• Tidak ada hasil yang ditemukan

Library Research Hukum dan HAM Rombel 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Library Research Hukum dan HAM Rombel 6"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)

(Studi Kasus: Nenek minah yang mencuri 3 buah kakao)

Dosen Pengampu : Ridwan Arifin , S.h.,Ll.m

Di susun oleh :

Nama : 1. YULIANA FARIDA (8111416067) 2. LULUK RAHAYU (8111416090)

Mata Kuliah : Hukum dan HAM

Rombel : 6

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikannya sehingga tugas makalah yang berjudul “Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas dan untuk mengetahui.

Makalah “Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)” ini dalah rangkaian tugas yang harus diselesaikan dalam memenuhi mata kuliah Hukum Internasional di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang. Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Melalui makalah ini, penulis berusaha memberikanpembahasan tentang segala sesuatu mengenai “Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)”. Akhir kata kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari dari kata sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk bagi beberapa pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik

dikemudian hari.

Semarang, 10 Oktober 2017

Penyusun

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul...

Kata Pengantar...i

Daftar Isi... ii

Daftar Gambar...iii

Daftar Tabel...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B.Rumusan Masalah...3

1. Apa arti dari keadilan dan kesejahteraan?...3

2. Bagaimana keadilan sosial di Indonesia?...3

C.Metode Penulisan...3

BAB II PEMBAHASAN...4

2.1 Arti dari keadilan dan kesejahteraan………4

2.2 Keadilan sosial di Indonesia...9

BAB III KESIMPULAN...14

3.1 Kesimpulan...14

Daftar Pustaka……….15

(6)
(7)

DAFTAR TABEL

Setelah pembuktian selesai, kemudian pemeriksaan perkara terhadap terdakwa ditutup, selanjutnya Penuntut Umum membacakan tuntutan pidananya yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim yang mengadili perkara Nomor 247/PID.B/2009/PN.Pwt memutuskan:

1) Menyatakan terdakwa Minah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tidak pidana pencurian sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 362 KUHP;

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Minah dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan dikurangi selama terdakwa ditahan dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan;

3) Menyatakan barang bukti:

a) 3 (tiga) kg buah coklat atau kakao berikut biji dan kulitnya dikembalikan pada pihak PT RSA IV Darmakradenan;

b) 1 (satu) buah kandi dirampas untuk dimusnahkan 4) Menetapkan supaya terpidana membayar biaya perkara sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah) .

Pertimbangan Hakim Pertimbangan Hakim dalam perkara Nenek Minah ini, mengandung dua pertimbangan, yaitu pertimbangan yang positivistik dan pertimbangan yang mengandung prinsip kemanusiaan. Adapun pertimbangan Hakim yang positivistik, yaitu Unsur-unsur pertimbangan yang positivistik dalam Perkara Nomor 247/PID.B/2009/PN.Pwt dapat diuraikan sebagai berikut: Kejahatan pencurian yang dilakukan oleh Nenek Minah merupakan kejahatan yang ada dalam Pasal 362 KUHP yaitu kejahatan mengenai 34 harta benda, yang disebutkan ”Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimilikinya sendiri secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Unsur-unsur dalam Pasal 362 KUHP tersebut, kemudian diperkuat dengan keterangan para saksi dan barang bukti berupa 3 buah/kilogram kakao berikut kulit dan bizinya, serta satu buah kandi yang digunakan oleh Nenek Minah untuk membawa kakao tersebut. Adapun para saksinya, yaitu:

1) Jawali Bin Warno Sukarto

(8)

2) Tarno Bin Sumarto 3) Rajiwan alias Diwan Bin Asmareja Bahwa pada hari minggu tanggal 2 Agustus 2009 sekitar jam 08.00 WIB saksi Tarno dan saksi Rajiwan berangkat patroli rutin ke arah blok 8, 9 dan 11, kemudian saksi mendengar dan melihat ada orang yang sedang mengupas buah coklat, kemudian saksi mendekati dan menegurnya. Setelah tertangkap tangan mencuri buah kakao/coklat selanjutnya dibawa ke kantor PT RSA IV

