2.1. Sejarah Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu awalnya merupakan milik Handless Vereninging Amsterdam yang diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1957 dengan luas areal keseluruhan saat itu 6.173,53 hektar. Hingga tahun 1938, Kebun Pabatu merupakan perkebunan tembakau yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. PTPN IV Kebun Pabatu berjarak 7 km dari kota Tebing Tinggi dan 87 km dari kota Medan.
Berdasarkan pada ketetapan No: 110/-PPT/B, Menteri Dalam Negeri Cq. Direktorat Jenderal Agraria melalui surat keputusan No: 19/HGU/DA/-1976 Tanggal 26 Juni 1976, memberikan Hak Guna Usaha kepada PNP-VI atas areal seluas 5.770,07 hektar yang terdiri atas pemeriksaan yang dilakukan oleh panitia B yang menetapkan bahwa areal tersebut bebas dari penduduk rakyat. Pada tahun 2005 berdasarkan keputusan Kepala BPN Nasional dalam SK No. 40/HGU/BPN/2005 luas areal Kebun Pabatu menjadi 5.754,04 Hektar.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu, Tebing Tinggi adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi CPO
(Crued Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dan PKO tersebut akan dijual
kepada perusahaan yang membutuhkan seperti PT. Musim Mas, PT. SAN – Belawan
dan PT. Pacific Palmindo sebagai bahan baku yang akan diolah lebih lanjut.
2.3. Organisasi dan Manajemen
2.3.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu gambaran pembagian tugas dan tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian tertentu dalam sebuah organisasi. Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, struktur organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya sebuah perusahaan.
Struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu adalah
berbentuk lini fungsional, di mana tugas dan tanggung jawab berjalan secara vertikal
menurut garis lurus antara atasan dan bawahan serta saling mengawasi dan
memberikan saran antara staf yang satu dengan staf yang lainnya yang berguna untuk
karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di PTPN IV Pabatu
Bagian Karyawan
Pimpinan
Karyawan
Pelaksanan Total
Kepala Dinas Pengolahan 2 - 2
Pabrik Kelapa Sawit 2 106 108
Teknik 2 240 242
Manajer Unit 1 - 1
Dinas Tata Usaha 1 25 26
Sumber Daya Manusia & Umum 1 33 34
Dinas Tanaman 2 8 10
Gudang 1 10 11
Pengamanan 1 41 42
Afdeling I 1 163 164
Afdeling II 1 154 155
Afdeling III 1 161 162
Afdeling IV 1 70 71
Afdeling V 1 125 126
Afdeling VI 1 135 135
Afdeling VII 1 113 114
Pabrik Pengolahan Inti Sawit 1 74 75
Jumlah 21 1458 1478
Pengaturan jam kerja karyawan di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu adalah sebagai berikut:
1. Semua karyawan kecuali bagian pengolahan dan pengamanan hari kerjanya adalah senin – sabtu, dengan ketentuan jam kerja sebagai berikut:
a. Senin – kamis
Jam 06.30 – 09.30 WIB : Waktu Kerja (dinas) Jam 09.30 – 10.30 WIB : Waktu Istirahat Jam 10.30 – 15.00 WIB : Waktu Kerja (dinas) b. Jum’at
Jam 06.30 – 09.30 WIB : Waktu Kerja (dinas) Jam 09.30 – 10.30 WIB : Waktu Istirahat Jam 10.30 – 12.00 WIB : Waktu Kerja (dinas) c. Sabtu
Jam 06.30 – 09.30 WIB : Waktu Kerja (dinas) Jam 09.30 – 10.30 WIB : Waktu Istirahat Jam 10.30 – 12.00 WIB : Waktu Kerja (dinas)
2. Bagian pengolahan, jam kerja dibagi atas dua shift setiap harinya yaitu:
Shift I : jam 06.30 – 16.00 WIB
Shift II : jam 16.00 – 06.30 WIB
3. Bagian pengamanan (security), jam kerja dibagi atas tiga shift setiap harinya yaitu:
Shift I : jam 06.00 – 14.00 WIB
Shift III : jam 22.00 – 06.00 WIB
2.4. Standar Mutu Bahan Baku dan Produk
2.4.1.1. Standar Mutu Bahan Baku
Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas. Proses tersebut berlangsung kontinu dan cukup lama serta memerlukan kontrol yang cermat sampai menjadi minyak sawit, kernel (Inti sawit) dan hasil sampingannya. Pada dasarnya ada dua macam produk olahan utama TBS dipabrik, yaitu:
1. CPO(Crude Palm Oil) yang merupakan hasil pengolahan daging buah. 2. Kernel yang dihasilkan dari ekstraksi inti buah.
Serat, cangkang dan tandan buah kosong adalah hasil sampingan dari proses pengolahan kelapa sawit. Tandan buah kosong dapat diolah kembali dengan menggunakan incinerator menjadi bunch ash yang digunakan menjadi pupuk semantara serat dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler.
terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi truk. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan. Pengolahan yang diinginkan adalah tandan buah segar dengan kriteria fraksi buah 1, 2, dan 3. Hal ini ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal. Standar kematangan buah dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Standar Kematangan Buah
Fraksi Persyaratan Sifat-sifat Fraksi Jumlah Brondol
Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat Mentah Tidak ada warna
Fraksi 0 (F-0) Maks.3,0% Mentah 1-12,5% buah luar
Fraksi 1 (F-1) Kurang matang 12,5-25% buah luar
Fraksi 2 (F-2) 85,00% Matang 25-50% buah luar
Fraksi 3 (F-3) Matang 50-75% buah luar
Fraksi 4 (F-4) Maks. 10,0% Lewat matang 75-100% buah luar Fraksi 5 (F-5) Maks.2,0% Terlalu matang Buah ikut membrondol
% Brondolan 9,50%
Tandan kosong 0,00%
Panjang tangkai TBS > 2,5 cm Sumber : PTPN IV Unit Kebun Pabatu
2.4.1.2. Standar Mutu Produk
Tabel 2.3. Standar Mutu Produk
Karakteristik Batas – Batas
Kualitas Asam Lemak Bebas < 3,5% dan <4,0%
Kadar Air <0,10%
Kadar Kotoran <0,10%
Deteration Of Bleach Ability Indeks (DOBI) Min. 2,4%
Bilangan Peroksida < 5 Mek
Bilangan Anisidine < 10 Mek
Total Oksigen < 20 Mek
Kadar Fe < 3 ppm
Kadar Cu < 0,3 ppm
Bleachability < 2 R dan < 20 Y
Kadar air Maks 7 %
Kadar kotoran Maks 6 %
Inti pecah < 25 %
Inti berubah warna < 40%
Sumber : PTPN IV Unit Kebun Pabatu
2.5. Proses Produksi
2.5.1. Proses Pengolahan Minyak Sawit
Proses pengolahan CPO (Crude Palm Oil) adalah sebagai berikut : 1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception Station)
Stasiun ini berfungsi untuk menerima Tandan Buah Segar yang berasal dari kebun petani sekitar dan kebun milik sendiri.
2. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)
Tandan Buah Segar yang baru dipanen dari kebun petani sekitar dan kebun milik sendiri diangkut dengan menggunakan truk ke pabrik. Setelah sampai lalu ditimbang pada jembatan timbang (Weighting Bridge). Penimbangan dilakukan dua kali. Pertama, untuk mengetahui berat kendaraan pada saat berisi muatan tandan buah segar (bruto). Kedua, untuk mengetahui berat kendaraan pada keadaan kosong atau tanpa muatan (tarra).
3. Penumpukan dan Pemindahan Buah (Transfer andLoading Ramp)
Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk langsung ke loading ramp
guna melakukan bongkar muatan TBS. Buah sawit yang sudah disortasi kemudian dituang ke penampungan buah (fruit hoppers) yang dibuat kemiringan 13o – 50o terhadap dasar alas kisi-kisi. Fruit hoppers dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara vertikal (turun naik) oleh tenaga elektris.
4. Stasiun Perebusan
untuk merebus buah. Badan lory tersebut terbuat dari plat baja berlubang kecil dengan diameter 2 cm dan jarak antar lubang 5 cm. Dengan adanya lubang pada lory, uap (steam) lebih mudah masuk dan dapat memasak secara merata. Lory rebusan ini berisi penuh dan merata dengan kapasitas rata-rata 2,5 ton/lory.
