• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Anasir Gigitiruan Anterior Rahang Atas - Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Dengan Jarak Interkantal Dan Lebar Interalar Pada Mahasiswa Indonesia Fkg Usu Angkatan 2011-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Anasir Gigitiruan Anterior Rahang Atas - Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Dengan Jarak Interkantal Dan Lebar Interalar Pada Mahasiswa Indonesia Fkg Usu Angkatan 2011-2014"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pemilihan Anasir Gigitiruan Anterior Rahang Atas

(2)

2.1.1Pertimbangan Fungsional

Masalah fungsional berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan jaringan periodontal. Konsep dasar masalah fungsional adalah kenyamanan dan kebebasan pergerakan gigitiruan. Masalah fungsional dibagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Oklusi

Gigitiruan harus sesuai dengan oklusi sentrik dan tidak mengganggu keseimbangan oklusi pasien. 30

2. Fonetik

Masalah fonetik dapat dilihat dari pengucapan huruf tertentu seperti ‘M’, ‘S’, ‘F’ atau ‘V’. Bunyi huruf ‘M’ diartikan sebagai posisi istirahat, ketika gigi geligi dipisahkan oleh freeway space. Faktanya, posisi ini tidak berada pada keadaan istirahat, tetapi merupakan posisi habitual otot mandibula. Posisi istirahat ini diamati saat otot elevator relaksasi contohnya saat tidur. Posisi gigi geligi ketika mengucapkan huruf ‘M’ yaitu banyaknya tepi insisial gigi geligi anterior rahang atas yang terlihat diikuti peningkatan vertikal dimensi oklusi. Bunyi huruf ‘F’ menentukan inklinasi sagital insisivus rahang atas. Sepertiga insisal bukal insisivus rahang atas harus berkontak dengan mukosa bibir bawah. Jika tidak terdapat kontak tersebut, mungkin insisivus terlalu pendek atau protrusi. Bunyi dari pengucapan huruf ‘S’ akan memiliki jarak yang disebut closest speaking space. 30

2.1.2Pertimbangan Estetis

(3)

2.1.2.1Bentuk

Bentuk anasir gigitiruan hendaknya dibuat harmonis dengan bentuk wajah pasien. Terdapat tiga bentuk dasar dari wajah yaitu persegi, oval, dan segitiga. Terdapat cara untuk menentukan bentuk anasir gigitiruan yang cocok berdasarkan bentuk wajah yaitu dengan cara kebalikan dari bentuk dasar wajah tersebut. Bentuk gigi geligi yang sesuai dengan wajah akan terlihat indah, sedangkan gigi geligi yang tidak sesuai dengan bentuk wajah akan terlihat kurang indah dan kurang estetis. Pengamatan ini hendaknya dikuasai oleh dokter gigi saat menghadapi pasien pengguna gigitiruan karena tiap individu pasien memiliki bentuk wajah dan bentuk gigi masing-masing. 3,8

Individu yang mempunyai bentuk dasar wajah persegi dan rahang lebar memerlukan gigi yang bentuknya juga persegi, sementara untuk gigi berbentuk segitiga dengan kontur membulat lebih disarankan untuk wanita. Frush dan Fisher menyatakan umur, jenis kelamin dan personaliti mempengaruhi estetis gigitiruan. 3

2.1.2.2Tekstur

Gigi geligi dengan tekstur tidak teratur dan kontur bulat secara umum lebih terlihat alami. Permukaan gigi yang kasar akan menghasilkan efek yang tidak sama dengan permukaan halus. Permukaan gigi yang halus memantulkan cahaya secara merata. Tekstur juga menjadi hal penting dalam pembuatan gigitiruan sebagian lepasan ketika terjadi kehilangan gigi anterior. Anasir gigitiruan pengganti harus harmonis dengan sisa gigi asli pada lengkung rahang tersebut dalam hal tekstur permukaan. 3