Darmakradenan dan kemudian diserahkan kepada yang berwajib. Perbuatan pidana yang dilakukan Nenek Minah harus dibuktikan dengan dipenuhinya semua unsur-unsur Pasal dari peraturan perundangundangan yang didakwakan kepadanya, apakah ada alasan pembenarnya. Sedangkan mengenai

pertanggungjawaban pidana terdakwa harus dibuktikan dengan adanya

kesalahan pada diri terdakwa atas terjadinya tindak pidana tersebut dan tidak ditemukan alasan pemaaf yang dapat menghapus pertanggungjawaban

(9)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia, adalah Negara Hukum yang berdasarkan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita dasar para founding father bangsa ini. Negara yang tatanan masyarakatnya sadar hukum, menjadikan hukum sebagai panglima yang mampu menjamah seluruh rakyat Indonesia tanpa pandang ras, jabatan dan strata sosialnya. Dalam negara hukum, kekuasaan negara dibatasi oleh Hak Asasi Manusia sehingga aparatur negara tidak bisa bertindak

sewenang-wenang (detournement de pouvoir), menyalahgunakan kekuasaan (abus de pouvoir), dan diskriminatif dalam penegakan hukum terhadap warga negaranya. Penegakan hukum dinegara kita ditopang oleh 4 (empat) penegak hukum, yang kita kenal sebagai catur wangsa, Kehakiman, Kejaksaan,

Kepolisian, dan Profesi Advokat. Penegak hukum ini kemudian bertambah lagi sejak lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sehingga sekarang tidak lagi catur wangsa, melainkan panca wangsa. Dipundak merekalah kita

topangkan tegak atau runtuhnya penegakan hukum itu. 1

Setiap manusia pasti menginginkan keadilan di dalam kehidupannya, baik secara ekonomi, sosial maupun hukum. Namun keadilan sendiri juga

mengalami perdebatan. Perdebatan tentang keadilan seakan tidak kunjung berakhir. Perdebatan ini sudah dimulai sejak zaman yunani kuno bahkan sampai sekarang. Belum ada kesamaan perumusan dari para pakar tentang keadilan. Sehingga keadilan itu dianggap relative. Adil menurut seorang belum tentu adil menurut orang lain. Perdebatan yang sama terjadi di Indonesia. Perilaku aparat penegak hukum yang membawa kasus nenek minah yang miskin ke meja hijau menyulut kemarahan publik. Publik pantas marah mengingat banyak koruptor yang mencuri uang rakyat tapi dibiarkan

berkeliaran bebas. Di sinilah letak “keadilan” masyarakat. Keadilan menurut masyarakat ini sangat subtantif. Namun bagi orang yang berpahan procedural dan positifil, tuntutan masyarakat ini tidak adil. Kalau orang terbukti mencuri

(10)

2

harus dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Apabila ini yang terjadi, maka inilah yang oleh kaum posistivis sebagai keadilan. 2

Selain menjadi tanggung jawab para penegak hukum itu, penegakan hukum juga menjadi tanggung jawab pemerintah/negara itu sendiri, dengan

menyediakan instrumen hukum (peraturan perundang-undangan) yang

berkeadilan, berkepastian dan mampu diimplementasikan dalam tatanan riil di masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa di Negara kita ini masih terdapat ketidakadilan, di Indonesia dalam menegakkan keadilan masih lemah.bentuk-bentuk keadilan di Indonesia ini seperti orang yang kuat pasti hidup sedangkan orang yang lemah pasti akan tertindas dan di Indonesia ini jelas bahwa

keadilan belum di laksanakan atau diterapkan dengan baik yang sesuai dengan aturan-aturan hukum yang ada di Indonesia. 3

Keadilan di Indonesia belum bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Inilah bukti bahwa dinegara ini keadilan masih memihak kepada yang kuat. Seandainya di negara kita terjadi pemerataan keadilan maka kita yakin tidak akan terjadi protes yang disertai kekerasan, kemiskinan yang bekepanjangan, perampokan, kelaparan, gizi buruk dll. Mengapa hal diatas terjadi karena konsep keadilan yang tidak diterapkan secara benar, atau bisa kita dikatakan keadilan hanya milik orang kaya dan penguasa. Seolah-olah orang kecil sangat dipermainkan oleh keadilan.

Tolak ukur keberhasilan pranata publik yang harus diperhatikan setelah bangsa kita mengalami peningkatan kemakmuran ekonomis yang cukup besar ialah terwujudnya keadilan sosial. Keadilan sosial merujuk pada masyarakat (society) atau negara yang dapat berfungsi sebagai subjek maupun objek. Sebagai demikian, konsepsi keadilan sosial di satu pihak mewajibkan negara untuk mewujudkan kesejahteraan umum serta membagi beban dan

manfaatnya kepada warga negara secara proporsional seraya membantu anggota-anggota yang lemah, dan di lain pihak mewajibkan para warga untuk membantu masyarakat atau negara guna mencapai tujuannya.

Pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah ditugaskan untuk “memajukan kesejahteraan umum” serta “mewujudkan keadilan sosial

(11)

3

bagi seluruh rakyat Indonesia”. Selanjutnya butir-butir tentang kesejahteraan rakyat juga dapat dijumpai Pancasila 45 butir pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978. Jelaslah bahwa penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang menuju cita-cita kesejahteraan atau keadilan sosial

merupakan kewajiban bagi seluruh aparat negara di setiap jenjang.

Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah kesejahteraan. Baik yang tinggal di kota maupun yang di desa, semua

mendambakan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera lahir dan bathin. Namun, dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya dalam kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar seperti buruh atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai ratusan juta gajinya dilakoni oleh manusia. Jangankan yang halal, yang harampun rela dilakukan demi kesejahteraan hidup.4

B. Rumusan Masalah

1. Apa arti dari keadilan dan kesejahteraan? 2. Bagaimana keadilan sosial di Indonesia?

C. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian hukum merupakan suatu keharusan untuk mengunakan suatu metode penelitian agar lebih mudah dalam hal

penyusunannya. Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data-data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.

Penelitian ini bersifat Yuridis Normatif, oleh karena didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu dengan tujuan mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dan menganalisisnya. Dalam penulisan makalah tentang” Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)” makalah ini menggunakan metode pengumpulan data atau kepustakaan (library research). Menurut Koentjaraningrat teknik

kepustakaan merupakan carapengumpulan data bermacam-macam material

(12)

4

yang terdapat diruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku, jurnal, majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian

( Koentjaraningrat, 1983 : 420).

Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang

berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah ( Sugiyono, 2012 : 291 ). Berdasarakan pengertian tersebut, maka penelitian tentang “Social Justice dalam Konteks Welfare State(Kajian Hak Asasi Manusia di Indonesia)” menggunakan bermacam buku seperti buku, jurnal , koran, skripsi, dan sebagainya.

BAB II PEMBAHASAN 2. 1 Arti keadilan dan kesejahteraan

Arti Keadilan

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan kewajiban, atau dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjelankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan

memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain. 5

Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-kagum sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasy machus karena ia

menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan

(13)

5

bersandar pada empat sifat baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan.

Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan terhadap hukum dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban

merupakan sikap yang tercermin dari pengamalan nilai Pancasila yakni sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

Keadilan itu merupakan suatu perlakuan antara hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan secara seimbang. Setiap orang ingin merasakan keadilan yang sama antara sesama manusia. Adil dalam melaksanakan suatu keadaan atau masalah merupakan jiwa seseorang yang memiliki jiwa social yag tinggi. Setiap warga Negara Indonesia pun wajib memperoleh keadilan yang merata dengan yang lainnya sesuai dengan HAM dalam bidang hokum, politik,

ekonomi, dan kebudayaan. Keadilan dan ketidakadilan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi keadilan atau ketidakadilan setiap hari. oleh sebab itu keadilan dan

ketidakadilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Maka dari itu keadilan sangat penting untuk kehidupan sehari – hari, karena akan mensejahterakan semua umat manusia. 6

Keadilan terdapat dalam pancasila, terutama dalam sila kelima yang

berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang artinya seluruh warga Negara Indonesia berhak mendapatkan keadilan yang merata dari pihak yang berwenang. Jadi antara hak dan kewajiban perlu diserasikan agar tercipta kehidupan yang harmonis, karena kehidupan seperti itulah yang diinginkan oleh setiap umat manusia. Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang perlu dikerjakan bersama – sama tanpa adannya berat sebelah yang artinya

hak dan kewajiban harus dilaksanakan secara seimbang

.

7

Ada beberapa jeniskeadilan, yaitu:

 Keadilan Komutatif (Iustitia Commutativa): Keadilan komutatif adalah

keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi bagiannya, di mana yang diutamakan adalah objek tertentu yang merupakan hak dari seseorang. Keadilan komutatif berkenaan

6M. Kholiq, Abdul. Beberapa Catatan Kritis Peradilan HAM dalam Hukum Positif Indonesia. Jurnal Magister Hukum. Vol.2. Juni 2002.

