• Tidak ada hasil yang ditemukan

LABURAN ASPAL SATU LAPIS DAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LABURAN ASPAL SATU LAPIS DAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jalan adalah sarana transportasi darat yang sangat penting dalam menumbuhkan, mendukung, dan memperlancar laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Di ruas jalan yang akan dilaksanakan pekerjaan konstruksi lapis penetrasi dan laburan aspal dua lapis (burda), dimana pekerjaan ini termasuk pada Pekerjaan lapis penetrasi macadam (lapen) ini terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disiramkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen biasanya diberi taburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervariasi dari 4-10 cm. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi dan penyedia instalasi campuran aspal sulit dilaksanakan akibat situasi ligkungan.

Sedangkan laburan aspal dua lapis (burda) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Ruas ini dilakukan pekerjaan lapis penetrasi dan burda karena kondisi

aspal yang lama sudah amblas dan adanya retak pada jalan. Tujuan

Tujuan analisa adalah :

Agar ahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut mengenai Burtu dan Burda Ruang Lingkup

Laporan mencakup materi – materi mengenai leburan satu lapis(burtu) dan leburan dua lapis (burda) yang di dapatkan dari sumber yang di kumpulkan dan di kaji lebih lanjut untuk dibuat suatu makala.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini mempunyai alur penulisan

yang menyempit. Untuk menjamin adanya hubungan dalam laporan ini, dibuat

berurutan dari standar nasional indonesia sampai materi studi kasus menjadi pokok dalam penulisan laporan ini.

Garis besar pelaporan yang akan dijadikan sebagai acuan pembuatan laporan yang diuraikan dalam 4 bagian (bab) yang sistematikanya sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang pemilihan topik materi 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Landasan teori yang digunakan berasal dari internet, jurnal, atau langsung dari sumbernya. 3. BAB III PEMBAHASAN

Berisi tentang pembahasan materi perkuliahan budtu dan burda dari beberapa aspek dan klasifikasinya.

4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat terdiri dari laburan satu atau dua lapis, setiaplapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping).

Pelaburan aspal ini umumnya dihampar di atas lapis pondasi agregat kelas A yang sudah diberilapis resap pengikat, atau di atas suatu permukaan aspal lama.

Pelaburan aspal yang akan digunakan pada konstruksi perkerasan jalan harus melalui tahapan klasisfikasi meterial, maumpun spesifikasinya.

Spesifikasi material peleburan aspal dibedakan sesuai dengan leburan aspal satu lapis dan leburan aspal dua lapis.

(3)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN

laburan aspal satu lapis (BURTU) adalah

lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam (tebal maksimum 20 mm)

Laburan aspal dua lapis (BURDA) adalah

lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan.

PENGERTIAN MENURUT SNI 03-3979-1995 dan SNI 03-3980-1995

1) laburan aspal satu lapis (BURTU) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam (tebal maksimum 20 mm); 2) indek kepipihan (flakiness index) adalah berat total agregat yang lolos slot

(celah) dibagi dengan berat total agregat yang tertahan pada ukuran nominal tertentu; 3) ukuran nominal agregat adalah besar ukuran agregat yang dominan pada suatu gradasi tertentu; contoh ukuran nominal 20 mm adalah jumlah agregat yang lewat saringan 19,1 mm dan tertahan saringan 12,7 mm sebanyak minimum 70%; 4) ukuran tebal rata-rata agregat (average leas tdimension) adalah ukuran agregat terkecil rata-rata yang diukur di laboratorium dengan index kepipihan;

5) ukuran panjang rata-rata agregat (average great dimension) adalah ukuran agregat terbesar rata-rata yang diukur di laboratorium dengati panjang rata-rata; 6) RC (rapid curing), adalah aspal cair yang berupa cairan antara aspal semen dengan pelarut jenis premium yang mempunyai daya menguap tinggi;

7) MC (medium curing) adalah aspal cair yang berupa campuran antara aspal semen dengan minyak tanah yang mempunyai daya menguap sedang;

8) Nozel adalah lobang untuk keluarnya aspal pada penyemprot aspal. 9) Laburan aspal dua lapis (BURDA) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan.

10) Ukuran nominal agregat adalah besar ukuran agregat yang dominan pada suatu gradasi tertentu; contoh ukuran nominal 20 mm adalah jumlah agregat yang lewat saringan 19,1 mm dan tertahan saringan 12,7 mm sebanyak minimum 70%.

