• Tidak ada hasil yang ditemukan

naskah publikasi 01320265

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "naskah publikasi 01320265"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

xiv

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA HIPERTENSI

Hana Yunita Sri Kusrohmaniah

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tidak ada hubungan antara manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi. Semakin tinggi manajemen diri, maka semakin rendah tingkat kecemasan pada penderita hipertensi. Sebaliknya semakin rendah manajemen diri penderita hipertensi, maka semakin tinggi tingkat kecemasan.

Subjek dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Ngaglik Sleman dan Puskesmas Kokap I Wates. Terdiri dari 11 Subjek yang berobat di Puskesmas Ngaglik dan 3 subjek di Puskesmas Kokap I. Alat ukur yang digunakan adalah skala manajemen diri berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Averril (1976), Bagozzi (1992) dan skala kecemasan berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Daradjat (1990), Blackburn & Davidson (1994)

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 10,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara manajemen diri dengan tingkat kecemasan. Korelasi Spearman’s rho menunjukkan korelasi sebesar r = -0,306; p = 0,144 (p > 0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Jadi hipotesis penelitian tidak diterima.

(2)

xv Pengantar

Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke XXII, yaitu abad dimana era jaman sudah modern dan masyarakat Indonesia secara langsung berhadapan dengan berbagai masalah, perubahan tingkat sosial, moneter, ekonomi dengan kadar yang semakin terpuruk dan gaya hidup dalam dekade terakhir telah menyebabkan perubahan pola penyakit. Saat ini penyakit degenaratif dan keganasan menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia (http://www.google.com. 22/02/04).

(3)

xvi

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor genetik, perubahan gaya hidup, juga akibat kondisi psikis penderita. Penderita hipertensi mengalami kecemasan dari situasi buruk yang terjadi dari dalam dan luar dirinya, pada setiap kejadian entah terjadi kecelakaan atau musibah yang disusul dengan persepsi yang manifestasinya berupa rasa takut, gelisah, dan perasaan tak menentu. Jatno (1995) mengemukakan bahwa jika hal ini berlangsung lama seseorang akan kehilangan kontrol. Dari respon tubuhnya akan menimbulkan respon yang mengaktivasi sistem neorohormonal. Akibatnya akan memacu saraf simpatis dan renin angiostenin dan akan meningkatkan denyut jantung.

Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan merupakan respon yang wajar, pada saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang mengecam kehidupannya. Perbedaan antara kecemasan yang dialami pada orang normal dan pada penderita hipertensi terlihat dari respon pada saat menghadapi situasi, hal ini sesuai dengan Lazarus (1991) yang mengemukakan kecemasan sebagai state anxiety yaitu gejala kecemasan yang timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu dan gejalanya akan nampak selama situasi tersebut terjadi. Kecemasan yang dialami subjek dapat ditanggulangi oleh kemampuan subjek sendiri yaitu manajemen diri yang dilakukan subjek dengan pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian diri.

(4)

xvii

kematangan secara emosi, penalaran tinggi dan mampu mengelola stress yang terjadi pada dirinya.

(5)

xviii Tinjauan Pustaka Kecemasan

Definisi kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) Daradjat (1990). Lazarus (1991) menjelaskan bahwa kecemasan mempunyai dua arti, yaitu kecemasan sebagai respon dan kecemasan sebagai intervening variable. Kecemasan sebagai respon merupakan suatu reaksi terhadap pengalaman tertentu, suatu keadaan pada diri seseorang yang diketahui dari apa yang dikatakannya, bagaimana dia bertindak atau dari perubahan fisiologis yang dihubungkan dengan reaksi terhadap pengalaman itu. Kecemasan sebagai respon diantaranya adalah sebagai :

a. State Anxiety merupakan gejala kecemasan yang timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu dan gejalanya akan nampak selama situasi tersebut terjadi. Jadi kecemasan jenis ini ditentukan oleh tingkat tekanan darah dari situasi tertentu dan pegalaman-pengalaman individu tentang tekanan itu. b.Trait Anxiety merupakan suatu keadaan yang menetap pada diri individu,

berhubungan dengan kepribadian individu yang mengalaminya. Sehingga merupakan disposisi untuk menjadi cemas dalam menghadapi berbagai situasi dan dipandang sebagai suatu simtom atau keadaan yang menunjukkan adanya kesukaran dan penyesuaian diri.

(6)

xix

terjadi tidak dapat diketahui secara langsung melalui observasi, hanya dapat diketahui dari peristiwa yang mendahului serta akibat yang ditimbulkan.

Kecemasan seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek. Daradjat (1990) membagi dua aspek kecemasan yaitu:

1. Aspek Psikologis, yaitu terkait dengan kondisi jiwa seseorang yang mengalami kecemasan meliputi perasaan gelisah, gugup, tegang, menyesal, risau, kacau dan khawatir, perasaan tidak berguna, kehilangan gairah dan konsentrasi, yang biasanya dialami oleh orang yang sedang cemas.

2. Aspek Fisiologis menyangkut kondisi badan / tubuh seseorang yang cemas yang ditunjukkan dari ekspresinya seperti gemetar, pucat, menggigit-gigit kuku, denyut jantung, pernafasan, keluarnya keringat, aktivitas kelenjar adrenalin, dan lain-lain.

Blackburn & Davidson (1994) membuat Analisis Fungsional Gangguan Kecemasan, yang menjelaskan reaksi terhadap kecemasan. Analisis tersebut digambarkan dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang Khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, tidak berdaya

Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri

Gelisah, gugup, kewaspadaan berlebihan

Gerakan otomatis, meningkat, berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.

(7)

xx Manajemen Diri

Gie (1996) mengungkapkan manajemen diri atau self management adalah segenap kegiatan dan langkah mengatur dan mengelola diri dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup. Strategi pertama dan utama dalam manajemen diri adalah berusaha mengetahui diri sendiri dari segala kelebihan dan kekurangan (kelemahan) walaupun potensinya. Dengan mengenali diri sendiri, seorang individu dapat mengetahui apa yang sesungguhnya ia butuhkan dalam hidup ini.

Manz (1986) mengemukakan bahwa untuk dapat mengendalikan diri sendiri secara langsung maka individu dapat menciptakan atau mengubah isyarat berapa benda, barang, hal yang ada di sekitar individu tersebut untuk mempengaruhi perilakunya. Dasar yang dibuat bagi diri kita sendiri adalah informasi yang kita punyai tentang diri kita sendiri dengan mengamati perilaku diri sendiri dan alasan-alasan yang melatarbelakanginya, individu akan mendapatkan informasi yang perlu untuk mengatur dirinya sendiri secara efektif.

Menurut Kartono (1989) terdapat empat macam teknik manajemen diri untuk mengendalikan konflik yaitu :

(a) Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan (b) Menghindari masalah sementara waktu

(8)

xxi Penderita Hipertensi

Kaplan (dalam Soeparman, 1990) memberi batasan-batasan hipertensi, yaitu digolongkan menurut usia dan jenis kelamin sebagai berikut :

1. Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas atau sama dengan 130/90 mmHg

2. Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg

3. Pada wanita tekanan darah di atas atau sama dengan 160/95 mmHg dinyatakan hipertensi.

Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Tingkat Kecemasan

Suatu fenomena terjadi pada diri manusia yaitu bahwa tekanan jiwa stress berhubungan erat dengan peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya (termasuk penyakit yang sedang dialaminya). Salah satu masalah kesehatan yang saat ini banyak menjadi pembicaraan adalah penyakit hipertensi dan aspek-aspek psikologis yang menyertainya. Penderita hipertensi akan mengalami kecemasan tidak hanya dari situasi buruk yang terjadi tetapi jika tekanan darahnya naik secara otomatis gejala-gejala diatas akan timbul dan akan menambah tingkat kecemasannya. Hal itulah yang membedakan antara kecemasan orang normal dengan penderita hipertensi, misalnya kecemasan yang dialami berasal dari sumber stressor yang sama. Mereka sama-sama mengalami kecemasan hanya saja yang membedakan adalah kondisi fisik pada saat merespon situasi buruk..

(9)

xxii

individu yang sehat akan menemukan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memecahkan (problem solving) atau melakukan adaptasi perilaku supaya bisa menyesuaikan diri, bila masalahnya tidak bisa dipecahkan, dengan mengekspresikan emosinya secara normal. Individu yang mengalami kecemasan tidak mempunyai pengetahuan sikap seperti ini, dan akan memberi respon terhadap situasi tersebut dengan jalan menunjukkan gejala-gejala somatik (digestif atau kardiovaskuler), karena banyak manifestasi perilakunya cenderung mengarah dalam bentuk gejala somatik.

Muchlas (1997) menambahkan bahwa penderita penyakit kardiosvaskular secara subyektif merasa bahwa penyakit yang dideritanya sukar disembuhkan atau memerlukan pengobatan yang lama dan bersifat life-treatening, sehingga menimbulkan stress dalam kehidupannya, padahal stress yang berat atau kronik dapat menimbulkan gangguan jiwa dan gangguan fisik.

(10)

xxiii

pengendalian diri yang baik. Hal ini sesuai dengan Guilfried & Merbaum (dalam Lazarus, 1976) yang mengemukakan manajemen diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.

Hipotesis Penelitian

Ada hubungan negatif antara kemampuan manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi. Semakin mampu pasien memanajemen diri maka semakin rendah tingkat kecemasannya. Sebaliknya semakin kurang mampunya pasien memanajemen diri maka semakin tinggi tingkat kecemasannya.

Metode Penelitian

Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel Dependen : Tingkat Kecemasan 2. Variabel Independen : Manajemen Diri

Subjek Penelitian

(11)

xxiv

Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah metode angket dan metode wawancara. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala manajemen diri dan skala kecemasan.

Skala manajemen diri disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Averril (1973) dan Bagozzi (1992), dan dikembangkan penulis berdasarkan dalam teori yang diacu serta penelitian terdahulu yang disesuaikan dengan kebutuhan. Skala manajemen diri disusun berdasarkan aspek manajemen diri yaitu kontrol perilaku & konatif, kontrol kognitif, kontrol keputusan, dan aspek emosi. Skala kecemasan disusun oleh peneliti berdasarkan aspek dari Daradjat (1990), terdiri atas aspek psikologis dan aspek fisiologis. hal ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang muncul. Konsep lainnya juga berasal dari Blackburn & Davidson (1994), yaitu aspek psikologis. Serta dari hasil wawancara dengan subjek penelitian.

Metode Analisis Data

(12)

xxv

Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Deskripsi Subyek Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah

Kategorisasi Variabel Manajemen Diri

(13)

xxvi

Variabel Manajemen Diri termasuk dalam kategori Tinggi. Variabel Tingkat Kecemasan termasuk kategori Sedang.

Hasil uji normalitas dan linearitas menunjukkan bahwa data yang diperoleh normal tetapi tidak linear. Karena tidak linear maka teknik korelasi product-moment dari PEARSON tidak bisa digunakan. Maka dari itu dilanjutkan dengan uji korelasi Spearmans’s rho pada program komputer SPSS versi 10,0 for windows XP, menghasilkan hubungan yang negatif, r = -0,306; p = 0,144 (p > 0,05). Hasil analisis korelasi menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi, dengan demikian hipotesis penelitian tidak terbukti.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi tidak terbukti, karena dari penelitian ini membuktikan bahwa antara kedua variabel tersebut tidak berhubungan. Tidak adanya korelasi ini ditunjukkan dengan koefisien, r= -0,306; p = 0,144 (p > 0,01). Sehingga manajemen diri yang dilakukan oleh penderita hipertensi tidak berpengaruh pada tingkat kecemasannya.

(14)

xxvii

kecemasan menunjukkan bahwa mean empirik (µ =77,43) < mean hipotetik (µ =82,5), yang berarti tingkat kecemasan tergolong sedang.

(15)

xxviii

skala hanya sebagai penunjang karena kondisi kesehatan subjek tidak mendukung untuk mengisi skala dan metode pengambilan data yang lebih efektif menurut peneliti adalah metode wawancara dan observasi.

Tidak terbuktinya hipotesis pada penelitian ini mungkin juga disebabkan karena menggunakan subjek penelitian berjumlah 14, peneliti menyimpulkan lebih baik jika menggunakan sampel subjek yang lebih banyak dari penelitian ini.

Sebagai analisis tambahan, dilakukan analisis terhadap hasil wawancara terhadap tiga orang subjek. Dari hasil wawancara dengan tiga subjek dari 14 subjek yang dua diantaranya memiliki kecemasan tertinggi dan satu subjek dengan kecemasan terendah, dilihat bahwa kecemasan justru muncul dari faktor lingkungan khususnya lingkungan keluarga dibanding dengan cara subjek memanajemen diri.

(16)

xxix

hal yang ada di sekitar individu tersebut untuk mempengaruhi perilakunya. Dasar yang dibuat bagi diri kita sendiri adalah informasi yang kita punyai tentang diri kita sendiri dengan mengamati perilaku diri sendiri dan alasan-alasan yang melatarbelakanginya, individu akan mendapatkan informasi yang perlu untuk mengatur dirinya sendiri secara efektif.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, selain manajemen diri kemungkinan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan adalah faktor lingkungan khususnya faktor keluarga pada penderita hipertensi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal selain prosedur pengambilan data juga adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan penderita hipertensi.

Penutup Kesimpulan

(17)

xxx

memanajemen dirinya tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialaminya.

Saran

Ada beberapa saran yang ingin dikemukakan peneliti berkaitan dengan hasil penelitian. Beberapa saran tersebut antara lain :

1. Bagi Subjek Penelitian

Penelitian ini menunjukkan data bahwa manajemen diri tidak berpengaruh pada tingkat kecemasan penderita hipertensi, tetapi tingkat kecemasannya disebabkan karena faktor lainnya. Diharapkan subjek untuk tidak memendam sendiri masalah yang dihadapi sebab akan berpengaruh besar pada kesehatannya. Peneliti mengharapkan agar subjek tidak terlalu banyak berpikir dalam menghadapi masalah dan terbuka menceritakan masalah yang dihadapi kepada anggota keluarganya.

2. Bagi Puskesmas dan Klinik Kesehatan

Puskesmas dan Klinik Kesehatan diharapkan memperhatikan peningkatan pelayanan, sebab pelayanan yang baik adalah yang mampu menurunkan tingkat kecemasan pasien yang berobat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(18)

xxxi

sebaiknya menggunakan skala dengan jumlah aitem yang tidak banyak, karena penderita hipertensi bisa saja tidak memahami dan kondisi fisik penderita yang tidak mendukung dan apa yang akan diungkap masih kurang bila hanya menggunakan skala, pengambilan data yang lebih efektif menurut peneliti adalah dengan metode wawancara dan observasi sedangkan menggunakan skala hanya sebagai penunjang. Aspek-aspek kecemasan pada penderita hipertensi yang digunakan untuk metode wawancara adalah aspek psikologis yang mencakup seasana hati, pikiran, perilaku, dan motivasi, dan aspek fisiologis yang mencakup gejala biologis. Aspek fisiologis juga dapat diamati misalnya nafas terengah-engah, tremor, raut wajah dan keluhan yang dikatakan subjek. Aspek manajemen diri yang digunakan untuk metode wawancara adalah adalah kontrol perilaku; kontrol kognitif; kontrol keputusan; aspek konatif; dan aspek emosi.

(19)

xxxii

DAFTAR PUSTAKA

Averill, J.R 1973., Personal Control Over Stimulie and it’s Relationship to Stress Psychological Buletin. No. 80.p 286-303

Bagozzi, R, D,. 1992. The Self Regulation of Attitudes, Intensions and Behavior. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 55. No 2. 183-194

Blackburn, I. M., & Davidson, K. M. 1994. Terapi Kognitif Untuk Depresi dan Kecemasan: Suatu Petunjuk Bagi Praktisi. (Dra. Rusda Koto Sutadi, Pengalih bhs.). Semarang: IKIP Semarang Press.

Daradjat, Z., 1995, Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Gunung Agung

Gie, T.L. 1996 Strategi Hidup Sukses. Yogyakarta:Penerbit Liberty

Hadi, S. 1995. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.

I Nyoman Gunarsa, 1998. Kecemasan Pada Usia Lanjut Yang Mengalami Hipertensi, Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala.

Jatno, 1995. Pengaruh Stress Pada Sistem Kardiovaskuler, Jurnal Psikologi Anima, Surabaya.

Kartono, K., 1989. Hygiene Mentaldan Kesehatan Mental Dalam Islam.. Bandung : CV. Mandar Maju.

Lazarrus, R.S. 1976. Patterns of Adjusment. Tokyo: McGraww Hill Kogakusha.Ltd

Manz. CC 1986. Seni Manajemen Diri Sendiri, Penerbit:kanisius.

(20)

xxxiii

Prawirohardjo, S.R., Nugroho, Giarto, 1984. Pengalaman Pengobatan Hipertensi dengan Bromazepam, Majalah Farmako Bagi Indonesia dan Terapi, Jakarta: IAFI, No. 1 Vol. 3

Prawirohusodo, S., 1988, Stress dan Kecemasan, Kumpulan Makalah Simposium Stress dan Kecemasan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Ikatan Dokter Ahli Jiwa Indonesia Cabang Yogyakarta, Yogyakarta

Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Penerbit Balai Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Suhartini, H. 1992. Pengaruh Metode Pengertian Diri Sendiri Terhadap Prestasi Kerja Praktek Harian, Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, Tahun XIX No 1 Desember 1992.

(21)

Gambar

Tabel 1 Simtom-simtom

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis disimpulkan bahwa rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas berpengaruh bagi auditor dalam memberikan opini audit going concern , sedangkan reputasi

Program pelatihan kerja yang disusun secara berjejang mengacu pada jenjang Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dalam

The objective of research was to compare the morphological variation of root, stem, leaf, panicle, floret and the colour of milk mature grain and mature grain by observing the

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES PADA REMAJA HIPERTENSI DI WILAYAH. KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan anemia gizi, body image dan perilaku kontrol berat badan dengan kejadian kurang gizi pada remaja putri di

Dalam hal pelayaran khususnya pada pengaturan dalam UU Pelayaran, ada hak privilege yang tidak dapat ditagih, meskipun tergolong hak privilege , hal ini disebutkan di dalam Pasal

Analisis yang telah dilakukan pada model integrasi pasar secara vertikal antara pasar produsen gabah dengan pasar ritel beras di Indonesia menunjukkan bahwa dalam jangka panjang

Hubungan Kemampuan Kinestetik Anak dengan Gerak Tari Kreasi Binatang Laut Anak Usia Dini.... Penelitian Terdahulu yang