• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum dan negara yang sedang berkembang

yang berusaha mengejar ketertinggalannya untuk menjadi negara maju dengan

konsep pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan keterlibatan negara dan

warga negara dalam segala bidang sangat diharapkan.perkembangan Negara

Indonesia telah menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional

yang perlu dilanjutkan dengan dukungan pemerintah dan seluruh potensi

masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menepatkan pungutan-pungutan berupa

pajak sebagai salah satu perwujudan kewajiban kewarganegaraan yang merupakan

sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan

agar pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri

berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang

perpajakan harus selalu ditunjang dengan iklim yang mendukung peran aktif

masyarakat serta pemahaman hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut

dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat

(2)

dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah.Oleh karena itu peran

masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibanya membayar pajak

Pajak dipungut oleh negara untuk dipergunakan menjalankan tugas rutin,

dan pembangunan yang memerlukan biaya. Disamping itu pajak tidak hanya

berfungsi sebagai alat mengatur perekonomian. Kebijakan dalam bidang

perpajakan yang efektif dapat berperan untuk menjaga keseimbangan ekonomi

dan inflasi. Kebijakan dalam bidang perpajakan tersebut mempunyai peranan

penting dalam keadilan sosial,alokasi sumber-sumber,distribusi pendapatan dan

akumulasi modal,lebih dari itu, kebijakan perpajakan tersebut, dapat berperan

untuk mendidik rakyat berkesadaran politik dan bernegara adalah kerelaan

berkorban untuk kepentigan negara, salah satunya adalah kerelaan membayar

pajak.

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah sebagaimana

yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 perubahan

atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

diikuti dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah timbul

hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, sehingga perlu dikelola

dalam suatu sistem pengelolaan keuangan dan merupakan elemen pokok dalam

(3)

Percepatan pelaksaanaan otonomi daerah sebagai implementasi

Undang-undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang-undang

Nomor 34 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah telah bergulir di daerah. Banyak harapan yang dimungkinkan dari

penerapan otonomi daerah, seiring dengan itu tidak sedikit pula masalah,

tantangan, dan kendala yang dihadapi oleh daerah.

Melalui otonomi diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan

seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur

daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu memainkan peranannya dalam

membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi

sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah secara

ekonomi yang wajar, efektif, efesien, termasuk kemampuan perangkat daerah

meningkatkan kinerja, mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasnya

maupun kepada publik / masyarakat.

Pajak pada mulanya merupakan upeti (pemberian secara cuma-Cuma

tetapi sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan dan harus

dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat). Ketika itu, rakyat memberikan upetinya

kepada raja atau penguasa dalam bentuk natura, berupa padi, ternak atau hasil

tanaman lainnya seperti pisang, kelapa dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan

rakyat saat itu digunakan untuk keperluan /kepentingan raja atau penguasa

setempat.1

(4)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.2 Kata-kata bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung, menunjukkan

ketidaksimpetrisan hubungan antar negara dan masyarakat (dalam hal ini

penbayaran pajak).

Pajak hiburan adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang

diandalkan pemerintah kota untuk pembiayaan pembangunan. Betapa tidak, Kota

Medan yang merupakan salah satu kota wisata saat ini yang dimana terdapat

banyaknya tempat hiburan seperti mall, tempat karaoke, tempat tontonan film

bioskop, klub malam, pagelaran seni dan sebagainya. Dengan adanya fenomena

ini seharusnya bisa menjadikan pajak hiburan sebagai sumber penerimaan daerah

yang potensial bagi Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan.

Dari latar belakang inilah penulis ingin melakukan penyusunan skripsi

dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang

Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara (Studi Di Kota

Medan)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

2 Haula Rosiana, Pengantar Ilmu Pajak (Kebijakan dan Implementasi di Indonesia

(5)

1. Bagaimana pengaturan pajak hiburan di Kota Medan?

2. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2011 tentang

Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara ?

3. Apa kendala dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara ?

C. Tujuan dam Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaturan pajak hiburan di Kota Medan

b. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2011

tentang Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara ?

c. Untuk mengetahui kendala dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor

7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi

Negara

2. Manfaat penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi kalangan akademis

dalam menambah pengetahuan serta menjadi masukan bagi

peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti sektor pajak hiburan. Dapat menambah

(6)

cara mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan dalam

pembahasan masalah pengelolaan pajak.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan berguna sebagai bahan masukan

dan referensi bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk lebih

mengefektifkan pengelolaan pajak hiburan.

