• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Media Beauty Vlogger terhadap Perilaku Konsumtif Siswi SMP di Kota Salatiga T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Media Beauty Vlogger terhadap Perilaku Konsumtif Siswi SMP di Kota Salatiga T1 BAB IV"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Beauty Vlogger

Beauty Vlogger merupakan seseorang yang melakukan kegiatan

merias diri yang direkam dan di unggah melalui Youtube,tidak hanya kegitan

merias diri saja namun Beauty Vlogger yang lebih banyak digemari dan

dilakukan oleh perempuan ini juga melakukan kegiatan seperti review

produk-produk kecantikan, tutorial hair style dan membagikan tips-tips

kecantikan yang paling update1. Adapun tokoh-tokoh Beauty Vlogger yang

saat ini banyak diminati penonton seperti Han Yoo

Ra,Cindercella,Minyo,Sunny Dahye dan masih banyak lagi.

Tidak jarang Artis-artis juga melakukan kegiatan seperti Beauty

Vlogger dimana mereka mengunggah kegiatan merias diri di akun Youtube

seperti Salsabilla Adriani,Abel Cantika.

4.2.Karateristik Responden Penelitian

Deskripsi responden dalam penelitian ini akan dibahas mengenai

karakteristik responden atau tanggapan responden.

4.2.1. Tingkat Usia dan Kelas

Tabel 4.1.

Usia dan Kelas Responden Penelitian

No Responden Penelitian Tertinggi(%) Terendah (%)

1 Usia 53,20 3,20

2 Kelas 53,20 46,80

Sumber : Data Primer Yang Diolah, September 2017

(2)

Dari hasil penelitian, yang paling banyak menjadi responden adalah

responden yang berusia 13 tahun dengan jumlah prosentase 53,2 %,

sedangkan responden yang berusia 12 tahun jumlah prosentase 3,2 %. Hal ini

membuktikan bahwa yang menonton beauty vlogger terbanyak merupakan

anak usia 13 tahun yang masuk dalam kategori remaja awal, demikian juga

menunjukan bahwa penonton Beauty Vlog maupun pengguna internet paling

besar adalah remaja hal ini ditunjukkan dengan hasil survey yang menyatakan

30 juta pengguna internet di Indonesia adalah remaja (Lukman,2014). Remaja

13 tahun masuk kedalam kategori masa pubertas menurut penelitian yang

dilakukan Sarah Dessy Oktavia (2009) remaja adalah usia dimana seseorang

sedang proses mencari jati diri, dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa

remaja putri yang menonton Beauty Vlogger menunjukkan bahwa mereka

ingin mencari jati diri dengan melihat dan belajar cara mempercantik diri

melalui Beauty Vlogger, usia awal dimana mereka masih mempelajari make

up dan cara berdandan karena mereka menyadari terdapat perubahan dalam

diri mereka.

Demikian pula diketahui bahwa dari 94 responden, Kelas yang paling

banyak dijadikan penelitian yang diamati adalah anak usia 13-15 tahun

antara lain kelas VIII sejumlah 50 siswa dengan jumlah prosentase 53,20 %,

Sedangkan responden di SMP Kota Salatiga kelas IX sejumlah 44 siswa

dengan jumlah prosentase 46,80 %.

4.2.2. Hobi

Melihat media sosial yang sedang trend saat ini Youtube muncul

sebagai sebuah video-sharing website yang memungkinkan setiap orang

menunggah,mengupload,berbagi serta menonton video secara gratis

menggunakan internet.Hasil penelitian diketahui hobi responden penelitian

(3)

Tabel 4.2.

Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2017.

Berdasarkan pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden

terbanyak mempunyai hobi membaca sebanyak 24siswadengan jumlah

prosentase25,5 %. Sementara itu,terdapat 16 respoden dengan jumlah

prosentase 17,00% mempunyai hobi menyanyi . Penelitian ini menunjukkan

bahwa responden memiliki banyak hobi diluar menonton Beauty Vlogger,

dengan berbagai macam hobi responden menunjukan bahwa responden

memiliki wawasan yang luas, terbuka terhadap informasi dan menyukai hal

hal yang baru. Hal ini juga dipengaruhi oleh usia responden yang tergolong

pada usia remaja awal dimana usia remaja ini sedang proses mencari jati diri,

dengan hobi-hobi yang dimiliki remaja menunjukkan bahwa hobi tersebut

merupakan sarana mereka untuk mencari jati diri dengan terbuka terhadap

informasi dan mencoba hal hal yang baru salah satunya dengan trend saat ini

mengenai Beauty Vlogger,menonton Beauty Vlogger merupakan hal yang

baru saat ini dan menjadikan hal ini sebagai pencarian jati diri remaja.

