• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Korporasi PT. PP. LONSUM Indoneseia, Tbk di Kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budaya Korporasi PT. PP. LONSUM Indoneseia, Tbk di Kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, manusia dituntut agar bisa mengikuti arus globalisasi yang

semakin menderas. Negara dituntut untuk meningkatkan pembangunan disegala lini

sektor kehidupan yang dapat meningkatkan mutu dari kehid upan manusia. Oleh

karena itu, manusia juga dituntut untuk mempersiapkan kualitas dirinya agar dapat

mengikuti arus perubahan pembangunan era globalisasi tersebut. Individu maupun

kelompok akan memiliki daya saing yang kuat untuk mewujudkan hal tersebut.

Perusahaan – perusahaan yang berdiri untuk menaungi manusia pun berlomba

untuk menciptakan suatu budaya korporasi yang akan dapat memberikan dampak

positif bagi keuntungan perusahaan tersebut. Perusahaan – perusahaan menengah dan

besar di Indonesia merasakan pentingnya suatu budaya korporasi dan oleh karena itu,

mereka berusaha merumuskan dan menginternalisasikannya kepada karyawan

perusahaan (Ndraha, 2005: 249). Hadirnya b udaya korporasi akan menciptakan suatu

pemahaman nilai dan manfaat yang sama bagi seluruh komponen suatu perusahaan.

Kontribusi karyawan maupun pemimpin perusahaan yang berkualitas lah yang akan

mampu menghantarkan perusahaan tersebut pada tujuan budaya korporasi yang

(2)

Penelitian ini akan mengkaji mengenai budaya korporasi dari seluruh

kebiasaan yang dilakukan oleh seluruh karyawan perusahaan yang telah menjadi

kebiasaan mereka sehari – hari. Budaya korporasi yang akan menjadi suatu patokan

mendasar oleh para karyawan perusahaan untuk digunakan. Dalam setiap perusahaan

memiliki caranya masing – masing dalam bertingkah laku sesama karyawan tersebut.

Baik itu yang diatur oleh perusahaan tersebut ataupun yang diciptakan oleh para

karyawan dengan sendirinya. Bagaimana mereka berinteraksi sesama karyawan yang

masing – masing karyawan pastilah memiliki status suatu struktur ya ng berbeda –

beda di suatu perusahaan.

Kebiasaan berperilaku antar karyawan akan terus menerus mencari

keharmonisan yang akan digunakan dalam keseharian. Kenyamanan dalam bekerja

akanlah membuat para karyawan senang dalam mengerjakan pekerjaannya.

Bagaimana karyawan yang terikat oleh suatu struktur berbicara kepada karyawan

yang strukturnya berbeda. Dalam lingkup suatu perusahaan itu pasti memiliki cara

berinteraksi kepada sesama. Baik dan buruknya cara mereka berinteraksi sesama

karyawan akan diperbaiki oleh masing- masing karyawan karena itu akan sangat

berpengaruh dari pada apa hasil yang dikerjakannya kelak.

Oleh karena itu, suatu perusahaan harus mempersiapkan suatu budaya

korporasi yang diteliti oleh suatu badan tertentu. Hasil dari penelitian badan itu akan

disebarkan kesemua pelaku perusahaan yang harus dipatuhi mereka. Hasil suatu

budaya korporasi yang ditetapkan oleh perusahaan itu haruslah sesuai komposisi

karyawan di perusahaan itu. Budaya korporasi tersebut akan berpengaruh hasilnya

(3)

Dikarenakan banyak aspek, baik dari luar lingkungan perusahaan maupun dari

dalam perusahaan maka setiap budaya perusahaan akan berbeda – beda hasilnya.

Lingkungan sekitar perusahaan berperan besar dalam terbentuknya suatu budaya

korporasi. Komposisi penduduk yang majemuk pastilah memiliki kebudayaan yang

berbeda – beda. Pemilik perusahaan juga sangat berpengaruh akan bagaimana budaya

perusahaan itu akan dibentuk. Semua aspek tersebut sangat lah dipertimbangkan betul

– betul agar menjadi suatu budaya korporasi yang ideal untuk dipatuhi sesama

Budaya korporasi sangatlah penting bagi suatu perusahaan, maka peneliti

sangatlah tertarik untuk meneliti bagaimana budaya korporasi dalam suatu perusahaan

itu berlangsung. Apakah suatu budaya perusahaan itu mengikuti kebudayaan lokalnya

atau budaya korporasi tersebut tidak memandang budaya lokal tersebut yang malah

membawa budaya baru dari luar. Peneliti ingin melihat apakah budaya korporasi itu

baik dirancang melalui budaya luar atau budaya lokal. Bagaimana masing – masing

karyawan perusahaan berperilaku kepada sesamanya di perusahaan. Hal ini didasari

dengan adanya kesadaran dalam sebuah perusahaan dalam membangun budaya

perusahaan atau budaya korporasi.

Perusahaan – perusahaan menengah dan besar di Indonesia merasakan

pentingnya suatu budaya korporasi dan oleh karena itu mereka berusaha merumuskan

dan menginternalisasikannya kepada karyawan perusahaan. Jadi Pemahaman

terhadap budaya perusahaan atau budaya korporasi dilakukan kepada seluruh anggota

yang ada dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, budaya korporasi akan

menciptakan kesesuaian atau kesamaan nilai antar karyawan dengan lingkungan

perusahaan yang nantinya akan lebih mudah menggerakkan sumber daya manusia

(4)

Sebuah perusahaan itu dapat mengoptimalkan seluruh sumber – sumber

potensial yang ada di perusahaan tersebut termasuk di dalamnya sumber daya

manusia yang dimiliki oleh perusahaan agar mencapai suatu kesuksesan. Sumber daya

manusia yang dimaksud adalah para karyawan yang telah memahami budaya

korporasi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sehingga dalam perjalanan menjadi

seorang karyawan yang masih belum mengenal budaya korporasi tempatnya bekerja

(para karyawan baru) proses sosialisasi budaya korporasi menjadi suatu hal yang

penting agar para karyawan baru mengerti nilai – nilai dan visi misi perusahaan yang

tujuan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Peneliti akan mencari tahu budaya korporasi yang terjadi pada perusahaan PT.

