KONTRIBUSI KEMAMPUAN GURU, DISIPLIN, DAN FASILITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN PENGELASAN DI SMK
Agus Miyanto
SMK Negeri 1 Simpang Empat, Tanah Bumbu,, Kalsel Email: agusmiyanto78@gmail.com
HP. 081351315006
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi kemampuan guru, disiplin dan fasilitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran las listrik SMAW.Penelitian ini merupakan penelitian survei. Populasi penelitian berjumlah 198 siswa kelas X teknik pengelasan SMK di Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data meliputi analisis regresi linier sederhana dan regresi ganda. Hasil analisis data menggunakan bantuan program SPSS 16,0 for windows menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan guru, disiplin, dan fasilitas belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa dengan kontribusi bersama-sama sebesar 55,30%.
Kata Kunci: kompetensi guru, disiplin, fasilitas belajar, prestasi belajar siswa, las listrik
ABSTRACT
This study aims to find out the contribution of teachers’ competencies, students’ disciplines, and learning facilities toward students’ achievement. This study was a survey. The population comprised 198 first year students of Welding Engineering of Vocational High Schools in Yogyakarta. The data were collected by using a questionnaire. The data analysis techniques included linear regression and multiple regression analysis. The results of this study with SPSS 16,0 for windows program show that there is positive correlation between teachers’ competencies, students’ disciplines, and learning facilities with students’ achievement as an aggregate toward welding engineering of Vocational High Schools with 55.30% contribution.
Keyword: teachers’ competencies, disciplines, learning facilities, students’ achievement, welding.
PENDAHULUAN
Kehidupan pada era globalisasi menuntut manusia yang mempunyai
kehidupan kuat, unggul, dan kreatif. Manusia yang berfikir kreatif adalah manusia
yang mampu bersaing dan mampu memunculkan kreasi-kreasi yang baru. Jika
identitas. Sehubungan dengan itu, pendidikan memegang peranan penting karena
pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan
nasional dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Pendidikan mendapat pengaruh yang besar dari ilmu dan teknologi.
Karena dari situlah pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupaan
sosial, sebab pendidikan merupakan salah satu aspek sosial. Sekolah disadari atau
tidak disadari, mempunyai andil besar dalam perubahan sosial. Perubahan sosial
merupakan suatu keharusan dan sekolah tidak dapat absen dalam proses
perubahan tersebut.
Pendidikan merupakan pondasi penting untuk menentukan pembangunan
di masa yang akan datang bertambah maju atau sebaliknya. Lewat pendidikan
yang berkualitas akan dihasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memenuhi
standar. Sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang Nomor 20 bab II pasal
3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SPN) pasal 19, sudah jelas disebutkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan adalah Sumber Daya Manusia yang
memiliki keahlian profesional sebagai salah satu andalan utama. Hal ini ditinjau
dari kadar keahlian yang profesional dari tenaga kerja yang terlibat akan sangat
berpengaruh terhadap mutu yang dihasilkan. Untuk itu seorang pendidik (guru)
dituntut harus bekerja ektra keras dalam hal melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar di sekolah. Seorang guru/ instruktur harus bisa dengan mudah untuk
berinteraksi, berinsiprasi, berinovasi terhadap mata diklat yang akan disampaikan
kepada peserta didik. Sehingga peserta didik bisa termotivasi, berperan aktif,
belajar yang dimilikinya kelak siswa mampu memahami dan menguasai semua
keterampilan dan pengalaman yang disampaikan oleh guru/instruktur.
Pada kenyataannya bahwa, pendidikan belum sepenuhnya memberikan
pencerahan kepada masyarakat melalui nilai manfaat dari pendidikan itu sendiri.
Menurut Mungin Eddy Wibowo (2005:1), kenyataan di lapangan mutu pendidik
dan tenaga kependidikan masih memprihatinkan. Masyarakat banyak mengkritisi
sebagian dari pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya guru kurang mampu
melaksanakan pembelajaran secara efektif, bermakna dan menyenangkan. Dinas
Pendidikan Kabupaten Gunungkidul (2008), menyampaikan bahwa guru yang
mengajar di SMA, SMK, dan MA sebanyak 2.282 orang, dengan rincian layak
mengajar 1.642 (71,97%), semi layak mengajar 456 (19,99 %), dan tidak layak
mengajar 198 orang ( 8,67 %).” Ini membuktikan masih rendahnya kualitas
lulusan yang diakibatkan oleh beberapa faktor terutama faktor profesionalisme
guru dalam mengelola pembelajaran kepada peserta didik. Guru yang tidak
kompeten dibidangnya akan menghasilkan lulusan yang tidak kompeten pula.