11) aspal cair adalah aspal yang pada suhu normal dari tekanan atmosfir berbentuk cair. 12) aspal semen atau aspal keras adalah suatu aspal minyak yang didapat dari

residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara.

13) aspal emulsi adalah aspal cair yang berupa campuran pelarut antara aspal semen, air dan bahan pengemulsi.

3.2 TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL 3.2.1 LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) 3.2.1.1 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud

Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para

pelaksana,pengawas lapangan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam

(4)

Tujuan

Tujuan tatu cara ini adalah :

1) untuk menyeragamkan cara pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan laburan aspa lsatu lapis agar diperoleh basil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan;

2) untuk menghemat waktu pelaksanaan dan menghemat pemakaian bahan.

3.2.1.2 PERSYARATAN-PERSYARATAN

Bahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Untuk pekerjaan ini diperlukan agregat dan aspal;

2) Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi ketentuan yang berlaku;

3) Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus disiapkan persediaan material secukupnya sehingga setiap saat dibutuhkan selalu tersedia;

4) Bahan tambah (additive) sebagai bahan anti pengelupasan dapat ditambahkan (dicampur) dengan aspal.

3.2.1.3 PERALATAN

Peralatan yang digunakan, sebagai berikut : 1. Peralatan di tempat penyimpanan bahan

1) Ketel aspal;

2) Kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor; 3) Tongkat celup (dipstick); untuk mengukur volume; 4) Timbangan truk (truck scales);

5) Loader;

6) Skop, pahat dan alat bantu lainnya. 2. Peralatan di lapangan

1) Pembersih permukaan jalan (kompresor, power broom);

2) Penyemprot aspal : aspal distributor, semprotan tangan (hand sprayer); 3) Penebar agregat penutup (chip, spreader);

4) Truk jungkit (dump truck);

5) Pemadat roda karet (pneumatic tyre roller);

6) Kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk dan alat bantu lainya. 3.2.1.4 PELAKSANAAN

Pelaksanaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :

1) Keselamatan para pelaksana dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada dalam daerah pekerjaan;

2) Lingkungan pekerjaan harus bersih;

3) Kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan; 4) Pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik;

(5)

normal sesuai kapasitas alat.

3.2.1.5 KETENTUAN - KETENTUAN

Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Agregat harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kuat, kering, bersudut, berukuran seragam dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :

(1) keausan dengan mesin Los Angeles 500 putaran < 40% sesuai SNI 1991 Metode Pengujian Keausan Agregat untuk Jalan dengan Mesin Los Angeles;

(2) kelekalan terhadap aspal > 95% sesuai SNI 03-24391991, Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal;

(3) perbandingan antara ukuran terbesar rata-rata (AGD) terhadap ukuran terkecil rata-rata (ALD) dari agregat harus < 2,3;

2) gradasi agregat harus berada dalam batas-batas yang sesuai dengan ukuran nominal agregat;

3) pemilihan ukuran agregat sesuai dengan perencanaan, tergantung jenis lapis permukaan yang ada dan volume lalu lintas per hari per jalur;

4) aspal yang digunakan sebaga ibahan pengikat dapat berupa aspal keras pen 80/100, aspal cair (RC, MC), aspal emulsi kationik (CRS-l, CRS-2), yang memenuhi ketentuan yang berlaku;

5) bila menurut perencana diperlukan bahan tambah sebagai bahan anti pengelupasan; dengan jumlah/takaran penggunaan tertentu harus dicampur dengan aspal di dalam tangki distributor selama 30 menit untuk menghasilkan campuran yang seragam.

3.2.1.6 PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu yang harus dilakukan adalan sebagai berikut :

1) agregat yang harus digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal, abrasi, dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

2) untuk jalan baru, lapis resap ikat (primr coat) harus diperiksa jumlah dan kerataannya;

3) untuk jalan lama, lapis ikat (tack coat) sudah diperhitungkan pada penyemprotan aspal pertama;

4) temperatur aspal pada tangki aspal distributor harus selalu diperiksa supaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

5) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup atau

dengan meletakkan kertas yang berat clan ukurannya sudah diketahui, di atas permukaan yang akan disiram, penambahan atau pengurangan jumlah aspal perlu

dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan;

6) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat; 7) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan dilakukan;

(6)

3.2.1.7 CARA PENGERJAAN 1. Persiapan Lapangan 2. Pengangkutan

3. Percobaan Penghamparan Agregat (Proof Section) 4. Penghamparan

 Penyiraman aspal  Penebaran Agregat

 Pemadatan dan Penyapuan

sesuaikan dengan jenis aspal pengikat yang digunakan, untuk pembukaan lalu lintas kecepatan normal, yaitu :

(1) aspal cair MC = 2 x 24 jam. (2) aspal cair RC = 6 jam. (3) aspal emulsi = 4 jam (4) aspal keras = 4 jam.