2.1.2.3Warna

(4)

seorang dokter gigi adalah kelompok warna kuning pada spektrum. Alasannya adalah karena warna gigi dan wajah pada dasarnya adalah kuning.Warna gigi yang dipilih tidak boleh terlihat terlalu mencolok sehingga perhatian orang tidak langsung tertuju pada gigi geligi tersebut. Kulit wajah hendaknya dapat dijadikan pedoman dalam penentuan warna gigi dibandingkan dengan warna rambut serta warna mata pasien. Warna gigi juga hendaknya dapat dibedakan berdasarkan usia, karena seiring bertambahnya usia warna gigi juga semakin gelap. 3 Faktor penentu lain warna gigi juga dapat ditentukan lewat posisi pasien dan sumber cahaya yang digunakan saat pemilihan warna anasir gigitiruan. Cahaya sinar matahari alamiah pada hari yang cerah merupakan sumber utama pencahayaan yang ideal. Selain itu, anasir gigitiruan juga harus diamati dibawah bantuan sinar lampu yang terang pada ruang praktek karena pasien pemakai gigitiruan tersebut akan lebih sering tampil dalam kondisi di dalam ruangan. 3,8

2.1.2.4Bahan

Gigitiruan yang dikenal terdiri dari bahan porselen maupun resin akrilik. Kedua tipe ini tersedia dengan berbakai bentuk, ukuran, tekstur permukaan dan warna dalam bentuk pabrikan. Kedua bahan ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Gigitiruan porselen mendistribusikan tekanan kunyah lebih besar ke mukosa dibawahnya sehingga merugikan pasien yang memiliki jaringan pendukung gigitiruan yang kurang mampu menerima tekanan besar. Gigitiruan resin akrilik mudah untuk dipoles dan lebih cepat berubah di dalam rongga mulut karena daya tahannya terhadap keausan pemakaian lebih rendah. 31

2.1.2.5Ukuran

(5)

orang yang lebih besar memiliki gigi geligi yang lebih besar pula, tetapi ada juga beberapa variasi misalnya orang yang besar mungkin memiliki gigi geligi dengan diastema diantaranya ataupun dengan susunan gigi yang berjejal. Gigi geligi yang tidak harmonis anatara panjang dan lebar tidak terlihat alami dan estetis. 3,27

2.2Penentuan Lebar Gigi Anterior Rahang Atas

Lebar gigi dianggap lebih sering diperhatikan dalam pemilihan anasir gigi tiruan dibandingkan dengan panjang gigi.7 Dokter gigi hendaknya memiliki kemampuan dalam menentukan ukuran yang harmonis bagi anasir gigitiruan pasien edentulus ketika tidak tersedianya pre-extraction record. Beberapa metode dapat digunakan sebagai panduan dalam menentukan ukuran gigi yaitu metode pengukuran anatomi wajah atau anthropologi seperti metode keliling kranial, jarak interpupil, jarak interkantal, lebar interalar, lebar intercommisural dan metode canine eminence.

5,8-13,27

Beberapa pengukuran ini dapat diukur melalui puncak interkaninus (ICTW), lebar mesio-distal gigi ataupun lebar distal kaninus (WDC).

2.2.1Cara Pengukuran Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas

a. Pengukuran melalui jarak puncak interkaninus atau Intercanine Tip Width (ICTW)

Pengukuran melalui jarak puncak interkaninus atau Intercaninus Tip Width (ICTW) dapat dilakukan pada metode pengukuran anatomi wajah yaitu dengan cara mengukur lebar gigi anterior rahang atas menggunakan kaliper digital dari titik puncak gigi kaninus kanan ke kiri secara horizontal (Gambar 1).

1,5,15,17

(6)

b. Pengukuran melalui Mesio-Distal Width

Cara ini juga digunakan untuk mengukur lebar enam gigi anterior rahang atas pada metode pengukuran anatomi wajah dengan menggunakan kaliper digital namun pengukurannya pada masing-masing lebar mesio-distal enam gigi anterior rahang atas yaitu mulai dari gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis dan kaninus pada bagian kanan dan kiri. Pengukuran mesio-distal masing-masing enam gigi tersebut kemudian dijumlahkan (Gambar 2). 12

Gambar 2. Mesio-distal width 32

c. Pengukuran melalui Width of Distal Canine (WDC)