Hasil Survei pra penelitian 16 Oktober 2010 pada kompetensi keahlian
teknik pengelasan SMK Negeri di DIY, masalah yang terjadi pada sekolah
tersebut adalah sering kesulitan siswa untuk menguasai kompetensi dasar
pengelasan dengan baik, hal ini dikarenakan Metode Pengajaran Praktik untuk 31
orang siswa masih menggunakan metode pengajaran dengan pola berkelompok
dengan didampingi oleh 2 orang instruktur/guru praktik.
Dalam pencapaian kompetensi peserta didik tidak bisa terlepas dari
lingkungan belajar dan disiplin belajar baik di tingkat keluarga, sekolah maupun
di masyarakat. Hal ini disebabkan karena dua faktor tersebut masing-masing
memiliki keterkaitan dengan pendidikan. Peserta yang dibiasakan bersikap
disiplin yang didukung oleh lingkungan belajar yang meliputi disiplin waktu,
disiplin ilmu dan disiplin kerja akan mempengaruhi kualitas prestasi belajar
peserta didik. Puri Listiani (2005) menyatakan dalam penelitiannya bahwa:
melalui pemberian tugas-tugas rumah dengan frekuensi yang lebih sering, 2)Walaupun iklim sekolah memberikan pengaruh yang lebih kecil terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan kedisiplinan siswa, tetapi untuk meningkatkan prestasi belajar hendaknya variabel ini harus dipertahankan, dan 3) Untuk pihak sekolah hendaknya meningkatkan iklim sekolah yang lebih baik melalui peningkatan standar tata tertib yang memberlakuan dan meningkatkan penindakan yang lebih tegas lagi kepada siswa yang melanggarnya serta menciptakan lingkungan sekolah yang lebih rapi dan bersih.”
Dari hasil survei lapangan tentang fasilitas belajar praktik siswa SMK
kompetensi keahlian teknik pengelasan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
diperoleh hasil bahwa fasilitas praktik masih terbatas jumlahnya tidak sebanding
dengan jumlah siswa praktik yang rata-rata tiap kelasnya berjumlah 32 siswa.
Karena keterbatasan alat praktik sehingga mengakibatkan timbulnya antrian siswa
dalam menunggu giliran praktik las. Fasilitas praktik yang dimiliki dari empat
SMK sebagai berikut.
Salah satu dari beberapa teori pendidikan kejuruan yang sudah lama
dikenal adalah teori Proser. Teori prosser dan Allen (Wonacott,2003:8),
menyebutkan bahwa:
The “first general theory of vocational education...Vocational education will be efficient in proportion as the environment in which the learner is trained is a replica of the environment in which he must subsequently work.” (p. 194)
The “second general theory of vocational education...Effective vocational training can only be given where the training jobs are carried on in the same way with the same operations, the same tools and the same machines as in the occupation itself.” (p. 195)
Dua teori Prosser di atas menjelaskan bahwa sekolah kejuruan akan efektif
jika siswa diajar di lingkungan dimana siswa dilatih yang merupakan
replika/tiruan dari lingkungan dimana siswa nanti akan bekerja materi yang sama,
cara yang sama, alat dan mesin yang sama di tempat siswa akan bekerja.
Jensen dan Nickelsen (2008) dalam Molan (2011:8) menyatakan belajar
adalah proses mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, konstruk mental,
atau nilai-nilai melalui studi, pengalaman, atau pengajaran yang menyebabkan
beberapa pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku/perbuatan dalam diri seseorang
yang dilaksanakan dan ia dalami melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman yang
ditopang dengan imbalan dan hukuman untuk dapat menguasai/memperoleh
informasi atau keterampilan yang relative permanent yang melibatkan sistem
penyimpanan, memori, organisasi kognitif dengan melibatkan perhatian yang
aktif- sadar dan bertindak menurut peristiwa baik di luar maupun di dalam suatu
organisasi.