3.2.2 LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) 3.2.2.1 Maksud dan Tujuan

Maksud

Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana, pengawas lapangan, dan pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pelapisan permukaan jalan dengan laburan aspal dua lapis (BURDA).

Tujuan

Tujuan tata cara ini adalah :

1) Untuk menyeragamkan cara pelaksanaan pelapisan perkerasan jalan dengan

laburan aspal dua lapis agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan. 2) Untuk menghemat waktu pelaksanaan dan menghemat pemakaian bahan.

3.2.2.2 PERSYARATAN-PERSYARATAN Ikhwal yang dipersyaratkan, sebagai berikut : Bahan

1) untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disiapkan agregat dan aspal;

2) bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi kebutuhan; 3) dalam pemilihan agregat, hendaknya dipertimbangkan agregat yang akan digunakan merupakan agregat yang paling menguntungkan dalam penyerapan aspal;

4) sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu harus disiapkan persediaan bahan material, sehingga setiap saat dibutuhkan selalu tersedia, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keseragaman bahan serta kesinambungan pekerjaan;

(7)

3.2.2.3 PERALATAN

a. Peralatan di tempat penyimpanan bahan 1) ketel aspal;

2) kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor; 3) tongkat berskala pengukur volume (dipstick); 4) timbangan truk (truck sales);

5) loader;

6) skop, pahat dan alat bantu lainnya. b. Peralatan di Lapangan

1) pembersih permukaan jalan (compressor power broom); 2) penyemprot aspal (asphalt distributor, hand sprayer); 3) penebar agregat penutup (chip spreader);

4) truk jungkit (dump truck);

5) pemadat roda karet (pneumatic tyre roller);

6) kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk, dan alat bantu lainnya. 3.2.2.4 PELAKSANA

Pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) keselamatan para pelaksna dan pengawas serta masyarakat yang sedang berada dalam daerah pekerjaan;

2) masalah lingkungan;

3) kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan; 4) pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik;

5) penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada malam hari;

6) efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan normal

3.2.2.5 KETENTUAN-KETENTUAN

1) agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan terdiri dari agregat lapisan pertama dan agregat lapis kedua;

2) agregat harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kuat dan awet, bebas dari kotoran, lempung, debu atau bahan lain yang dapat mempengaruhi penyelimutan aspal;

3) agregat harus kering, bersudut, berukuran seragam dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :

(1) keausan dengan mesin Los Angeles 500 putaran lebih kecil 30% 1991) Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles;

(2) kelekatan terhadap aspal lebih besar 95% (SNI-03-2439-1991), Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal;

(3) perbandingan antara ukuran terbesar rata-rata (AGD) terhadap ukuran terkecil rata-rata (ALD) dari agregat penutup harus lebih kecil 2.3;

4) gradasi agregat penutup harus berada dalam batas-batas yang sesuai dengan masing-masing ukuran nominal agregat penutup;

5) pemilihan ukuran agregat penutup tergantung jenis dan kekerasan permukana yang ada dan volume lalu lintas per hari perjalur;

(8)

80/100, aspal cair (RC, MC), aspal emulsi kationik (CRS-1, CRS-2), yang harus memenuhi ketentuan yang berlaku;

7) bila menurut pereneana diperlukan bahan tambah sebagai bahan anti

pengelupasan dengan jumlah penggunaan tertentu harus dicampur dengan aspal didalam tangki distributor selama 30 menit untuk menghasilkan campuran yang seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.2.2.6 PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu yang harus dilaksanakan sebagai berikut:

1) agregat yang digunakan harus diperiksa, gradasi, kepipihan, kelekatan aspal,abrasi dan kebersihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

2) untuk jalan baru, lapis resap ikat harus diperiksa jumlah dan kerataannya ; 3) untuk jalan lama lapis ikat, sudah diperrhitungkan pada penyemprotan aspal pertama;

4) temperatur aspal pada aspal distributor harus selalu dijaga, supaya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan ;

5) jumlah pemakaian aspal per m2 harus selalu diperiksa dengan tongkat celup (dipstick) atau dengan meletakkan kertas yang berat, dan ukurannya sudah diketahui, di atas permukaan yang akan disiram; penambahan atau pengurangan jumlah aspal perlu dilakukan sesuai dengan kondisi permukaan;