PP. LONSUM Indonesia, Tbk. di Kantor Divisi Sei Merah Estate, Tanjung Morawa.

Kantor Divisi Sei Merah Estate milik PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. ini adalah

awal di mana data mentah dari lapangan didapat yang kemudian masing- masing

karyawan mengolahnya untuk dijadikan data berupa informasi perkebunan tersebut.

Penelitian tentang budaya korporasi telah banyak dilakukan, diantaranya

Halen Lucen Silalahi (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Budaya Korporat

Bimbel Medica di Kota Medan”. Penelitian yang dilakukanya mendapati kesimpulan

bahwa budaya perusahaan dapat tumbuh menjadi sangat kuat apabila terdapat nilai –

nilai, pola perilaku dan praktik bersama di dalam menjalankan budaya perusahaan.

Budaya perusahaan yang peneliti lihat pada bimbel (bimbingan belajar) Medica

adalah adanya serangkaian sistem nilai dan keyakinan yang dianut bersama oleh

semua pihak yang ada di perusahaan tersebut yang dijadikan sebagai dasar dalam

mendorong perilaku karyawan dan secara signifikan mempengaruhi sikap, perilaku,

(5)

yang mempengaruhi kinerja perusahaan yang terletak pada budaya perusahaan karena

budaya perusahaan yang dapat menentukan keberhasilan maupun kegagalan dari

perusahaan.

Penelitian tesebut melihat ada salah satu bentuk usaha pensosialisasian budaya

yang dianggap berhasil untuk kemajuan bimbel Medica. Pensosialisasian budaya

tersebut dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan – pertemuan rapat dan

kegiatan ritual – ritual, dalam acara rapat maupun ritual tersebut selalu

mengikutsertakan pembelajaran akan nilai – nilai yang ada di BT/BS Medica, hal itu

dipelajari dengan membaca sistem nilai yang dipimpin dan diterangkan oleh MMI

(Manajemen Medica Indonesia). Bisa dikatakan karyawan bimbel Medica tidak

pernah terlepas untuk terus – menerus belajar sistem nilai yang dipercayai dapat

membangun karakter karyawan bimbel Medica. Dengan menyanyikan lagu yang

mengandung nilai – nilai kehidupan serta pembacaan sistem nilai berupa kunc i sukses

menurut pendapat orang – orang terkenal diyakini mampu menyelesaikan masalah –

masalah yang dihadapi dalam bekerja di perusahaan tersebut.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Bambang M. Napitupulu (2010) dengan

judul Budaya Korporat PT. Ace Hardware tentang penerapan budaya perusahaan

kepada karyawan PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk Wilayah Medan oleh saudara.

Penelitian itu menunjukkan bahwa yang dilakukan Budaya korporat adalah sistem –

sistem, nilai – nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari,

diharapkan serta dikembangkan secara berkesinanbungan. Budaya korporat berfungsi

sebagai sistem perekat dan dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk dapat

(6)

Ukuran terakhir organisasi atau perusahaan tergantung dari prestasi atau

pelaksanaan kerja karyawan. Ukuran keberhasilan ini sangat berguna sebagai umpan

balik, baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan secara individu. Guna

memperoleh informasi ini, untuk prestasi individu karyawan diperlukan suatu sistem

yang secara objektif mampu memberikan gambaran yang akurat mengenai prestasi

karyawan. Prestasi kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal organisasi dan

pribadi karyawan, juga dipengaruhi oleh faktor – faktor eksternal, seperti faktor

keluarga, kesehatan, kondisi keuangan, dan masalah pribadi lainnya. Dengan

diketahuinya masalah eksternal tersebut, dari hasil penilaian prestasi kerja yang

bersangkutan diharapkan organisasi atau perusahaan dapat memberikan bantuan untuk

mengatasinya.

Swandi Perdinan Hutapea juga melakukan penelitian mengenai budaya

korporasi yang berjudul “Penerapan budaya perusahaan Pada di PT. Pegadaian

(Persero)” pada tahun 2015 yang menyimpulkan bahwa budaya perusahaan adalah

panduan dan patokan perilaku dan tind akan – tindakan yang dibuat oleh perusahaan

dalam menjalankan kinerja operasional Perusahaan. Jadi, budaya perusahaan pada PT.

Pegadaian (Persero) terbentuk dari gagasan yang telah disepakati pihak – pihak

terpenting Perusahaan yang sudah lama terbentuk yaitu sejak Indonesia mengambil

alih perusahaan pegadaian dari pemerintahan Belanda. Dalam penelitian ini

menggambarkan perbedaan hasil dari budaya perusahaan di tangan Belanda dengan

(7)

Maksud dari penerapan budaya perusahaan adalah bagaimana perusahaan

menerapkan budaya perusahaan di PT. Pegadaian (Persero) kesetiap jajarannya dalam

melakukan perilaku dan tindakan dalam aktivitas di lingkungan perusahaan sesuai

dengan nilai – nilai yang ada dalam budaya perusahaan. Berdasarkan analisa penulis,

hasil dari penerapan budaya perusahaan yang diterapkan PT. Pegadaian (Persero)

sendiri belum sepenuhnya tercapai dalam target pencapaian b udaya perusahaan

seperti yang dicita – citakan Perusahaan. Kurang tercapainya hasil dari target

pencapaian pelaksanaan Budaya perusahaan sendiri diakibatkan karena tindakan –

tindakan atau perilaku dari Karyawan maupun Atasannya yang tidak mendukung

penerapan Budaya perusahaan yang dirumuskan dalam sepuluh perilaku utama dalam

Budaya perusahaan. Hal tersebut terlihat dari hubungan industrial yang kurang

harmonis dan kurangnya komitmen Atasan dalam memberikan contoh kinerja yang

baik dan mengarahkan Bawahannya untuk bertindak sesuai dengan nilai- nilai Budaya

perusahaan. Jadi, kesimpulan akhir dari hasil penelitian tersebut bahwa target

pencapaian pelaksanaan penerapan Budaya perusahaan PT. Pegadaian (Persero) yang

akan diterapkan didalam lingkungan Perusahaan masih dianggap gagal.