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penelitian skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran

penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang

berkaitan dengan judul dari skripsi penulis, ditambah sumber riset dari lapangan

di Kantor Pajak Kota Medan. Dalam kesempatan ini penulis akan membahas

tentang Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak

Hiburan Ditinjau Dari Hukum Admnistrasi Negara (Studi Di Kota Medan) yang

diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas segala

kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan hasil

penelitian

(7)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pajak daerah

Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada

pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan

Daerah. Pajak pusat diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pajak Daerah yang diatur

dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, terdiri atas 5 jenis pajak daerah provinsi dan 11 jenis pajak daerah

Hiburan/kota adalah sebagai berikut

Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak Hiburan/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Hiburan;

e. Pajak Penerangan Jalan;

(8)

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.3

2. Fungsi Pajak Daerah

Pajak daerah adalah bentuk pajak yang dipungut oleh negara yang

pelaksanaan pemungutannya diserahkan kepada daerah. Maka pajak daerah

merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah dalam konteks

Negara Kesatuan Republik Indonesia, oleh karena itu pelaksanaannya tetap diatur

dalam peraturan perundangan-undangan. Dalam hal pemungutannya secara

konstitusional Undang Undang Dasar 1945 menentukan sebagai berikut: Pasal 5

ayat (1) yang menyatakan: "Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang

Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. Pasal 18 yang

menyatakan: “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas Kota, dan kota itu mempunyai

pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang Undang”. “Dewan Perwakilan

Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang Undang”. Pasal 23 ayat (2)

(9)

menyatakan: “ Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang Undang.

Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang

Pemerintahan Daerah, di antara pasal-pasalnya menentukan antara lain :

1. Pasal 157 yang menyatakan bahwa Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari :

a. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu :

1) Hasil Pajak Daerah;

2) Hasil Retribusi Daerah;

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan

4) Lain-Lain PAD yang sah.

b. Dana Perimbangan.

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah.

2. Pasal 158 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pajak daerah dan retribusi daerah

ditetapkan dengan Undang Undang yang pelaksanaannya di daerah diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Daerah (Perda).

Pada dasarnya dengan berlakunya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014,

tentang Pemerintahan Daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan

pembangunan daerah, maka dalam hal ini fungsi pemungutan pajak daerah dan

retribusi daerah adalah sebagai berikut:4

a. Fungsi anggaran (Fungsi budgeter), Sebagai sumber pendapatan negara,

pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk

menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,

(10)

negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan

pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja

pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk

pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,

yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan

pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan

pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama

diharapkan dari sektor pajak

b. Fungsi mengatur (fungsi regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan

pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal,

baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas

keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,

pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

c. Fungsi investasi, yang dimaksud dengan fungsi investasi adalah wajib

pajak telah menyisihkan sebagian pengahsilan atau kekayaan untuk

kepentingan Negara maupun daerah. Sebenarnya pajak yang dibayar

merupakan peran serta wajib pajak menanamkan modal agar dapat

(11)

3. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.5 Pajak Hiburan

adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu, Pajak Hiburan dapat pula

diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Dalam

pemungutan Pajak Hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui.

terminologi tersebut antara lain:

a. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, permainan ketangkasan,

dan atas keramaian dengan nama dan bentuk apa pun, yang ditontotn atau

dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk

penggunaan fasilitas untuk berolahraga.

b. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik

untuk atas namanya sendiri atau badan yang bertindak baik untuk atas

namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi

tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.

c. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan

untuk melihat dan atau mendengar atau menikmatinya atau menggunakan

fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara,

karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk melakukan

tugas pengawasan.

d. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam

bentuk apa pun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta

(12)

wajib pajak sebagai penukar atas pemakaian dan atau pembelian jasa hiburan

serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apa

pun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung dengan

penyelenggaraan hiburan. Termasuk dalam pengertian pembayaran adalah

jumlah yang diterima atau seharusnya diterima, termasuk yang akan diterima,

antara lain pembayaran yang dilakukan tidak secara tunai.

e. Tanda masuk adalah semua tanda atua alat atau cara yang sah dengan nama

dan dalam bentuk aapa pun yang dapat digunakan untuk menonton,

menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara

yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalsasu oleh Dinas Pendapatan

Daerah Hiburan/Kota. Termasuk tanda masuk di sini adalah tanda masuk

dalam bentuk dan dengan nama apa pun, misalnya karcis, tiket undangan,

kartu langganan, kartu anggota (membership), dan sejenisnya.

f. Harga tanda masuk, selanjutnya disingkat HTM, adalah bayaran nilai uang

yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau

pengunjung.

