BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pada kondisi perekonomian saat ini, persaingan bsinis sangat kompetitif
dan dihindari baik dipasar domestik (nasional) atau di pasar internasional/global.
Untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan dengan perusahaan pesaing,
sebuah perusahaan atau bisnis harus mampu mempertahankan jumlah pelanggan
atau menambah jumlah pelanggan dengan cara memberikan kepuasan kepada
setiap pelanggannya. Adapun kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan
atau bisnis untuk menciptakan kepuasan konsumen seperti: memberikan produk
dengan mutu yang lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan produk lebih
cepat, dan pelayanan yang lebih baik dari pada pesainggnya. (Supranto,2006 :56).
Menurut Tyson dalam Marita (2013:15) daya saing adalah kemampuan
menghasilkan barang atau jasa yang berhasil dalam bersaing dimana dalam waktu
yang panjang. Di dalam industri sendiri, terjadi persaingan antar suatu usaha
dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas
persaingan (Intensity of Rivalry) antar usaha dalam suatu industri sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : pertumbuhan industri, biaya tetap
dan nilai tambah, kelebihan kapasitas produksi, kompleksivitas informasi, pesaing
yang beragam, resiko perusahaan, dan hambatan . Suatu usaha yang melakukan
inovasi dapat menikmati profit yang besar pada saat pesaing lain belum memasuki
pasar yang sama,tetapi sebagaimana diungkapkan oleh Kartajaya dalam Solihin
(2012 :42) , persaingan saat sudah memasuki tahap Wild . Hal ini ditandai dengan
semakin cepatnya pesaing memperoleh akses teknologi sehingga dalam waktu
yang relatif singkat mereka akan dapat menghasilkan produk yang serupa dengan
kompetisi atau persaingan dalam lingkungan bisnis atau usaha. Memaksa setiap
perusahaan atau bisnis untuk terus berinovasi. Inovasi tersebut meliputi: bentuk
usaha dan oprasional usaha. Usaha kuliner merupakan salah satu bentuk usaha
yang paling banyak jenisnya dan paling banyak jumlahnya. (Marita , 2013:17)
Di Indonesia industri kreatif berkembang dengan sangat pesat, industri
kreatif telah mampu menjadi pendorong peningkatan PDB (produk domestik
bruto) di Indonesia dengan skala ukuran usaha mulai dari usaha kecil, menegah
hingga besar. Menurut Simatupang dalam Irpan (2014:7) industri kreatif adalah
industri yang mengandalkan talenta, ketrampilan, dan kreativitas yang merupakan
elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas,
keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui
penawaran kreasi intelektual. Berdasarkan jenisnya industri kreatif terbagi atas :
periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video, film dan
fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan
percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, dan bisnis kuliner.
Menurut Ali dalam Irpan (2014:3), bisnis kuliner termasuk yang menjadi
pilihan banyak orang, karena dianggap sebagai jenis bisnis yang lebih mudah
dilaksanakan dibandingkan bisnis yang lainnya. Bisnis kuliner di Indonesia telah
mampu memberikan kontribusi terhadap nilai dari industri kreatif sebesar 32.4%
dari 642 trilliun sumbangsi industri kreatif terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) di Indonesia.
Berdasarkan jumlah kontribusi tersebut, bisnis kuliner telah mampu menjadi sub
sektor industri kreatif yang paling banyak berkontribusi terhadap nilai dari
Industri kreatif di Indonesia. Salah satu jenis dari usaha atau bisnis kuliner adalah
restoran atau rumah makan. Bisnis kuliner merupakan salah satu bisnis yang
permintaan dari pasar yang terus berkembang terhadap jenis bisnis ini serta
munculnya tren kuliner sebagai gaya hidup masyarakat.
Perkembangan bisnis kuliner seluruh dunia khususnya di Indonesia terus
berkembang, karena permintaan dari pasar yang terus meningkat terhadap bisnis
ini. Cafe, rumah makan dan restoran adalah sub-industri dari bisnis kuliner yang
dapat menjadi tolak ukur penentuan strata sosial seseorang yang selanjutnya
berdampak terhadap penciptaan segmentasi pasar berdasarkan pada : harga
makanan yang ditawarkan, fasilitas yang disediakan, lingkungan toko, dan
pelayanan yang diberikan. Restoran atau cafe adalah salah satu jenis usaha
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen,
dilengkapi dengan peralatan penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan
minuman bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan
yang ditetapkan dalam keputusan (Wiwoho,2008:3).
Kota Medan merupakan kota nomor tiga di Indonesia yang terkenal
dengan bisnis kulinernya, banyak ide bisnis atau usaha kuliner baru yang
bermunculan, terbukti dengan munculnya cafe, restaurant, dan rumah makan
yang menawarkan variasi makanan dan tema usaha atau bisnis yang kreatif dan
inovatif yang bertujuan untuk menciptakan keiginan konsumen menjadi pelanggan
tetap. Jumlah yang terus bertambah setiap tahunnya hingga mencapai 60% dari
jumlah usaha kecil dan menengah di kota Medan berdampak terhadap tingginya
tingkat persaingan yang terjadi antar bisnis kuliner di kota Medan. Banyak bisnis
kuliner yang tutup dikarenakan ketidak siapan bisnis tersebut menghadapi
persaingan yang sangat ketat.
2016). Untuk menciptakan kemampuan daya saing dari suatu bisnis kuliner maka
bisnis atau usaha tersebut harus menciptakan kenyamanan dan kepuasan dari
dan minuman yang berkualitas, pelaksanaan kegiatan promosi usaha yang baik,
dan lain sebagainya. (Tjiptono,2008:70).