4.2.3. Uang Saku dan Pekerjaan orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden mengenai uang saku

(4)

Tabel 4.3.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 94 responden, responden

mendapatkan uang saku terbanyak Rp 10,000- Rp 20,000 sebanyak 81

respondenpernyataan ini menunjukan bahwa uang saku yang diperoleh siswa

dipengaruhi oleh faktor pekerjaan orangtua yang berbeda-beda,demikian juga

diperoleh hasil pekerjaan orangtua terbanyak dengan jumlah 66 responden

adalah pegawai swasta. Hal ini juga terkait dengan Teori Hierarki Maslow

(1973) mengenai kebutuhan,dalam hal ini uang saku yang diperoleh dari

orangtua responden mempengaruhi terhadap kebutuhan fisiologis dimana

manusia memiliki hasrat terhadap kebutuhan makanan,minuman,pakaian dan

lainnya. Responden dalam hal ini menggunakan uang saku nya untuk

memperoleh kebutuhan nya dalam membeli produk kecantikan maupun

mempercantik diri.

4.2.4. Alat Menonton Beauty Vlogger

Adapun alat yang digunakan siswa sebagai kebiasaan menonton

(5)

Gambar3.

Diagram Responden Berdasarkan Alat atau Cara Menonton Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan pada diagram di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang

menonton beauty vlogger menggunakan smartphone yaitu 89 siswa dengan

jumlah prosentase94,7 %, Sedangkan responden yang mengunakan laptop

ada 5 siswa dengan jumlah prosentase5,3 %. Artinya siswa di SMP Kota

Kota Salatiga dalam menonton beauty vlogger menggunakan media

smartphone karena dimugkinkan smartphone sudah menjadi sebuah

kebutuhan bagi siswi dan dengan adanya smartphone siswi dapat mengakses

apapun dengan mudah hal ini juga menunjukan bahwa pengguna telepon

seluler atau smatphone di Indonesia menjadi penggerak utama pertumbuhan

penggunaan internet di Indonesia (Supriadi,2012).

4.2.5. Perasaan Saat Menonton Beauty Vlogger

Hasil penelitian diperoleh responden mengenai perasaan yang muncul

(6)

Tabel 4.4.

Perasaan Responden Penelitian

No Perasaan Jumlah Prosentase (%)

1 Bosan 26 27,70

2 Tidak 68 72,30

Jumlah 94 100,00

Sumber : Data Primer Yang Diolah, September 2017

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 94 responden, siswa

yang merasa bosan sebanyak 26 anak dengan jumlah prosentase 27.70 %

sedangnya yang merasa tidak bosen saat menonton beauty vlogger sebanyak

68 siswa dengan jumlah prosentase72.30 %, hal ini menunjukan bahwa

responden melihat Beauty Vlogger dari awal sampai akhir karena mereka

senang dan tidak bosan saat melihat tayangan dari Beauty Vlogger itu sendiri

4.2.6. Tokoh yang disukai

Adapun tokoh yang beauty vlogger yang disukai siswa sebagai berikut:

Gambar 4.

Diagram Responden Berdasarkan Tokoh yang disukai dalam Beauty Vlogger

(7)

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini peran

yang paling disukai siswa dalam menonton beauty vlogger yaitu Han Yoo Ra

dengan jumlah 31 siswa atau 33 %. Han Yoo Ra adalah seorang Beauty

Vlogger asal Korea Selatan yang telah lama tinggal di Indonesia, dan selain

dia Sunny Dahye juga merupakan Beauty Vlogger yang berasal dari

korea,dalam hal ini menunjukkan bahwa responden menyukai Beauty

Vlogger dengan gaya natural seperti korea. Di Indonesia sendiri,trend make

up pada saat ini juga mengarah ke budaya korea karena make up korea

memiliki karateristik yang natural dan tipis yang dimungkinkan disukai oleh

responden yang masih sekolah. Hal ini juga terkait dengan Teori Terpaan

Selektif Joseph T Klepper (1960) dimana khalayak sebagai sasaran isi

komunikasi bersifat aktif dengan cara selektif memilih media jadi dengan hal

ini responden selektif dengan trend make up apa saja yang mereka sukai.

4.3.Karateristk Variabel

Pada penelitian ini terdapat 3 variabel penelitian,yaitu menonton Beauty

Vlogger,perilakukonsumtif dan faktor internal,eksternal.

4.3.1. Menonton Beauty Vlogger (X)

1. Intensitas Menonton(X1)

a. Durasi Menonton Beauty Vlogger

Dalam teori Kultivasi milik Gebner (et al: 8) yang dipaparkan pada

bab sebelumnya dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat dua

karakteristik penonton yaitu, (1) Penonton berat (Heavy Viewer) yaitu

mereka yang menonton lebih dari 4 jam setiap harinya; (2) Penonton

Biasa (Light Viewer) yaitu mereka yang menonton kurang dari 4 jam

setiap harinya.