(14)

6

dengan hubungan antarorang/antarindividu. Di sini ditekankan agar prestasi sama nilainya dengan kontra prestasi.

 Keadilan Distributif (Iustitia Distributiva): Keadilan distributif adalah

keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya, di mana yang menjadi subjek hak adalah individu, sedangkan subjek kewajiban adalah masyarakat. Keadilan distributif berkenaan dengan hubungan antara individu dan masyarakat/negara. Di sini yang ditekankan bukan asas kesamaan/kesetaraan (prestasi sama dengan kontra prestasi). Melainkan, yang ditekankan adalah asas

proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa, atau kebutuhan. Keadilan jenis ini berkenaan dengan benda kemasyarakatan seperti jabatan, barang, kehormatan, kebebasan, dan hak-hak.

 Keadilan legal (Iustitia Legalis): Keadilan legal adalah keadilan

berdasarkan undang-undang. Yang menjadi objek dari keadilan legal adalah tata masyarakat. Tata masyarakat itu dilindungi oleh undang-undang. Tujuan keadilan legal adalah terwujudnya kebaikan bersama (bonum commune). Keadilan legal terwujud ketika warga masyarakat melaksanakan undang-undang, dan penguasa pun setia melaksanakan undang-undang itu.

 Keadilan Vindikatif (Iustitia Vindicativa): Keadilan vindikatif adalah

keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang hukuman atau denda sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang

dilakukannya. Setiap warga masyarakat berkewajiban untuk turut serta dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat, yaitu kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Apabila seseorang berusaha mewujudkannya, maka ia bersikap adil. Tetapi sebaliknya, bila orang justru mempersulit atau menghalangi terwujudnya tujuan bersama tersebut, maka ia patut menerima sanksi sebanding dengan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukannya.

 Keadilan Kreatif (Iustitia Creativa): Keadilan kreatif adalah keadilan yang

memberikan kepada masing-masing orang bagiannya, yaitu berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreativitas yang dimilikinya. Keadilan ini memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk

(15)

7

 Keadilan Protektif (Iustitia Protectiva): Keadilan protektif adalah keadilan

yang memberikan proteksi atau perlindungan kepada pribadi-pribadi. Dalam masyarakat, keamanan dan kehidupan pribadi-pribadi warga masyarakat wajib dilindungi dari tindak sewenang-wenang pihak lain. Menurut Montesquieu, untuk mewujudkan keadilan protektif diperlukan adanya tiga hal, yaitu: tujuan sosial yang harus diwujudkan bersama, jaminan terhadap hak asasi manusia, dan konsistensi negara dalam mewujudkan kesejahteraan umum.

 Keadilan dalam penerapannya tidaklah mesti terlalu lugas. Pengenaan

keadilan yang bersifat lugas justru menimbulkan ketidakadilan. Seperti kata ungkapan "summum ius, summa iniura" (penerapan hukum secara penuh, penuh ketidakadilan). Karena itu, dalam mewujudkan keadilan diperlukan prinsip lain untuk mengimbanginya, yaitu

kepatutan (aequitas). Prinsip kepatutan dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya keadilan sosial.

Arti Kesejahteraan

Istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman sentosa dan makmur dan dapat berarti selamat terlepas dari gangguan. Sedangkan kesejahteraan diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan dan ketentraman . Istilah kesejahteraan erat

kaitannya dengan tujuan Negara Indonesia. Negara didirikan, dipertahankan dan dikembangkan untuk kepentingan seluruh rakyat yaitu untuk manjamin dan memajukan kesejahteraan umum. Hal ini secara nyata dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: ”kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesa yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia”.8

(16)

8

Dengan melihat pembukaan UUD 1945 diatas dapat dikemukakan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karenanya Negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles bahwa Negara

dibentuk untuk menyelenggarakan hidup yang baik bagi semua warganya. 9 Namun demikian, kesejahteraan umum (keadilan sosial) sebagai tujuan Negara bukan berarti kewajiban Negara untuk menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat, sehingga rakyat tidak berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri, akan tetapi rakyat

mempunyai hak dan kewajiban untuk mencapai kesejahteraannya. Negara hanya bertugas untuk menciptakan suasana atau keadaan yang

memungkinkan rakyat dapat menikmati hak-haknya sebagai warga Negara dan mencapai kesejahteraan mereka semaksimal mungkin. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan tersebut komponen utama yang harus dipenuhi adalah adanya kepastian hukum dan tersedianya barang dan jasa

kebutuhan hidup bagi semua warga Negara. kepastian hukum menjadi penting dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum di Indonesia mengingat Indonesia adalah Negara berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) bukan berdasar pada kekuasaan belaka (machtsstaat). Terciptanya Negara hukum berarti juga ditaatinya peraturan hukum atau rule of law dalam seganap aktivitas Negara dan warga negaranya. Unsur-unsur rule of law meliputi ;

1. Keutamaan aturan-aturan hukum atau supremasi hukum; 2. Kedudukan yang sama dihadapan hukum;

3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia.

Keserasian dan keseimbangan antara kepastian hukum dan keadilan sosial atau kesejahteraan umum mutlak diperlukan dalam menjamin hak-hak warga Negara.

(17)

9

Keserasian keduanya dapat terwujud manakala memenuhi persyaratan ; a. Kaidah-kaidah hukum serta penerapannya mendekati citra masyarakat; b. Pelaksana penegakan hukum dapat mengemban tugas sesuai tujuan dan keinginan hukum;

c. Masyarakat dimana hukum itu berlaku taat dan sadar akan pentingnya hukum bagi keadilan dan kesejahteraan.

Berkaitan dengan ketersediaan barang dan jasa sebagai ukuran

kesejahteraan, ILO (International Labour Organization) mengemukakan konsep kebutuhan pokok dalam dua elemen :

 Persyaratan-persyaratan minimum keluarga untuk konsumsi sendiri,

antara lain kebutuhan pangan, pakaian, dan perlindungan;

 Layanan-layanan esensial yang mendasar yang sebagian besar

disediakan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum bersih, kendaraan umum, sanitasi, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan.

 Perwujudan masyarakat yang adil dan makmur secara lebih rinci

disebutkan oleh Kirdi Dipoyudo berupa tersedianya ;

1. cukup sandang dan pangan dan perumahan yang layak, sehingga ia dapat hidup dengan aman tidak perlu merasa cemas dalam

menghadapi kehidupan di masa yang akan datang;

2. fasilitas kesehatan termasuk tenaga medis, obat-obatan, rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat dengan perlengkapan dan tenaga yang memadai dengan biaya yang terjangkau daya beli masyarakat;

3. kesempatasn pendidikan dalam segala tingkat baik pendidikan umum atau professional kejuruan;

(18)

10

5. sarana perhubungan secukupnya, sehingga dia dengan mudah, cepat dan murah untuk bergerak dalam mengahadapi segala urusannya;

6. sarana komunikasi seperlunya, sehingga dapat mengadakan

hubungan dengan orang lain melalui pos, telepon, telegram dan radio dengan cepat dan mudah;

7. kesempatan kereja yang sesuai keinginan dan kecakapannya;

8. Kesempatan untuk mengembangkan dan menikmati kebudayaan, menyempurnakan hidup moral keagamaan dan kehidupan

intelektualnya;

9. Memungkinkan untuk istirahat dan menikmati hiburan;

Terwujudnya kesejahteraan warga Negara dapat menciptakan struktur masyarakat atau Negara yang seimbang dan teratur dengan memberi kesempatan kepada semua warga Negara untuk membangun suatu

kehidupan yang layak dan mereka yang lemah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Karena pemerintah sebagai pimpinan Negara mempunyai tugas utama untuk memajukan kesejahteraan umum.10 Tidak hanya kesejahteraan lahir tetapi juga kesejahteraan bathin. Oleh karena begitu luas jangkauan kesejahteraan yang meliputi lahir dan bathin ini, kesejahteraan umum berarti diakui dan dihormatinya hak hak dasar warga Negara dan

tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat. Dalam rangka mewujudkan hal ini Negara harus melakukan

beberapa hal ;

1. Wajib menetapkan dan menegakkan hak-hak asasi;

2. Wajib mengusahakan agar barang dan jasa keperluan hidup dihasilkan dan atau didatangkan mencukupi keperluan hidup warga Negara dan dapat didistribusikan dengan cepat, aman dan dijual dengan harga yang wajar seimbang dengan daya beli warga Negara;

(19)

11

3. Harus mengusahakan setiap warga Negara mampu bekerja secara produktif dengan syarat-syarat kerja yang wajar dan gaji yang mencukupi kebutuhan hidup dan keluarganya;