Pusat kuliner banyak tersebar di berbagai wilayah di kota Medan,
diantaranya adalah sebagai berikut: Jalan Dr. mansyur, Jalan Majapahit, Merdeka
Walk, dan lain sebagainya. Dimana daerah dan tempat tersebut terdapat berbagai
macam jenis usaha kuliner mulai dari usaha kuliner yang berada pada level kecil
hingga level yang besar. Amaliun Foodcourt adalah salah satu tempat dimana
banyak usaha kuliner yang bersaing dalam menjual makanan hasil kreasi dari
setiap usaha tersebut. Amaliun foodcourt didirikan pada tahun 2009 yang
berlokasi di Jalan Amaliun Medan. Amaliun Foodcourt tergolong cukup strategis
karena berada di antara dekat dengan dua land mark kota medan yaitu Istana
Maimun dan Mesjid Raya Medan. terdapat 17 stan makanan dan 1 stan minuman
di amaliun foodcourt, dimana salah satunya adalah Viga Al Cafe.
Viga Al café adalah salah satu dari tujuh belas penjual makan di amaliun
foodcourt yang didirikan pada November 2011. Viga Al café menjual banyak
jenis makanan dengan menu andalan sebagai berikut:
Tabel 1.1
Makanan yang Dijual Viga Al Café
No Nama Makanan Harga
1 Nasi Sop Buntut Bakar/Goreng Rp 65.000 2 Nasi Sop Ikan Gurame
Bakar/Goreng
Rp50.000
3 Nasi urap ayam penyet Rp 50.000 4 Nasi Sop Iga Bakar/Goreng Rp 75.000 5 Nasi Sop Sum-Sum Rp 50.000 6 Soto Daging/Ayam Rp 25.000 7 Nasi Bakar Ayam Bakar Rp 25.000 8 Ikan Kakap Asam Manis Rp 85.000 9 Ikan lele (pecel lele) Rp 20.000 10 Nasi Ayam Cabe Hijau Rp 25.000 11 Nasi Ayam Tom Yam Rp 25.000 12 Nasi Bakar Ayam Goreng Rp 30.000 13 Nasi Timbel Ayam Bakar Rp 30.000
Sumber : Hasil Wawancara Penulis dengan Pemilik Viga Al Café (2016)
Viga Al Cafe selalu memberikan kualitas makanan yang terbaik dan sesuai
dengan selerah konsumen. Viga Al café selalu berusaha menyediakan semua
permintaan dari konsumen sehingga membuat Viga Al Cafe menjadi pilihan
utama dari setiap konsumen yang berkunjung Amaliun Foodcourt. Dalam
menjalankan kegiatan bisnis khususnya dalam menghadapi persaingan usaha
dengan stan makanan lain di Amaliun Foodcourt, Viga Al Café juga mengalami
masalah seperti :
1. Sistem pembayaran makanan yang tidak langsung kepada Viga Al
Cafe sering menyebabkan Viga Al Café terlambat memperoleh
hasil penjualan yang berdampak pada terbatasnya modal untuk
pembelian bahan baku dan pembayaran biaya lainnya.
2. Penetapan sistem bagi hasil dimana Viga Al café menerima 75%
dan Amaliun Foodcourt menerima 25% dari omzet perbulan dan
ditambah juga dengan biaya sewa stand yang setiap tahunnya
mengalami kenaikan mengakibatkan omzet yang dihasilkan
semakin berkurang dan rencana pemilik Viga Al Café untuk
memperbesar usahapun menjadi terhambat
Viga Al Café juga memiliki beberapa pesaing sejenis yang ada di Amaliun
Food Court antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.2
Daftar Pesaing Viga Al Café Di Amaliun Food Court
NO NAMA USAHA MAKANAN YANG
DIJUAL
HARGA
1 Amaliun Claypot 1. Nasi Goreng Spesial
2. Nasi Goreng
Kampung
Sumber : Hasil Observasi Penulis (2016)
Berdasarkan tabel 1.2 diperoleh informasi bahwa Viga Al café memiliki
pesaing yang berfokus pada penerapan penentuan harga makanan yang lebih
murah di bandingkan Viga Al Café tetapi dari jumlah pilihan menu yang dimiliki
oleh Viga al café masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan usaha pesaing.
Masalah yang dihadapi oleh Viga al Cafe tersebut, maka Viga Al Cafe
mengindikasikan bahwa Viga Al Café harus secara tetapat menentukan strategi
usaha agar dapat membantu Viga Al Cafe menjadi market leader di Amaliun
foodcourt dan mengembangakan Viga Al Cafe ke level yang lebih tinggi lagi.
Berdasarkan pemaparan tentang latar belakang penelitian ini maka penulis
merumuskan judul penelitian ini adalah sebagai berikut : “Analisis Daya Saing
Usaha Pada Viga Al Café Amaliun Foodcourt”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tentang latar belakang penelitian ini, maka penulis
merumuskan rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Potensi Yang Dimiliki Viga Café Amaliun Foodcourt Untuk
2. Bagaimana Strategi Yang Dapat Meningkatkan Daya Saing Dari Viga
Café Amaliun Foodcourt?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat tujuan dari penelitan
ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis Bagaimana Potensi Yang Dimiliki Viga Café Amaliun
Foodcourt Untuk Menghadapi Persaingan
2. Menganalisis Bagaimana Strategi Yang Dapat Meningkatkan Daya Saing
Dari Viga Café Amaliun Foodcourt
1.4 Manfaat Penelitian
1.Bagi Pemilik Usaha
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemilik usaha dalam
mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
daya saing usaha.
2. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh tambahan
pengetahuan khususnya tentang pentingnya berwirausaha.
3. Bagi Mahasiswa dan Mahasiswi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk penelitian yang akan datang serta memberikan wacana baru