• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Erupsi Gunungapi Sinabung Di Kabupaten Karo Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Erupsi Gunungapi Sinabung Di Kabupaten Karo Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Dampak Erupsi Gunungapi

2.1.1. Dampak erupsi terhadap perubahan aktivitas

Dampak merupakan sesuatu yang muncul setelah adanya suatu kejadian.Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat.Menurut Soemarwoto (2009:38), dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi.

Bencana dapat mengganggu atau menghancurkanberbagai macam fungsi dan banyak lembaga sekaligus dapat membawa krisis masyarakat lebih melebar atausistemik (Hewitt, 1997:36), mengisyaratkan bahwa dalam menyelesaikan masalah darurat semua aspekmembutuhkan penanganan berkelanjutan yang mampu menyelaraskan perkembangan kebutuhan pasca kondisi darurat. Laporan kerugian bencana alam menunjukkan bahwa dampaknya terbatas pada nilai infrastruktur fisik dan tidak menggabungkan potensi sistemik yang lebih besar terhadap ekonomi regional maupun nasional.(dalam Artiani, 2011).

(2)

Sudden-onset disasters (badai, gempa bumi, banjir) terutama akan menghancurkan modal produktif dan infrastruktur. Sedangkan bencana yang masuk dalam kategori Slow-onset disasters (kekeringan dan banjir) dampaknya akan lebih luas dan berjangka panjang, menurunkan tingkat tabungan masyarakat, investasi, permintaan domestik secara agregat dan menurunkan kapasitas produktif. Kelompok Compound disasters (aktivitas vulkanik) akan menimbulkan keadaan darurat kemanusiaan yang kompleks.(Bacharudin, 1994).

2.1.2. Dampak terhadap Ekonomi Pertanian

Dalam suatu letusan gunung berapi, beberapa material akan keluar dari kepundan gunung berapi. Material letusan tersebut antara lain adalah abu vulkanik, lava, gas beracun, hingga batuan beku yang terlempar ke atmosfer. Semua material tersebut memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak negatif dan ada pula dampak positif yang dapat kita ambil dari bencana yang melanda.

(3)

Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan memiliki kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 – 5,5.(Soekartawi,1995).

Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur jika memiliki tingkat keasaman (Ph) sebesar 6 – 7. Turunnya kadar keasaman (Ph) tanah ini akan turut menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sehingga tanah yang terkena abu vulkanik, akan mengalami penurunan produktivitas lahan, jika dimanfaatkan untuk bidang pertanian. Di samping itu, dalam jangka pendek abu vulkanik dapat mengusir hama serangga atau gulma yang biasa menjadi musuh petani. Hal ini dikarenakan, makhluk hidup tersebut tidak dapat hidup dalam kadar keasaman tanah yang terlalu asam, sehingga populasi makhluk tersebut akan menurun. Dalam jangka panjang, abu vulkanik juga akan memberikan dampak yang sangat positif bagi peningkatan produktivitas tanah. Saat kadar keasaman dari abu vulkanik telah dapat dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun dengan bantuan manusia menggunakan dolomite sebagai penetral, maka kandungan mineral yang tersimpan dalam abu vulkanik akan menjadi pupuk alamiah yang sangat baik untuk perkembangan tanaman pertanian.

(4)

Kesuburan tanah pertanian adalah satu hal penting yang sangat berpengaruh pada produksi pertanian.Kesuburan tersebut didukung dengan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, meliputi unsur hara essensial dan nonessensial. Pada penelitian ini, unsur yang terdeteksi yaitu Fe, Al, Mg dan Si berpengaruh pada kondisi kesuburan tanah, dimana pada wilayah sekitar lereng Gunung Merapi merupakan daerah pertanian yang subur. Unsur Fe dan Mg termasuk dalam unsur hara essensial sedangkan unsur Al dan Si termasuk dalam unsur hara nonessensial tetapi hampir selalu ada dalam tanaman.Unsur hara esensial adalah unsur hara yang kandungan unsur Fe, Al, Mg dan Si yang terdeteksi pada abu vulkanik merupakan beberapa unsur logam yang ikut mempengaruhi kondisi kesuburan tanah di sekitar gunung berapi. Selama kadar masing-masing unsur yang ada pada abu vulkanik masih berada dalam batas aman, maka abu vulkanik tidak bersifat racun bagi tanaman.(Hermawati, Nofia.dkk. 2010).