Begitu banyaknya cara dan manfaat budaya korporasi pada suatu perusahaan

maupun organisasi maka penelitian yang akan dilakukan untuk menambah

pengetahuan mengenai hal tersebut akan terus terjadi. Melihat beberapa penelitian

yang sebelumnya dilakukan, peneliti akan menggunakannya sebagai bantuan untuk

membongkar serta menjelaskan apa itu budaya korporasi yang dilakukan pada

perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. di kantor Divisi Sei Merah. Penelitian

ini akan sangat berbeda dari penelitian – penelitian yang sebelumnya. Peneliti akan

(8)

tantangan global saat ini. Banyak aspek yang tentunya akan berbeda dalam penelitian

ini, seperti dari segi lokasi dan jenis perusahaan yang akan diteliti akan jauh berbeda

dan mendapati hasil yang berbeda juga nantinya.

1. 2. Tinjauan Pustaka

Dipandang dari sudut biologi , manusia hanya merupakan satu je nis makhluk

di antara lebih dari sejuta jenis makhluk lain yang pernah atau masih menduduki alam

dunia ini. Manusia dengan kemampuan akal budinya, telah mengembangkan berbagai

macam sistem tindakan demi keperluan hidupnya sehingga menjadi makhluk yang

paling berkuasa di muka bumi ini. Sistem itu telah banyak mengalami perubahan –

perubahan sesuai dengan kebutuhan manusia yang akan terus menerus disalurkan

kepada manusia selanjutnya.

Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

diri manusia dengan belajar. Kata kebudayaan berasal dari kata Sanskerta buddhayah,

yaitu bentuk jamak dari buddhiyang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke

-budaya-an dapat diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan akal

(Koentjaraningrat, dalam Pengantar Ilmu Antropologi, edisi revisi 2009). Sinonim

dari kata tersebut adalah kultur sebuah kata benda yang berasal dari bahasa Inggris

culture atau cultuur dalam bahasa Belanda atau kulltur dalam bahasa Jerman. Kata

culture itu sendiri secara harfiah berasal dari bahasa Latin Colere yaitu dengan akar

kata calo merupakan kata kerja yang berarti mengerjakan tanah atau yang

(9)

Menurut Edward B. Taylor, Sobirim (2007) orang yang pertama kali

menggunakan istilah budaya dalam karya Antropologi, mengatakan bahwa budaya

adalah hasil karya manusia dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat.

Pengertian budaya menurutnya adala h kompleksitas menyeluruh yang terdiri dari

pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum dan berbagai kapabilitas lainnya serta

kebiasaan apa yang diperoleh seorang manusia sebagai bagian dari sebuah

masyarakat. Berbeda dengan terdahulunya yang cangkupannya luas, defenisi dari

Ruth Benedict (dalam Sobirim, 2007) hanya menekankan pada aspek kehidupan

tertentu. Ia melihat budaya bukan dari hasil karya manusia melainkan aspek pola

pikir, perilaku dan tindakan yaitu pola pikir dan tindakan tertentu yang terungkap

dalam aktivitas manusia.

Ndraha (2005: 86-87) mengemukakan bahwa budaya adalah sebuah proses

(throughput). Sebuah proses perubahan dari kondisi yang satu (input) atau sebuah

proses penggunaan seperangkat input menjadi output yang sesuai dengan visi dan

misi atau tujuan organisasi. Seperti halnya dengan Spradley dalam Haviland,

(1988:336) yang memahami kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh

manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tindakan. Geertz

dalam Wright, (1994) lebih jauh lagi mengemukakan bahwa kebudayaan adalah

pabrik makna yang digunakan manusia untuk menginterpretasikan dan membimbing

(10)

Menurut Spradley (dalam buku Metode Etnografi: 1997) mendefenisikan

budaya sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar

yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan

sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling

mereka.

Goodenough dalam Keesing (1999:68) membagi defenisi keb udayaan yang

pernah dikumpulkan oleh A.L. Kroeber dan C. Kluckhon menjadi dua bagian yaitu:

1. Kebudayaan sebagai pola bagi perilaku

Kebudayaan atau pengetahuan yang diperoleh manusia dipergunakan dan

diwujudkan dalam tindakan – tindakannya.

2. Kebudayaan sebagai pola dari perilaku.

Kebudayaan itu merupakan pola dari keseluruhan perilaku dan kebiasaan yang

diciptakan oleh manusia.

Seorang ahli Antropologi A.L. Krober (dalam Pengantar Ilmu Antropologi,

2009: hal 150) pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai

suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian

tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Serupa dengan J.J. Honigmann yang

dalam buku pelajaran antropologinya, berjudul The World of Man (1959: halaman

11-12) membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma,

peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat.

(11)

Sementara dalam buku Komunikasi Lintas Budaya (2010 hal: 29-31)

mengatakan budaya terdiri atas elemen yang tidak terhitung jumlahnya (makanan,

tempat tinggal, pekerjaan, pertahanan, kontrol sosial, perlindungan psikologis,

keharmonisan sosial, tujuan hidup, dan lain – lain) dan ada lima hal penting yang

berhubungan langsung, yaitu:

1. Sejarah

Hal yang menarik dari sejarah budaya adalah bahwa banyak elemen paling

penting dari budaya disebarkan dari generasi ke generasi dan melestarikan pandangan

suatu budaya. Sejarah menyoroti asal suatu budaya, “memberitahukan” anggotanya

apa yang dianggap penting, dan mengidentifikasi prestasi suatu budaya yang pantas

untuk dibanggakan.

2. Agama

Menurut Parkes, Laungani, dan Young, semua agama “memiliki agama yang

dominan danterorganisasi di mana aktifitas dan kepercayaan mencolok (upacara,

ritual, hal – hal tabu, dan perayaan) dapat berarti dan berkuasa”. Pengaruh agama

dapat dilihat dari semua jalinan budaya, karena hal ini berfungsi dasar. Ferraro

menuliskan bahwa fungsi ini meliputi kontrol sosial, penyelesaian konflik, penguatan

kelompok solidaritas, penjelasan dari sesuatu yang sukar dijelaskan, dan dukungan

emosional. Fungsi – fungsi ini, baik secara sadar maupun tidak, berdampak dari

semua hal mulai dari praktik bisnis sampai kepada politik hingga tingkah laku

(12)

3. Nilai

Menurut Peoples dan Bailey, nilai merupakan “kritik atas pemeliharaan

budaya secara keseluruhan karena hal ini mewakili kualitas yang dipercayai orang

yang penting untuk kelanjutan hidup mereka. Seperti yang ditulis Macionis, nilai

adalah standar keinginan, kebaikan, dan keindahan yang diartikan dari budaya yang

berfungsi sebagai petunjuk dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, nilai – nilai

berguna untuk menentukan bagaimana seseorang seharusnya bertingkah laku.