Anne Ahira dalam www.anneahira.com menyebutkan bahwa prestasi
belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya digolongkan berdasarkan dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari dalam dirinya. Anne
Ahira menyatakan bahwa "prestasi belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya ada yang berasal dari faktor internal, yaitu : (a) kecerdasan; (b)
kesiapan; (c) motivasi; (d) minat; dan (e) kebiasaan belajar. Sedangkan Slameto
(2003:54) membedakan faktor intern menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah,
faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
yang berasal dari luar pembelajar (Anne Ahira dalam www.anneahira.com). Anne
Ahira menyebutkan bahwa "faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang
berasal dari eksternal diantaranya adalah biaya pendidikan, fasilitas belajar,
bimbingan orang tua, guru, kurikulum, dan lain sebagainya." Sedangkan Slameto
(2003:60) yang termasuk faktor eksternal adalah, faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor masyarakat.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan
kejuruan, guru memegang peran penting dalam pembelajaran. Guru merupakan
faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan mutu
yaitu interaksi guru dengan siswa tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru.”
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas guru
adalah kemampuan mengajar guru tersebut. Santrock (2007:7) menyatakan bahwa
guru yang efektif adalah guru yang memiliki strategi pengajaran yang baik dan
didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen
kelas. Dari pernyataan tersebut pada dasarnya seorang guru harus mempunyai dua
kompetensi sekaligus, yakni menguasai materi yang akan diajarkan (what to
teach) dan menguasai metode dan teknik mengajarkan materi kepada siswa (how
to teach). Dalam hal penguasaan materi pelajaran, guru harus berpengetahuan,
fleksibel, dan memahami materi.
Secara lebih rinci, Leighbody dan Kidd (1968:21) menyebutkan sekaligus
memberikan tuntunan kepada instruktur dalam hal ini adalah guru yang mengajar
kompetensi praktik. Tuntunan tersebut dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap:
1) persiapan, 2) presentasi, 3) aplikasi, dan 4) evaluasi. Komponen pengajaran
sebagai dimensi proses belajar mengajar disampaikan Nana Sudjana (2005:57)
setidaknya mencakup: (1) tujuan pengajaran atau tujuan instruksional, (2) bahan
pengajaran, (3) kondisi siswa dan kegiatan belajarnya, (4) kondisi guru dan
kegiatan mengajarnya, (5) alat dan sumber belajar yang digunakan, dan (6) teknik
dan cara pelaksanaan penilaian.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV
pasal 10 tentang kompetensi guru, dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 74 Tahun 2008 bab II
pasal 3 tentang Guru, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru merumuskan bahwa
ada empat kompetensi utama guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan.
Kepribadian manusia merupakan gabuangan dari berbagai sifat dan konsep
diri seseorang. Jika dikaji lebih dalam sebenarnya proses ini sudah berjalan
seseorang. Berkaitan dalam hal ini, isiplin merupakan istilah yang sudah
memasyarakat di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal
adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah
disiplin yang lain.
Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Sementara itu Azizi , Jamaludin, Syahrin, et al. (2009:660) menyebutkan bahwa, “discipline is rudimentary ingredient that plays a crucial in school system, with insists on upholding the moral values of student.” Maksud dari pernyataan di atas adalah disiplin merupakan suatu perilaku yang dimiliki seseorang dimana perilaku
tersebut menekankan menjunjung nilai moral tinggi siswa.
Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan
sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu
membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku,
menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib,
dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru
juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Bear (2010:1)
meyebutkan bahwa:
“Effective schools make this only one part of a much more comprehensive plan. a comprehensive school-wide plan consicts of full range of evidence-based strategies and techniques to achieve four important goals: a) developing self-discipline, b) preventing misbehavior. c) correcting misbehavior, d) re-mediating and responding to serious and chronic behavior problems.”
Fasilitas adalah sarana dan prasarana. Fasilitas praktik merupakan hal yang
sangat penting dalam kelancaran pembelajaran praktik siswa. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Storm (1979:33) yang menyebutkan bahwa “Occupational education facility requirements depend on two factors: first, the time devoted to
specialized laboratory learning; second, the degree of multipurpose use for the instructional areas.” Dalam pernyataan Storm menyebutkan bahwa persyaratan fasilitas pendidikan SMK tergantung dua faktor (1) waktu belajar di laboraturium;
Lawanson, et.al. (2011:497) menyatakan bahwa: School facilities are all the
things that are needed for effective teaching–learning process to take place. They
are designed to enhance the process of teaching. Artinya fasilitas sekolah adalah
semua hal yang diperlukan untuk proses proses belajar mengajar yang efektif
yaitu yang dirancang untuk meningkatkan proses pengajaran.
Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar
merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung,
ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. M. Daryanto
(2008:51) menyatakan bahwa jenis peralatan dan perlengkapan yang disediakan di
sekolah dan cara-cara pengadministrasiannya mempunyai pengaruh besar
terhadap program mengajar-belajar. Tidak adanya fasilitas sekolah menyiratkan
non-eksistensi dari setiap set up yang dapat disebut sebagai sekolah.
Oleh sebab itu, Pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan tenaga
kependidikan, kurikulum, buku pelajaran, dan peralatan pendidikan dari satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah sebagai sarana dan prasarana
umum pada sebuah lembaga pendidikan sangat diperlukan dan harus dipenuhi.
Proses belajar mengajar akan semakin sukses jika ditunjang dengan adanya
fasilitas belajar atau yang dikenal dengan sebutan sarana dan prasarana
pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang
menyediakan warga sekolah berkontribusi secara maksimal dalam meningkatkan
mutu pendidikan (Depdiknas, 2006: 13).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu melaksanakan penelitian
mengenai kontribusi kemampuan guru, disiplin, dan fasilitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran pengelasan di SMK.
METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitiansurvei. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif melalui metode angket.
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri dan SMK Swasta di wilayah propinsi
Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari 2012 sampai dengan April 2012.
Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMK kompetensi keahlian teknik
pengelasan di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan
tiga cara yakni dengan metode penyebaran angket, observasi, dan dokumentasi.
Pengujian validitas instrumen meliputi validitas teoritis dan empiris. Validitas
teoritis dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen kepada dua orang ahli
(judgement expert), sedangkan validitas empiris dengan mengkorelasikan skor
butir dengan skor total. Estimasi reliabilitas menggunakan rumus alpha Cronbach.
Uji coba instrumen menggunakan uji coba terpakai. Teknik analisis data meliputi
analisis regresi linier sederhana dan regresi ganda. Sedangkan uji signifikansi
menggunakan uji-t dan uji F dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum analisis data,
dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas, linearitas, dan
multikolinearitas. Analisis data menggunakan bantuan komputer program SPSS
15,0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu mencari pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menganalisis data
penelitian, digunakan teknik analisis regresi linier sederhana dan regresi ganda.
1. Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Kemampuan Guru (X1) Terhadap
Prestasi Belajar Siswa(Y)
Persamaan regresi linier sederhana variabel kemampuan guru(X1) terhadap
prestasi belajar siswa disajikan pada tabel berikut.
Tabel 84
Regresi Linier Sederhana
Variabel Kemampuan Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Coeffi cientsa
63.128 1.920 32.879 .000
.089 .011 .512 8.348 .000
(Constant) Guru Model
1
B St d. Error Unstandardized
Coef f icients
Beta St andardized Coef f icients
t Sig.
Berdasarkan tabel di atas, maka didapatlah persamaan regresi Y=63,128 +
0,089 X1. Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kemampuan
guru memberikan pengaruh secara positif terhadap variabel prestasi belajar siswa.
Persamaan regresi tersebut berfungsi untuk memprediksi variabel Y dengan
menggunakan variabel X1. Artinya jika tidak ada pengaruh variabel X1 maka nilai
variabel Y= 63,128, dan jika nilai variabel X1= 1 maka variabel Y akan meningkat
sebesar 0,089 menjadi 63,217.
2. Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Disiplin Belajar (X2) Terhadap
Prestasi Belajar Siswa(Y)
Persamaan regresi linier sederhana variabel disiplin(X2) terhadap prestasi
belajar siswa(Y) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 86
Regresi Linier Sederhana
Variabel Disiplin Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan tabel di atas, maka didapatlah persamaan regresi Y=68,917 +
0,117X2. Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel disiplin
memberikan pengaruh secara positif terhadap variabel prestasi belajar siswa.
Persamaan regresi tersebut berfungsi untuk memprediksi variabel Y dengan
menggunakan variabel X2. Artinya jika tidak ada pengaruh variabel X2 maka nilai
variabel Y= 68,917, dan jika nilai variabel X2= 1 maka variabel Y akan meningkat
sebesar 0,117 menjadi 69,034.
3. Uji Regresi Linier Sederhana Variabel Fasilitas Belajar Siswa(X3)
Terhadap Prestasi Belajar Siswa(Y)
Persamaan regresi linier sederhana variabel fasilitas belajar siswa(X3)
terhadap prestasi belajar siswa(Y) disajikan pada tabel berikut.
Coefficien tsa
68.917 .891 77.377 .000
.117 .010 .636 11.526 .000
(Constant) Disbel Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coef f icients
Beta Standardized Coef f icients
t Sig.
Tabel 88
Regresi Linier Sederhana
Variabel Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan tabel tabel di atas, maka didapatlah persamaan regresi
Y=69,694 + 0,080X3. Dari model persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
variabel fasilitas belajar memberikan pengaruh secara positif terhadap variabel
prestasi belajar siswa. Persamaan regresi tersebut berfungsi untuk memprediksi
variabel Y dengan menggunakan variabel X3. Artinya jika tidak ada pengaruh
variabel X3, maka nilai variabel Y= 69,694, dan jika nilai variabel X3= 1 maka
variabel Y akan meningkat sebesar 0,080 menjadi 69,774.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif secara sendiri-sendiri antara variabel kemampuan guru(X1),
disiplin(X2), dan fasilitas belajar siswa(X3) terhadap prestasi belajar siswa (Y).
4. Uji Regresi Ganda 3 prediktor
Hasil koefisien korelasi regresi ganda tiga prediktor variabel bebas yaitu
kemampuan guru(X1), disiplin(X2), fasilitas belajar (X3) secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel terikat prestasi belajar siswa (Y) dengan bantuan
program SPSS versi 15 secara ringkas dapat diamati dalam tabel berikut.
Tabel 89
Koefisien Korelasi Regresi Tiga Prediktor Variabel Kemampuan Guru, Disiplin dan Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Coeffi ci entsa
69.694 .714 97.649 .000
.080 .006 .689 13.312 .000
(Constant) Fasbel Model
1
B St d. Error
Unstandardized Coef f icients
Beta St andardized Coef f icients
t Sig.
Dependent Variable: N_SMAW a.
Model Summaryb
.743a .553 .546 1.01225
Model 1 R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Est imat e
Predictors: (Constant), Fasbel, Guru, Disbel a.
Berdasarkan tabel di atas, variabel kemampuan guru, disiplin, dan fasilitas
belajar secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dengan prestasi
belajar (Y) sebesar 0.743. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat
antara variabel fasilitas dan prestasi belajar siswa. Koefisien determinasi atau
sumbangan efektif variabel kemampuan guru, disiplin, dan fasilitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa sebesar =55,3%. Artinya 44,7%
prestasi belajar siswa dipengaruhi faktor lain diluar faktor ketiga variabel bebas
yakni kemampuan guru, disiplin, dan fasilitas belajar.
Persamaan regresi ganda tiga prediktor variabel kemampuan guru(X1),
disiplin(X2), dan fasilitas belajar siswa(X3) terhadap prestasi belajar siswa (Y)
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 90
Hasil Uji Hipotesis Uji t
Berdasarkan tabel di atas, maka didapatlah nilai konstanta a=63,266,
b1= 0,032, b2= 0,053, b3=0,046. Jadi model persamaan garis regresi ganda tiga
prediktor dari analisis tersebut adalah Y=63,266+0,032X1 + 0,053X2 + 0,046X3.
Model persamaan regresi ganda tiga prediktor yang telah didapatkan tersebut
dapat memberikan gambaran bahwa ketiga prediktor yang terdiri dari kemampuan
guru, disiplin, dan fasilitas belajar siswa dapat digunakan untuk memprediksi
kriterium prestasi belajar siswa pada mata pelajaran las SMAW. Hal ini
mengandung makna bahwa prestasi belajar siswa kelas X SMK kompetensi
keahlian teknik pengelasan di Yogyakarta dipengaruhi oleh variabel kemampuan
guru, disiplin, dan fasilitas belajar siswa.
Coeffici entsa
63.266 1.536 41.177 .000
.032 .010 .184 3.265 .001
.053 .012 .288 4.403 .000
.046 .008 .399 5.753 .000
(Constant) Guru Disbel Fasbel Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coef f icients
Beta Standardized Coef f icients
t Sig.
PEMBAHASAN
1. Kemampuan guru berkontribusi secara positif terhadap prestasi belajar
siswa kelas X SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan di
Yogyakarta.
