BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Audit merupakan salah satu solusi masalah informasi asimetri antara
pemimpin dan para pemegang saham atau antara para pemimpin dan yang lain
peserta yang merupakan pihak ketiga .Sebagai mekanisme tata kelola
pemerintahan atau perusahaan , ini memiliki peran utama untuk mengurangi
biaya dan untuk meyakinkan para pemegang saham dan pihak ketiga terkait
dengan masalah kontraktor keandalan informasi keuangan yang disampaikan .
Dalam era globalisasi sekarang ini, suatu penilaian terhadap suatu
perusahaan diperlukan untuk menilai apakah perusahaan dalam keadan baik-baik
saja ataukah perusahaan berada dalam keadaan yang tidak baik. Adapun informasi
keuangan yang disajaikan didalam laporan keuangan digunakan sebagai salah satu
dasar pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Namun,
secanggih apapun sistem pembuatan laporan keuangan saat ini tentu masih
memiliki keterbatasan, yaitu pihak yang menyusun laporan keuangannya adalah
dari pihak internal perusahaan atau dalam hal ini bisa disebut dilakukan oleh
seorang manajer keuangan.
Menurut Harahap (2011;251) “salah satu keterbatasan laporan keuangan
ialah bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak
kebutuhan para pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan
yang dibuat setiap perusahaan harus diperiksa oleh auditor yang tentunya harus
independen.
“Independensi Auditor dapat diartikan sebagai sikap mental yang bebas
dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang
lain” (Mulyadi, 2002:26-27). Hal ini dimaksudkan agar pihak eksternal yang akan
menggunakan laporan keuangan perusahaan memiliki keyakinan bahwa di dalam
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan telah sesuai dengan
yang diatur oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga lebih dapat
menghindari unsure-unsur fraud atau hal-hal yang tidak diinginkan di dalam
informasi keuangan yang disajikan di laporan keuangan. Kontribusi audit yaitu
untuk memberikan akuntabilitas terhadap laporan keuangan yang disajikan suatu
entitas.
Audit memiliki peranan penting dalam keberhasilan sistem ekonomi.
Perusahaan mengeluarkan laporan keuangannya agar dapat digunakan oleh
pengguna eksternal, dengan harapan pengguna eksternal ini dapat membantu
kinerja operasi perusahaan. Akan tetapi, terdapat pihak eksternal yang tidak
begitu saja percaya terhadap informasi keuaangan yang disajikan oleh perusahaan
tersebut. Hal itu dapat dikarenakan yang menciptakan laporan keuangan adalah
manajer perusahaan, jadi ada kemungkinan informasi keuangan tersebut
mengandung unsur rekayasa oleh manajer agar laporan keuangan terlihat sehat
hal ini perlu adanya audit untuk memberikan pernyataan mengenai tingkat
kesesuaiannya antara informasi keuangan yang disajikan oleh perusahaan dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
“Kualitas audit merupakan adanya kecenderungan auditor akan
mendeteksi adanya fraud yang terdapat dalam laporan keuangan klien”.
(DeAngelo, 1981) dalam (Ni Made & I Made, 2014). Kualitas audit saat ini
menjadi bahasan utama dikalangan entitas, praktisi dan pihak lain yang
berkepentingan di dalam penggunaan laporan keuangan yang telah diaudit.
Runtuhnya perusahaan besar seperti perusahaan Enron di Amerika Serikat tahun
2001 silam dikaitkan dengan kurangnya independensi dari auditor. Karena
pentingnya independensi auditor dalam suatu KAP terhadap klien dan adanya
kejadian KAP Arthur Anderson membuat dikeluarkannya kebijakan baru tentang
peraturan pengauditan di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Di Indonseia sendiri
pernah terjadi kasus kegagalan akuntansi,yaitu terjadi pada Lippo Group, Indo
Farma dan Kimia Farma yang teridentifikasi menyajikan laporan keuangan yang
tidak sesuai dengan kinerja sebenarnya. Tidak menutup kemungkinan adanya
peusahaan lainnya yang melakukan hal sama tetapi tidak berhasil terdeteksi.
