• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Orientasi Gender dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Orientasi Gender dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana T1 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gender merupakan karakteristik kepribadian dimana sikap dan perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh orientasi gender yang dimilikinya (Bem, 1975). Banyak hal yang dapat mempengaruhi gender seseorang, salah satu diantaranya adalah stereotype gender. stereotype gender adalah kategori-kategori luas dari masyarakat yang mencerminkan kesan dan kepercayaan kita tentang perempuan dan laki-laki. Stereotype gender inilah yang membedakan ciri-ciri kepribadian laki-laki dan perempuan yang kemudian digolongkan ke dalam orientasi gender. Orientasi gender merupakan kategori feminin dan maskulin. Individu dengan orientasi gender feminine biasanya memiliki stereotype gender sebagai berikut: 1) lemah lembut, 2) cenderung pasif, 3) periang, 4) cepat mengalah, dan 5) bersifat kewanitaan. Sedangkan gender maskulin biasanya 1) ambisius, 2) memiliki perilaku asertif, 3) tegas, 4) dominan, dan 5) bersifat kelaki-lakian (Bem, 1975).

(2)

beragam, selalu memerlukan dan menginginkan kerjasama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya(Hayes, 2002).

Hasil penelitian Bem (1975) menyatakan bahwa Individu maskulin memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif sedangkan individu feminine tidak. Pernyataan tersebut dibuktikan juga oleh hasil panelitian Lohr, Nix dan Stauffer (1980) tentang Relationship Of Sex, Sex-Role Orientation and A Self-Report Measure Of Assertiveness In College Students. Penelitian ini menggunakan instrument The College Self-Ekspression Scale untuk mengukur perilaku asertif mahasiswa dan menggunakan Bem Sex-Role Inventory untuk mengklasifikasikan mahasiswa dalam orientasi gender. Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 56 orang perempuan dan 46 orang laki-laki. Hasil analisis menunjukkan skor maskulin adalah satu-satunya prediktor signifikan yang menunjukkan ada hubungan dengan perilaku asertif sebesar 53% dari total varian. Sedangkan skor feminine tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif, kurang lebih 2% dari total varian dari skor perilaku asertif.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tolor, Kelly dan Stebbins (1976) tentang Sex-role Stereotyping, Assertiveness, and Self-Concept. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stereotype gender, sikap asertif dan konsep diri. Hasil tanggapan dari 61 orang mahasiswa laki-laki dan 73 orang mahasiswa perempuan berdasarkan instrumen Rathus Assertivenees Schedule, College Self Expression Scale, List of Stereotypic items dan Tennessee Self Concept Scale menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara gender maskulin dan feminine dengan perilaku asertif dan konsep diri.

(3)

sebanyak 51 orang laki-laki dan 58 orang perempuan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi gender feminine dengan perilaku asertif mahasiswa sebesar 0,03 (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara feminine dengan Conversational Assertiveness. Sedangkan maskulin tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif (P>0,05).

Penelitian Tolor, Kelly dan Stebbins (1976), Lohr, Nix dan Stauffer (1980) dan penelitian Campbell, Olson dan Kleim (1990) memiliki beberapa kesamaan yaitu sama-sama membahas sedikit tentang hubungan orientasi gender dengan perilaku asertif. Subjek yang terlibat dalam penelitian Tolor, Kelly dan Stebbins (1976), Lohr, Nix dan Stauffer (1980) dan penelitian Campbell, Olson dan Kleim (1990) sama yaitu mahasiswa. Namun hasil penelitian yang ditemukan berbeda-beda. Penelitian Tolor, Kelly dan Stebbins (1976) menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara maskulin dan feminine dengan perilaku asertif mahasiswa. Namun penelitian Lohr, Nix dan Stauffer (1980) menunjukkan bahwa hanya maskulin yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku asertif mahasiswa sedangkan feminine tidak memiliki hubungan yang signifikan. Berbeda pula dengan hasil penelitian Campbell, Olson dan Kleim (1990) yang menunjukkan bahwa feminine memiliki hubungan signifikan dengan perilaku asertif sedangkan maskulin tidak memiliki hubungan yang signifikan. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian tersebut, untuk mengetahui kebenarannya maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang adanya hubungan antara orientasi gender dengan perilaku asertif mahasiswa.

(4)

UKSW angkatan 2016 sebanyak 40 orang. Berdasarkan hasil pra penelitian terdapat mahasiswa androgin, feminine dan maskulin. Untuk hasil pra penelitian yang lebih rinci adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Perilaku Asertif Mahasiswa BK Angkatan 2016

N

Jml Persentase Jml Persentase Jml Persentase

1 Sangat Rendah 3 30% 4 26,6% 9 60% mahasiswa feminine memiliki perilaku asertif sedang (40%) sedangkan mahasiswa maskulin sebagian besar memiliki perilaku asertif yang sangat rendah (60%). Hasil pra penelitian ini tidak sejalan dengan Bem (1975) yang menyatakan bahwa Individu maskulin lebih asertif dibandingkan individu feminine. Oleh sebab itu, peneliti tertarik memilih mahasiswa BK UKSW sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Orientasi Gender dengan Perilaku Asertif Mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana”.

1.2. Rumusan Masalah

1) Adakah hubungan yang signifikan antara feminine dengan perilaku asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana ?

(5)

1.3. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara feminin dengan perilaku asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.

2) Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara maskulin dengan perilaku asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Bila ditemukan dalam penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara feminin dengan perilaku asertif mahasiswa sedangkan maskulin tidak memiliki hubungan yang signifikan maka penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Campbell, Olson dan Kleim (1990). Namun jika ditemukan ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa sedangkan feminin tidak ditemukan hubungan yang signifikan maka hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lohr, Nix, and Stauffer (1980). Lalu jika ditemukan ada hubungan yang signifikan antara feminin dan maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa maka penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Tolor, Kelly dan Stebbins (1976). Sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara orientasi gender dengan perilaku asertif mahasiswa.

1.4.2Manfaat Praktis

(6)

orang lain. Serta mendukung pemberian layanan Bimbingan dan Konseling dengan optimal.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Dalam penulisan penelitian ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, berisi teori tentang orientasi gender dan perilaku asertif.

Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, uji normalitas, uji validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data.

Bab IV Hasil dan Pembahasan berisi tentang deskripsi subjek penelitian, analisis deskriptif perilaku asertif dan orientasi gender mahasiswa, analisi uji korelasi, hasil dan pembahasan.

Gambar

Tabel 1.1 Perilaku Asertif Mahasiswa BK Angkatan 2016

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PADA MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII SMPN 5 TULUNGAGUNG.. TAHUN

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam1. telah mencapai kejayaannya

Pemimpin serangan itu ialah Pati Unus (1518-1521 M) dan dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor. Serangan itu mengalami kegagalan, karena jarak serangan terlalu jauh dan

(2,817) &gt; (1,98932) pada taraf signifikansi 5% , (2) ada pengaruh model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X

Untuk mengimbangi hal-hal tersebut di atas maka dalam pengajaran matematika, diusahakan mencari metode yang sesuai dengan kondisi yang diperlukan yaitu metode pengajaran yang

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar

[r]

matematika yang biasa digunakan siswa hanya berisi ringkasan materi contoh, soal dan latihan sehingga siswa pasif dan pembelajaran menjadi membosankan bagi siswa.