4. Wajib memberikan bantuan seperlunya kepada mereka yang terganggu secara fisik dan mentalnya.

2. 2 Keadilan sosial di Indonesia

Berbicara tentang keadilan, tentu ingat akan dasar negara kita ialah

Pancasila. Sila kelima Pancasila, berbunyi: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” Dalam dokumen lahirnya Pancasila diusulkan oleh Bung Karno adanya prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara. Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip ” tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka”. Dari usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian kesejahteraan dan keadilan.Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila

“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, menulis sebagai berikut ” keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur” , Selanjutnya diuraikan bahwa para

pemimpin Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan sosial dalam ekonomi ialah dapat mencapai kemakmuran yang merata.

Langkah-langkah menuju kemakmuran yang merata diuraikan secara terperinci.

Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Aristoteles telah menulis secara luas tentang keadilan. Ia menyatakan bahwa keadilan adalah kebijakan yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia. Lebih lanjut,

Aristoteles dalam tulisannya Retorica membedakan keadilan dalam dua macam yaitu keadilan distributif (justitia distributiva) sebagai keadilan yang

memberikan kepada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau

(20)

12

tanpa memperdulikan jasa masing-masing. Keadilan komulatif ini didasarkan pada transaksi (sunallagamata) baik yang sukarela atau pun tidak.

Panitia ad-hoc majelis permusyawaratan rakyat sementara 1966

memberikan perumusan sebagai berikut : “Sila keadilan sosial mengandung prinsip bahwa setiap orang di Indonesia akan mendapatperlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi dan kebudayaan”.

Dalam ketetapan MPR RI No.II/MPR/ 1978 tentang pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila (ekaprasetia pancakarsa) dicantumkan ketentuan sebagai berikut.

Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :

 Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan

dan kegotongroyongan;

 Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan

kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain;

 Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan;  Sikap suka bekerja keras;

 Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk

mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

 Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan

dalam bergai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu :

 Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak

khususnya pangan, sandang dan perumahan,

 Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan;

 Pemerataan pembagian pendapatan;  Pemerataan kesempatan kerja;

 Pemerataan kesempatan berusaha;

 Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan

khususnya bagi generasi mudadan kaum wanita;

 Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah

air;

(21)

13

 Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi keadilan / ketidak adilan setiap hari. Oleh sebab itu keadilan dan ketidak adilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan, seperti drama, puisi, novel, musik dan lain-lain.

Pancasila merupakan dasar negara dan landasan ideologi Indonesia. Dalam penerapan keadilan di Indonesia, Pancasila sangat berperan penting sebagai dasar keadilan sebagaimana disebutkan pada sila ke-2 dan sila ke-5. Sila ke-2 yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung delapan makna, yaitu:

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan

bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung sebelas makna, yaitu:

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak-hak orang lain.

(22)

14

6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak bergaya hidup mewah.

8. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Menghargai hasil karya orang lain.

11. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.11

Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila yang kemudian dicabut dengan Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 butir-butir dari prinsip keadilan juga telah diungkapkan secara jelas, termasuk yang dikemukakan oleh John Rawls. Selanjutnya, pada

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, secara tegas juga disebutkan komitmen bangsa Indonesia tehadao keadilan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dikatakan keadilan menurut bangsa Indonesia adalah “Keadilan Sosial”. Menurut Notohamidjojo, keadilan sosial menuntut supaya manusia hidup dengan layak dalam masyarakat. Masing-masing harus diberi kesempatan menurut menselijkewaardigheid (kepatutan kemanusiaan). Pembangunan dan pelaksanaan pembangunan tidak hanya

perlumengandalkan dan mewujudkan keadilan, melainkan juga kepatutan. Istilah kepatutan kemanusiaan dapat pula disebut dengan kepatutan yang wajar atau proporsional. 12

Keadilan sangat berkaitan erat dengan hak. Hanya saja dalam teorisi keadilan bangsa Indonesia, hak tidak dapat dipisahkan dengan pasangan anatominya yaitu kewajiban. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dengan tegas mengamanatkan keserasian antara hak dan kewajiban sebagai manusia yang hidup bermasyarakat. Keadilan hanya akan tegak dalam masyarakat yang beradab atau sebaliknya dan hanya masyarakat beradab yang dapat

menghargai keadilan.

Sesuai dengan keseimbangan hak dan kewajiban, maka keadilan dengan demikian menuntut keserasian antara nilai spiritualisme dan materialisme,

11 Hart, H. L. A, Konsep hukum. Bandung: Nusamedia.2010,hlm 58

(23)

15

individualisme dan kolektivisme, pragmatisme dan voluntarisme, acsetisisme dan hedonisme, empirisme dan intuisionisme, rasionalisme dan romantisme. Pengertian keadilan sosial jauh lebih luas dibandingkan keadilan hukum.

Keadilan sosial bukan sekadar berbicara tentang keadilan dalam arti tegaknya peraturan perundang-undangan atau hukum, namun berbicara lebih luas tentang hak warga negara dalam sebuah negara. Keadilan sosial adalah

keadaan dalam mana kekayaan dan sumberdaya suatu negara didistribusikan secara adil kepada seluruh rakyat. Dalam teori ini, terkandung makna bahwa pemerintah dibentuk oleh rakyat untuk melayani kebutuhan seluruh rakyat dan pemerintah yang tidak memenuhi kesejahteraan warga negaranya adalah pemerintah yang tidak berlaku adil. Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materil maupun spiritual. Hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa pula, dengan kata lain seluruh rakyat Indonesia baik yang berada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun bagi Warga Negara Indonesia yang berada di negara lain. Dalam konteks pembangunan Indonesia, keadilan inipun tidak bersifat sektoral, tetapi meliputi semua lapangan, baik dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Hanya dengan demikian akan dapat dipenuhi tujuan nasional yaitu

menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.13

BAB III PENUTUP

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan kewajiban, atau dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjelankan kewajiban,

(24)

16

maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.

Sedangkan kesejahteraan diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan dan ketentraman . Istilah kesejahteraan erat

kaitannya dengan tujuan Negara Indonesia. Negara didirikan, dipertahankan dan dikembangkan untuk kepentingan seluruh rakyat yaitu untuk manjamin dan memajukan kesejahteraan umum. Hal ini secara nyata dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: ”kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesa yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia”.

DAFTAR PUSTAKA

Zubaidi, H. Achmad, dkk.2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.

(25)

17

Penegakan Hukum dan Peningkatan Demokrasi di Indonesia. Makalah. Juli 1997. Semarang.

Huijbers, T.1995. Filsafat hukum. Yogyakarta: Kanisius.

Asshiddiqie, Jimly. “Penegakan Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia”. Makalah. 30 April 2002. Yogyakarta.

M. Kholiq, Abdul. Beberapa Catatan Kritis Peradilan HAM dalam Hukum Positif Indonesia. Jurnal Magister Hukum. Vol.2. Juni 2002.

Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Rawls, J.2006.Teori keadilan, dasar-dasar filsafat politik untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam negara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komisi Hukum Nasional.2010. Kebijakan reformasi hukum: Suatu rekomendasi 1 & 2.Jakarta: Komisi Hukum Nasional RI.

Muladi.1999. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Hart, H. L. A.2010.Konsep hukum. Bandung: Nusamedia.

Komisi Hukum Nasional.2010.Problematika penegakan hukum: Kajian reformasi lembaga penegak hukum. Jakarta: Komisi Hukum Nasional RI.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Hipotesis pertama ditolak yang berarti tidak ditemukannya pengaruh CSR terhadap nilai

Hasil analisis laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa setelah pemekaran (Tahun 2008) laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara terus meningkat yakni sebesar

Cara alami agar kulit putih dalam 1 hari pada prinsipnya adalah menghilangkan lapisan kulit bagian luar dimana terdapat sel – sel mati yang dapat menghambat pertumbuhan sel kulit

Application of the method of discrete Hopfield in character recognition iris doing through several stages namely, the image processing includes image input

Menimbang, bahwa setelah membaca, meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini, turunan resmi putusan Pengadilan

Pada penelitian ini biji pepaya disiapkan untuk proses ekstraksi dengan pelarut etanol sehingga diperoleh ekstrak yang mengandung senyawa fenolik sebagai

Karakteristik lovebird jantan dan betina spesies Agapornis fischeri varian hijau standar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap bentuk tubuh,

Sebagai contoh, banyaknya kasus kenakalan dan kriminalitas yang pada generasi muda (anak) tidak dipungkiri juga terjadi karena pola asuh permisif dari orangtua yang membiarkan