Hasil hipotesis membuktikan bahwa terdapat kontribusi yang positif
antara kemampuan guru terhadap prestasi belajar siswa. Besarnya korelasi
variabel kemampuan guru terhadap prestasi belajar siswa sebesar 0,512, dengan
sumbangan efektif 26,20%. Persamaan regresi linier sederhana untuk variabel
tersebut adalah Y= 63,128 + 0,089X1. Artinya setiap kenaikan satu satuan
variabel X1 maka akan variabel Y akan meningkat menjadi 63,217. Sementara itu
jika ditinjau dari analisis regresi ganda tiga prediktor kemampuan guru, disiplin,
dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar akan menghasilkan persamaan
regresi Y=63,266 + 0,032X1. Artinya apabila variabel independen lain nilainya
tetap dan variabel kemampuan guru(X1) mengalami kenaikkan satu satuan,
maka nilai prestasi belajar siswa(Y) akan mengalami kenaikkan sebesar 0,032
sehingga menjadi 63,298. Koefisien bernilai positif artinya adanya pengaruh
yang positif antara kemampuan guru (X1) terhadap prestasi belajar siswa (Y).
Semakin meningkat kemampuan guru (X1) maka semakin meningkat pula
prestasi belajar siswa (Y).
Untuk memperbaiki kompetensi, maka di dalam pelaksanaan proses
pembelajaran idiealnya seorang guru profesional paling tidak melakukan
beberapa langkah pembelajaran secara teratur sebagaimana disampaikan oleh
Gagne dalam Swain PH.(2003:284) yakni: (1) gain attention, artinya, dalam
proses pembelajaran guru harus selalu memberikan perhatian kepada siswa
untuk meumbuhkan rasa keinginan/motivasi, kesenangan, keingintahuan dan
keinginan memperoleh sesuatu yang diceritakan/diberikan guru kepada siswa;
(2) inform learner of objectives, artinya, membiarkan siswa mengetahui apa yang
akan dipelajarinya dengan cara memberitahu tentang tujuan pembelajaran yang
mana pengetahuan yang akan dilaksanakan; (3) recall prior knowledge , artinya
guru memberikan materi pelajaran membiasakan diri berdasar atas pengetahuan
berusaha menyajikan pembelajaran dengan menarik, mendemonstrasikan materi
ajar tanpa meninggalkan disiplin kerja praktik sesuai SOP sehingga dapat
menimbulkan rangsangan bagi siswa untuk mencobanya; (5) provide guided
learning, artinya ketika siswa melaksanakan praktik, siswa diberikan panduan
dan bantuan agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik pada saat
pembelajaran berlangsung; (6) elicit performance, artinya menampilkan kinerja
yang baik dan berantusias balam bekerja dan belajar; (7) profit feedback, artinya
guru selayaknya membiasakan diri untuk memberi umpan balik yang baik
kepada siswa dengan cara memberitahu kinerja siswa masing-masing ,
berkeliling disekitar siswa praktik yang bertujuan untuk memantau, mengevaluasi
dan mendampingi siswa dalam belajar praktik; (8) assess performance, artinya
memberikan penilaian mengacu pada pedoman penilaian yang telah dibuat dan
telah disosialisasikan kepada siswa dengan cara penilaian obyektif dan adil (9)
enhance retention and transfer, artinya setiap akhir dan awal pembelajaran guru
membiasakan diri untuk mengajak siswa mengingat-ingat dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang basu atau sudah dipelajari. Selain daripada
itu,
2. Disiplin belajar siswa berkontribusi secara positif terhadap prestasi
belajar siswa kelas X SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan di
Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin secara berdiri sendiri/tanpa
dipengaruhi variabel lain berkorelasi positif terhadap prestasi belajar sebesar
0,636 dengan sumbangan efektif 40,40%. Persamaan regresi linier sederhana
untuk variabel tersebut adalah Y=68,917+0,117X2. Artinya setiap kenaikan satu
satuan variabel X2 maka akan variabel Y akan meningkat menjadi 69,034.
Sedangkan jika disiplin belajar ditinjau secara parsial dengan dipengaruhi oleh
variabel bebas yang lain seperti variabel kemampuan guru, dan fasilitas belajar
dianalisis akan menghasilkan persamaan regresi secara parsial variabel disiplin
terhadap prestasi belajar berupa Y= 63,266 + 0,053X2. Artinya apabila variabel
independen lain nilainya tetap dan disiplin(X2) mengalami kenaikkan satu satuan,
Kedua jenis analisis regresi tersebut mengandung makna bahwa analisis tersebut
menguatkan/membuktikan hipotesis yang berbunyi: disiplin belajar siswa(X2)
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa (Y) itu adalah benar. Arah pengaruh
pada koefisien regresi menunjukkan arah positif, artinya semakin tinggi disiplin,
maka semakin tinggi prestasi belajar yang akan diperoleh siswa dalam praktik las
listrik SMAW.
