perikatan audit

(tenure). Diharapkan dapat menjaga kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor.

2. Variabel ukuran KAP tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran KAP tidak mempengaruhi kualitas audit,

baik auditor dari KAP yang berskala besar maupun yang berskala kecil tidak terdapat

perbedaan dalam melakukan evaluasi maupun penilaian terhadap laporan keuangan

kliennya.Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa kualitas laporan keuangan auditan secara tidak langsung dipengaruhi

oleh integritas auditor secara individual.Kemungkinan terjadinya manajemen laba

(14)

tersebut berasal dari KAP big four. Alasan ini didukung oleh terlibatnya KAP Arthur

Andersen dalam kasus Enron, serta kasus Satyam Computer Service LTD di India pada

tahun 2008 yang melibatkan KAP PricewaterhouseCoopers (PWC).

Implikasi

Dari kesimpulan penelitian ini implikasi dari permaslahan yang dibahas adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh audit tenure dan ukuran KAP terhadap kualitas audit.

Idealnya, proses audit memang mengharuskan auditor berinteraksi dengan kliennya.

Namun, hubungan yang terlalu dekat ini dapat menciptakan konflik kepentingan untuk

auditor sehingga proses audit menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena

itu, kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah tentang pembatasan masa perikatan audit

(tenure). Diharapkan dapat menjaga kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Namun

pada dasarnya baru membutuhkan penyesuaian, baik dalam lingkungan kerja, cara kerja,

maupun pengetahuan spesifik tentang bisnis perusahaan, sehingga sulit bagi auditor untuk

memahami bisnis klien yang kompleks dalam jangka pendek.

2. Pengaruh ukuran KAP terhadap kualitas audit.

Kualitas laporan keuangan auditan secara tidak langsung dipengaruhi oleh integritas

auditor secara individual.Kemungkinan terjadinya manajemen laba semakin besar jika

auditor secara individual memiliki integritas rendah sekalipun auditor tersebut berasal

dari KAP big four. Alasan ini didukung oleh terlibatnya KAP Arthur Andersen dalam

kasus Enron, serta kasus Satyam Computer Service LTD di India pada tahun 2008 yang

melibatkan KAP PricewaterhouseCoopers (PWC). Munculnya kasus-kasus yang

melibatkan beberapa KAP besar tersebut tentu saja dapat menurunkan tingkat

kepercayaan terhadap kualitas audit yang dihasilkan, walaupun hasil audit tersebut

dihasilkan oleh KAP yang berukuran besar.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kali ini, peneliti memiliki beberapa saran,

yaitu:

1. Bagi Peneliti

a) Pada penelitian ini, perusahaan yang dijadikan sampel hanya berasal dari perusahaan

publik non keuangan yang terdaftar dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Sehingga

(15)

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas jenis sampel dengan memasukan

perusahaan keuangan, serta tidak hanya perusahaan terbuka saja, tetapi perusahaan

privat dan/atau entitas ekonomi lainnya selain perusahaan yang juga menggunakan

jasa audit.

b) Hasil dalam penelitian ini memiliki adjusted R-squared yang kecil. Hal ini berarti

masih terdapat banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas audit namun

tidak terdapat di dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat

menambahkan variabel-variabel lain, seperti Audit Capacity Stress. Audit Capacity

Stress adalah tekanan terhadap auditor sehubungan dengan banyaknya klien audit

umum yang harus ditanganinya. Konsekuensi yang mungkin timbul dari audit

capacity stress adalah turunnya kualitas audit.

2. Bagi Praktisi

Bagi auditor menjaga independensi merupakan suatu keharusan serta terus meningkatkan

kompetensinya, karena penilaian auditor terhadap kualitas informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pihak

eksternal seperti pemegang sahan atau kreditor maupun pihak internal.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, Alvin.A.2012. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta: Salemba Empat.

Chen, C-Y., Lin, C-J., and Lin, Y-C. (2004). Audit Partner Tenure, Audit Firm Tenure and Discretionary Accruals: Does Long Auditor Tenure Impair Earnings Quality?

Working Paper, Hong Kong University of Science and Technology.

Fanny, M., dan Siregar, S. 2007. Pengaruh Pergantian dan Jangka Waktu Penugasan Auditor terhadap Kualitas Laba: Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta. Paper dipresentasikan pada acara The 1st Accounting Conference. Universitas Indonesia, Jakarta.

Fitriany dan Junius. 2012. Pengaruh Audit Capacity Stress, Pendidikan ProfesiLanjutan (PPL), Ukuran KAP, Spesialisasi, Terhadap Manajemen Laba Akrual dan Manipulasi Aktivitas Riil. Departemen Akuntansi FEUI.

Francis, J. R., dan M. D. Yu. 2009. Big 4 Office Size and Audit Quality. Accounting Review 84(5): 1521-1552.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(16)

Giri, Efraim Ferdinan. 2010. Pengaruh Tenure KAP dan Reputasi KAP Terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010.

Gultom, Elizabeth Rosalina. 2013. Pengaruh Tenure Audit dan Rotasi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi XVI Vol.25-26.

Hartadi, Bambang. 2009. Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Akreditasi No.110/DIKTI/Kep/2009.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Institut Akuntan Indonesia. 2001. Standar Audit Seksi 508 Laporan Auditor Atas Laporan Keuangan Auditan.

Institut Akuntan Indonesia. 2001. Standar Audit Seksi 110 Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen.

Kementerian Keuangan RI. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/Pmk.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.

Leonora, Sylvie. 2012. Analisis Hubungan Masa Perikatan Audit dengan Kualitas Audit.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1.

Messier. 2005. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Sistematis. Jakarta: Salemba Empat.

Pamudji, Sugeng. Trihartati, Aprillya. 2009. Pengaruh Independensi dan Efektifitas Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi dan Auditing. Jurnal UNDIP Vol 6, No 1 (2009).

Rossieta, Hilda. 2010. Analisis Aturan Rotasi KAP di Indonesia Pengaruh Corporate Governance Dalam Memoderasi Hubungan Antara Jangka waktu Penugasan Audit dan Kualitas Audit. Simposium Ridet Ekonomi IV Univ. Katolik Widya Mandala – Surabaya.

Rossieta, Hilda. 2009. Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit-Suatu Studi dengan Pendekatan Earnings Surprise Benchmark. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang 2009.

Siregar, Sylvia Veronica. 2011. Rotasi dan Kualitas Audit: Evaluasi Atas Kebijakan Menteri Keuangan KMK No.423/KMK.6/2002 Tentang Jasa Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.8 No.1.

Suharyadi. 2009. Statistika:untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Sulistiawan, Dedhy. 2011. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Sulisyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT Grasindo.

Suhayati, Ely. 2014. Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Rentang Waktu Penyelesaian Audit.Majalah Ilmiah Unikom Vol.12 No.1.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dinding sel bakteri gram negative mempunyai dua lapisan dinding sel, yaitu lapisan luar yang terdiri dari lipopolisakarida dan protein, dan lapisan

[r]

Solusinya untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan analisis data mengggunakan naïve bayes yang dapat melakukan klasifikasi data dalam jumlah yang banyak.[7]

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

Rata-rata lama menginap tamu (RLMT) Asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Sumatera Barat bulan Agustus 2015 adalah selama 1,34 hari, meningkat 0,06 hari

Berdasarkan kajian tersebut, tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengembangkan media pembelajaran ular tangga pada materi sistem peredaran

[r]

Nilai Koefisisen Determinasi (Kd) sebesar 71,3% dapat diartikan bahwa peran sistem pengendalian internal pemberian kredit terhadap Non Performing Loan sebesar 71,3%,