Cara ini juga dapat digunakan untuk mengukur lebar enam gigi anterior rahang pada metode pengukuran anatomi fasial yaitu dengan menggunakan kaliper digital, kemudian pengukuran dimulai dari bagian distal gigi kaninus atau kiri ke kanan secara horizontal (Gambar 3). 5

Gambar 3. Width of Distal Canine (WDC) 33 a b c d e f

(7)

2.2.2Pengukuran Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Berdasarkan Anatomi Fasial

Beberapa cara telah dilaporkan untuk mengukur lebar enam gigi anterior rahang atas berdasarkan anatomi fasial, diantaranya melalui metode keliling kranial, jarak interpupil, jarak interkantal, lebar interalar, lebar intercommisural dan canine eminence.

a. Metode Keliling Kranial

Pemeriksaan antropologi ini dapat digunakan untuk memilih lebar anasir gigitiruan yang tepat. Lebar gigi anterior rahang atas ditentukan dengan mengukur keliling horizontal kranial yang memotong titik glabella anterior dan titik oksipital pada posterior menggunakan measuring tape. Pada manusia hidup, keliling kranial dibagi 13 untuk menentukan lebar enam gigi anterior rahang atas (Gambar 4a dan 4b). 27

Gambar 4a. Anatomi kranium dari lateral dan anterior 34

(8)

b. Metode Jarak Interpupil

Jarak interpupil diukur dari jarak pertengahan pupil kedua mata saat pandangan lurus ke depan (Gambar 5). Sharma dkk (2012) melaporkan bahwa jarak interpupil pada laki-laki lebih lebar dibandingkan perempuan dan dari korelasi Pearson terdapat hubungan positif antara jarak interpupil dengan lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis rahang atas.1 Metode interpupil merupakan salah satu metode pengukuran yang memiliki hasil konstan dibandingkan pengukuran lain yang cenderung memiliki hasil berubah-ubah karena diukur pada jaringan yang bergerak.35

Gambar 5. Anatomi mata : pupil 36 c. Metode Jarak Interkantal

(9)

Al-Wazzan (2001) melaporkan pada populasi Arab terdapat korelasi yang signifikan antara jarak interkantal dengan lebar mesio-distal gigi insisivus sentralis, jumlah lebar insisivus sentralis, jumlah lebar empat inisivus rahang atas serta jumlah lebar mesio-distal enam gigi anterior rahang atas. Al-Wazzan (2001) melaporkan perbandingan yang didapat antara jarak interkantal dengan lebar mesio-distal enam gigi anterior rahang atas adalah 1: 1,426, pada pria 1: 1,45 dan wanita 1: 1,405. 12 Patel dkk (2011) melaporkan dalam penelitiannya jarak interkaninus yang diukur melalui distal kaninus dapat diperkirakan dengan mengalikan jarak interkantal dengan 1,61. 14 El-Sheikh dkk (2010) melaporkan jarak interkaninus pada rahang atas yang diukur melalui puncak kaninus dapat diperkirakan dengan menggunakan jarak interkantal dibagi 0,9 pada penelitian di Sudan. Ada korelasi signifikan ditemukan pada jarak interkantal dengan jarak interkaninus gigi anterior yang diukur melalui puncak kaninus rahang atas pada semua subjek (p=0,015) dan pada wanita (p=0,006) tetapi tidak signifikan pada pria (p=0,682). 15 Charles dkk (2008) melaporkan pada penelitiannya di Nigeria Selatan yang merupakan ras Negoroid mengenai jarak interkantal pada orang Ijaws dan Igbos. Jarak interkantal orang Ijaws yaitu sekitar 42±5 mm. Perbedaan rerata jarak interkantal laki-laki dan perempuan orang Ijaws lebih signifikan dibanding orang Igbos. Jarak interkantal pada perempuan Ijaws lebih bervariasi dibanding orang Igbos. 37

(10)

d. Metode Lebar Interalar

(11)

Gambar 7. Anatomi luar hidung dan metode pengukuran lebar interalar 17 Ket : IAW : Interalar Width (Lebar Interalar)

MW : Mouth Width (Lebar Intercommisural)

e. Metode Lebar Intercommisural

Penggunaan metode lebar sudut mulut (intercommisural) ditentukan dengan mengukur jarak dari kedua sudut mulut (commissural) kiri ke kanan vermillion bibir ketika pasien dalam keadaan istirahat dengan bibir atas dan bawah menutup (Gambar 8). 7 Hipotesis mengatakan bahwa lebar intercommisural dijadikan patokan dalam menentukan posisi distal kaninus rahang.

Gambar 8. Metode intercommisural 16 Ket : ICoW : Intercommisural Width

f. Metode Canine Eminence

Canine eminence terbentuk pada regio antara gigi kaninus dan gigi premolar satu rahang atas. Anatomi tulang maksila terbagi atas corpus

ICoW

(12)

maxillae dan surfaces. Canine eminence akan terlihat pada anatomi tulang maksila pada pandangan lateral (Gambar 9). Jarak antara kedua canine eminence pada gigi kaninus kiri dan kanan dapat dijadikan panduan dalam menentukan lebar gigi anterior rahang atas. Jika canine eminence masih terlihat saat keadaan edentulus maka bagian distal dari anasir gigitiruan kaninus bisa ditempatkan pada sisi distal pada penonjolan canine eminance. Jika penonjolan canine eminance tidak terlihat, maka anatomi landmark lain seperti perlekatan frenulum bukalis dapat dijadikan bantuan petunjuk untuk meggantikan metode canine eminance. 8,27

Gambar 9. Anatomi tulang maksila pandangan lateral 38 A : Canine Eminance

2.3Panjang Gigi Anterior Rahang Atas

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan panjang gigi, yaitu : tinggi tepi insisal, tinggi dan rendah garis bibir, panjang wajah bagian bawah, serta perbandingan panjang dan lebar gigi. Keharmonisan dan estetis suatu anasir gigitiruan akan terlihat bila ukuran gigi yang dipakai tidak terlalu panjang ataupun terlalu pendek.39

(13)

2.3.1Tinggi Tepi Insisal

Tinggi dari enam gigi anterior rahang atas pada keadaan normal akan memperlihatkan bagian leher gigi akan bertumpang tindih dengan tepi bagian labial sekitar 2-3mm pada bagian servikal, dan tepi insisal insisivus sentralis akan terlihat berada dibawahnya pada saat posisi bibir istirahat (Gambar 10). Relasi inisivus sentralis rahang atas meluas 3 mm di bawah garis bibir dalam posisi istirahat pada orang usia muda dan pada orang tua setengah dari nilai tersebut. Literatur prostodontik menyarankan bahwa pengaturan dari tepi insisal pada gigitiruan adalah 2 mm pada posisi istirahat ini. Pengalaman dokter gigi melaporkan sekitar 3-4 mm merupakan tinggi tepi insisal yang seharusnya terlihat dan disarankan untuk menghasilkan perawatan estetis yang maksimal. Diindikasikan untuk menggunakan gigi atas yang lebih panjang bila terdapat tepi insisal atas yang lebih rendah. 4,33,40

Gambar 10. Tinggi tepi insisal anterior 41 saat istirahat

2.3.2Tinggi dan Rendahnya Garis Bibir

(14)

Gambar 11. Garis bibir terhadap gigi anterior 43

2.3.3Panjang Wajah Bagian Bawah

Ukuran gigi dapat mempengaruhi lengkung gigi sehingga berhubungan dengan panjang wajah. Esan dkk (2012) melaporkan terdapat hubungan yang lemah antara panjang wajah bagian bawah dengan gigi, terutama pada lebar gigi. Namun pada antropologi dan estetis, panjang wajah berhubungan dengan wajah bagian bawah. Sehingga dari segi panjang gigi, disarankan untuk memilihi gigi geligi yang lebih panjang untuk wajah bagian bawah yang panjang dan begitu sebaliknya (Gambar 12). 6

Gambar 12. Tinggi 1/3 wajah 43 bagian bawah

2.3.4Perbandingan Panjang dan Lebar Gigi

(15)

gigi anterior dengan menggunakan konsep golden proportion. Lombardi (1973) melaporkan bahwa konsep ini dapat digunakan dalam menentukan ukuran gigi. 44 Konsep golden proportion dengan proporsi ideal 1:1,618 dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan proporsi harmonis gigi anterior rahang atas yaitu dalam hal pemilihan ukuran dan penyusunan anasir gigitiruan anterior untuk mencapai desain senyuman yang estetis. Konsep golden proportion pada gigi anterior salah satunya terlihat pada kedua gigi insisivus sentralis rahang atas. Proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas menurut konsep golden proportion yaitu jumlah kedua insisivus sentralis atas adalah 1,618 kali lebih besar dari panjangnya. Proporsi gigi anterior jika dilihat dari depan menurut Levin, antara lain 32,45 :

• Lebar inisivus sentralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar insisivus lateralis • Lebar insisivus lateralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar kaninus

• Lebar kaninus terlihat 1,618 kali lebih besar daripada lebar premolar pertama (Gambar 13).

Gambar 13. Insisivus sentralis, insisivus lateralis dan kaninus dalam golden proportion45

(16)

Gambar 14. Rasio panjang dan lebar gigi 41

2.4Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Gigi

Faktor yang mempengaruhi ukuran gigi adalah ras dan jenis kelamin. Normalnya lokasi geografis dan latar belakang sejarah secara genetik memberikan banyak pengaruh pada gigi dan wajah. Mayoritas penelitian melaporkan bahwa pengaruh ras dan jenis kelamin terhadap gigi geligi anterior rahang atas memiliki berbagai variasi dalam hasilnya pada beberapa populasi.11 Pengaruh jenis kelamin pada gigi anterior telah dilaporkan pada banyak kelompok ras, dengan hasil laki-laki lebih lebar daripada perempuan.2

Pengetahuan akan norma-norma ras tertentu dibutuhkan dalam pengelompokan modifikasi estetis dan fungsional pada rencana perawatan, sehingga pasien dengan perbedaan ras memiliki ciri khusus yang harus diperhatikan dalam memilih anasir gigitiruan.2

2.4.1Ras

Menurut Groose, ras adalah segolong manusia yang merupakan satu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan. Ras (KBBI, 2001) didefinisikan sebagai suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama.21

(17)

dunia secara umum diklasifikasikan menjadi lima kelompok ras, yaitu : Australoid (penduduk asli Australia/Aborigin), Mongoloid (penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, yaitu Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid dan American Mongoloid), Kaukasoid (penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika dan Asia, yaitu Nordic, Alpine, Mediteranian, India), Negroid (penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia, yaitu African Negroid, Negrito dan Malanesian) serta ras-ras khusus (ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, yaitu Bushman, Veddoid, Polynesian, Ainu). Ralph Linton (1936) melaporkan bahwa terdapat tiga pembagian ras utama di dunia yaitu ras Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid.21

2.4.1.1Kaukasoid

Ras Kaukasoid (orang kulit putih) memiliki ciri-ciri fisik, seperti hidung mancung, kulit berwarna putih , bibir tipis, rambut pirang sampai cokelar kehitaman dan kelopak mata lurus. 21 Karakteristik tengkorak dan gigi geligi ras Kaukasoid berbentuk seperti mata pisau (blade shape), profil wajah lurus (ortognatik), indeks kranial meskokranium, indeks fasial panjang serta profil dagu lebih menonjol. 24 Ras Kaukasoid menduduki hampir seluruh Eropa, Asia Barat Daya sampai ke Sungai Gangga, Timur Tengah dan Afrika Utara. Ras ini juga terdiri dari subras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India (Gambar 15). 22

(18)

2.4.1.2Mongoloid

Ras Mongoloid (orang kulit kuning) memiliki ciri-ciri utama kulit sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia terdiri atas subras Tionghoa (Jepang, Taiwan, Vietnam) serta subras Melayu terdiri atas Indonesia, Malaysia dan Filipina. Sementara Mongoloid Indian terdiri atas orang-orang Indian di Amerika.21 Karakteristik tengkorak dan gigi geligi ras Mongoloid berupa lengkung rahang berbentuk parabolic dengan bentuk insisivus rahang atas seperti kapak (shovel shaped incisors), profil wajah intermediate, bentuk kranial lebar, memiliki hidung berukuran sedang dengan tulang nasal kecil dan konkaf. Ukuran gigi geligi ras Mongoloid adalah yang terbesar bila dbandingkan dengan ras Kaukasoid dan Negroid. Ralp Linton (1936) menyebutkan bahwa Indonesia tergolong dalam ras Mongoloid. 21,24