4. Organisasi Sosial

Fitur lain yang diemukan dalam semua budaya adalah apa yang kami sebut

dengan “organisasi sosial”. Organisasi – organisasi ini (kadang – kadang merujuk

pada sistem sosial atau struktur sosial) mewakili unit sosial yang beraneka ragam

yang terkandung dalam budaya. Institusi seperti itu, termasuk keluarga, pemerintah,

sekolah, dan suku bangsa – menolong anggota suatu kelompok budaya untuk

mengatur kehidupan mereka.

5. Bahasa

Begitu pentingnya bahasa bagi setiap budaya membuat Haviland dan rekannya

mengatakan, “Tanpa kapasitas kita terhadap bahasa yang kompleks, budaya manusia

seperti yang kita ketahui tidak akan ada.” Bahasa tidak hanya mengizinkan

anggotanya untuk berbagi pikiran, perasaan dan informasi, tetapi juga merupakan

metode utama dalam menyebarkan budaya.

Melalui studi perbandingan, para ahli menyimpulkan bahwa ada rangkaian

“karakteristik dasar yang dibagikan semua makhluk budaya. Larry, Richard, dan

Edwin dalam buku terjemahan Komunikasi Lintas Budaya (2010) menjelaskan

(13)

1. Budaya Itu Dipelajari

Ketika kita membahas pembelajaran, kita menggunakan kata – kata yang

bermakna cukup luas. Poin pertama, pembelajaran tentang budaya, peraturan, dan

tingkah laku yang biasanya terjadi tanpa disadari. Kedua, informasi penting dari

budaya dikuatkan dan diulangi. Ketiga, Mempelajari budaya dari berbagai sumber,

dari keluarga, gereja, dan keadaan menjadi tiga hal penting pembawa budaya. Ferraro

menyatakan, tanpa manfaat dari belajar pada orang yang hidup sebelumnya, hidup

akan menjadi sulit-kalau tidak, mustahil. Sebenarnya, “pengetahuan suatu kelompok

yang disimpan (dalam ingatan, buku, dan barang) untuk digunakan di masa yang akan

datang merupakan konsep utama dari budaya”.

2. Budaya Itu Dibagikan

Menyebarkan budaya dapat dalam berbagai bentuk (pepatah, cerita, karya

seni) dan dapat memiliki banyak “penyebar” (keluarga, teman, media, sekolah,

gereja), tetapi elemen kunci dari budaya itu (nilai, ide, persepsi) harus dibagikan di

antara anggota suatu budaya.

3. Budaya Itu Diturunkan Dari Generasi ke Generasi

Budaya itu dibagikan, akan tetapi jika suatu budaya ingin dipertahankan, harus

dipastikan apakah pesan dan elemen penting budaya tersebut tidak hanya dibagikan,

tetapi juga diturunkan pada generasi yang akan datang. Dengan cara ini, masa lalu

(14)

4. Budaya Itu Didasarkan Pada Simbol

Pembahasan mengenai bagaimana budaya itu diturunkan dari generasi ke

generasi mengizinkan kita untuk mengalihkan pembahasan mengenai cara pertukaran

tersebut: simbol, bahwa budaya itu didasarkan pada simbol. Simbol budaya dapat

dalam bentuk, gerakan, pakaian, objek, bendera, ikon keagamaan, dan sebagainya,

“aspek simbolis yang penting dari budaya adalah bahasa-penggunaan kata – kata

untuk mewakili benda dan pandangan.

5. Budaya Itu Dinamis

Kita menyimpulkan bagian sifat dinamis budaya dengan mengemukakan

pendapat tentang perubahan budaya. Pertama, karena budaya banyak berakar dari

tradisi, maka akan menemukan banyak contoh di mana perubahan itu diterima dan

disambut hangat. Kedua, karena budaya perlu dipertahankan, sehingga kadang –

kadang unsur dari luar yang cocok dengan nilai da n kepercayaan yang ada atau hal –

hal yang dapat dimodifikasi tanpa menyebabkan gangguan diadaptasi.

6. Budaya Itu Sistem Yang Terintegrasi

Dalam kenyataan, budaya berfungsi sebagai suatu kesatuan yang

terintegrasi-sama seperti komunikasi adalah sistematis. Jika menyentuh suatu bagian budaya,

maka itu telah menyentuh semua budaya tersebut. Ketika memandang suatu budaya

sebagai sistem yang terintegrasi, kita dapat mulai melihat bagaimana sifat budaya

(15)

Luthans dan Kreitner (dalam Hessel Nogi, 2005:16) berpendapat bahwa ada

beberapa karakteristik budaya organisasi yang perlu diketahui dalam mempelajari

perilaku yang ada dalam suatu organisasi publik:

1. Budaya organisasi merupakan proses belajar (learned).

2. Budaya organisasi merupakan milik bersama kelompok (shared), bukan

milik individu.

3. Budaya organisasi diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya

(transgenerational).

4. Budaya organisasi merupakan suatu pola yang terintegrasi, jadi setiap

perubahan akan mempengaruhi komponen lainnya (patterned).

5. Budaya organisasi menekspresikan sesuatu dengan menggunakan simbol

(symbolic).

6. Budaya organisasi terbentuk berdasarkan kemampuan orang untuk

beradaptasi dengannya (adaptive).

Budaya korporasi setiap perusahaan tidak mungkin sama persis karena dalam

perancangan sitemnya memiliki pengaruh dari dalam maupun luar perusahaan suatu

perusahaan. Oleh sebab itu, budaya korporasi memiliki sifat yang relative.