Menurut Suara Karya Online 21 Oktober 2012, letusan gunungapi dapat menyemburkan lava, lahar, material-material padat berbagai bentuk dan ukuran, uap panas, serta debu-debu vulkanik. Selain itu, letusan gunungapi selalu disertai dengan adanya gempa bumi lokal yang disebut dengan gempa vulkanik.

(5)

selain terbakar terkena lava juga akan tertimbun akibat lahar dingin dan menimbulkan longsor pada tanah yang curam.

Selain itu uap belerang yang keluar dari pori-pori tanah dapat mencemari tanah sebagai lahan pertanian dan air yang digunakan untuk kebutuhan hidup manusia dan tumbuhan pun akan tercemari disebabkan kandungan belerang dapat meningkatkan kadar asam yang terkandung air dan tanah. Debu-debu vulkanik sangat berbahaya bila terhirup oleh makhluk hidup (khususnya manusia dan hewan), hal ini dikarenakan debu-debu vulkanik mengandung kadar silika (Si), sedangkan debu-debu vulkanik yang menempel di dedaunan tanaman pertanian tidak dapat hilang dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan tumbuhan tidak bisa melakukan fotosintesis sehingga lambat laun akan menyebabkan daun layu dan kemudian hari akan mati. Dampak letusan gunung memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat kembali normal. Lama tidaknya waktu untuk kembali ke kondisi normal tergantung pada kekuatan ledakan dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Akan tetapi, setelah kembali ke kondisi normal, maka daerah tersebut akan menjadi daerah yang subur karena mengalami proses peremajaan tanah.

Dapat disimpulkan bahwa dampak negatif dari gunung meletus pada pertanian adalah:

1. Lava akan membakar tanaman pertanian

(6)

3. Gas belerang yang keluar dari dalam tanah akan merusak tanah dan air karena akan meningkatkan kadar asam yang terkandung didalam tanah dan air. Dampak positif dari gempa bumi terhadap pertanian.setelah gunung selesai meletus tanah akan subur karena mengalami pemulihan.

2.2. Sosial Ekonomi

2.2.1. Pengertian Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi memiliki pemahaman yang sangat luas, karena terkait dengan kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi manusia.Artinya seluruh aktivitas manusia tidak terlepas dari aktivitas ekonominya.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman.Dalam

hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. (Mahadi, 1993).

Menurut Suharso (2005), kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya.

Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos”

yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harfiah,

(7)

Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.(http://www.wikipedia.com).

Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimana manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia.Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi dimana manusia itu harus hidup.(Ahmad, 1992).

2.2.2. Ekonomi Pertanian

Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi (modal, tanah, tenaga kerja).Modal diperlukan untuk pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan), biaya pemeliharaan tanaman, biaya penyimpanan, pemasaran dan pengangkutan.Petani cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan hasil usahataninya dengan menambah luas lahan maupun pengadaan sarana produksi.(Darmawaty, 2005).

Ilmu usahatani merupakan cabang ilmu pertanian. Mosher (1968) mengartikan usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang ada di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan – perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan – bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya.

(8)

dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.Ditinjau dari beberapa pengertian di atas tentunya ilmu usahatani sangat penting dalam ilmu pertanian.Dan untuk memaksimalkan dalam pengelolaan usahatani itu sendiri diperlukan unsur-unsur pokok yang merupakan faktor-faktor utama dalam usahatani.Unsur – unsur pokok tersebut sering disebut faktor produksi (input). Proses produksi pertanian adalah proses yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian (output).

Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif.Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi.Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.

2.2.3.SosialEkonomi Masyarakat

(9)

tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan.Hal ini berawal dari, tidak tersedia atau terbatasnya fasilitas umum, sosial dan sanitasi lingkungan yang buruk sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bahkan dapat menjadi sumber penyakit. Kehilangan harta benda menyebabkan korban menjadi jatuh miskin, apalagi sumber matapencaharian berupa lahan pertanian dan perkebunan juga mengalami kerusakan. Kehilangan anggota keluarga, khususnya sumber pencari nafkah keluarga, seringkali menyebabkan timbulnya perasaan khawatir, ketakutan bahkan trauma yang berkepanjangan. Bantuan dari berbagaisumber yang berbentuk materi mungkin dapat memenuhi kebutuhan fisik korban bencana, tetapi belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kehilangan orang yang dicintai, rumah, harta benda, sawah, atau ternak yang menjadi matapencaharian, dapat menyebabkan guncangan jiwa dan trauma hebat.

Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyebutkan potensi gangguan terhadap kehidupan sosial ekonomi selalu ada bagi penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana seperti Indonesia.Risiko bencana alam membawa pengaruh negatif terhadap pembangunan, terutama pembangunan ekonomi.Bencana alam menyusutkan kapasitas produktif dalam skala besar yang berakibat pada kerugian finansial. (http://www.majalahglobalreview.com).

Menurut Nugroho dalam (http://www.majalahglobalreview.com), dampak bencana yang diakibatkan oleh bencana pada kehidupan masyarakat di antaranya adalah:

(10)

- Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.

- Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).

- Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat banjir.

Pascabencana erupsi gunungapi selalu berdampak kepada faktor sosial, ekonomi, dan psikis. Permasalahan yang dihadapi para korban setelah pulang dari pengungsian adalah mengenai pemenuhan kebutuhan dasar.Korban bencana sebagai manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat yang sedang menghadapi masalah, mempunyai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Apabila kebutuhan hidup itu tidak dapat terpenuhi dalam kurun waktu yang lama maka akan menjadi masalah sosial, sehingga manusia dan masyarakat tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Kebutuhan dasar hidupmanusia menurut Maslow (dalamSumarnonugroho, 1984: 6) adalah:

(11)

c. Menyayangi dan disayangi d. Penghargaan diri

e. Aktualisasi diri

Sementara Laird dan Laird (dalamSumarnonugroho, 1984: 6) mengemukakankebutuhan dasar hidup manusia meliputi:

a. Hidup

b. Merasa aman

c. Penghargaan atas eksistensi dirinya d. Melakukan pekerjaan yang disenangi

Kebutuhan dasar manusia menurutElizabeth Nicolds (1965: 59) meliputi: a. Rasa aman (security) dari ancamanlingkungan manusia dan alam serta

rasaaman dari gangguan penyakit.

b. Kasih sayang (affection) baik dari keluargamaupun masyarakat lingkungannya c. Mencapai cita-cita (achievment) dalamkondisi kehidupan sesuai yang

diinginkan.

d. Penerimaan (acceptance) eksistensi diriditengah masyarakat sekitarnya.

LP Getubig dan Sonke Schmidt (dalam Rusmiyati 2012), mengemukakan bahwa individu dan kelompokorang atau masyarakat dapat dikatakan amansecara sosial (socially secured) apabila terpenuhikebutuhan hidupnya dalam aspek: a. Pendapatan yang tetap dan cukup (adequateand stable income)

b. Kesehatan (health care)

(12)

e. Pendidikan (education) f. Air bersih (clean water) g. Sanitasi (sanitation)

h. Penyantunan anak dan lanjut usia (child andold age care)

Kebutuhan dasar manusia tersebut diatas dalam kondisi yang normal dapat denganmudah terpenuhi apabila alam dan lingkunganmanusia mendukung, dalam arti sedang tidakterjadi bencana. Sebaliknya apabila alam danlingkungan tidak mendukung karena sedangterjadi bencana maka kebutuhan dasar manusiaitu kadang-kadang sulit terpenuhi, maka untukdapat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup,manusia tersebut memerlukan intervensi daripihak lain. Dalam hal ini manusia sebagaipengungsi memerlukan bantuan orang lainagar tetap dapat bertahan hidup di tempatpengungsian.