Indonesia terdiri dari Indonesia asli yaitu suku Proto Melayu (Melayu tua) dan suku Deutro Melayu (Melayu muda). Suku Proto Melayu terdiri dari suku Batak, Gayo, Sasak, Nias, Kubu dan Toraja serta suku Deutro-Melayu yang terdiri dari orang Minangkabau, Jawa, Aceh, Bali, Lampung, Sumatera Pesisir, Bugis/Makassar, Manado Pesisir, Sunda Kecil Timur dan Melayu (Gambar 16). 2,12,21,22

Gambar 16. Ras Mongoloid A.Suku Proto Melayu B. Suku Deutro Melayu

2.4.1.3Negroid

(19)

Nilitz, Negara Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boyesman. Ras Negroid sebagian besar mendiami benua Afrika di sebelah selatan Gurun Sahara (Gambar 17).

21

Karakteristik tengkorak dan gigi geligi ras Negroid berbentuk mata pisau (blade shape) dengan diastema pada garis median, profil wajah yang menonjol (prognatik), indeks fasial lebar hingga sangat lebar.24

Gambar 17. Ras Negroid laki-laki dan perempuan

2.4.2 Jenis Kelamin

(20)

2.5 Kerangka Teori

Pemilihan Anasir Gigitiruan Anterior Rahang Atas

(21)

2.6 Kerangka Konsep

Jarak Interkantal (Intercanthal Distance=ICD)

Lebar Interalar (Interalar Width=IAW)

Pengukuran Pengukuran

(Dharap A dkk (2013) pada populasi di Arab) (El-Sheikh dkk (2010) pada populasi di Sudan)

Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas

Jarak Puncak Interkaninus atau Intercanine Tip Width

(ICTW)

Pengukuran jarak dari puncak kaninus kiri ke kaninus kanan pada rahang atas

Faktor yang mempengaruhi

Jenis

Kelamin Ras

Laki-laki Perempuan Indonesia Asli

Mongoloid

Deutro- Melayu Proto-

(22)

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan perbandingan lebar enam gigi anterior yang diukur melalui jarak puncak interkaninus rahang atas dengan jarak interkantal pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan suku dan jenis kelamin

2. Ada perbedaan perbandingan lebar enam gigi anterior yang diukur melalui jarak puncak interkaninus rahang atas dengan lebar interalar pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2011-2014 berdasarkan suku dan jenis kelamin

Gambar

Gambar 1. Intercanine tip width (ICTW )17
Gambar 3. Width of Distal Canine (WDC) 33
Gambar 4a. Anatomi kranium dari lateral dan anterior 34
Gambar 5. Anatomi mata : pupil 36
+4

Referensi

Dokumen terkait

Namun masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta bukan hanya perihal transportasi massa yang harus dibenahi karena jika hanya hal tersebut yang dibenahi namun

Hasil perhitungan statistik menggunakan Kendal tau seperti yang disajikan pada tabel 4.4 dengan nilai p-value = 0,001 sehingga p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha

Sembilan ketentuan syaria’t tentang kepemilikan individu adalah: Pemanfaatan kekayaan, pembayaran zakat, pengunaan yang bermanfaat, pengunaan yang tidak merugikan,

Hasil analisis data didapatkan nilai signifikan p-value 0,029 (p-value<0,05) dan hasil koefisien kontigensi 0,401 sehingga menunjukkan ada hubungan yang cukup kuat

Pengaruh Pemberdayaan Pegawai, Komitmen dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Provinsi Bangka Belitung”, adalah

To further elaborate on these findings, it is important to note that the stress ratings associated with the break and enter call suggest that either the crime fighting role is

Besarnya minat masyarakat terhadap berbagai program studi yang ditawarkan FISIP, merupakan kekuatan yang menunjang Jurusan Sosiologi untuk melakukan akselerasi

" Momen dari sebuah gaya terhadap suatu titik adalah sama dengan jumlah momen dari komponen-komponen gayanya. terhadap titik