Relativisme budaya menyatakan bahwa tidak ada budaya yang lebih unggul daripada

budaya yang lainnya. Claude Levi-Strauss mengemukakan bahwa:

“Cultural relativism affirms that one culture has no absolute criteria for judging the activities of another cultures as “low” or “noble”. However, every culture can and should apply such judgment to its own activities, because its members are actors as well as observers”

(16)

Suatu budaya tidak lah memiliki kriteria – kriteria yang bersifat mutlak untuk

memberikan penilaian apakah itu rendah ataupun mulia. Tetapi di sini suatu budaya

meski membuat suatu penilaian sendiri terhadap kegiatan yang akan dilakukan oleh

setiap anggotanya. Hal ini menegaskan relativesme suatu budaya terhadap nilai.

Matsumoto (Moeljono 2003:19) mendefinisikan budaya korporasi adalah

Seperangkat sikap, nilai- nilai, keyakinan, dan perilaku yang dipegang oleh

sekelompok orang dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya.

Susanto (Ernawan 2007:100) mendefinisikan budaya perusahaan sebagai

berikut:

1. Budaya perusahaan adalah nilai – nilai yang menjadi pegangan SDM

(Sumber Daya Manusia) dalam menjalankan kewajiban dan merupakan landasan

berperilaku dalam organisasi.

2. Budaya perusahaan adalah suatu nilai – nilai yang menjadi pedoman SDM

untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam

organisasi sehingga mereka mengetahui bagaimana mereka harus bertindak atau

berperilaku.

Harrison & Stokes (Ernawan 2007:101) mendefenisikan budaya organisasi

sebagai pola kepercayaan, nilai, ritual, mitos para anggota suatu organisasi yang

mempengaruhi perilaku semua individu dan kelompok di dalam organisasi. Deal &

Kennedy (Tika 2005:6) mendefenisikan budaya korporat sebagai, Nilai inti sebagai

esensi falsafah perusahaan untuk mencapai sukses yang didukung semua warga

organisasi dan memberikan pemahaman yang bersama tentang arah bersama dan

(17)

Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya

semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada

pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah. Mereka mempunyai

badan usaha untuk perusahaanya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan

tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi.1 UU No 3 Tahun 1982 tentang

Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b, dirumuskan bahwa perusahaan adalah

setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang tetap dan terus

menerus dan yang didirikan, bekerja serta berdudukan dalam wilayah Negara

Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan / atau laba.2 Dari

pengertian tersebut maka PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. juga merupakan suatu

perusahaan karena terdaftar secara resmi dan berdiri di Indonesia.

Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dalam

waktu yang lama. Stoner, dkk (1995) memberikan arti budaya sebagai gabungan

kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide la in yang

menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu.

Pengertian lain dari budaya yang dikemukakan oleh Krech (dalam Graves, 1986)

adalah sebagai suatu pola semua susunan, baik material maupun perilaku yang sudah

diadopsi masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam memecahkan masalah –

masalah para anggotanya. Budaya di dalamnya juga termasuk semua cara yang telah

terorganisasi, kepercayaan, norma, nilai – nilai budaya implisit, serta premis – premis

yang mendasar dan mengandung suatu perintah. (Djokosantoso Moeljono, dalam

Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi, 2003:16-17)

1

https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan#Jenis -jenis_perusahaan 2

(18)

Biasanya dalam korporasi ini, yang mempunyai kepentingan yaitu

orang-orang yang merupakan anggota dari korporasi itu, setiap anggota mempunyai

kekuasaan dalam peraturan korporasi berupa rapat anggota sebagai alat kekuasaan

yang tertinggi dalam peraturan korporasi. Pengertian Korporasi menurut A.

Abdurachman (2007) adalah suatu kesatuan menurut hukum atau suatu badan susila

yang diciptakan menurut UU suatu negara, untuk menjalankan suatu usaha atau

kegiatan atau aktivitas lainnya yang sah. 3Korporasi ini dapat dibentuk untuk

selama-lamanya atau untuk sesuatu jangka waktu yang terbatas, memiliki nama dan identitas

yang dengan nama dan identitas itu dapat dituntut di muka pengadilan, serta berhak

untuk mengadakan suatu persetujuan menurut kontrak dan melaksanakan semua

fungsi lainnya yang seseorang dapat melaksanakannya menurut UU suatu negara.

Pada umumnya suatu korporasi dapat merupakan suatu organisasi pemerintah.

Agar menghasilkan karyawan yang professional dengan integritas yang tinggi,

dalam konteks pemberdayaan sumber daya manusia, diperlukan adanya acuan baku

yang diberlakukan oleh suatu perusahaan. Acuan tersebut adalah budaya korporat

yang secara sistematis menuntun para karyawan untuk meningkatkan komitmen

kerjanya bagi perusahaan. (Djokosantoso Moeljono, dalam Budaya Korporat dan

Keunggulan Korporasi, 2003:9) Budaya korporasi, yang pada umumnya merupakan

pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat para

karyawan karena dapat diformulasikan secara formal kedalam berbagai peraturan dan

ketentuan perusahaan.

3

(19)

Tidak lah berlebihan apabila Kreitner dan Kinichi (1992) mendefenisikan

budaya korporat sebagai perekat organisasi yang mengikat anggota organisasi melalui

nilai- nilai yang ditaati, peralatan simbolis, dan cita – cita sosial yang ingin dicapai.

Menurut Mondy, Moeljono (2003) memperjelas dengan mengartikan budaya korporat

sebagai sistem nilai – nilai, keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang

berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku.

Pelaku dari budaya korporasi itu sendiri adalah manusia. Dalam perusahaan

PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. manusia itu memiliki fungsi mereka

sendiri-sendiri yang diatur dalam suatu struktur perusahaan yang disebut juga dengan

karyawan perusahaan. Untuk meningkatkan produktifitas suatu perusahaan, haruslah

memiliki karyawan – karyawan yang berkompeten dan memiliki kemampuan yang

lebih. Seorang karyawan dikatakan produktif jika dapat menunjukkan hasil (output)

yang lebih besar daripada masukan (input) yang relatif kecil. Benardin dan Russell

(1998) menjelaskan bahwa produktifitas karyawan adalah hasil keluaran yang

dihasilkan pada fungsi atau aktifitas kerja tertentu selama periode waktu tertentu. Hal

itu berarti bahwa produktifitas seorang karyawan identik dengan hasil upaya dalam

menjalankan tugasnya, Moeljono (2003).