6) jumlah penggunaan agregat harus diperiksa dengan meletakkan kertas yang berat dan ukurannya telah diketahui di atas permukaan yang akan ditutup agregat;

7) kerataan hamparan agregat harus mendapat perhatian sebelum pemadatan dilakukan;

8) periksa pada sambungan penyemprotan aspal arah memanjang selebar 20 cm tidak bolehh dicampur agregat penutup, sehingga penyemprotan tumpang tindih dilakukan dari jalur sebelahnya

3.2.2.7 CARA PENGERJAAN 1. Persiapan Lapangan 2. Pengangkutan

3. Percobaan Penghamparan Agregat 4. Penghamparan Lapis Pertama

(9)

3.2.3 SPESIFIKASI BAHAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) DAN BAHAN LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)

Maksud

Spesifiikasi bahan laburan aspal satu lapis (Burtu) dan bahan laburan aspal dua lapis (Burda) ini dimaksudkan sebagai acuan dalam menilai mutu aspal dan agregat yang digunakan.

Tujuan

Tujuan spesifikasi ini adalah untuk menjamin keseragaman dan keawetan laburan aspal satu lapis (BURTU) dan laburan dua lapis (BURDA). Spesifikasi Bahan

Aspal yang dapat digunakan sebagai bahan BURTU atau BURDA adalah : 1) aspal keras jenis penetrasi 120/I50;

2) aspal cair jenis MC-800 dan MC-3000;

3) aspal em"lsi kationik jenis CRS-1 dasn CRS-2.

Catatan :

a) Sebagai alternatif, dapat digunakan kekentalan Saybolt Furol dengan persyaratan sebagai berikut :

- Untuk MC-800 kekentalan Furol pada 82,2oC = 100 – 200 detik; - Untuk MC-3000 kekentalan Furol pada 82,2oC = 300 – 600 detik;

b) Bila daktilitas pada suhu 250oC kurang dari 100, bahan dapat diterima kalau daktilitas pada

(10)

a) Agregat yang akan digunakan untuk BURTU adalah BURDA harus terdiri dari batu pecah hasil mesin pemecah batu yang berukuran seragam

mendekati bentuk kubus;

(11)

3.2.4 MATERIAL 1.AGREGAT

a. Agregat Penutup

- kerikil pecah atau batu pecah keras, awet,bersih, berbentuk kubikal - keausan dengan mesin LA : maks 30%

kelekatan : min 95 %

- min 90% kerikil pecah( tertahan sar. 4,75mm) punya 2 bidang pecah, AGD/ALD<2,3 a. Agregat BURTU dan lapis pertama BURDA

* ukuran nominal : 13mm

* ukuran terkecil rata-rata (ALD) : 6,4-9,5 * persen maksimum lewat sar. 4,75 : 2

(12)

mengunci rongga-rongga lapisan pertama 2. ASPAL

a. aspal semen pen 80/100 atau pen 60/70diencerkan dengan minjak tanah

Untuk kepraktisan diambil 60/70 + 10 pph kerosin Untuk pen 80/100 + 8 pph kerosin

Bahan aspal tidak boleh dipanaskan pada suhupenyemprotan lebii dari10 jam

b. dalam hal tertentu dapat digunakan bahan antipengelupas (anti-stripping agent)

3.2.5 PERALATAN

a. Distributor Aspal tangki tersekat sempurna, penurunan suhu tidakmelampaui 2,5 C per jamb.

b. Alat Pemadat roda karet, lebar tidak kurang dari 1,5 m,mempunyai mesin penggerak sendiric.

c. Alat Penghampar * mesin penebar agregat dengan penggerak 4roda (four wheel drive belt spreader) * truk penghampar (2 buah)

d. Sapu ijuk kasar dan sikat mekanis

3.2.6 PEKERJAAN

1. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. kotoran dan bahan yang tidak dikehendaki pada permukaan yang akan dilabur harus dibersihkandengan alat penyapu mekanik atau kompresor,permukaan harus kering b. lubang-lubang diperbaiki/ditambal, tonjolan-tonjolan diratakan

c. prmukaan jalan lama tanpa penutup aspalterlebih dahulu diberi lapis resap pengikat secaramerata dan dibiarkan kering seluruhnya palingsedikit 48 jam