Selain itu juga meletusnya gunung merapi memberi dampak positif dan negatif bagi perekonomian dan bisnis di indonesia dan wilayah merapi dan sekitarnya, sebagai berikut:

1. Dampak Positif Bagi Bisnis dan Perekonomian

- Menambah kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat ditumbuhi banyak pepohonan dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu beberapa tahun kedepan.

- Dapat dijadikan objek wisata bagi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara setelah Gunung Merapi meletus.

(13)

- Aktivitas gunungapi dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

- Sisa-sisa aktivitas Gunung Merapi dapat menghasilkan bahan-bahan tambang yang berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.

- Membangkitkan industri semen dan industri yang berkaitan dengan infrastruktur bisa bangkit, termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli untuk memulihkan infrastruktur dan sektor lainnya di kawasan terkena musibah.

- Terjadinya distribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan dari para dermawan.

2. Dampak Negatif Bagi Bisnis dan Perekonomian

- Merusak pemukiman warga sekitar bencana - Menyebabkan kebakaran hutan (Bencana Merapi)

- Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu, bahkan mati akibat debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga banyak yang mati akibat letusan Gunung Merapi.

- Menyebabkan gagal panen - Matinya infrastruktur

- Terhentinya aktivitas matapencaharian warga sekitar bencana

- Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk memperbaiki infrastruktur yang telah rusak akibat bencana.

(14)

- Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerbangan karena debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Merapi dapat menyebabkan mesin pesawat mati.

- Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktivitas masyarakat lumpuh. (http://www.tempointeraktif.com).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dampak sosial masyarakat pasca erupsi Gunungapi Sinabung adalah mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.

Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).

2.3. Peranan Pemerintah dan Stake Holder dalam Pemulihan Sosial konomi Dalam UU No. 34 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada Bab III tentang Tanggung Jawab dan Wewenang, pada pasal 5 disebutkan bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana”.

(15)

Provinsi dan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi.

Oleh karena itu pemerintah bertanggung jawab membuat kebijakan pembangunan denganmengintegrasikanpenanggulangan bencana agar kegiatan pada semua tahapan memberikan manfaat bagi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, keamanan & lingkungan. Penanganan bencana terdapat 3 siklus, yakni prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana.

Selain peran pemerintah, penanggulangan bencana menurut UU N0.24 tahun 2007 juga mengisyaratkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam penanggulangan bencana. Pada pasal 27 disebutkan kewajiban masyarakat adalah: a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan

c. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.

Selanjutnya pada Bab VI Peran Lembaga Usaha dan Lembaga Internasional diperkenankan berpartispasi dalam penanganan bencana. Hal ini dapat dilihat pada pasal 28, yang menyebutkan : “Lembaga usaha mendapatkan

kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain”.

(16)

Rehabilitasi dan rekonstruksi yang berada pada siklus terakhir yang berperan untuk memulihkan kondisi masyarakat dan lingkungannya atas bencana yang sudah terjadi.Kegiatan rehabilitasi & rekonstruksi merupakan bagian penting dalam rangka pemulihan kondisi masyarakat yang terkena dampak bencana untuk dapat bangkit kembali menjadi lebih baik dari sebelum terjadinya bencana.

Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 1, point 11 dan 12 disebutkan:

11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

Dari kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di atas dapat dipahami bahwa tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah untuk mengembalikan kembali fungsi sosial-ekonomi, hukum, budaya, dan lain-lain pada wilayah bencana.Wilayah bencana harus mendapatkan pemulihan, untuk mengembalikan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pascabencana.

Pada pasal 58, huruf a disebutkan rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: a Perbaikan lingkungan daerah bencana;

b. Perbaikan prasarana dan sarana umum;

c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d. Pemulihan sosial psikologis;

(17)

f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik; g. Pemulihan sosial ekonomi budaya; i. Pemulihan keamanan dan ketertiban; j. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan k. Pemulihan fungsi pelayanan publik.

Selanjutnya pada pasal 59 huruf a (1) rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi:

a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana; b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;

d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;

e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat;

f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g. Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan

h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Dari pengertian rehabilitasi dan rekonstruksi menurut UU No. 24 tahun 2007 di atas, jelas dipahami bahwa pascabencana terdapat kegiatan pemulihan, yakni rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan dan membangun kembali sarana-prasarana yang telah rusak untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam kehidupan sosial ekonomi dan kehidupan secara umum.

2.4. Penelitian Terdahulu

(18)

menunjukkan bahwa (1) dampak bencana banjir lahar dingin terhadap kondisi sosial ekonomi responden terlihat dari a) kondisi demografis tidak mengalami perubahan, tidak ada korban jiwa akibat bencana banjir lahar dingin, b) kondisi kesehatan responden baik, c) kondisi pendidikan anggota rumah tangga (ART) responden mengalami hambatan belajar sebesar 77,11% dan 33,73% ART terpaksa libur sekolah selama 1-3 hari, d) kondisi perumahan responden mengalami perubahan, yaitu sebesar 30,86% responden mengalami kerusakan rumah tingkat berat, 4,94% rumah rusak sedang dan 12,35% rumah rusak ringan, e) kondisi matapencaharian responden mengalami perubahan, jumlah petani berkurang 13,58%, jumlah buruh tani berkurang 14,81%, sedangkan jumlah buruh penambang pasir meningkat 28,39%, f) kondisi pendapatan responden juga mengalami perubahan, jumlah responden dengan total pendapatan berkategori rendah berkurang sebesar 17,28% dan responden dengan total pendapatan berkategori sedang bertambah 17,28%, g) kepemilikan barang berharga responden dilihat dari jumlah responden yang memiliki sepeda motor berkurang 3,71%, televisi atau radio atau tape berkurang 19,75% dan handphone bertambah 2,47%, sebesar 59,38% responden yang memiliki lahan sawah berstatus milik sendiri mengalami kerusakan, sedangkan jumlah responden yang mengusahakan ternak unggas bertambah 4,83%. (MajalahGeo Educasia Tahun I, Vol I, Tahun 2012).

(19)
(20)

2.5. Kerangka Konseptual

Gambar 1

Kerangka konsep penelitian ini:

2.6. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Terdapat dampak siginifikan sebelum dan setelah erupsi Gunungapi Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat desa sekitar Gunungapi Sinabung.

Gambar

Gambar 1 Kerangka konsep penelitian ini:

Referensi

Dokumen terkait

 an invitation to the fully funded two-week Science Forum 2017, consisting of − a visit to leading German science and research facilities with unique insights. from experts

Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah

Untuk bisa mencapai indikator sasaran strategis tersebut di atas, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan

Alfa Syahriar Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara 2.. Choirul Mahfud Institut Teknologi Sepuluh Nopember

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI,SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG.. KELOMPOK

bahwa untuk efektivitas pemberian tunjangan perbaikan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil dan pemenuhan hak bagi Pegawai Negeri Sipil yang sedang menjalankan cuti bersalin, maka

Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka pelaksanaan pembukaan file dokumen penawaran ini dapat di deskripsi dengan baik serta dinyatakan memenuhi syarat dan sah, dan

[r]