Pengembangan karakter kerja salah satunya berupa penanaman kedisiplin
dalam berperilaku,belajar, dan bekerja (seperti bersemangat bekerja/tidak
bermalas-malasan, mematuhi peraturan sekolah dan bengkel dengan penuh
kesadaran diri, menggunakan alat keselamatan kerja dan peralatan sesuai
fungsinya, tahu pekerjaan tanpa disuruh atau dipaksa) bagi siswa SMK
merupakan aspek penting dalam menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan
berhasil dalam pekerjaannya. Oleh karena itu diperlukan kajian model
pengembangan karakter kerjauntuk kesiapan kerja yang terintegrasi dalam proses
pembelajaran dengan berbagai strateginya. Siswa SMK harus dipersiapkan untuk
menghadapi real job yang ada di dunia usaha dan industri.
3. Fasilitas belajar berkontribusi secara positif terhadap prestasi belajar
siswa kelas X SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan di
Yogyakarta.
Bahan praktik kerja las listrik SMAW pada SMK kompetensi keahliah
teknik pengelasan secara umum melalui penilaian angket masuk kategori sangat
baik dengan skor aktual sebesar 2118 (skor rata-rata aktual 10,70) atau 89,14%
dari yang diharapkan, skor idealnya sebesar 2376 (skor rata-rata ideal 12). Hasil
pengamatan data dilapangan menunjukkan bahwa tercukupinya bahan praktik
berupa pelat strip dan elektroda untuk siswa praktik. Hasil hipotesis membuktikan
bahwa fasilitas berkorelasi positif terhadap prestasi belajar sebesar 0,689 dengan
sumbangan efektif 47,50%. Persamaan regresi linier sederhana untuk variabel
tersebut adalah Y=69,694+0,080X3. Artinya setiap kenaikan satu satuan variabel
X3 maka akan variabel Y akan meningkat menjadi 69,774, sedangkan jika ditinjau
prediktor kemampuan guru, disiplin, dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar
akan menghasilkan persamaan regresi Y=63,266 + 0,046X3. Artinya apabila
variabel independen lain nilainya tetap dan X3 mengalami kenaikkan 1 satuan,
maka nilai Y akan mengalami kenaikkan sebesar 0,046. Koefisien bernilai positif
artinya adanya pengaruh yang positif antara fasilitas belajar siswa (X3) terhadap
prestasi belajar siswa(Y). Semakin baik/layak dan memadai fasilitas belajar siswa
(X3) maka semakin baik pula prestasi belajar siswa (Y).
Berdasarkan data yang telah disampaikan di atas, terlihat bahwa fasilitas
belajar yang telah disajikan di atas, secara umum memang harus ditingkatkan
hingga mencapai kategori sangat baik (86-100% dari kualitas yang diharapkan).
Hal ini bertujuan untuk mencapai kualitas fasilitas yang maksimal sesuai dengan
ketentuan ideal setiap fasilitas, sehingga siswa dapat menggunakan fasilitas satu
mesin satu siswa dengan tidak saling menunggu atau berebutan.
Untuk memperbaiki skor indikator terendah, maka di dalam setiap tahun
anggaran baru paling tidak selalu diadakan revitalisasi perlengkapan keselamatan
dan kesehatan kerja. Sehingga pelaksanaan pembelajaran praktik mendukung
pelaksanaan penegakkan keselamatan di dalam kerja. Sebagaimana telah
disebutkan Menteri tenaga kerja juga secara khusus mengeluarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja (SMK3). Dalam peraturan ini dijelaskan mengenai tujuan dan
sasaran system manajemen K3, penerapan system manajemen K3, audit system
manajemen K3, mekanisme pelaksanaan audit dan sertifikasi K3. Dalam
lampiran peraturan tersebut diuraikan mengenai Pedoman Penerapan Sistem
Manajemen K3 Yang terdiri dari: Komitmen dan kebijakan, Perencanaan,
Penerapan, serta Pengukuran dan Evaluasi.
Dengan adanya kualitas fasilitas yang mempunyai kualitas sangat baik dan
disertai dengan terdianya perlengkapan keselamatan kerja yang memadai
jumlahnya, maka waktu pembelajaran menjadi lebih efisien sehingga target waktu
pencapaian kompetensi siswa akan terpenuhi, disamping itu juga kesempatan
siswa untuk berlatih dapat secara maksimal dimiliki siswa dikarenakan tidak
hasil las. Hal ini akan berdampak prestasi belajar akan semakin meningkat seiring
adanya peningkatan kualitas fasiltas belajar siswa yang baik, lengkap dan aman.
4. Kemampuan guru, disiplin dan fasilitas belajar siswa secara
bersama-sama berkontribusi secara positif terhadap prestasi belajar siswa kelas X
SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan di Yogyakarta.
Berdasarkan hasil hipotesis dapat dibuktikan bahwa terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara kemampuan guru (X1), disiplin (X2) dan
fasilitas belajar siswa (X3) secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa
kelas X SMK kompetensi keahlian teknik pengelasan pada mata pelajaran las
listrik SMAW. Besarnya kontribusi variabel-variabel bebas ini terhadap prestasi
belajar siswa adalah sebesar 55,30%. Artinya 44,7% prestasi belajar siswa
dipengaruhi faktor lain diluar faktor ketiga variabel bebas yakni kemampuan guru,
disiplin, dan fasilitas belajar. Persamaan regresi ganda tiga pediktor ini adalah Y=
63,266 + 0,032X1 + 0,053X2 + 0,046X3.
Seiring dengan lingkup pendidikan pendidikan nasional yang telah
disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahu
2005 bab II pasal 2 yang menyebutkan bahwa Lingkup Standar Nasional
Pendidikan meliputi: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi
lulusan,(4) sandar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan
prasarana, (6)standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar
penilaian pendidikan, maka pentingnya kontribusi variabel kemampuan guru,
disiplin dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar siswa memang bukan hal
yang baru. Hal itu disebabkan karena variabel kemampuan guru adalah hal yang
sangat fundamental sebagai prime mover proses pembelajaran. Guru sebagai
fasilitator pada konsep teacher centered berperan penting memberi arah dan
bimbingan terhadap proses pembelajaran yang dijalani oleh siswa. Keterlibatan
guru secara dominan pada konsep teacher centered memang telah berkurang jauh,
guru memberi ruang yang cukup besar pada siswa untuk mengeksplorasi
kemampuan mereka dengan tetap mengacu pada hal-hal prinsip yang tidak boleh
yang menjadi acuan sebab proses praktik senantiasa berhubungan dengan alat
yang artinya berkaitan dengan keselamatan kerja. Oleh karena itu variabel disiplin
belajar siswa menjadi acuan dasar yang diupayakan aksimal untuk senantiasa
diikuti.
Analisis di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa variabel
kemampuan guru, disiplin, dan fasilitas belajar siswa mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Dari sinilah konsep sekolah efektif berkaitan langsung dengan
mutu kinerja sekolah. Kemampuan profesional guru direfleksikan pada
mutu pengalaman pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses
belajar mengajar. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh: (1) kinerja guru dalam
mengemban amanat untuk mendidik siswa menjadi siswa berkarakter baik,
cerdas dan terampil, (2) tingkat penguasaan guru terhadap bahan pelajaran dan
penguasaan struktur konsep-konsep keilmuannya. (2) metode, pendekatan,
gaya/seni dan prosedur mengajar, (3) pemanfaatan fasilitas belajar secara efektif
dan efisien, (4) pemahaman guru terhadap karateristik kelompok dan perorangan
siswa, dan (5) disiplin bejar siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel kemampuan guru terhadap prestasi belajar siswa berkorelasi positif
sebesar 0,512, dengan sumbangan efektif 26,20%.
2. Variabel disiplin belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa berkorelasi
positif sebesar 0,636 dengan sumbangan efektif 40,40%.
3. Variabel fasilitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa berkorelasi
positif sebesar 0,689 dengan sumbangan efektif 47,50%.
4. Variabel kemampuan guru, disiplin dan fasilitas belajar siswa secara simultan
terhadap prestasi belajar siswa berkorelasi positif sebesar 0,743 dengan
SARAN
Saran dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengadakan peninjuan ulang tentang supervisi proses pembelajaran dan
memperbaiki sistem kinerjanya, sesuai aturan.
2. Sekolah mengadakan peningkatan kualitas profesionalisme guru dengan
pembinaan dan pelatihan tentang evaluasi diri serta self achievement training.
3. Penegakkan disiplin belajar dan disiplin dalam bekerja secara konsisten oleh
warga sekolah untuk menciptakan budaya disiplin yang terbaik di SMK yang
diawali dari keteladanan kepala sekolah, para guru, dan karyawan.
4. Pihak sekolah memfasilitasi dan melengkapi perlengkapan kesehatan, dan
keselamatan kerja, serta memaksimalkan penggunaan fasilitas yang ada di