• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas Terhadap Konsep Golden Proportion, Preston’s Proportion, dan RED Proportion pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2011 – 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas Terhadap Konsep Golden Proportion, Preston’s Proportion, dan RED Proportion pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2011 – 2014"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya gigitiruan. Masyarakat mulai berusaha mengganti gigi yang hilang dengan gigitiruan. Berbagai studi telah menyatakan bahwa orang-orang lebih peduli saat kehilangan gigi anterior dan berusaha menggantinya daripada gigi posterior. Hal ini umum terjadi karena estetik gigi sering dianggap lebih penting daripada fungsinya.1

“Senyuman” adalah salah satu aspek estetis penting yang tidak hanya

membuat wajah terlihat cantik dan menarik, tetapi juga menjadi faktor yang paling umum dalam memotivasi pasien untuk mencari perawatan dental2-4, namun penilaian suatu senyuman dikatakan cantik masih belum pasti diperoleh dari suatu pengukuran, atau hanya murni berdasarkan persepsi dan kesadaran orang yang menilai.2

(2)

Konsep golden proportion didasari oleh teori yang menyatakan adanya hubungan antara keindahan alam dan matematika.5,6 Konsep ini menunjukkan adanya suatu proporsi konstan antara panjang bagian yang besar dengan bagian yang kecil pada setiap keindahan7, yaitu 1 : 0,618 (atau 1,618 : 1) sebagai bentuk paling sederhana yang diakui secara universal8, dan dapat ditemukan tidak hanya pada elemen geometrik, tetapi juga pada subjek yang hidup seperti tubuh manusia.9 Saat diaplikasikan pada ilmu kedokteran gigi, konsep golden proportion berbunyi : Setelah melakukan pengukuran gigi-geligi anterior rahang atas dari arah frontal, dan menganggap lebar insisivus lateralis adalah 1, maka lebar gigi kaninus dibandingkan dengan insisivus lateralis adalah 0,62, sedangkan lebar insisivus sentralis dibandingkan dengan insisivus lateralis adalah 1,62.6,10,11 Relasi spesifik ini bersifat unik, sempurna, ideal, dan telah digunakan dari dahulu untuk mempelajari keindahan, hingga desain daripada restorasi yang estetik. Keunikan konsep ini adalah rasio daripada bagian yang lebih kecil saat dibandingkan dengan bagian yang lebih besar, adalah sama dengan rasio saat bagian yang lebih besar dibandingkan dengan keseluruhan bagian.11

(3)

Preston (1993) yang mempelajari frekuensi adanya golden proportion pada gigi-geligi asli rahang atas secara antero posterior, dan menemukan bahwa golden proportion jarang ditemukan pada susunan gigi-geligi asli, yaitu hanya 17% subjek

yang memiliki ukuran lebar gigi insisivus lateralis rahang atas bersifat golden proportion terhadap gigi insisivus sentralis rahang atas, dan tidak ada subjek yang

memiliki ukuran lebar kaninus rahang atas yang bersifat golden proportion terhadap lebar insisivus lateralis rahang atas.1,5,11,13,14 Preston juga melaporkan rata-rata rasio insisivus lateralis dengan sentralis rahang atas adalah 0,66, dan rata-rata rasio kaninus dengan insisivus lateralis rahang atas adalah 0,84.1 Penemuan ini yang memunculkan Preston’s proportion, dimana lebar insisivus lateralis rahang atas seharusnya 66% dari lebar insisivus sentralis rahang atas, dan lebar kaninus rahang atas seharusnya 55% dari lebar insisivus sentralis rahang atas pada pandangan frontal.5

Berbeda dengan konsep golden proportion, Ward (2000) menjelaskan continuous proportion atau repeated proportion, serperti yang telah disarankan

Lombardi sebelumnya, dan menamainya Reccuring Esthetic Dental (RED) proportion. Ward mengatakan bahwa RED proportion lebih konsisten dan konstan daripada golden proportion, saat bergerak ke arah distal pada lengkung rahang dari garis tengah gigi. Proporsi ini didasari oleh tinggi gigi-geligi anterior rahang atas yang bervariasi, yang tidak pernah diperhitungkan oleh proporsi yang telah ada sebelumnya,5,6,11-13 dan menyatakan bahwa lebar insisivus lateralis rahang atas adalah hasil pengurangan lebar insisivus sentralis rahang atas oleh sebagian persen dari lebar insisivus sentralis rahang atas, dan lebar setiap gigi ke arah distal adalah hasil pengurangan dengan persen yang sama dari lebar gigi mesialnya.6 Pada aplikasi RED proportion, semakin tinggi gigi-geligi, semakin kecil RED proportion yang

(4)

