• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan sistem kompensasi dengan kinerj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan sistem kompensasi dengan kinerj"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Kategori: Artikel Ilmiah Diposting oleh : Administrator Dibaca : 617 kali Pada : Senin, 07 April 2014 - 10:57:03 WIB

HUBUNGAN SISTEM KOMPENSASI DENGAN KINERJA PEGAWAI

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN AMBON

Oleh : Edoardus J. Ohoiledwarin

Abstrak

Hubungan sistem kompensasi dengan kinerja pegawai selalu diperbincangkan oleh para pegawai. Pokok utama yang diperbincangkan adalah sistem kompensasi yang selalu merata untuk semua pegawai berdasarkan golongan dan masa dinas tanpa memperhitungkan kinerja seseorang. Sistem seperti ini menyebabkan sebagian besar pegawai menjadi malas dan minimalis dalam bekerja. Berdasarkan kenyataan tersebut penulis melakukan penelitian di Balai Diklat Keagamaan Ambon. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sistem kompensasi dengan kinerja para pegawai di Balai Diklat Keagamaan Ambon. Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengambilan data menggunakan instrument. Sumber datanya berasal dari pegawai Balai DIklat Keagamaan Ambon. Teknik analisa data menggunakan korelasi produk momen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara sistem kompensasi dengan kinerja pegawai, namun hubungan tersebut berada dalam level lemah.

Kata Kunci : kompensasi, kinerja, pegawai

1. A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

(2)

misalnya melalui penanaman disiplin dan pembinaan mental kepada pegawai. Pembinaan tersebut diharapkan dapat mendorong pegawai untuk bekerja dengan baik.

Kinerja yang baik dapat terjaga apabila organisasi pemerintah memiliki cara-cara yang dapat mendorong dan memotivasi pegawai untuk tetap menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Menurut Mahmudi (2005.179) kinerja tidak dapat dilepaskan dari kompensasi. Oleh karena itu kompensasi menjadi salah satu elemen kunci dalam meningkatkan kinerja pegawai.

Dalam kenyataanya, system kompensasi yang diterapkan di Balai Diklat Kegamaan Ambon sama dengan system kompensasi yang dipakai untuk seluruh organisasi pemerintah. Sistem kompensasi dalam organisasi pemerintah memiliki perbedaan dengan organisasi swasta. Bahkan, di dalam organisasi pemerintah juga terdapat diferensiasi sistem kompensasi yaitu antara unit organisasi tertentu dengan yang lainnya. Secara nasional, pemerintah memang mengatur gaji pokok Pegawai Negeri Sipil (PNS) sama rata-sama rasa. Namun dalam praktiknya, di luar gaji, banyak insentif-insentif lainnya (tunjangan, remunerasi, gaji ke-13) diberikan kepada PNS yang angka nominalnya tidak sama antara satu instansi dengan instansi lainnya. Jumlah insentif insentif tersebut bila dikalkulasikan seluruhnya, bisa berkali lipat melebihi jumlah gaji pokok yang diterima oleh masing-masing pegawai.

Sistem kompensasi yang berjalan selama ini menjadi penghambat gerak reformasi kepegawaian publik (civil service reform) di Indonesia. Persoalan kompensasi seringkali ditengarai menjadi penyebab rendahnya kinerja birokrat karena penentuan gaji tidak didasarkan atas kinerja, melainkan karena pertimbangan kepangkatan dan senioritas. Kondisi ini menjadi masalah karena setiap orang digaji dengan bayaran yang sama walaupun kinerjanya berbeda. Situasi ini menjadi kondisi problematic manajemen kepegawaian di Indonesia seperti yang disampaikan oleh Prasojo (2009: 86) yaitu carut marutnya sistem penggajian dan penilaian kinerja. Sudah menjadi rahasia umum bahwa gaji PNS di Indonesia dibayarkan secara sama tanpa memperhatikan kinerja. Dengan bahasa sarkastik, sistem penggajian seperti ini sering disingkat dengan PGPS (pinter goblok, penghasilan sama).