Suatu perusahaan dalam merumuskan suatu budaya korporasi yang akan

dianut oleh seluruh karyawannya akan memiliki nilai bagi diri karyawan oleh

perusahaan. Namun, Marx (dalam Karl Marx. Marxisme-Analisis Kritis, 2000)

mengetahui dengan baik bahwa pada umumnya keyakinan ekonom klasik ini tidak

tepat. Untuk mengerti alasanya ada beberapa gagasan dasar ekonomi Marxian. Nilai

kerja suatu barang adalah jumlah total kerja yang baik langsung atau tidak langsung,

(20)

melihat nilai kerja sebagai pengganda kerja. Yaitu jumlah kerja yang akan

ditambahkan pada suatu ekonomi sehingga terbuka kemungkinan untuk menghasilkan

satu unit barang lagi.

Mengutip Elster (Karl Marx: 2000) juga mengatakan bahwa modal konstan

(constant capital) adalah nilai kerja yang berasal dari sarana produksi di luar pekerja:

mesin- mesin, bangunan-bangunan, bahan baku yang dengan cara tertentu telah

disempurnakan oleh buruh. Jangan lupa, dalam metode Marx (2000) nilai- nilai kerja

tidak memainkan peran apapun. Untuk mendedukasi harga – harga ekuilibrium dan

tingkat laba, kita harus mengetahui koefisien – koefisien teknis, tapi tidak ada

tuntutan untuk mengetahui nilai – nilai kerja.

1. 3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan oleh peneliti dan diuraikan

melalui tinjauan pustaka, maka peneliti tertarik untuk memfokuskan beberapa

masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah tersebut,

Yakni :

1. Bagaimana budaya korporasi dan penerapannya di Kantor Divisi Sei Merah

PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.

2. Bagaimana budaya korporasi dan aktifitas karyawan PT. PP. LONSUM

(21)

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap peneliti pastilah memikirkan tujuan dan manfaat suatu penelitian itu

dibuat. Karena tujuan dan manfaat suatu penelitian itulah yang akan membuat

pembaca dapat mengerti dan memahami alur suatu penelitian.

Tujuan penelitian pada dasarnya adalah untuk menjawab pertanyaan –

pertanyaan penelitian sebagaimana yang diterangkan di atas. Adapun tujuan

penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penerapan budaya korporasi dan juga

bagaimana budaya korporasi dapat menjawab tantangan globalisasi pada PT. PP.

LONSUM Indonesia, Tbk. di kantor Divisi.

Manfaat dari penelitian yang diharapkan oleh peneliti itu se ndiri, agar para

pembaca mendapatkan suatu pengetahuan tambahan mengenai budaya korporasi

suatu perusahaan dalam era globalisasi.

1. 5. Metode Penelitian

Metode kualitatif adalah metode yang digunakan oleh peneliti dalam lapangan

dan bersifat Etnografi. Penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai

dunia orang yang telah belajar, melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak

dengan cara yang berbeda. Dalam memaparkan hasil penelitiannya, peneliti akan

melakukannya dengan gaya etnografi yang diharapkan dapat membuat pembaca dapat

(22)

Dalam mengumpulkan data lapangan peneliti akan memperoleh dua jenis

data, yaitu :

1. Data Primer adalah data mentah yang diperoleh peneliti dalam penelitian

lapangan dengan cara wawancara serta observasi partisipasi.

2. Data Sekundar adalah data yang diperoleh peneliti untuk mendukung

penelitiannya dalam yang berasal dari sumber lain seperti sumber internet.

Untuk memperoleh data di lapangan peneliti akan menggunakan beberapa

teknik – teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data itu berupa observasi

partisipasi dan wawancara.

1. 5. 1. Observasi Partisipasi

Teknik ini digunakan oleh si peneliti dalam mengamati lingkungan atau lokasi

penelitiannya. Pengamatan (observasi) adalah suatu tindakan untuk meneliti sesuatu

gejala (tingkah laku ataupun peristiwa) dengan cara mengamati (visual). Peneliti

melakukan teknik observasi guna memperoleh gambaran penuh tentang segala

tindakan, percakapan, tingkah laku, dan semua hal yang akan ditangkap panca indra

terhadap apa yang dilakukan masyarakat yang akan diteliti di lapangan.

Pada dasarnya teknik observasi untuk melihat dan mengamati perubahan

fenomena – fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat

dilakukan perubahan atas penilaian tersebut bagi pelaksana observasi untuk melihat

objek momen tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan

(23)

Peneliti akan ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.

Ikut serta atau berpartisipasi ini juga merupakan teknik yang akan membantu peneliti

dalam mendapatkan hasil yang sebenarnya dari apa yang dilakukan oleh objek sehari

– hari.

Teknik observasi partisipasi ini digunakan peneliti agar memperoleh

gambaran terdahulu yang ditangkap panca indra yang kemudian berpartisipasi dengan

ikut serta dalam setiap kegiatan segala hal yang dilakukan oleh objek sehari – hari.

Jadi peneliti pastinya akan merasakan sepenuhnya apa yang dilakukan oleh objeknya.

1. 5. 2. Wawancara

Wawancara (interview) adalah suatu percakapan (proses tanya jawab) dengan

tatap wajah langsung yang memiliki pertanyaan yang sudah terstruktur dalam sudut

pandang informan tersebut (emic view). Proses wawancara dengan emic view ini akan

mendapatkan hasil yang bersifat objektif. Dari proses wawancara tersebut nantinya

peneliti akan mendapatkan keterangan secara lisan dan akan dituangkan secara

tulisan. Kegiatan wawancara ini akan memfokuskan kepada informan kunci.

Pemilihan informan kunci dalam wawancara ini sangat lah penting, agar informasi

yang didapat lebih fokus dan sesuai dengan apa yang peneliti ingini. Oleh karena itu,

peneliti akan memilih beberapa karyawan perusahaan yang bekerja langsung di

kantor Divisi PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.