5. Stasiun Penebah
Pada stasiun penebah, buah dituang dari lori ke rebusan ke automatic feeder
dengan menggunakan hosting crane, automatic feeder ini berfungsi untuk menampung serta mengatur pemasakan buah ke dalam alat penebah (threser/stripper drum) dalam threser, buah yang masih melekat pada tandan akan lepas dan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan. Alat penebah ini berupa drum yang terpasang secara horizontal dan berputar dengan kecepatan ± 23 rpm. Akibat perputaran drum, tandan bergerak ke atas searah dengan perputarannya. Kemudian tandan akan jatuh terbanting sehingga buah atau brondolan terlepas dari tandannya. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemipilan yang lebih sempurna dan keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses perebusan.
6. Stasiun Pengempaan (Screw Press)
Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempal. Pada stasiun ini dilakukan 2 tahap pengolahan yaitu :
Berondolan yang dihasilkan pada proses penebah, dialirkan ke dalam
digester. Peralatan ini digunakan untuk melumatkan berondolan sehingga daging buah (pericrape) terpisah dari biji (noten) dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak. Dalam waktu cepat agar minyak dapat diperas sebanyak-banyaknya pada saat pegempaan.
Alat pengaduk ini sering disebut ketel aduk yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa dalam screw press. Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan daging buah dan biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak. Digester yang penuh akan memperlama proses pengadukan dengan tekanan lawan yang kuat sehingga perajangan sempurna karena ketinggian buah dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar
digester semakin tinggi dan tahanan lawan terhadap pisau semakin tinggi, dan pemecahan kantong minyak dan pemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna.
b. Pengempaan (pressing)
adukan semaksimal mungkin dengan cara memompa pada tekanan tertentu, tekanan kempa yang dibutuhkan 50-60 kg/cm2.
Alat pengempa yang digunakan adalah jenis kempa ulir ganda (doublescrew press) alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang yang didalamnya terdapat 2 buah ulir (feet screw
dan main screw) yang berputar yang berlawan arah dengan kecepatan yang sama. Mekanisme pengempaan adalah masukya adonan ke dalam
cylinder press dan mengisi worm, volume setiap space worm berbeda, semakin mengarah ke ujung asscrew volume semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan menyebabkan minyak terperas.
7. Stasiun Pemurnian Minyak.
Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (CPO) yang sudah dimurnikan dari kotoran. Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO). Pemurnian minyak bertujuan agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya bahan organik dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat.
8. Pemisahan Pasir
Pemisahan pasir dilakukan melalui 2 tahap yaitu:
a. Sand cyclone, alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara setling tank
dan peralatan kasar. Alat ini terbuat dari logam atau porselin yang dapat memisahkan lumpur atau pasir secara gravitasi dengan bantuan pompa. b. Strainer, alat ini ditempatkan sebelum cairan diolah dalam sludge
operator. Alat ini memisahkan pasir dengan sistem saring. Alat penyaring terdiri dari fibre yang jarang-jarang sehingga pasir dan lumpur akan tersaring.
9. Sludge Tank
Sludge yang berasal dari Oil Setling tank dipompakan pada Sludge Tank
dengan melalui desander untuk membuang pasir-pasir halus yang terdapat pada sludge. Keberhasilan cairan minyak dalam Sludge Tank dipengaruhi pengoperasian desander, karena alat ini dapat berfungsi apabila pembuangan pasir dilaksanakan secara kontinu sludge yang berasal dalam Sludge Tank
mendapatkan pemanasan dengan mengguanakan pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang. Untuk mempercepat pemecahan gumpalan minyak dengan sludge dapat dilengkapi dengan alat stirrer dengan catatan tidak boleh terjadi pembentukan emulsi kembali.
10. Sludge Separator
dibantu dengan pemberian uap gas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke Oil Setling tank.
11. Oil tank
Cairan yang berada di permukaan tangki CST dialirkan ke dalam oil tank. Minyak ini masih mengandung air dan kotoran-kotoran ringan. Alat COT dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 900oC. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu zat yang memiliki berat jenis lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh pada perlakuan selanjutnya karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti pada oil purifier dan vacum dryer.
12. Oil purifier
Alat purifier ini sering disebut oil centrifuge yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Prinsip kerja dari alat ini memisahkan fraksi yang BJ > atau = 1 artinya FM dan minyak berada dalam 1 fraksi sedangkan kotoran tergolong dalam fraksi berat. Semakin besar dibuat ukuran kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun kemampuan untuk memurnikan minyak.