4. Kedudukan Pajak dalam Hukum Administrasi Negara

Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu

Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan

Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan

mana bersumber dari kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi.

(13)

yang bersifat umum (publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang

jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan

terhadap siapa orang itu berhubungan.

Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur tiap – tiap hubungan di antara

negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak

dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang

mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula

hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat

perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum

Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau

perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan

warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana,

Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.6 Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau mengatur

kepentingan individu, seperti Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain

sebagainya. Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum

Publik karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah

kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan

nasional (bangsa), masyarakat dan negara.

(14)

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu

dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan yang kemudian

mengadakan analisa terhadap masalah yang dihadapi tersebut. Metode penelitian

hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang

mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier. 7 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang dilakukan dan

diajukan pada berbagai peraturan perundang-undangan tertulis dan berbagai

literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi.

2. Sumber Data

Di dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan

data skunder. Metode pengumpulan data primer adalah dengan melakukan

wawancara dengan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah IV Dinas

Pendapatan Kota Medan.

Pengumpulan data skunder dibagi tiga, yaitu:

a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yang bersifat

mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Peraturan

Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan.

b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang menunjang bahan hukum

primer seperti pendapat ahli hukum.

(15)

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus

besar bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Library Research (Studi Kepustakaan) yaitu mempelajari dan menganalisa

secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan

kuliah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas

dalam skripsi ini.

b. Field Research (Studi Lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan secara

langsung ke lapangan, perolehan data ini dilakukan dengan cara

wawancara langsung dengan pimpinan Dinas Pajak Kota Medan.

4. Analisis data

Dalam penelitian ilmu hukum aspek empiris dikenal dua model analisis

yakni, analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Jenis penelitian yang

dilakukan penulis adalah penelitian hukum empiris dengan jenis pendekatan

penelitian deskriptif, maka teknis analisis data yang penulis lakukan dalam skripsi

ini adalah teknis analisis data kualitatif atau disebut deskriptif kualitatif.

Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder,

akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistimatis,

digolongkan dalam pola dan tema, diketagorisasikan dan diklasifikasikan,

dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk

memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari

(16)

Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian

data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan

analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif

dan sistimatis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang

menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang

saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan

membagi pembahasan keseluruhan ke dalam Hiburanbab terperinci adapun

bagiannya, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MEDAN

Bab ini berisikan tentangan tinjauan umum tentang pajak, pajak

hiburan sebagai salah satu pendapatan asli daerah dan pengaturan

pajak hiburan di Kota Medan.

BAB III IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN

2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DITINJAU DARI HUKUM

(17)

Bab ini berisikan Gambaran Umum Kota Medan, implementasi

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan,

Pengawasan terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Pajak Hiburan dan Sanksi Administratif terhadap

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

BAB IV KENDALA DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN

DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK

HIBURAN DITINJAU DARI HUKUM ADMNISTRASI

NEGARA

Bab ini berisikan Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan dan

upaya dalam mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan

Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak

Hiburan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, penulis

mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu

penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada

Referensi

Dokumen terkait

Dari perbandingan antara hasil penelitian dengan dua model tersebut maka dapat dikonformasi adanya pengaruh mediasi kepercayaan antar organi- sasi pada hubungan

The diabetic model rats were divided into 5 random- ized treatment groups including diabetes control (DM) ie untreated diabetic model rat, treatment group given green okra

Eisenhard (1989) mengungkapkan bahwa yang menjadi fokus pada teori keagenan adalah tentang: 1) bagaimana menentukan kontrak yang paling efisien yang mengatur pola

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk Sistem Pendukung Keputusan adalah dengan menggunakan Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM).. Adapun aplikasi yang

• El administrador de grupo necesita hacer un control final de las auditorías internas para saber si las auditores internos necesitan más capacitación o no. Criterios

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka (“ POJK No. 32 ”),

Pemegang saham yang tidak hadir dapat diwakili oleh kuasanya dalam Rapat dengan membawa Surat Kuasa, dengan ketentuan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,

This applies to data and metadata generated for discipline-agnostic information sharing systems and for discipline-specific databases (Ben-Dor et al., 2015). In the