Salah satu kesulitan utama dalam menerapkan estetika pada pembuatan gigitiruan penuh adalah menentukan seberapa besar atau lebar anasir gigi insisivus rahang atas untuk mendapatkan lebar senyuman yang proporsional.7,15-18 Berbagai jenis teori mengenai proporsi gigi telah dikemukakan dapat mengukur lebar relatif gigi anterior rahang atas yang harmonis.6 Banyak literatur (Levin, 1978, 2011; Shoemaker, 1987; Chiche, 1994; Baratieri, 1995; Singh R dkk, 2008; Paul MMC dkk, 2008; Parveen N, 2009; Nikgoo dkk, 2009) yang mendukung Golden proportion sebagai pedoman dalam mencapai restorasi yang estetik.2,7-9 Hasil memuaskan yang didapat saat menggunakan konsep ini, membuat konsep golden proportion banyak diajari di seluruh belahan dunia (Rabanus, 2003; Edward P, 2008)7. Tetapi bagi beberapa penelitian (Gillen dkk, 1994; Mahshid dkk, 2004; Fayyad MA dkk, 2006; Sulaiman E, dkk 2010; Chander NG dkk, 2012; Al-Marzok dkk, 2013; Forster A dkk, 2013), konsep golden proportion jarang ditemukan pada gigi-geligi asli.1,3,10,11,13,19,20 Hal ini membuat banyak studi masih mempertanyakan validitas aplikasi konsep golden proportion dalam bidang kedokteran gigi selama 2 dekade terakhir.10 Seperti golden proportion, konsep RED proportion juga memiliki literatur yang mendukungnya (Basting dkk, 2006)21. Sebuah studi menunjukkan mayoritas dokter gigi di Amerika Utara memilih penggunaan RED proportion pada gigi dengan ukuran normal daripada golden dan Preston’s proportion (Ward DH, 2007, 2008).6,22 Namun, beberapa penelitian (Fayyad MA dkk, 2006; Shreenivasan 2008; Shetty S dkk, 2011) juga menyatakan konsep RED proportion tidak ditemukan pada subjek penelitian mereka dan tidak dapat menjadi metode yang cocok untuk menentukan lebar gigi-geligi anterior rahang atas.5,13

(5)

atau RED proportion. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Daulay NW, 2009; Jennifer, 2012; Prima F, 2014) juga menunjukkan adanya variasi rata-rata proporsi lebar gigi-geligi asli anterior rahang atas pada penduduk Indonesia. Variasi proporsi ini dimungkinkan karena adanya pengaruh ras dan jenis kelamin terhadap ukuran gigi dan telah terbukti bahwa terdapat perbedaan ukuran gigi antara ras Mongoloid dengan Kaukasoid.23-25

1.2Permasalahan

Estetika dentofasial dianggap sangat penting untuk psikososial seorang individu. Seseorang dengan gigi-geligi yang rapi dan normal dinilai lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain, dibandingkan dengan orang yang gigi-geliginya tidak rapi ataupun maloklusi. Orang-orang dengan estetika gigi yang jelek sering dihubungkan dengan masalah percaya diri, dan dianggap tidak efektif dalam bersosial, edukasional, dan dalam hal pekerjaan. Saat interaksi antar individu, pada umumnya mata seseorang akan melihat mata dan mulut orang yang dihadapinya, dan kurang memerhatikan hal lainnya. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mengejutkan bila masyarakat umum menilai senyuman sebagai peringkat kedua setelah mata, dalam mempertimbangkan hal terpenting pada estetika wajah.

Ukuran, bentuk, dan posisi daripada gigi-geligi khususnya insisivus sentralis memegang peran penting untuk menciptakan keharmonisan gigi anterior dan senyuman yang menarik, yang tidak terbatas hanya pada gigi asli, tetapi juga gigitiruan khususnya saat pemilihan dan penyusunan anasir anterior rahang atas. Beberapa konsep seperti golden proportion, Preston’s proportion dan RED proportion telah disarankan berbagai studi dan peneliti untuk digunakan sebagai konsep estetik dalam melakukan restorasi gigi anterior, tetapi masih banyak studi yang meragukan dan mempertanyakan validitas aplikasi setiap konsep estetik tersebut selama 2 dekade terakhir sehingga belum dapat ditentukan sebuah konsep estetik yang dapat berlaku secara universal.

(6)

golden proportion, Preston’s proportion, dan RED proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014.

1.3Rumusan Masalah

1. Berapa rerata lebar gigi anterior rahang atas mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan jenis kelamin?

2. Bagaimana rerata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan jenis kelamin?

3. Apakah ada perbedaan rerata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep golden proportion, Preston’s proportion, dan RED proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan jenis kelamin?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rerata lebar gigi anterior rahang atas mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan jenis kelamin

2. Untuk mengetahui rerata proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan jenis kelamin 3. Untuk mengetahui perbedaan proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep golden proportion, Preston’s proportion, dan RED proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan jenis kelamin

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

(7)

2. Sebagai masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi dalam mengenal proporsi gigi-geligi anterior rahang atas pada penduduk Indonesia

1.5.2 Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

To further elaborate on these findings, it is important to note that the stress ratings associated with the break and enter call suggest that either the crime fighting role is

Besarnya minat masyarakat terhadap berbagai program studi yang ditawarkan FISIP, merupakan kekuatan yang menunjang Jurusan Sosiologi untuk melakukan akselerasi

" Momen dari sebuah gaya terhadap suatu titik adalah sama dengan jumlah momen dari komponen-komponen gayanya. terhadap titik

Namun masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta bukan hanya perihal transportasi massa yang harus dibenahi karena jika hanya hal tersebut yang dibenahi namun

Hasil perhitungan statistik menggunakan Kendal tau seperti yang disajikan pada tabel 4.4 dengan nilai p-value = 0,001 sehingga p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

sults indicated that students studying quantum physics by applying feedback in ongoing assess- ment based on social constructivism and meta- cognitive learning theory in the form of

Hasil analisis data didapatkan nilai signifikan p-value 0,029 (p-value<0,05) dan hasil koefisien kontigensi 0,401 sehingga menunjukkan ada hubungan yang cukup kuat

pukul 14.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2006, bcrtempat di Proyek Pembangunan Pabrik Rotan S P 11 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora