• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum Dalam Tindak Pidana Pencabulan (Sodomi) Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang Menyebabkan Anak Menjadi Trauma (Studi Di Pengadilan Negeri Tanjung Balai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penegakan Hukum Dalam Tindak Pidana Pencabulan (Sodomi) Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang Menyebabkan Anak Menjadi Trauma (Studi Di Pengadilan Negeri Tanjung Balai)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arus globalisasi yang diikuti oleh perkembangan ekonomi, ilmu

pengetahuan dan teknologi menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak

positif pesatnya perkembangan antara lain terciptanya berbagai macam produk

antara lain terciptanya berbagai macam produk yang berkualitas dan berteknologi,

terbukanya informasi yang diperoleh melalui satelit dan meningkatnya pendapatan

masyarakat. Dampak negatif antara lain semakin meningkatnya krisis nilai moral

di masyarakat yang berpotensi meningkatnya jumlah orang melawan hukum

pidana dalam berbagai bentuk.1

Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), mengatur setiap tingkah

laku warga negaranya tidak terlepas dari segala peraturan-peraturan yang

bersumber dari hukum. Negara hukum menghendaki agar hukum senantiasa harus

ditegakkan, dihormati dan ditaati oleh siapapun juga tanpa ada pengecualian.Hal

ini bertujuan untuk menciptakan keamanan, ketertiban, kesejahteraan dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam upaya mewujudkan penegakan

supremasi hukum di Indonesia, diperlukan\ produk hukum dalam hal ini

undang-undang yang berfungsi sebagai pengatur segala tindakan masyarakat sekaligus

sebagai alat paksa kepada masyarakat. Hal ini juga tentu saja dimaksudkan untuk

      

1 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Pengembangan Konsep Diversi dan

(2)

mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang telah dimaksud dalam Pembukaan

UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu

komitmen dan perlakuan yang memperhatikan perkembangan dan peranan anak

sebagai generasi penerus bangsa merupakan suatu hal yang harus dipegang oleh

pemerintah. Anak yang belum matang secara mental dan fisik, kebutuhannya

harus dicukupi, pendapatnya harus dihargai, diberikan pendidikan yang benar dan

kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kejiwaannya, agar apat

tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dapat diharapkan sebagai penerus

bangsa2

Sebagai generasi penerus bangsa anak merupakan tunas bangsa yang akan

melanjutkan eksistensi suatu bangsa. Namun, akhir-akhir ini sering terdapat suatu

tindak pidana mengenai pencabulan anak di bawah umur yang dilakukan baik dari

orang dewasa maupun sesama anak di bawah umur. Hal ini merupakan ancaman

yang sangat besar dan bahaya bagi anak yang sepatutnya menjadi penerus bangsa.

Salah satu penyebab terjadinya tindak pidana anak di bawah umur yang dilakukan

oleh anak di bawah umur adalah dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat

pesat yang dapat disalah gunakan oleh anak di bawah umur, misalnya akses

      

(3)

internet yang dapat disalah gunakan anak untuk membuka situs-situs porno yang

dapat berpengaruh terhadap perilaku anak.3

Semakin meningkatnya kriminalitas di Indonesia berakibat timbulnya

berbagai macam modus dalam melakukan tindak pidana. Di samping itu pula,

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hukum. Salah satu

bentuk tindak pidana yang dapat terjadi di masyarakat adalah tindak pidana

pencabulan anak. Pada khususnya yang terjadi di Tanjung Balai yang setiap

tahunnya mengalami peningkatan yang cukup pesat. Salah satunya adalah

perbuatan cabul (sodomi). Perbuatan cabul adalah suatu tindakan yang tidak

senonoh dalam bidang seksual: misalnya perbuatan meraba-raba kemaluan yang

dilakukan dimuka umum yang menimbulkan rangsangan birahi.4

Anak yang menjadi korban kekerasan dalam kehidupan sehari-hari, yang

menunjukkan bagaimana lemahnya posisi anak ketika mengalami kekerasan

terhadap dirinya. Anak sangat rentan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh

orang-orang disekitarnya, di ruang-ruang publik, bahkan dirumahnya sendiri.

Kekerasan terhadap anak dominan terjadi di dalam rumah tangga yang sebenarnya

diharapkan dapat memberikan rasa aman, dan yang sangat disesalkan adalah

kasus-kasus kekerasan terhadap anak selama ini dianggap sebagai masalah yang

wajar dan tidak dianggap sebagai tindak pidana kejahatan, dan yang sering terjadi

tindak kekerasan pada anak disertai dengan tindak pidana pencabulan pada anak.5

      

3Seto Mulyadi, Perlindungan Anak dari Kekerasan, www. Tulisan Perempuan. worpress.com (diakses tanggal 28 Februari 2016)

4 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, Cetakan I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), halaman. 32-33.

(4)

Tindak pidana pencabulan adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan

seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan

tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat

negatif, seperti: rasa malu, tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri dan

kehilangan kesucian.6

Pencabulan merupakan suatu pelanggaran hak anak dan tidak ada suatu

alasan yang dapat membenarkan tindak pidana tersebut, baik dari segi moral,

susila dan agama, terutama tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh

terdakwa terhadap anak dibawah umur. Apalagi perbuatan terdakwa tersebut

dapat menimbulkan trauma fisik dan psikis terhadap korban terutama yang berusia

anak-anak sehingga bisa berpengaruh pada perkembangan diri korban ketika

dewasa nanti.

Tindak pidana pencabulan (sodomi) ironisnya tidak hanya berlangsung di

lingkungan luar atau tempat-tempat tertentu yang memberikan peluang manusia

berlainan jenis dapat berkomunikasi, namun juga dapat terjadi di lingkungan

sekitar yang seharusnya menjadi tempat memperoleh perlindungan. Pada

hakikatnya korban tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai macam

tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang

kehidupan dan penghidupan. Mengenai kejahatan asusila seperti percabulan

tentunya dapat menimbulkan trauma yang mendalam bagi korban yang dapat

mempengaruhi perkembangan psikologisnya. Tidak hanya itu, hal ini juga

menyangkut kepercayaan, kelangsungan sebuah keluarga dan masa depan korban.

(5)

Keluarga terutama orangtua merupakan orang atau lembaga terdekat

sebagai tempat berlindung dan pembentuk kepribadian anak. Secara sosiologis,

keluarga diartikan sebagai unit kehidupan terkecil dari suatu masyarakat hukum

yang terjadi karena suatu perkawinan. Di dalam keluarga, seseorang belajar

memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan

kecakapan tertentu di dalam pengalamannya dengan masyarakat lingkungannya.

Pengalaman-pengalaman yang didapatnya di dalam keluarga turut pula

menentukan cara-cara bertingkah laku. Apabila hubungan dalam keluarga

berlangsung secara tidak wajar ataupun kurang baik, maka kemungkinan pada

umumnya, hubungan dengan masyarakat di sekitarnya akan berlangsung secara

tidak wajar pula.7

Namun kejahatan kesusilaan khususnya pencabulan tidak selamanya

terjadi karena ada faktornya dari pelaku, namun juga biasa terjadi karena

disebabkan oleh korban. Pencabulan oleh homoseksual yang dalam hal ini

bentuknya adalah perbuatan sodomi diatur pada Pasal 292 KUHP, tetapi pasal

tersebut hanya mengatur mengenai perbuatan cabul homoseksual terhadap korban

yang belum cukup umur, bukan korban yang telah cukup umur. Jadi dalam hal ini

terjadi kekosongan norma hukum, karena dalam Pasal 292 KUHP tidak diatur

secara khusus mengenai perbuatan cabul sesama jenis kelamin yang korbannya

adalah anak dibawah umur.

Pada dasarnya, alasan anak menjadi sasaran korban kekerasan oleh

orangtuanya adalah karena anak merupakan makhluk yang lemah dan belum bisa

      

(6)

melindungi dirinya sendiri. Ia belum bisa menentang perlakuan kasar dari orang

tua. Selain itu juga adanya rasa hormat yang dijunjung oleh sianak terhadap

orangtuanya. Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA)

dalam tiga tahun terakhir menunjukkan data mengenai kekerasan terhadap anak

yang terus meningkat, yaitu tahun 2012 terdapat 1.383 kasus, tahun 2013 tercatat

2.792 kasus dan per-April 2014 jumlah pengaduan telah mencapai jumlah 3.023

kasus. Dari jumlah tersebut, menurut jenisnya, kekerasan seksual merupakan salah

satu jenis kekerasan yang mendominasi terjadi pada anak. Sedangkan menurut

data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya

peningkatan dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak dalam kurun waktu

2012 sampai 2013 dengan presentasi peningkatan sebesar 30 persen, dengan

rata-rata setiap bulannya terdapat lebih dari 45 orang anak yang mengalami kekerasan

seksual. Jenis kekerasan yang paling banyak terjadi adalah sodomi, pemerkosaan,

pencabulan, serta incest. Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

melansir sejak Januari hingga Oktober 2014, tercatat 784 kasus kekerasan seksual

anak. Itu artinya rata-rata 129 anak menjadi korban kekerasan seksual setiap

bulannya, dan 20% anak menjadi korban pornografi.8

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melansir sejak Januari

hingga Oktober 2014, tercatat 784 kasus kekerasan seksual anak. Itu artinya

rata-rata 129 anak menjadi korban kekerasan seksual setiap bulannya, dan 20% anak

menjadi korban pornografi. Anak menjadi korban pornografi dan kekerasan

seksual online, umumnya melalui media sosial seperti facebook, twitter,

      

(7)

instagram, chatting, path dan lain-lain. Caranya dengan ekspos foto anak tanpa

busana, wisata seks anak, bahkan anak dibujuk dan dipaksa untuk melakukan

kegiatan dengan perantara teknologi (sexting). Data kekerasan seksual anak ini

meningkat di banding tahun lalu yang mencapai 525 kasus. Wakil Ketua KPAI,

Maria Advianti mengatakan, hasil temuan KPAI juga menunjukan 90% anak

terpapar pornografi internet saat berusia 11 tahun, dan sebagian besar terjadi

ketika mereka sedang mengerjakan PR. Beberapa situs dapat menyebabkan anak

terpapar tanpa sengaja ketika sedang mengakses internet. Maria Advianti

menambahkan, kejahatan online mengincar anak sampai ke wilayah pribadi anak.

Melalui media sosial, misalnya, predator anak dapat meretas informasi pribadi

anak, mengolah informasi tersebut untuk tujuan negatif yang merugikan anak,

bahkan dapat membuat anak menjadi korban penculikan, trafiking, pemerasan.9

Arah kebijakan hukum bertujuan menjadikan hukum sebagai aturan yang

memberikan perlindungan bagi hak-hak negara dan menjamin kehidupan generasi

di masa depan. Oleh karena itu, sistem hukum tiap negara dalam praktiknya terus

mengalami modernisasi dan tidak ada satu negara pun yang dapat menolaknya.

Contohnya negara Indonesia yang menuntut dilakukannya perubahan di segala

bidang, diantaranya perubahan bidang hukum dengan memunculkan

pemikiran-pemikiran baru untuk mereformasikan hukum yang ada saat ini.

Menurut Lunden di negara berkembangan kejahatan timbul disebabkan oleh:

1. Besarnya jumlah dan sukarnya melakukan pencegahan terhadap

gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota;

(8)

2. Terjadinya konflik antarnorma adat perdesaan (tradisional) dengan norma

baru yang tumbuh dalam proses dan perkembangan kehidupan sosial yang

cepat di kota besar;

3. Memudarnya pola-pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola

kontrol sosial tradisionalnya, sehingga anggota masyarakat terutama

remajanya mulai kehilangan pola kepribadian atau “samar pola”

menentukan perilakunya.10

Jumlah kriminalitas yang terjadi di Indonesia relatif tinggi sehingga

memerlukan tindakan penanggulangan yang serius dan efektif. Menurut data

statistik lima tahun (1999-2003) jumlah kriminalitas di Indonesia berjumlah

945.491 kasus, yang diselesaikan aparat kepolisian 513.567 kasus. Berarti

persentase tingkat beberhasilan penyeselesaian kasus 54,31%. Hal ini

mengisyaratkan agar polisi meningkatkan kinerjanya untuk menumbuhkan

kepercayaan masyarakat pada hukum.3

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik mengkaji lebih dalam

dan menyusun dalam bentuk skripsi dengan judul: “Penegakan Hukum Dalam

Tindak Pidana Pencabulan (Sodomi) Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang

Menyebabkan Anak Menjadi Trauma (Studi di Pengadilan Negeri Tanjung

Balai)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

      

10 Dikutip dari Dirdjosisworo Sosio Krimonologi, Amalan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Studi

(9)

1. Bagaimanakah pengaturan hukum tentang tindak pidana pencabulan anak

(sodomi) dibawah umur?

2. Bagaimana penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan anak (sodomi)

sehingga menyebabkan trauma pada anak.

3. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana pencabulan

anak (sodomi)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai beriku

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum tentang tindak pidana pencabulan

anak (sodomi) dibawah umur.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan anak

(sodomi) sehingga menyebabkan trauma pada anak.

3. Untuk mengetahui kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana

pencabulan anak (sodomi).

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat secara teoretis dan manfaat

secara praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu hukum pada umumnya serta hukum pidana pada

(10)

2. Manfaat praktis

Memberikan sumbangan pemikiran yang moderat, sekaligus memberikan

informasi kepada masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap

kejahatan-kejahatan yang sekarang marak.

D. Keaslian Penulisan

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas

masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.

Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Penegakan Hukum Dalam Tindak

Pidana Pencabulan (Sodomi) Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang

Menyebabkan Anak Menjadi Trauma (Studi di Pengadilan Negeri Tanjung Balai),

belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam

penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah

yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka

dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. Tinjaun Kepustakaan

1. Pengaturan Hukum tentang Tindak Pidana Pencabulan anak (Sodomi).

Dalam Hukum pidana Indonesia tindak pidana sodomi terhadap jenis

pidananya yang harus dijatuhkan adalah pidana penjara, mengenai lamanya

atau ancaman pidananya yang dijatuhkan paling lama 9 (sembilan) tahun serta

(11)

menggunakan ancaman maksimum khusus untuk masing-masing Pasal 289,

290, 292, 293, 294, 295 dan 296 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,

Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang

No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang No. 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

2. Penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan anak (Sodomi)

Penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan anak (Sodomi) yaitu:

a. Faktor rendahnya pendidikan dan ekonomi

Pada umum rendahnya pendidikan dan ekonomi membuat para pelaku

tidak berpikir bahwa dengan melakukan perbuatan cabul (sodomi) dapat

merusak keluarga dari korban tersebut dan watak anak menjadi korban.

b. Faktor lingkungan atau tempat tinggal

Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor perbuatan cabul (sodomi) hal

ini dapat terjadi dikarenakan situasi dan keadaan dari lingkungan tempat

tinggal yang mendukung dan memberi kesempatan untuk melakukan suatu

tindak pidana pencabulan (sodomi) terhadap anak dibawah umur.

c. Faktor kurangnya pemahaman terhadap agama.

Agama merupakan faktor perbuatan cabul (sodomi) terhadap anak karena

kurangnya pemahaman pelaku terhadap agama, mereka mengaku

beragama Islam tetapi jarang melakukan sholat lima waktu, puasa, mereka

(12)

3. Kebijakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana Pencabulan anak (Sodomi)

Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Pencabulan anak (Sodomi)

terdakwa dijatuhi hukuman pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan 8

(delapan) bulan serta denda sebesar Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah)

dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan

pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.

F. Metode Penulisan

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis

adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal

yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis

adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal

yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Spesifikasi penelitian

Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang

dilakukan adalah metode penelitian hukum yang Yuridis Nornatif dinamakan juga

(13)

penelitian normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat

merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tirtier.

Pelaksanaan penelitian normatif secara garis besar ditujukan kepada.11

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b. Penelitian terhadap sistematika hukum.

c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum.

d. Penelitian terhadap sejarah hukum.

e. Penelitian terhadap perbandingan hukum.

Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap

peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan

permasalahan skripsi ini.

2. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan normatif.12

3. Lokasi Penelitian,Populasi dan Sampel.

Lokasi penelitian penulis dalam menyusun skripsi ini adalah Pengadilan

Negeri Tanjung Balai dan Komisi Perlindungan Anak Kota Tanjung Balai.

4. Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka metode

pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan, yaitu menelaah bahan

hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan analisis

      

11 Ediwarman. Monograf Metodologi Penelitian Hukum : Panduan Penulisan Skripsi,

Tesis dan Disertasi. Medan : PT. Sofmedia, 2015. halaman 94

(14)

hukum tentang tindak pidana pencabulan anak (sodomi)13 Pustaka yang dimaksud

terdiri dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, karya tulis, dan data yang

didapat dari halaman-halaman internet (webpage), wawancara dengan Ketua

Komisi Perlindungan Anak Tanjung Balai.

5. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengumpul dan pengambilan data yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah ini menggunakan studi kepustakaan (library research),

yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan

dengan permasalahan skripsi ini seperti, buku-buku, makalah, yang bertujuan

untuk mencari atau memperoleh konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan

yang berkenaan dengan analisis hukum tentang Penegakan Hukum Dalam Tindak

Pidana Pencabulan (Sodomi) Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang

Menyebabkan Anak Menjadi Trauma.

6. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini dengan cara

kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau

tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian

dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam

skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Permohonan pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas yang dihitung

Description User dapat mengakses ulangan yang menampilkan soal-soal Pre Condition User telah masuk ke menu utama. Event User

kebutuhan petani yang sangat mendesak, karena dengan menjual produksi karet kepada pedagang pengumpul, petani akan menerima uang secara langsung, sedangkan apabila

Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kreteria di

Allah berfirman, ‖Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.‖ Dalam ayat lain Allah

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diimplikasikan bahwa ”Media Pembelajaran Benda Konkret” dapat digunakan untuk

al-Ra>zi> menjelaskan penciptaan manusia yang dibentuk sempurna tersebut juga menyatakan sebuah “aspek kebaruan” dalam bentuk ciptaan-Nya. 31 Hal ini dapat

Pada tanggal 28 Desember 2010 dan 21 April 2011, Entitas Induk bersama dengan SDN, DKU, BIG dan PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera, pihak berelasi, menandatangani