2. PEMAKAIAN BAHAN ASPAL

a. takaran pemakaian aspal tergantung ukuranterkecil rata-rata agregat

(13)

b. penyemprotan dilaksanakan merata. Distributordioperasikan sesuai grafik yang telah disetujui

c. suhu penyemprotan tidak boleh bervariasimelebihi 10 C dari tabel di depan d. terdapat bagian yang tumpang tindih sepanjang20 cm sepanjang sisi lajur yang bersebelahan

e. lokasi awal dan akhir penyemprotan dilindungibahan yang kedap

f. luas lokasi yang akan dilabur aspal diukursegera setelah penyemprotan selesai g. jumlah bahan aspal yang digunakan diukurdengan cara memasukkan tongkat celup kedalam tangki sebelum dan sesuda pemakaian

3.2.7 TAKARAN PENYEMPROTAN ASPAL R = (0,138 X ALD + e) X Tf

Dimana ;

R = takaran penyemprotan liter/m2 ALD = ukuran rata-rata terkecil (mm)

E = jumlah aspal yg diperlukan mengisitektur permukaan jalan lama. Tf = angka faktor yg tergantung padavolume lalu lintas.

3. MENGHAMPAR AGREGAT PENUTUP

a. agregat dalam bak truk harus cukup jumlahuntuk menutup bidang yang akan ditebar b. penghamparan harus dilaksanakan segerasetelah penyemprotan aspal dimulai,

danselesai dalam jangka 5 menit terhitung sejakselesai penyemprotan, setiap tempat yang tidaktertutup ditutup secara manual

c. BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak bolehlebih tebal dari satu batu 4. PENYAPUAN DAN PENGGILASAN

a. setelah hamparan agregat penutup diterima DP,hamparan digilas dengan dua alat pemadatroda karet, sebanyak kira-kira 6 gilasan

b. permukaan jalan dibersihkan dari agregat yangberlebihanc. sebelum menghampar lapis kedua BURDApermukaan disemprot aspal dengan bahan aspal 0,6-0,8 l/m2

3.2.8 PENGENDALIAN MUTU

a. contoh aspal dan sertifikat pada tiappengangkutan aspal ke lapangan

b. 2 liter aspal yang akan dihampar diambil daridistributor, saat awal dan saat menjelang akhir

c. pengujian mutu bahan agregat, satu contoh tiap75 m3 agregat d. Distributor aspal harus diperiksa dan diuji :

* sebelum mulai pekerjaan * setiap 6 bulan atau 150000 liter * kerusakan atau modifikasi

(14)

LEBURAN ASPAL SATU LAPIS (BURDA)

LEBURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada tugas ini, dapat disipulkan bahwa leburan aspal dua lapis lebih baik dibandingkan leburan aspal satu lapis, walaupun dari segi pengerjaan leburan aspal dua lapis membutuhkan waktu yang lebih lama dibadingkan dengan leburan aspal datu lapis.

Saran

(15)

 Ukuran hampir seragam  Bersih

 Tahan aus  Bentuk  Gradasi

 Kelekatan terhadap aspal

2. Digunakan aspal distributor, bukan hand sprayer

DAFTAR PUSTAKA

 SNI 03-3979-1995  SNI 03-3980-1995  SNI 03-6750-2002

 Burhan.blog.uns.ac.id>files>2010/05

(16)

 pip2bdiy.com>nspm>(burtu)danbahanlaburanaspaldualapis(burda)

 http://www.slideshare.net>basimwaheed>qasidaburdashareef  www.wikipedia.org

(17)

PENGHAMPARAN AGREGAT

PENGHAMPARAN AGREGAT LEBURAN ASPAL SATU LAPIS

PENGHAMPARAN BAHAN PEREKST ASPAL DENGAN AGREAGAT

PENGHAMPARAN LEBURAN ASPAL DUA LAPIS

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan menggunakan dua lapisan adalah untuk mengkombinasikan efek alir air pada lapis permukaan lapis bawah (base layer) yang menggunakan agregat yang lebih kasar dengan

Lapen (penetrasi macadam), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara

a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi seragam yang diikat oleh Mastik

Hubungan Lama Perendaman Dengan Rongga Dalam Agregat (VMA) Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) HRS-WC .... Hubungan Lama Perendaman Dengan Rongga Terisi Aspal (VFA) Lapis

Lapis aspal Beton (LASTON) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur,

Bubur Aspal Emulsi (slurry seal) adalah salah satu penerapan preservasi jalan berupa penambahan lapisan tipis dengan tebal maksimum 10 mm yang terdiri dari

a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi seragam yang diikat oleh Mastik

Dalam prosedur perancangan campuran lapis penutup dengan bubur aspal emulsi, Penyedia Jasa diwajibkan menyiapkan terlebih dahulu ketersediaan bahan agregat, bahan pengisi dan atau bahan