Menurut IBK. Bayangkara (2013;7), “audit laporan keuangan dilakukan
untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan (manajemen) telah disusun melalui proses akuntansi yang berlaku
tanggal pelaporan dan kinerja manajemen pada periode tersebut”. Dari hasil audit
ini kemudian akuntan (auditor) memberikan opini sebagai tanda pengesahanatas
laporan tersebut, untuk dapat digunakan oleh sebagian besar pemakai laporan
keuangan. Hal inilah yang mendasari perlunya penelitian lebih lanjut terhadap
kualitas audit.
Audit juga memiliki resiko, menurut Sukrisno dan Estralita (2014;2)
“risiko audit (audit risk) adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa
disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material”. Auditor harus
merencanakan auditnya sedemikian rupa sehingga risiko audit dapat dibatasi pada
tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk
menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan. Adapun resiko audit menurut
dibagi atas tiga bagian yaitu terdiri dari ; (1) risiko bawaan, yakni kerentanan
suatu saldo akun/golongan transaksi terhadap suatu salah saji yang material,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur. (2) risiko
pengendalian, yakni resiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah/dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian internal perusahaan. (3) risiko deteksi, yaitu resiko karena bahan
bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang
melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul.
Bagi investor maupun pengguna laporan keuangan lainnya yang sedang
kemampuan usahanya tentunya ketidakberpihakan auditor memegang peranan
yang sangat penting. Hal itu karena seorang auditor independen mempunyai
kemampuan dan pengetahuan untuk mengetahui kinerja perusahaan dan kondisi
keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
“Audit Tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP
dengan auditee yang sama” (Nurul,Nur, azlina, 2012). Suatu perusahaan
memungkinkan untuk menggunakan jasa audit (masa perikatan audit) untuk KAP
yang sama untuk periode selanjutnya. Hanya saja , jika di tiap tahun dilakukan
audit oleh KAP yang sama, hal ini dapat menyebabkan kualitas audit yang
rendah. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan manajer memliki hubungan
relasi yang berlebihan atau bisa dikatakan sangat dekat sehingga dapat
mempengaruhi hasil kerja auditor. Padahal menurut Pernyataan Standar Auditing
No.1 menyatakan bahwa “dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”, sehingga
perlu dilakukannya rotasi. Penelitian Johnson et al. (2002), Myers et al. (2003),
Januarti (2009) dan Efraim (2010) dalam jurnal (Ni Made Dewi dan I Made
Mertha, 2014) menyatakan lamanya masa perikatan audit akan berpengaruh
positif signifikan terhadap kualitas audit. Factor lain yang perlu dilakukannya
rotasi yaitu auditor akan melakukan perencanaan audit dan prosedur audit yang
sama pada entitas tersebut, sehingga memungkinkan manajer pada entitas yang
laporan keuangannya diaudit berupaya untuk mempelajari celah yang dapat
KMK 359/KMK 06/2003 mengatur suatu entitas dapat meminta jasa audit
atas laporan keuangan pada KAP yang sama selama lima tahun, sehingga dengan
adanya kebijakan ini, bertujuan agar dapat menjaga obyektivitas auditor terhadap
auditee . peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
tentang Jasa Akuntan Publik. Perubahan yang terjadi di dalam peraturan tersebut
yaitu “pemberian jasa audit umum menjadi enam tahun berturut-turut oleh KAP
yang sama dan tiga tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien
yang sama (pasal 3 ayat 1). Perubahan berikutnya yaitu KAP dan akuntan public
boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan
jasa audit kepada klien tersebut pasal 3 ayat 2 dan 3”.
“Auditor spesialisasi industri yaitu keahlian dalam suatu industry tertentu
dimungkinkan akan dapat lebih mendeteksi kesalahan – kesalahan dan manipulasi
yangdilakukan oleh manajemen auditee daripada auditor tanpa keahlian khusus”.
(Haniatun dan Wahyu, 2014). Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas audit
yang dihasilkan. Adanya kemapuan khusus berupa spesialis pada suatu industri
membuat kualitas audit yang dihasilkan akan dapat menyajikan informasi dengan
akurat karena auditor yang spesialis lebih mampu menemukan kesalahan
penyajian laporan keuangan dibanding mereka yang tidak, dan hal itu dikarenakan
tingkat pengalaman yang lebih dalam melaksanakan tugas audit yang cukup lama
dalam Chrisnoventie (2012) yang “menyatakan bahwa auditor yang berkualitas
tinggi memberikan kepastian yang besar terhadap kesesuaian laporan keuangan
dengan prinsip akuntansi berterima umum”.
Menurut Sugiarto (2009:121) “ukuran perusahaan merupakan proksi bagi
informasi asimetri antara perusahaan dan pasar yang memunculkan sinyal bahwa
semakin besar perusahaan, semakin kompleks organisasinya, semakin tinggi cost
of asymmetries information”. Atau dengan kata lain ukuran perusahaan
merupakan gambaran besar atau kecilnya suatu perusahaan yang ditentukan
dengan batas-batas tertentu yang sudah ditentukan. Variabel ini juga cukup sering
dikaitkan dengan kualitas audit. Perusahaan kecil cenderung memiliki informasi
dan sistem pengawasan yang lemah, sehingga kurang diperhatikan oleh pemegang
sahamnya, sehingga perusahaan-perusahaan kecil akan menghasilkan audit yang
lebih berkualitas. Di sisi lain semakin besar perusahaan, semakin meningkat pula
agency cost yang terjadi. Sehingga perusahaan berukuran besar akan cenderung
memilih jasa auditor besar yang profesional, independen, dan bereputasi baik
untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih baik.
Kualitas audit sudah banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan
proksi yang berbeda. Proksi dikotomi big dan non big pernah digunakan antara
lain oleh Palmrose (1987) dan Giroux (1992); Teoh dan Wong (1993); Becker et
al (1998); Behn et al. (2008); Jordan et al. (2010), proksi dikotomi spesialis
industry dan non industry pernah digunakan oleh Krisnhan (2003) dan
Berdasarkan peneliti terdahulu, terdapat beberapa kesenjangan yang perlu
ditindak lannjuti, yaitu perbedaan beberapa proksi sehingga diperlukan penelitian
tentang proksi mana yang terbaik, perbedaan hasil penelitian (yang menyatakan
adanya perbedaan kualitas audit maupun yang menyatakan tidak adanya
perbedaan kualitas audit), factor internal perusahaan yang banyak mempengaruhi
risiko audit dan dapat menjadi factor yang mempengaruhi kualitas audit.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan auditor industry specialization, audit tenure, kompetensi,
dan independensi auditor terhadap kualitas audit dan diwujudkan dalam skripsi
yang berjudul : “Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas
Audit pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas,
permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Apakah auditor industry specialization berpengaruh terhadap kualitas audit ?
2. Apakah audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit ?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas audit ?
4. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit ?
5. Apakah auditor industry specialization, audit tenure, ukuran perusahaan, dan
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah unutk
menganalisis mengenai:
1. Pengaruh auditor industry specialization terhadap kualitas audit.
2. Pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit.
3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas audit.
4. Pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit.
5. Pengaruh auditor industry specialization, audit tenure, ukuran perusahaan
dan independensi auditor terhadap kualitas audit.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dan penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan
pengetahuan mengenai kualitas audit pada umumnya dan tambahan literatur
mengenai kualitas audit khususnya proksi dan model kualitas audit. Diharapkan
penelitian ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama :
1. Peneliti.
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang variabel-variabel yang
diteliti dan juga bisa mengaplikasikannya.
2. Akademisi
Diharapkan dapat menjadi bahan literature mengenai kualitas audit yang
3. Praktisi.
Diharapkan dapat menjadi penunjuk bagi manajemen dalam pemilihan
auditor guna kepentingannya maupun pemegang saham (pemilik) dan
menjadi bahan evaluasi bagi profesi akuntan tentang kualitas jasa audit yang
diberikan guna perbaikan di masa yang akan datang.
4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi acuan ataupun referensi dan salah satu sumber
informasi penelitian selanjutnya mengenai pembahasan kualitas audit.
Selain itu, diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi kreditor
dan investor dalam pengambilan kepurusan tentang kualitas baik yang diberikan
oleh auditor yang big dan non big sehingga dapat terjalin kerja sama yang saling