BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum dan negara yang sedang berkembang
yang berusaha mengejar ketertinggalannya untuk menjadi negara maju dengan
konsep pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan keterlibatan negara dan
warga negara dalam segala bidang sangat diharapkan.perkembangan Negara
Indonesia telah menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional
yang perlu dilanjutkan dengan dukungan pemerintah dan seluruh potensi
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menepatkan pungutan-pungutan berupa
pajak sebagai salah satu perwujudan kewajiban kewarganegaraan yang merupakan
sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan
agar pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri
berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang
perpajakan harus selalu ditunjang dengan iklim yang mendukung peran aktif
masyarakat serta pemahaman hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan
untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut
dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat
dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah.Oleh karena itu peran
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibanya membayar pajak
Pajak dipungut oleh negara untuk dipergunakan menjalankan tugas rutin,
dan pembangunan yang memerlukan biaya. Disamping itu pajak tidak hanya
berfungsi sebagai alat mengatur perekonomian. Kebijakan dalam bidang
perpajakan yang efektif dapat berperan untuk menjaga keseimbangan ekonomi
dan inflasi. Kebijakan dalam bidang perpajakan tersebut mempunyai peranan
penting dalam keadilan sosial,alokasi sumber-sumber,distribusi pendapatan dan
akumulasi modal,lebih dari itu, kebijakan perpajakan tersebut, dapat berperan
untuk mendidik rakyat berkesadaran politik dan bernegara adalah kerelaan
berkorban untuk kepentigan negara, salah satunya adalah kerelaan membayar
pajak.
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 perubahan
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
diikuti dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah timbul
hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, sehingga perlu dikelola
dalam suatu sistem pengelolaan keuangan dan merupakan elemen pokok dalam
Percepatan pelaksaanaan otonomi daerah sebagai implementasi
Undang-undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang-undang
Nomor 34 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah telah bergulir di daerah. Banyak harapan yang dimungkinkan dari
penerapan otonomi daerah, seiring dengan itu tidak sedikit pula masalah,
tantangan, dan kendala yang dihadapi oleh daerah.
Melalui otonomi diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan
seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur
daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu memainkan peranannya dalam
membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi
sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah secara
ekonomi yang wajar, efektif, efesien, termasuk kemampuan perangkat daerah
meningkatkan kinerja, mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasnya
maupun kepada publik / masyarakat.
Pajak pada mulanya merupakan upeti (pemberian secara cuma-Cuma
tetapi sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan dan harus
dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat). Ketika itu, rakyat memberikan upetinya
kepada raja atau penguasa dalam bentuk natura, berupa padi, ternak atau hasil
tanaman lainnya seperti pisang, kelapa dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan
rakyat saat itu digunakan untuk keperluan /kepentingan raja atau penguasa
setempat.1
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.2 Kata-kata bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung, menunjukkan
ketidaksimpetrisan hubungan antar negara dan masyarakat (dalam hal ini
penbayaran pajak).
Pajak hiburan adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang
diandalkan pemerintah kota untuk pembiayaan pembangunan. Betapa tidak, Kota
Medan yang merupakan salah satu kota wisata saat ini yang dimana terdapat
banyaknya tempat hiburan seperti mall, tempat karaoke, tempat tontonan film
bioskop, klub malam, pagelaran seni dan sebagainya. Dengan adanya fenomena
ini seharusnya bisa menjadikan pajak hiburan sebagai sumber penerimaan daerah
yang potensial bagi Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan.
Dari latar belakang inilah penulis ingin melakukan penyusunan skripsi
dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara (Studi Di Kota
Medan)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
2 Haula Rosiana, Pengantar Ilmu Pajak (Kebijakan dan Implementasi di Indonesia
1. Bagaimana pengaturan pajak hiburan di Kota Medan?
2. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2011 tentang
Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara ?
3. Apa kendala dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara ?
C. Tujuan dam Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaturan pajak hiburan di Kota Medan
b. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2011
tentang Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara ?
c. Untuk mengetahui kendala dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor
7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi
Negara
2. Manfaat penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi kalangan akademis
dalam menambah pengetahuan serta menjadi masukan bagi
peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti sektor pajak hiburan. Dapat menambah
cara mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan dalam
pembahasan masalah pengelolaan pajak.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan berguna sebagai bahan masukan
dan referensi bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk lebih
mengefektifkan pengelolaan pajak hiburan.
D. Keaslian Penulisan
Keaslian penelitian skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran
penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang
berkaitan dengan judul dari skripsi penulis, ditambah sumber riset dari lapangan
di Kantor Pajak Kota Medan. Dalam kesempatan ini penulis akan membahas
tentang Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara (Studi Di Kota Medan) yang
diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas segala
kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan hasil
penelitian
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pajak daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah. Pajak pusat diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pajak Daerah yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, terdiri atas 5 jenis pajak daerah provinsi dan 11 jenis pajak daerah
Hiburan/kota adalah sebagai berikut
Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
Jenis Pajak Hiburan/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Hiburan;
e. Pajak Penerangan Jalan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.3
2. Fungsi Pajak Daerah
Pajak daerah adalah bentuk pajak yang dipungut oleh negara yang
pelaksanaan pemungutannya diserahkan kepada daerah. Maka pajak daerah
merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia, oleh karena itu pelaksanaannya tetap diatur
dalam peraturan perundangan-undangan. Dalam hal pemungutannya secara
konstitusional Undang Undang Dasar 1945 menentukan sebagai berikut: Pasal 5
ayat (1) yang menyatakan: "Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang
Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. Pasal 18 yang
menyatakan: “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas Kota, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang Undang”. “Dewan Perwakilan
Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang Undang”. Pasal 23 ayat (2)
menyatakan: “ Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang Undang.
Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang
Pemerintahan Daerah, di antara pasal-pasalnya menentukan antara lain :
1. Pasal 157 yang menyatakan bahwa Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu :
1) Hasil Pajak Daerah;
2) Hasil Retribusi Daerah;
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
4) Lain-Lain PAD yang sah.
b. Dana Perimbangan.
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah.
2. Pasal 158 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pajak daerah dan retribusi daerah
ditetapkan dengan Undang Undang yang pelaksanaannya di daerah diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Daerah (Perda).
Pada dasarnya dengan berlakunya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014,
tentang Pemerintahan Daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
pembangunan daerah, maka dalam hal ini fungsi pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah adalah sebagai berikut:4
a. Fungsi anggaran (Fungsi budgeter), Sebagai sumber pendapatan negara,
pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk
pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak
b. Fungsi mengatur (fungsi regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,
baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi investasi, yang dimaksud dengan fungsi investasi adalah wajib
pajak telah menyisihkan sebagian pengahsilan atau kekayaan untuk
kepentingan Negara maupun daerah. Sebenarnya pajak yang dibayar
merupakan peran serta wajib pajak menanamkan modal agar dapat
3. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.5 Pajak Hiburan
adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu, Pajak Hiburan dapat pula
diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Dalam
pemungutan Pajak Hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui.
terminologi tersebut antara lain:
a. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, permainan ketangkasan,
dan atas keramaian dengan nama dan bentuk apa pun, yang ditontotn atau
dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
penggunaan fasilitas untuk berolahraga.
b. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik
untuk atas namanya sendiri atau badan yang bertindak baik untuk atas
namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.
c. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan
untuk melihat dan atau mendengar atau menikmatinya atau menggunakan
fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara,
karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk melakukan
tugas pengawasan.
d. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam
bentuk apa pun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta
wajib pajak sebagai penukar atas pemakaian dan atau pembelian jasa hiburan
serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apa
pun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan hiburan. Termasuk dalam pengertian pembayaran adalah
jumlah yang diterima atau seharusnya diterima, termasuk yang akan diterima,
antara lain pembayaran yang dilakukan tidak secara tunai.
e. Tanda masuk adalah semua tanda atua alat atau cara yang sah dengan nama
dan dalam bentuk aapa pun yang dapat digunakan untuk menonton,
menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara
yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalsasu oleh Dinas Pendapatan
Daerah Hiburan/Kota. Termasuk tanda masuk di sini adalah tanda masuk
dalam bentuk dan dengan nama apa pun, misalnya karcis, tiket undangan,
kartu langganan, kartu anggota (membership), dan sejenisnya.
f. Harga tanda masuk, selanjutnya disingkat HTM, adalah bayaran nilai uang
yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau
pengunjung.
4. Kedudukan Pajak dalam Hukum Administrasi Negara
Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu
Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan
Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan
mana bersumber dari kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi.
yang bersifat umum (publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang
jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan
terhadap siapa orang itu berhubungan.
Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur tiap – tiap hubungan di antara
negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak
dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang
mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat
perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum
Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau
perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan
warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.6 Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau mengatur
kepentingan individu, seperti Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain
sebagainya. Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum
Publik karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah
kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan
nasional (bangsa), masyarakat dan negara.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu
dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan yang kemudian
mengadakan analisa terhadap masalah yang dihadapi tersebut. Metode penelitian
hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang
mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier. 7 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang dilakukan dan
diajukan pada berbagai peraturan perundang-undangan tertulis dan berbagai
literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi.
2. Sumber Data
Di dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan
data skunder. Metode pengumpulan data primer adalah dengan melakukan
wawancara dengan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah IV Dinas
Pendapatan Kota Medan.
Pengumpulan data skunder dibagi tiga, yaitu:
a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan.
b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang menunjang bahan hukum
primer seperti pendapat ahli hukum.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus
besar bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Ensiklopedia.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Library Research (Studi Kepustakaan) yaitu mempelajari dan menganalisa
secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan
kuliah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas
dalam skripsi ini.
b. Field Research (Studi Lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan secara
langsung ke lapangan, perolehan data ini dilakukan dengan cara
wawancara langsung dengan pimpinan Dinas Pajak Kota Medan.
4. Analisis data
Dalam penelitian ilmu hukum aspek empiris dikenal dua model analisis
yakni, analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Jenis penelitian yang
dilakukan penulis adalah penelitian hukum empiris dengan jenis pendekatan
penelitian deskriptif, maka teknis analisis data yang penulis lakukan dalam skripsi
ini adalah teknis analisis data kualitatif atau disebut deskriptif kualitatif.
Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder,
akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistimatis,
digolongkan dalam pola dan tema, diketagorisasikan dan diklasifikasikan,
dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk
memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari
Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian
data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan
analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif
dan sistimatis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang
menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan
membagi pembahasan keseluruhan ke dalam Hiburanbab terperinci adapun
bagiannya, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II PENGATURAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MEDAN
Bab ini berisikan tentangan tinjauan umum tentang pajak, pajak
hiburan sebagai salah satu pendapatan asli daerah dan pengaturan
pajak hiburan di Kota Medan.
BAB III IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN
2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DITINJAU DARI HUKUM
Bab ini berisikan Gambaran Umum Kota Medan, implementasi
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan,
Pengawasan terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Pajak Hiburan dan Sanksi Administratif terhadap
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
BAB IV KENDALA DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN
DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK
HIBURAN DITINJAU DARI HUKUM ADMNISTRASI
NEGARA
Bab ini berisikan Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan dan
upaya dalam mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan
Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hiburan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, penulis
mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu
penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada