• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sikap Mahasiswa Universitas Samudra Langsa Terhadap Tugas dan Wewenang Wilayatul Hisbah di Kota Langsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Sikap Mahasiswa Universitas Samudra Langsa Terhadap Tugas dan Wewenang Wilayatul Hisbah di Kota Langsa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SIKAP 1. Definisi Sikap

Kata attitude berasal dari bahasa Latin yaitu aptus. Kata ini memiliki arti

fit dan siap untuk aksi. Jika mengacu pada definisi ini, maka sikap merupakan

sesuatu yang dapat langsung diobservasi. Namun saat ini, para ahli melihat sikap

sebagai sebuah konstruk yang mengawali perilaku dan sebagai panduan individu

dalam membuat pilihan dan keputusan untuk melakukan tindakan (Hogg &

Vaughan, 2002).

Alport (dalam Hogg & Vaughan, 2002) mendefinisikan sikap sebagai

suatu kesiapan mental yang terorganisir melalui pengalaman, menggunakan

arahan atau pengaruh yang dinamis terhadap respon individu pada semua objek

maupun situasi yang berhubungan.

Sikap merujuk pada evaluasi yang dilakukan oleh seseorang terhadap

berbagai aspek yang ada di dunia sosial dan bagaimana evaluasi tersebut dapat

memunculkan rasa suka atau tidak suka seseorang terhadap sebuah isu, ide,

seseorang, kelompok sosial dan objek yang dievaluasi (Baron & Byrne, 2004).

Three component model menyebutkan bahwa sikap mengekspresikan

(2)

mempunyai sikap yang positif terhadap suatu objek ketika kepercayaan, perasaan

dan prilaku mereka menunjukkan bahwa mereka memihak atau favorability

terhadap objek, sebaliknya seseorang mempunyai sikap negatif terhadap objek

ketika kepercayaan, perasaan dan perilaku mereka menunjukkan mereka tidak

berpihak atau unfavorability terhadap objek (Zanna & Rample dalam Weiner,

2003).

Menurut three-component attitude model, sikap terdiri dari 3 hal yaitu

kognitif, afektif dan konatif. Perlu ditekankan bahwa definisi ini tidak hanya

meliputi 3 komponen tetapi juga menekankan bahwa (Hogg & Vaughan, 2002):

a. Sikap merupakan sesuatu yang relatif permanen, sikap bertahan dari waktu ke

waktu dan situasi.

b. Sikap terbatas pada kejadian atau benda yang penting secara sosial.

c. Sikap dapat digeneralisasikan dan terlibat dalam abstraksi.

Azwar (2010) dalam bukunya yang berjudul Sikap Manusia

menggolongkan definisi sikap kedalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap

merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi dari perasaan. Sikap dapat berupa

perasaan memihak (favorable) ataupun perasaan tidak memihak (unfavorable)

terhadap suatu objek. Kedua, sikap adalah suatu kesiapan untuk memberikan

reaksi kepada sebuah objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga, sikap mengacu

pada skema tiadik (triadic scheme), yaitu konstelasi dari komponen kognitif,

(3)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan untuk bereaksi secara positif

atau negatif yang relatif permanen yang merupakan hasil interaksi dari komponen

kognitif, afektif dan konatif.

2. Komponen Sikap

Menurut skema triadik, sikap terdiri dari 3 komponen yang saling

berhubungan, yaitu komponen kognitif (cognitive), afektif (affective), dan konatif

(conative) (Taylor, Peplau, & Sears, 2009) .

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif terdiri dari pemikiran seseorang tentang sebuah objek

tertentu. Komponen kogtitif juga meliputi fakta, pengetahuan dan kepercayaan

yang dimiliki seseorang terhadap apa yang benar dan apa yang berlaku pada objek

sikap. Ketika kepercayaan ini telah terbentuk, maka kepercayaan ini akan menjadi

dasar pengetahuan yang diyakini oleh seseorang tentang apa yang dapat

diharapkan dari sebuah objek tertentu. Kepercayaan inilah yang menyederhanakan

dan mengatur apa yang kita lihat dan temui dalam hidup kita.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif terdiri dari emosi dan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap suatu stimulus, khususnya evaluasi positif dan negatif. Komponen afektif

meliputi masalah sosial subjektif yang dirasakan oleh seseorang kepada suatu

(4)

disamakan dengan perasaan pribadi yang dimiliki oleh seseorang pada sesuatu.

Namun, perasaan pribadi yang dimiliki oleh seseorang itu terkadang jauh berbeda

jika dihubungkan dengan sikap. Secara umum, reaksi emosional yang merupakan

komponen afektif banyak dipengaruhi oleh sebuah kepercayaan mengenai sesuatu

yang benar dan berlaku terhadap objek yang dimaksud.

c. Komponen Konatif atau Perilaku

Komponen konatif atau perilaku merupakan tendensi atau kecenderungan

untuk melakukan tindakan tertentu yang berhubungan dengan objek sikap.

Komponen ini menunjukkan bagaimana kecenderungan seseorang untuk

berperilaku terhadap sebuah objek sikap yang dihadapinya. Azwar (2010) dalam

bukunya menyatakan bahwa kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap

objek sikap cenderung konsisten dan juga sesuai dengan kepercayaan dan

perasaan yang akan membentuk sikap individu. Oleh karenanya, sangat masuk

akal apabila kita mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkan atau

dimunculkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek sikap tersebut.

3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Azwar (2010) dalam bukunya yang berjudul Sikap Manusia

menyimpulkan bahwa ada enam hal yang dapat mempengaruhi sikap seseorang,

yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Apa saja yang telah dan sedang dialami oleh seorang individu akan memiliki

(5)

stimulus sosial. Middlebrook (dalam Azwar, 2010) mengatakan bahwa ketika

seorang individu tidak memiliki pengalaman sama sekali terhadap objek sikap

maka orang tersebut akan cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap

objek sikap tersebut. Agar pengalaman dapat dijadikan dasar dalam

pembantukan sikap, pengalaman tersebut harus sangat kuat dan meninggalkan

kesan yang cukup kuat. Sikap lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi

yang terjadi ikut melibatkan faktor emosional dari individu itu sendiri.

Namun, pembentukan sikap dari pengalaman pribadi ini tidaklah sederhana,

dimana satu pengalaman tunggal belum tentu dijadikan dasar dalam

pembentukan sikap. Namun beberapa pengalaman yang dialami oleh individu

yang bersifat relevan dan bisa saja terjadi di masa lalu yang mungkin dapat

membentuk sikap.

b. Pengaruh orang yang dianggap penting

Sikap juga dapat dipengaruhi oleh significant others, yaitu orang-orang yang

dianggap penting dan memiliki arti khusus pada seorang individu. Secara

umum, individu akan lebih cenderung untuk memilih sikap yang sesuai atau

searah dengan significant others yang dianggapnya penting. Hal ini dapat

dikarenakan adanya motivasi untuk berafiliasi dengan orang tersebut ataupun

dilakukan dikarenakan individu tersebut berusaha menghindari konflik yang

mungkin terjadi antara dia dan orang yang dianggapnya penting.

(6)

Disadari ataupun tidak, sikap seorang individu dapat dipengaruhi oleh

lingkungan dan kebudayaan ditempat ia tinggal. Kebudayaan menanamkan

bagaimana arah sikap seorang individu terhadap barbagai macam masalah.

d. Media massa

Media massa, seperti televisi, surat kabar, radio, dan sejenisnya, juga

berpengaruh besar terhadap sikap. Dalam penyampaian informasi sebagai

tujuan utamanya, media masa juga membawa pesan yang bersifat sugesti yang

mungkin mengarahkan opini seseorang.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama merupakan pendidikan dasar yang

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Konsep

moral dan ajaran agama sangat berperan penting dalam membentuk

kepercayaan yang dirasakan oleh individu tersebut. Hal ini juga dapat

membentuk dan menentukan arah sikap pada seorang individu terhadap objek

sikap.

f. Pengaruh faktor emosional

Sikap tidak hanya ditentukan oleh faktor lingkungan saja, namun sikap dapat

juga dipengaruhi oleh faktor emosional dari diri individu itu sendiri.

Terkadang sikap didasari oleh emosi yang dimiliki oleh individu itu sendiri.

Dimana emosi itu dapat juga membentuk arah sikap pada seseorang.

(7)

Terkadang sebuah perilaku muncul dikarenakan sikap tertentu dan

terkadang tidak berhubungan dengan sikap tersebut. Sikap akan mempengaruhi

perilaku yang ditampilkan seseorang ketika sikap memiliki konsistensi yang

tinggi dengan perilaku tersebut. Konsistensi antara perilaku dan sikap akan

menjadi tinggi ketika sikap yang dimiliki seseorang sangat kuat, stabil, menonjol,

dapat diakses, memiliki relevansi dengan perilaku, berasal dari pengalaman

langsung dan hanya sedikit saja tekanan situasi yang bertentangan terlibat dalam

perilaku yang mendukung sikap tersebut (Baron & Byrne, 2004; Taylor, Peplau &

Sears; 2009).

Ajzen dan Fishben mengemukakan sebuah model tindakan beralasan

(Theory of Reasoned Action) yang mengatakan bahwa sebuah perilaku yang

muncul akan ditentukan oleh sikap terhadap perilaku dan oleh norma-norma

subjektif terhadap perilaku tersebut. Menurut teori ini perilaku merupakan hasil

dari proses pertimbangan konsekuensi yang dialami dan mengevaluasi hasil dari

setiap tingkah laku, yang kemudian dibuatlah sebuah keputusan untuk bertindak

atau tidak. (Ajzen & Fishbein, 1975; Baron & Byrne, 2004; Taylor, Peplau, &

Sears, 2009; Azwar, 2010).

Hasil Meta Analisis yang dilakukan Wismanto (2011) pada 31 penelitian

mengenai sikap dan perilaku menunjukkan bahwa 95% dari hasil meta analisis

tersebut menunjukkan hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku.

Dikarenakan sikap dapat mempengaruhi perilaku seseorang, maka sikap penting

untuk dipelajari dan dipahami untuk membantu kita dalam memprediksi perilaku

(8)

5. Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang penting untuk kita dalam berusaha memahami sikap

dan perilaku manusia adalah dengan cara mengungkapkan (assessment) dan juga

pengukuran (measurement) terhadap sikap itu sendiri. Ada berbagai macam

metode dan teknik yang telah dikembangkan selama ini oleh para ahli yang

bertujuan untuk mengungkapkan sikap manusia dan memberikan intervensi yang

valid. Metode ini terus berkembang dari metode-metode langsung yang sederhana

hingga metode-metode yang lebih kompleks sejalan dengan perkembangan

konsep mengenai sikap dan juga perkembangan ilmu psikometri sebagai dasar

metode pengukuran dalam ilmu psikologi.

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia

adalah masalah pengukuran sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk

self-report hingga kini dianggap sebagai metode yang paling dapat diandalkan.

Metode ini menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh

individu yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap merupakan kumpulan

pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada

setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas

sikap seseorang. Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat

berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya, akan tetapi dapat pula

berupa pernyataan langsung yang kurang jelas tujuan ukurnya bagi responden.

Respon individu terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa

jawaban setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang

(9)

B. WILAYATUL HISBAH 1. Definisi Wilayatul Hisbah

Wilayatul Hisbah (WH) didefinisikan dalam Qanun No 11 Tahun 2004

tentang kepolisian, dalam pasal 1 angka 8, yaitu:

“Wilayatul Hisbah adalah Lembaga Pembantu tugas Kepolisian yang bertugas membina, melakukan advodkasi, dan mengawasi pelaksanaan amar makruf nahi mungkar dan dapat berfungsi sebagai Polsus dan PPNS” (dalam Abubakar, 2005).

2. Tugas Wilayatul Hisbah

Adapun mengenai tugas yang diemban oleh Wilayatul Hisbah (WH)

tertulis dalam Qanun Nomor 11 Tahun 2004, dalam pasal 4, menyebutkan:

1. Wilayatul Hisbah mempunyai tugas:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang Syari’at Islam;

b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang

berdasarkan bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Syari’at Islam;

c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan, muhtasib perlu memberitahu

hal itu kepada Penyelidik atau kepada Keuchik/Kepala Gampong dan

keluarga pelaku;

d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di

(10)

2. Pelaksanaan tugas pengawasan yang dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf a

meliputi:

a. Memberitahu kepada masyarakat tentang adanya peraturan

perundang-undangan di bidang Syari’at Islam;

b. Menentukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Syariat

Islam;

3. Pelaksanaan tugas pembinaan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1 huruf

b meliputi:

a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut diduga

telah melakukan pelanggaran ketentuan Syari’at Islam;

b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/peraturan yang patut diduga telah

melanggar peratuan perundang-undangan di bidang Syari’at Islam;

c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui Rapat Adat

Gampong;

d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi

penyalahgunaan izin penggunaan suatu tempat atau sarana.

3. Kewenangan Wilayatul Hisbah

Menurut Abubakar (2005), Wilayatul Hisbah sebagai lembaga yang

bertugas mengawasi, membina, dan meyakinkan advodkasi terhadap pelaksanaan

Syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam memiliki beberapa wewenang, yaitu

sebagai berikut:

a. Masuk ke tempat tertentu yang diduga menjadi tempat terjadinya maksiat

(11)

b. Mencegah orang-orang tertentu untuk melakukan perbuatan tertentu,

melarang mereka masuk ke tempat tertentu, atau melarang mereka keluar dari

tempat tertentu.

c. Meminta dan mencatat identitas dari orang-orang tertentu.

d. Menghubungi polisi atau geuchik (tuha peut) gampong tertentu guna

menyampaikan laporan atau memohon bantuan dalam upaya melakukan

pembinaan dan penghentian kegiatan (perbuatan) yang diduga merupakan

pelanggaran atas qanun di bidang Syari’at Islam.

e. Menjadi petugas pelaksanaan hukuman cambuk sekiranya diminta oleh Jaksa

Penuntut Umum.

4. Kedudukan Wilayatul Hisbah dalam Penegakan Syari’at Islam di NAD

Sebagai sebuah lembaga baru yang diperkenalkan kembali di NAD,

Wilayatuh Hisbah (WH) mempunyai tugas dan wewenang yang hampir sama

dengan Polisi Khusus (POLSUS), Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP),

atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Dalam PERDA (Peraturan Daerah)

Nomor 5 Tahun 2000 Pasal 20 Bab VI mengenai pengawasan dan penyidikan,

menyatakan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban membentuk badan yang

berwenang dalam mengontrol atau mengawasi (Wilayatul Hisbah) pelaksanaan

ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini sehingga dapat berjalan dengan

(12)

Qanun Nomor 11 Tahun 2002, dalam pasal 14, Bab VI mengenai

pengawasan dan penyidikan menyebutkan bahwa Pemerintah Provinsi, Kabupaten

atau Kota membentuk WH yang berwenang melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan Syari’at Islam dibidang aqidah, ibadah, dan syi’ar Islam. WH dapat

dibentuk pada tingkat gampong (desa), pemukiman, kecamatan atau wilayah,

ataupun lingkungan lainnya. Susunan organisasi, kewenangan dan tata kerja WH

diatur dengan keputusan Gubernur setelah mendengar pertimbangan MPU

(Majelis Permusyawaratan Ulama) (Abubakar, 2005).

Istilah yang digunakan dalam Qanun adalah pejabat WH, sedangkan dalam

keputusan Gubernur Nomor 1 Tahun 2004, istilah yang digunakan adalah

mustasib, keduanya mengacu pada tenaga WH yang bertugas mengawasi

pelanggar Qanun Syari’at Islam (Abubakar, 2005).

Tingkatan Organisasi WH terdiri dari tingkat Provinsi, Kecamatan dan

tingkat kemukiman, dan tingkat gampong (desa). Pada tingkat Provinsi dan

Kecamatan, WH terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan mustahib yang

diangkat oleh Gubernur. Pada tingkat kemukiman, WH terdiri dari seorang

koordinator dan beberapa orang mustahib yang bertugas di desa-desa yang

diangkat oleh Bupati atau Walikota. Sedangkan pada tingkat gampong (desa),

tuha peut gampong (dewan empat, yang terdiri dari ulama, tokoh adat, dan

pemuka masyarakat) menjabat sebagai mustahib (Abubakar, 2005).

WH berkedudukan sebagai Lembaga Pembantu tugas kepolisian dan dapat

(13)

menjaga kesejalanan dalam pelaksanaan Syari’at Islam di Nanggroe Aceh

Darussalam (Abubakar, 2005).

C. MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA

Mahasiswa adalah individu-individu yang berada pada usia remaja akhir

atau pada usia dewasa awal yang dikarakteristikkan dengan menempuh

pendidikan di suatu perguruan tinggi (Papalia & Olds, 2007). Salah satu

perguruan tinggi yang ada di Kota Langsa adalah Universitas Samudra Langsa

dengan jumlah mahasiswa tercatat sebanyak ±8.669 orang.

Disimpulkan bahwa mahasiswa Universitas Samudra Langsa adalah

individu yang berada pada usia remaja akhir atau usia dewasa yang

dikarakteristikkan dengan menempuh pendidikan di Universitas Samudra Langsa.

D. SIKAP MAHASISWA UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG WILAYATUL HISBAH DI KOTA LANGSA

Sikap mahasiswa Universitas Samudra Langsa terhadap tugas dan

wewenang Wilayatul Hisbah di Kota Langsa merupakan bentuk evaluasi

(14)

Langsa yang didasarkan pada persepsi, perasaan dan kecenderungan untuk

berperilaku. Zanna dan Rample (dalam Weiner, 2003) menyatakan bahwa

seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap suatu objek ketika kepercayaan,

perasaan dan prilaku mereka menunjukkan bahwa mereka memihak atau

favorability terhadap objek, sebaliknya seseorang mempunyai sikap negatif

terhadap objek ketika kepercayaan, perasaan dan perilaku mereka menunjukkan

mereka tidak berpihak atau unfavorability terhadap objek. Ada tiga komponen

yang terkait dengan sikap, yaitu:

1. Komponen kognitif

Komponen ini merupakan bagian sikap mahasiswa Universitas Samudra

Langsa yang muncul berdasarkan kognisi dan persepsi atau kepercayaan

mereka terhadap Wilayatul Hisbah di Kota Langsa. Misalnya sikap

mahasiswa dalam mempersepsikan peran Wilayatul Hisbah di Kota Langsa.

Secara umum, komponen kognitif menjawab pertanyaan mengenai apa yang

diyakini dan dipikirkan mahasiswa Universitas Samudra Langsa terhadap

Wilayatul Hisbah di Kota Langsa.

2. Komponen afektif

Komponen ini merupakan bagian dari sikap mahasiswa Universitas Samudra

yang muncul berdasarkan apa yang mereka rasakan terhadap Wilayatul

Hisbah di Kota Langsa. Secara umum komponen ini menimbulkan evaluasi

emosional seseorang terhadap objek sikapnya.

(15)

Berdasarkan komponen kognitif dan afektif, nampaknya ada kecenderungan

berperilaku sebagai reaksi terhadap objek sikap. Komponen ini menjawab

pertanyaan bagaimana mahasiswa Universitas Samudra Langsa bertindak dan

berperilaku terhadap Wilayatul Hisbah di Kota Langsa. Misalnya ketika

ketika WH melakukan sesuatu maka mereka akan mengambil tindakan yang

sesuai dengan sikapnya.

Sikap mahasiswa Universitas Samudra Langsa terhadap tugas dan

wewenang Wilayatul Hisbah di Kota Langsa masih beragam, yaitu sikap positif,

sikap negatif, dan sikap netral. Sikap positif terhadap WH dapat terbentuk

berdasarkan budaya yang ada dalam masyarakat yang mengutamakan ajaran Islam

sehingga mungkin saja mahasiswa Universitas Samudra Langsa menganggap

bahwa WH memiliki peranan penting dalam penegakan Syari’at Islam. Selain itu

pengaruh orang lain yang dianggap penting (significant other) juga dapat

mempengaruhi sikap positif seseorang. Ketika orang tua atau orang-orang terdekat

memiliki sikap yang positif maka orang tersebut juga memiliki kecenderungan

bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sikap

positif yang diperlihatkan akan menggambarkan kesesuaian persepsi, perasaan

dan perilaku terhadap WH.

Sikap negatif terhadap WH menggambarkan ketidaksesuaian antara

persepsi, perasaan dan perilaku mahasiswa terhadap WH. Mahasiswa Universitas

Samudra Langsa yang memiliki sikap yang negatif menganggap WH terlalu

(16)

Faktor yang mempengaruhi:

 Suku

 Jenis kelamin

 Pengalaman subjek yang berhubungan dengan WH

 Keanggotaan dalam organisasi keagamaan

Sikap Mahasiswa Universitas Samudra Langsa Terhadap WH

Tugas Wewenang

Kognitif Afektif Konatif

berpakaian. Mereka yang bersikap negatif akan melihat segala sesuatu yang

dilakukan oleh WH menjadi salah dan tidak sesuai.

Mahasiswa Universitas Samudra Langsa yang bersikap netral

menunjukkan ketidakkonsistenan dalam bersikap terhadap WH. Mereka

cenderung menilai WH secara positif dan negatif berdasarkan kelebihan dan

kekurangan WH. Sikap netral dapat berubah menjadi sikap yang positif maupun

negatif tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pemakaian APD pada teknisi gigi terhadap paparan bahan kimia di laboratorium gigi Surabaya..

Yang melatar belakangi penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana responsiveness, personal selling dan kualitas produk mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan pada

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, maka dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan Value Stream Mapping untuk mengidentifikasi adanya waste dalam proses

Percobaan reaktor alir kontinyu bertujuan untuk menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh pengadukan terhadap konstanta

Pertumbuhan jamur kemudian meluas keseluruh permukaan tubuh larva (Gambar 1). Pengamatan makroskopis dan mikroskopis jamur B.. Editor: Siti Herlinda et. Pertumbuhan

embedahan dapat diindikasikan pada bebe apa keadaan sepe ti heman ioma den an k lit sak bent k pe m kaan abno mal dan heman ioma di bibi dan da. eman ioma an

Aceh Singkil sebagai salah satu Kabupaten Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai potensi yang cukup besar bagi pengembangan sektor pariwisata

Terhadap akta perjanjian jual beli yang dibuat sendiri oleh para pihak belum dapat dijadikan bukti otentik harus dilakukan pembuktian terlebih dahulu dengan cara