Sebagai pegawai instansi pemerintah, pegawai Balai Diklat Keagamaan Ambon juga mengalami system kompensasi yang sama. Hal ini menyebabkan kualitas kinerja pegawai menurun dan bahkan beberapa pegawai cenderung mencari penghasilan tambahan di luar Balai Diklat Keagamaan Ambon. System kompensasi yang diterapkan pemerintah ternyata memiliki hubungan yang erat dengan kinerja pegawai. Penelitian ini akan menjelaskan hubungan tersebut.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah terdapat hubungan antara system kompensasi dengan kinerja pegawai pada Balai Diklat Keagamaan Ambon?

(3)

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara system kompensasi dengan kinerja pegawai pada Balai Diklat Keagamaan Ambon

1. B. Kajian Teori, Metode, Hasil dan Pembahasan

1. Kajian Teori

1. System Kompensasi 1) Pengertian kompensasi.

Anthony dan Govindarajan (2005:249) mengemukakan bahwa : Setiap organisasi memiliki tujuan. Suatu peranan penting dari sistem pengendalian manajemen adalah untuk memotivasi para anggota organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu cara yang paling efektif untuk memotivasi para anggota organisasi adalah dengan memberikan kompensasi atau insentif kepada mereka. Manajer biasanya melakukan usaha yang lebih besar untuk aktivitas-aktivitas yang dihargai dan lebih sedikit untuk aktivitas-aktivitas yang tidak dihargai.

Ada beberapa definisi kompensasi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya Sastrohadiwiryo (2005:181) mengemukakan bahwa : Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Martoyo (2007:116) “kompensasi adalah pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi employers maupun employees baik yang langsung berupa uang (finansial) maupun yang tidak langsung berupa uang (nonfinansial)”. Menurut Hasibuan (2008:118) “kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”. Seberapa besar kompensasi diberikan harus sedemikian rupa sehingga mampu mengikat para karyawan. Hal ini adalah sangat penting sebab bila kompensasi yang diberikan kepada para karyawan terlalu kecil dibandingkan badan usaha lain, maka hal ini dapat menyebabkan karyawan pindah ke badan usaha yang lain. “Oleh karena itu, perhatian organisasi terhadap pengaturan kompensasi secara benar dan adil merupakan hal yang sangat penting” (Martoyo, 2007:86).

2) Jenis-Jenis Kompensasi

(4)

nonkeuangan berupa ruang kerja yang memiliki lokasi istimewa, peralatan kantor yang istimewa, tempat parkir khusus, gelar istimewa dan sekretaris pribadi. Nawawi (2005:316-317) secara garis besar membagi kompensasi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Kompensasi Langsung

Penghargaan/ganjaran yang disebut gaji atau upah, yang dibayar secara tetap berdasarkan tenggang waktu yang tetap.

2. Kompensasi Tidak Langsung

Pemberian bagian keuntungan/manfaat bagi para pekerja di luar gaji atau upah tetap, dapat berupa uang atau barang.

3. Insentif

Penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau sewaktu-waktu.

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum kompensasi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan bentuk kompensasi dan cara pemberiannya. Syaifullah (2005:9) membagi kompensasi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

Kompensasi berdasarkan bentuknya, terdiri atas kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial. Kompensasi berdasarkan cara pemberiannya, terdiri atas kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung. Kompensasi finansial langsung terdiri atas bayaran (pay) yang diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus, atau komisi. Sedangkan kompensasi finansial tidak langsung yang merupakan tunjangan, meliputi semua imbalan finansial yang tidak mencakup dalam kompensasi finansial langsung seperti program asuransi tenaga kerja (jamsostek), pertolongan sosial, pembayaran biaya sakit (berobat), cuti dan lain-lain. Kompensasi nonfinansial merupakan imbalan dalam bentuk kepuasan seseorang yang diperoleh dari pekerjaan itu sendiri, atau dari lingkungan baik secara fisik atau psikologis dimana orang tersebut bekerja. Ciri dari kompensasi nonfinansial ini meliputi kepuasan yang didapat dari pelaksanaan tugas-tugas yang bermakna yang berhubungan dengan pekerjaan.

3) Fungsi dan Tujuan Pemberian Kompensasi

(5)

1. Pengalokasian sumber daya manusia secara efisien. Fungsi ini menunjukkan pemberian kompensasi pada karyawan yang berprestasi akan mendorong mereka untuk bekerja dengan lebih baik.

2. Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif. Dengan pemberian kompensasi kepada karyawan mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan tenaga karyawan tersebut dengan seefisien dan seefektif mungkin.

3. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Sistem pemberian kompensasi dapat membantu stabilitas organisasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.

Tujuan pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2008:121-122) adalah sebagai berikut:

1. Ikatan Kerja Sama. Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

2. Kepuasan Kerja. Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.

3. Pengadaan Efektif. Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.

4. Motivasi. Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.

5. Stabilitas Karyawan. Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-over relatif kecil.

6. Disiplin. Pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari dan menaati peraturan-peraturan yang berlaku.

7. Pengaruh Serikat Buruh. Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.

(6)

1. Memperoleh karyawan yang berkualitas dengan cara menarik karyawan yang handal ke dalam organisasi. Jika kompensasi yang diberikan tinggi, maka banyak orang yang berminat bekerja di tempat tersebut, sehingga seleksi dapat dilakukan dengan cara yang sangat ketat.

2. Meningkatkan gairah dan semangat kerja melalui memotivasi karyawan untuk mencapai prestasi unggul. Ini akan berhasil jika insentif yang diterapkan sangat menggiurkan bagi para pegawai.

3. Timbulnya long life employment (bekerja seumur hidup atau timbul loyalitas dalam bekerja di tempat tersebut).

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pemberian kompensasi hendaknya memberikan kepuasan kepada karyawan, sehingga dapat diperoleh karyawan yang handal dan berkualitas serta dapat mempertahankan karyawan yang ada saat ini.

1. Kinerja Pegawai

1. Pengertian kinerja.

Perusahaan atau lembaga merupakan salah satu bentuk sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang berkaitan satu sama lainnya dalam mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan. Menuntut adanya kinerja yang baik dari setiap individu sebagai bagian dari sistem, dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institusional performance). Apabila kinerja perorangan/karyawan baik, maka kemungkinan besar kinerja perusahaan/lembaga juga baik. Menurut Mangkunegara (2004:67) “kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

1. Penilaian dan Pengukuran Kinerja

“Penilaian kinerja karyawan adalah suatu proses penilaian kinerja karyawan yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya” (Mangkunegara, 2004:69). Menurut Hasibuan (2008:87) “penilaian prestasi kerja/kinerja karyawan adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”.

Tujuan penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Sunyoto (1991:1) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

(7)

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana itu jika ada hal-hal yang perlu diubah. Manfaat penilaian kinerja karyawan itu sendiri menurut Mulyadi (2004:416) adalah :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Berdasarkan uraian tentang penilaian kinerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja terhadap anggota organisasi atau perusahaan haruslah dilaksanakan secara obyektif, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh organisasi yang bersangkutan.

1. Unsur-Unsur Penilaian Kinerja

Sastrohadiwiryo (2005:235-236) menjelaskan bahwa pada umumnya unsur-unsur yang perlu diadakan dalam proses penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

a. Kesetiaan. Kesetiaan yang dimaksudkan adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

b. Prestasi kerja. Yang dimaksud dengan prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c. Tanggung jawab. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul risiko atau keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.

(8)

tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

e. Kejujuran. Yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

f. Kerja sama. Kerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

g. Prakarsa. Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menuggu perintah bimbingan dari manajemen lininya.

h. Kepemimpinan. Yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain (tenaga kerja lain) sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas pokok.

Ada tiga jenis kriteria-kriteria dalam penilaian prestasi kerja, menurut Syamsuddin dan Yunus (2003:16) dalam Rahayu (2007) yaitu :

1. Kriteria berdasarkan sifat

a. Kemampuan (ability). Kemampuan (ability) adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

b. Loyalitas (loyality). Loyalitas adalah suatu bentuk sikap yang senantiasa melihat segala sesuatunya sebagai proses perbaikan demi perbaikan.

c. Kejujuran (honesty) atau transparansi. Kejujuran (honesty) adalah suatu bentuk keterusterangan atau bentuk keterbukaan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

1. Metode

(9)

orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Jadi pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan total sampling karena populasinya kurang dari 100.

Hasil

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data dari jawaban yang diberikan oleh responden tentang hubungan system kompensasi dengan kinerja pegawai, maka hasil rekapitulasi jawaban responden seperti di bawah ini :

Tabel 1. Rekapitulasi hasil jawaban responden dari variable kompensasi

No Interval Kelas Interval Jawaban Kategori Jumlah Presentase

1 9.00-15.00 9-15 Tidak baik 7 15.21%

2 15.01-21.01 16-21 Cukup baik 36 78.26%

3 21.02-27.00 22-27 Baik 3 6.52%

Jumlah 46 100%

(Sumber data: diolah)

Berdasarkan table di atas, pegawai Balai Diklat Keagamaan Ambon yang memberikan jawaban dari variable kompensasi menyatakan bahwa kompensasi yang terdapat pada Balai Diklat Keagamaan Ambon cukup baik sebanyak 78.26%, tidak baik sebesar 15.21% dan baik hanya 6.52%. Hal ini menunjukkan bahwa system pelaksanaan kompensasi di Balai Diklat Keagamaan Ambon telah berjalan cukup baik.

Tabel 2. Rekapitulasi hasil jawaban responden terhadap variable kinerja karyawan

(10)

1 13.00-21.67 13-21 Tidak baik 7 15.21%

2 21.68-30.35 22-30 Cukup baik 35 76.08%

3 30.36-39.00 31-39 Baik 4 8.69%

Jumlah 46 100%

(Sumber data: diolah)

Berdasarkan table di atas, pegawai Balai Diklat Keagamaan Ambon yang memberikan jawaban dari variable kinerja karyawan menyatakan bahwa kinerja karyawan yang terdapat pada Balai Diklat Keagamaan Ambon cukup baik sebanyak 76.08%, tidak baik sebesar 15.21% dan baik hanya 8.69%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan di Balai Diklat Keagamaan Ambon cukup baik.

Berdasarkan table rekapitulasi data dari variable bebas (kompensasi) dan varibel terikat (kinerja) dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, maka rumus yang digunakan untuk mencari angka indeks korelasi ‘r’ sebagai berikut:

rxy =

rxy = Angka Indeks Korelasi antara variable x dan Y

= jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor-skor variable x dari deviasi skor-skor variable y SDx = deviasi standar dari variable x

(11)

Untuk mengetahui besarnya angka indeks yang menunjukkan kuat-lemahnya korelasi antara variable x dan y itu, terlebih dahulu disiapkan Tabel Kerja sebagai berikut:

Tabel 3. Tabel kerja untuk mencari angka indeks korelasi antara variable X dan Y

Subyek X Y x y xy X2 Y2

1 18 26 0 0 0 0 0

2 15 30 -3 4 -12 9 16

3 13 22 -5 -4 20 25 16

4 22 24 4 -2 -8 16 4

5 20 23 2 -3 -6 4 9

6 20 21 2 -5 -10 4 25

7 18 26 0 0 0 0 0

8 18 27 0 1 0 0 1

9 21 28 3 2 6 9 4

10 25 34 7 8 56 49 64

(12)

12 21 33 3 7 21 9 49

13 21 38 3 12 36 9 144

14 19 30 1 4 4 1 16

15 20 28 2 2 4 4 4

16 20 26 2 0 0 4 0

17 18 29 0 3 0 0 9

18 19 24 0 -2 0 0 4

19 17 27 -1 1 -1 1 1

20 17 26 -1 0 0 1 0

21 16 28 -2 2 -4 4 4

22 18 24 0 -2 0 0 4

23 19 23 1 -3 -3 1 9

24 21 22 3 -4 -12 9 12

25 20 20 2 -6 -12 4 36

(13)

27 19 25 1 -1 -1 1 1

28 17 20 -1 -6 -6 1 36

29 16 18 -2 -8 -16 4 64

30 15 16 -3 -10 30 9 100

31 10 26 -8 0 0 64 0

32 13 20 -5 -6 30 25 36

33 12 22 -6 -4 26 36 16

34 18 28 0 2 0 0 4

35 19 26 1 0 0 1 0

36 14 30 -4 4 -16 16 16

37 21 28 3 2 6 9 4

38 18 27 0 1 0 0 1

39 19 25 1 -1 -1 1 1

(14)