Teknik Wawancara ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi yang

lebih detail dan mendalam dari hasil observasi partisipasi sebelumnya. Peneliti akan

mencatat beberapa pertanyaan – pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan

dengan gaya bahasa yang tidak membosankan, sehingga informasi yang lebih jujur

(24)

1. 5. 3. Live In

Tinggal bersama objek penelitian ini diharapkan akan mendapatkan data yang

benar – benar jujur adanya. Peneliti akan ikut tinggal bersama salah satu informan di

lingkungan penelitiannya. Teknik ini akan membantu peneliti dalam memperoses

kebenaran dari data maupun informasi dari informan serta lebih merasakan apa yang

sesungguhnya dirasakan oleh objek. Proses Live In tersebut diperoleh peneliti dari

orangtua temannya yang membantu peneliti dalam memperoleh surat ijin.

Selanjutnyan peneliti akan menentukan siapa informan kunci yang tepat untuk

mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan.

Penting bagi peneliti menentukan siapa informan kunci maupun informan biasa yang

juga dapat mendukung hasil penelitian nantinya. Karena peneliti akan mengamati

bagaimana karyawan itu dalam menjalankan budaya korporasi maka peneliti memilih

karyawan yang terlibat dalam lingkup kantor Divisi Sei Merah.

Rapot yang baik adalah suatu yang harus dicapai peneliti. Rapot yang baik

akan berdampak bagi hasil penelitian kita sama informan. Oleh sebab itu, seorang

peneliti harus lah berusaha mengembangkan rapot yang baik di lapangan. Sikap yang

sopan, berpenampilan yang menarik dan rapi serta rendah hati adalah salah satu

modal dasar peneliti dalam mengembangkan rapot yang baik nantinya saat melakukan

(25)

1. 6. Pengalaman penelitian

Lokasi penelitian yang didapat dari paman seorang teman peneliti semasa

SMA. Pak Silen adalah karyawan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk yang bekerja di

kantor Medan. Peneliti mendapat ijin meneliti dari bantuan beliau. Kemudian beliau

memberikan informasi letak penelitian yang akan peneliti jalani menuju daerah Sei

Merah, Tanjung Morawa. Hasil Informasi denah yang peneliti ketahui, tidak lama

peneliti menemukan Masjid lalu berbelok kiri, dari sini peneliti menemukan jalan

yang rusak atau tidak beraspal. Mungkin kare na daerah perkebunan mau dekat jadi

mobil truk besar sering lalung lalang. Kemudian jalan rusak bertanjak dengan kotoran

sapi yang kelihatan berserak terlihat lah gapura perusahaan perkebunan PT. PP.

LONSUM Indonesia, tbk. yang selanjutnya jalan beraspal peneliti jalani sampai

menemukan kantornya. Peneliti melihat pos satpam di sebelah pintu gerbang kantor

yang kemudian peneliti datangin hendak untuk melapor kepada satpam tersebut.

Peneliti disuruh menunggu sejenak karena kata mereka KTU (Kantor Tata Usaha) jam

segini lagi istirahat. Kira-kira jam dua siang saat itu. Terlihat tiga orang satpam

bermain kartu dam di pos mereka, tidak ada memang terlihat uang di meja. Seketika

sebuah mobil masuk ke dalam wilayah kantor perkebunan tersebut dan disambut

hormat oleh ketiga satpam tersebut. Kemudian seorang satpam yang lainnya datang

dan menghantarkan peneliti ke kantor KTU perusahaan tersebut dan sesampainya di

dalam peneliti bertemu dengan Kepala Seksi yang masih muda.

Setelah identitas peneliti melalui surat pengantar dari Medan selesai dicatat

kemudian peneliti dijumpai dengan bapak manajer Sei Merah Estate tersebut yang

bernama Bapak Eddy Syahputra. Salah seorang karyawan dipanggil ke kantor

(26)

untuk tinggal di rumah salah seorang karyawan kantor yang masih lajang bernama

Ardy. Setelah kami berkenalan kemudian kami berangkat ke rumah Bang Ardy yang

akan peneliti tempati selam penelitian dua bulan ini. Kami berdua menuju ke rumah

karyawan di kebun sawit ini. Perkenalan singkat terjadi dan kemudian Bang Ardy ijin

untuk pergi ke kantor lagi.

Peneliti diajak Bang Ardy ikut juga keluar daripada peneliti gak ada kerjaan di

rumah sendirian. Lalu kami pergi meninggalkan rumah menuju rumah salah satu

karyawan kebun juga. Bang Edi adalah seorang karyawan di kontor Sei Merah Estate

yang rumahnya kami jumpai dan kami pun berkenalan. Abang itu bilang, “kalau

mereka di kantor bersikap profesional tapi kalau sudah di rumah mereka teman”

walaupun Bang Edi ini status jabatannya lebih tinggi dari Bang Ardy maupun Bang

Endrik teman sekantor Bang Ardy. Setelah itu kami menuju rumah di seberang jalan

rumah Bang Edi yang merupakan jajaran rumah para staf kebun. Kami bertemu sosok

lelaki muda gemuk yang bernama Dodi dimana abang ini merupakan Asisten

Lapangan Divisi Kalitawang. Mereka kelihatan lapar dan peneliti berinisiatif

memasakkan mie instan yang ada di lemari Bang Doddy tersebut.

Setelah makan mie tersebut mereka hendak bermain kartu joker. Mereka

mengajak peneliti juga untuk ikut bergabung bermain kartu leng. Sempat peneliti ragu

untuk menolaknya yang kemudian Bang Dodi bilang kalok main judi di luar tapi

kalok di rumah pantang. Kami bermain kartu leng berlima dengan hukuman coret –

coret wajah pakek semir saja. Tidak begitu lama bermain tiba – tiba listrik padam

yang ternyata kuota listrik rumah Bang Doddy sudah habis. Bang Doddy pun

bergegas ke Tanjung untuk membeli token listrik. Sepulang dari itu kami lanjutkan

(27)

ke kantor karena itu merupakan fasilitas dari perusahaan. Jam menunjukan tengah

malam, kami menyudahi permainan tersebut dan kembali pulang kerumah

masing-masing yang tiba-tiba listrik pun padam ketika kami sampai di rumah. Karena sudah

larut malam Bang Endrik ikut tidur bersama kami di rumah.

Pagi harinya peneliti diantar Bang Ardy menuju kantor Divisi Sei Merah yang

terletak balik seberang rumah yang kami tempati. Bekisar dua puluh meter kami

melangkah menuju kantor tersebut. Terlihat suatu bangunan semi permanen yang

masih berdindingkan kayu dengan ciri khas bangunan jaman dahulu dengan warna cat

putih hitam. Ketika memasuki ruangan tersebut tidak ada yang kelihatan istimewa di

dalamnya dikarenakan alat elektronik seperti komputer, printer maupun telepon tidak

ada. Bergantungan papan tulis putih yang ditulis secara manual yang menghiasi

dinding bangunan.

Bang Ardy memperkenalkan peneliti kepada seorang bapak yang

menggunakan baju kemeja putih dengan celana pendeknya yang duduk di kursi.

Beliau adalah Asisten Lapangan Divisi Sei merah, Pak Surya namanya. Ternyata

kehadiran peneliti sudah diketahui beliau dari kantor Sei Merah Estate sebelumnya.

Perkenalan kecil pun peneliti lakukan dengan Pak Surya dan seluruh karyawan Divisi

Sei Merah yang hadir saat itu. Tidak lama Bang Ardy meminta izin untuk pergi ke

kantor Sei Merah Estate. Peneliti pun diberikan petunjuk oleh Pak Surya untuk

mengikuti apa yang akan Buk Tuty katakan kedepannya.

Karyawan Divisi Sei Merah sedikit bingung akan apa yang mereka berikan

kepada peneliti, dikarenakan tidak ada yang sesuai dengan jurusan perkuliahannya.

Peneliti kemudian mengambil insiatif untuk membantu para karyawan PW di sana.

(28)

Eddy mengajak untuk menemani tim survei LKBM dari Medan. Pak Surya juga

memberikan peneliti ijin untuk mengikuti berjalannya pemupukan dengan mesin

jonder spin. Sehari – hari peneliti membantu menghitung Daily Harvest Cost yang

sudah biasa peneliti kerjakan di kantor Divisi Sei Merah serta menulisnya di papan

mading untuk para karyawan manen melihat.

Untuk Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke lima puluh, peneliti ikut

sumbangsih mendonorkan darahnya. Persiapan HKN tersebut mencapai satu minggu

lamanya. Sei Merah Estate diunjuk IndoAgri sebagai tuan rumah tahun itu. Be gitu

banyak polisi yang berjaga – jaga di sekitar lapangan dikarenakan ada isu bahwa

warga akan melakukan demo di sana. Acara tersebut menjalani gerak jalan yang

diikuti oleh seluruh karyawan PT. PP. Lonsum dan keluarga. Peneliti ikut membantu

untuk membagikan minuman mineral dan jeruk sebagai penyegar dahaga para

peserta. Ketika membantu memberikan minuman dan jeruk peneliti bertemu dengan

Pak Silen dengan beberapa karyawan perusahaan dari Medan.

Hari terakhir peneliti melakukan penelitian di kebun PT. PP. Lonsum Sei

Merah. Pagi hari peneliti ke kantor dan terlihat Buk Tuty, Bang Ganang dan Kak

Pinka saja yang ada dengan kesibukan mereka masing – masing. Peneliti hanya duduk

sambil bermain handphone sembari menunggu Bang Ganang mengajak peneliti untuk

mengambil pesanan semalam. Pak Surya datang ke kantor dan menyuruh Bang

Ganang untuk mengerjakan sesuatu dan mengatakan kalau ada perlu beliau bisa

dijumpai di kantor estate. Selesai jam wolen peneliti masih menunggu Bang Ganang

sampai jam sebelas siang dan kemudian kami berangkat ke Tanjung untuk mengambil

makanan yang sudah Bang Ganang pesan semalam sebagai tanda perpisahan dari

(29)

Tuty, Pak Udin, Bang Havis serta Bang ganang tentunya. Setelah peneliti meletakkan

makanan yang peneliti bawak tadi, peneliti kemudian berpamitan pada Buk Tuty dan

yang lainnya. Meminta maaf jika ada kesalahan selama penelitian di Divisi Sei Merah

dan Buk Tuty juga membalas maaf kepada peneliti.

Peneliti langsung pulang kerumah dan segera berangkat ke kantor Sei Merah

Estate untuk meminta cap stempel PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. serta pamitan

kepada Bang Ardy, Bang Endrik, Bang Edi dan Pak Surya tentunya yang memang

sedang berada di kantor itu. Peneliti tidak menemui bapak manajer Sei Merah Estate

di kantor, tapi peneliti menyampaikan izin dan terimakasih peneliti melalui Bang Agi

yang selaku Ka. Seksi di kantor Sei Merah Estate. Merasa semua keperluan sudah

terpenuhi peneliti mengengkol Vespa peneliti dan segera berangkat pulang ke Medan

Referensi

Dokumen terkait

Sub-CP Mata kuliah (Sub-CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPMK yang dapat diukur atau diamati dan merupakan kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap

Buku ini merupakan petunjuk pelaksanaan kepaniteraan bagi dokter muda selama menjalani masa kepaniteraan klinik di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan media grafis bagan, Aktivitas siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan media grafis bagan dalam

Untuk mengetahui pengaruh Person Organization Fit PO-Fit terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada BPRS Bumi Artha Sampang... Untuk

– Mahasiswa dapat menumbuhkan kepekaan atas isu-isu kompleks di bidang ekonomi pertanian pada lingkup regional, nasional, dan global.. – Mahasiswa terampil berpikir kritis,

Tutkimuksen tehtävänä on selvittää toisen vuosiluokan oppilaiden kokemuksia siitä, miten he kokevat luonnon/maaston oppimisympäristönä. Tarkoituksena on

Pegawai A telah melakukan pelanggaran yaitu tidak memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan. Setelah melalui pemeriksaan telah

Adapun Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini meliputi data hasil analisis kebutuhan dan valiasi ahli pengembangan LKS Tabela Berbasis Bahan Praktikum Lokal, data