13. Sludge Separator
pemisahan lumpur. Keberhasilan dalam pengoperasian sludge separator
dipengaruhi oleh :
a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak antara air dan lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah terhadap alat tersebut b. Fungsi alat sludgeseparator tersebut
c. Penimbangan kapasitas alat dengan jumlah sudut gaya yang diolah 14. Pengeringan Minyak
Minyak yang masih mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka, pemanasan dalam ruangan tertutup dan dalam ruangan hampa. Mekanisme pemanasan minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat diketahui dari hasil pengeringan.
2.5.2. Proses Pengolahan Inti Sawit
Proses pengolahan inti sawit adalah sebagai berikut :
1. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan Cake Breaker
Conveyor (CBC). Alat ini berperan memecah gumpalan ampas dan
gumpalan dan mempersiapkan ampas yang sesuai dengan persyaratan bahan bakar maka dilakukan pemanasan CBC sehingga kadar air ampas menurun dan mudah diproses lebih lanjut.
Pemecahan gumpalan ampas pres yang sempurna dapat mendukung proses pemisahan serat dengan biji dalam depericarper yang merupakan penentu dalam efisiensi pemecahan biji dalam alat pemecah biji. Untuk mempercepat penguapan air pada CBC dilakukan pemanasan ampas di sepanjang mantel CBC, akan tetapi pengeringan ini kurang sempurna karena panjang CBC terlalu pendek dan hisapan fibre cyclone kurang kuat sehingga kelembaban udara di atas permukaan ampas tetap tinggi yang tidak mendukung terhadap proses evaporasi uap, dan akan menghasilkan serap basah yang dapat menurunkan kalor bakar serat.
2. Polishing Drum
3. Fermentasi Biji
Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi. Fermentasi adalah salah satu proses biokimia yang dikembangkan pada pegolahan biji sawit. Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas hingga suhu silo berkisar antara 40-600C. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisa, bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pektin mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan biji di cracker kurang berhasil yaitu meningkatnya inti pecah, inti lekat dalam tempurung yang dapat menurunkan kualitas.
4. Nut Grading
Alat pemecah biji disebut dengan nut cracker. Biji yang telah diperam dalam
nut silo akan dipecahakan dalam nut cracker. Sebelum pemecahan biji terlebih dahulu dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan menggunakan alat Nut grading yaitu drum berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda- beda. Biji yang telah diseleksi terdiri dari 3 fraksi kecil yaitu kecil (8 - 14 mm), sedang (15 - 17 mm), dan besar (18 mm).
5. Pemecahan biji
tempurung yang tebal sedangkan tenera merupakan hasil persilangan Dura dengan Psifera menghasilkan buah bertumpurung tipis dan inti yang besar. Efisiensi pemecahan biji dipengaruhi kecepatan putaran rotor sebagai resultan gaya, jarak antara rotor dengan pilar bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah. Biji yang berada dalam alat mengalami frekuensi benturan yang cukup tinggi baik dengan plat bergerigi maupun antar rotor. Sehingga frekuensi pukulan ini dapat menembakkan biji lebih mudah lekang. Untuk mempermudah kontiniutas biji yang masuk dan tetap seimbang dengan kapasitas olah maka alat ini dilengkapi dengan penangkap logam. Alat ini dapat memecah biji tanpa melalui pemeramam dengan nut silo asalkan dalam proses perebusan dilakukan dengan sempurna yaitu tekanan rebusan 3 kg/cm2 dengan sistem 3 puncak selama 90 menit, yang setara dengan kadar air 15%.
6. Pemisahan inti dengan tempurung
7. Pengeringan Inti
Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat yang cukup banyak terkandung terutama dalam inti sawit yang dihasilkan dengan pemisah secara basah alat pengeringan inti yang dipakai adalah tipe rectangular. Alat ini mengeringkan inti dengan udara panas, yaitu mengalirkan udara melalui heater yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan suhu 1300C (heater panas), 850C (heater tengah), dan 600C heater bawah. Udara panas dihembuskan dan keluar dari lobang yang sudah ada, sehingga pengeringan inti setiap lapisan dapat terjadi dengan baik. Masa pengeringan tergantung dari kadar air dalam inti, yang dipengaruhi oleh sistem perebusan buah, fermentasi biji dan sistem pemisahan inti dengan cangkang.
8. Pola Pengolahan Inti
K.D. Tanaman
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PTPN IV Pabatu