41 20 25 2 -1 -2 4 1

42 19 23 1 -3 -3 1 9

43 18 25 0 -1 0 0 1

44 17 26 -1 0 0 1 0

45 19 27 1 1 1 1 1

46 18 29 0 3 0 0 9

= 845 =1184 =+16 =-12 =199 = 884

Berdasarkan table kerja di atas, maka perhitungan untuk mendapatkan angka indeks korelasi yang menunjukkan kuatnya hubungan antara variable X dan variable Y adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Standar Deviasi (SD) dari variable X dengan rumus:

SDX = = = = 3.26

1. Menghitung Standar Deviasi (SD) dari variable Y dengan rumus:

SDY = = = = 4.70

(15)

rxy =

telah diketahui: =199; N=40; SDx= 3.26; SDy=4.70. Dengan demikian: rxy= = =0.324

1. Pembahasan

Berdasarkan perhitungan di atas, telah berhasil diperoleh nilai rxy sebesar 0.324. Jika diperhatikan angka indeks korelasi yang diperoleh bertanda positif. Ini berarti korelasi antara variable X (system kompensasi) dan variabel Y (kinerja pegawai) terdapat hubungan yang searah atau positif. Artinya kinerja para pegawai meningkat setelah menerima kompensasi sebagai imbalan dari kinerjanya dan sebaliknya apabila kompensasinya meningkat maka kinerjanyapun akan ikut meningkat. Selanjutnya apabila dilihat dari besarnya rxy, yakni 0.324 ternyata angka tersebut terletak antara 0.20 - 0.40. Maka berdasarkan pedoman interpretasi kuatnya hubungan antara varibel X dan Variabel Y disimpulkan bahwa korelasi antara system kompensasi dan kinerja pegawai berada dalam kategori korelasi yang rendah atau lemah.

1. C. Penutup

Berdasarkan uraian di atas, maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa sekalipun terdapat korelasi positif antara system kompensasi dan kinerja pegawai di Balai Diklat Keagamaan Ambon, namun korelasi tersebut adalah korelasi yang lemah. Artinya hubungan diantara kedua variable tersebut rendah. Dengan demikian system kompensasi adalah salah satu factor saja yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai dan pengaruhnya rendah dibandingkan dengan factor-faktor yang lain.

Daftar Pustaka

Arep dan Tanjung, 2003. Manajemen, Jakarta: Salemba Empat

Anthony dan Govindarajan ,2005. Work and Motivation. New York : Wiley and Sons. Hasibuan, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara

(16)

Mangkunegara, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyadi, 2004. Total Quality Management, Edisi I, Yogyakarta: Aditya Media.

Nawawi, 2005. Perilaku Organisasi. Cetakan Pertama, Surabaya : CV Citramedia.

Sastrohadiwiryo, 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,Pendekatan administrasi dan operasional,Jakarta: PT Bumi Aksara

Sunyoto, 1991. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Jogjakarta: Unit penerbit dan percetakan Akademi Manajemen

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi hasil jawaban responden dari variable kompensasi
Tabel 3. Tabel kerja untuk mencari angka indeks korelasi antara variable X dan Y

Referensi

Dokumen terkait

Lintas Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi perluasan pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi

tentang tanah berada pada tepi sungai yang terletak di desa Poncowati dengan. cara bekerja sama dengan masyarakat yang ingin menggarap lahan

Todaro dalam buku Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga menyatakan bahwa : “Perencanaan ekonomi bisa diartikan dengan suatu usaha pemerintah yang sungguh- sungguh untuk

Terjadinya deflasi di Sulawesi Selatan pada Mei 2017 disebabkan oleh turunnya harga pada tiga kelompok pengeluaran yang ditunjukkan oleh turunnya indeks harga

Karena begitu berartinya eksistensi komputer dalam kehidupan sehari-hari, maka dibutuhkan sebuah komputer yang memiliki kinerja tinggi, untuk menyelesaikan tugas-tugas

Kalo misalnya error, kita ingin membuat sesuatu, mau sedemikian rupa, menang udah bagus tapi kecelakaan lagi, itu la jadinya error.. Kalo misalnya mistake, misalnya kita mau

Program Pembibitan Alumni PTAI Tahun Anggaran 2013 di Direktorat Pendidikan7. Tinggi Islam Ditjen Pendidikan.lslam Kementerian Agama

Jika produk ini mengandungi ramuan dengan had pendedahan, pemantauan peribadi, suasana tempat kerja atau biologi mungkin perlu untuk menentukan keberkesanan pengudaraan