Dari jumlah sampel penelitian ini yaitu 94 responden penonton

Beauty Vloggr, menurut tingkat frekuensi dalam menonton Beauty

(8)

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menonton

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Dari 94 responden, sebanyak27 orang (28,7%) memiliki tingkat

lamanya menonton Beauty Vloggerlebih dari 4 jam per hari.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata siswi SMP di

kota Salatiga menonton Beauty Vlogger dengan tingkat Light Viewers

yaitu menonton kurang dari 4 jam dalam sehari yang dipaparkan

dalam teori kultivasi. Demikian dapat disimpulkan bahwa siswi SMP

durasi menonton Beauty Vlogger tidak terlalu lama hal ini

menunjukkan mereka tidak menonton tayangan sampai akhir.

b. Frekuensi menonton Beauty Vlogger

Berdasarkan data yang diperoleh data, hasil frekuensi menonton

Beauty Vlogger para responden dalam seminggu adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.6

Frekuensi menonton dalam seminggu

No. Frekuensi menonton

dalam Seminggu Frekuensi

Prosentase

(9)

Dari hasil pengisian kuisiner terhadap 94 responden,

berdasarkan teori kultivasi Gebner (1980) dapat dilihat bahwa

rata-rata penonton dalam kelas Heavy Viewer menonton Beauty

Vlogger4-5 kali dalam seminggu dengan durasi lebih dari 4 jam

dalam seminggu, dan rata-rata penonton dalam kelas Light Viewer

menonton 2-3 kali dengan durasi kurang dari 4 jam dalam

seminggu. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswi SMP menonton

Beauty Vlogger 2-3 kali dalam seminggu.

1. Isi Tayangan (X2)

Indikator kedua menonton Beauty Vlogger adalah isi tayangan

(X2) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara

untuk menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3.

Nilai 1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari

jumlah pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang

digunakan adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

(10)

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator Isi Tayangan

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 0 0.00

5,26 – 7,5 TS 26 27.70

7,6 – 9,85 S 52 55.30

9,86 – 12,1 SS 16 17.00

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.7, menunjukkan bahwa isi tayangan dari

Beauty Vloger banyak diminati oleh responden. Dari 94 responden

sebanyak 68 responden (72,3%) menyatakan setuju dan sangat setuju

bahwa isi tayangan dari Beauty Vlogger menarik. Responden setuju bahwa

Beauty Vlogger sangat persuasif ketika melakukan tutorial kecantikan.

Menurut Kenneth E. Anderson (1972:218) komunikasi persuasif

merupakan komunikasi antar individu dimana komunikator dapat merubah

tingkah laku dan perbuatan audiens. Dalam hal ini menunjukan bahwa

Beauty Vlogger dapat merubah penonton untuk dapat mengikuti cara

berdandan serta membujuk penonton untuk membeli alat kecantikan

seperti Beauty Vlogger.

3.Daya Tarik (X3)

Indikator kedua menonton Beauty Vlogger adalah isi tayangan

(X3) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk

menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

(11)

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator Daya Tarik

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.8 ,dapat dilihat bahwa mayoritas dari

responden setuju dengan pernyataan bahwa Beauty Vlogger memiliki daya

tarik. Dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori , sebanyak 80

responden (85,1%) menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa Beauty

Vlogger memiliki daya tarik dalam melakukan video tutorial kecantikan.

Daya Tarik kecantikan dari Beauty Vlogger sendiri terbukti menjadi alasan

mereka menonton video tutorial kecantikan seperti wajah dari Beauty

(12)

bahwa menonton Beauty Vlogger tidak membuang waktu. Dalam teori

kultivasi Gebner menyebutkan dampak media dapat mempengaruhi

pandangan terhadap dunia sekitar,semakin banyak waktu yang

diperuntukan untuk menonton Beauty Vlogger penonton merasa bahwa

mereka harus cantik seperti Beauty Vlogger tersebut.

4.Atensi (X4)

Indikator kedua menonton Beauty Vlogger adalah isi tayangan

(X4) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk

menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

(13)

Tabel 4.9

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator Atensi

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 0 0.00

5,26 – 7,5 TS 32 34.00

7,6 – 9,85 S 47 50.00

9,86 – 12,1 SS 15 16.00

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.9 , menunjukkan gambaran mengenai hal-hal

yang dilihat responden saat menonton Beauty Vlogger. Dari 94 responden

sebanyak 62 responden (66%) menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa

Beauty Vlogger memiliki perhatian khusus dari mereka. Cara berdandan

Beauty Vlogger yang mudah diikuti menjadi alasan mereka menonton

video. Ketika Beauty Vlogger menjelaskan produk make up terbukti

mereka tertarik untuk menonton dan menjadi tertarik untuk membeli

produk make up. Dalam teori kultivasi menyebutkan dampak media dapat

mempengaruhi persepsi dan sikap,hal ini menunjukkan bahwa dampak

dari Beauty Vlogger memberikan persepsi mengenai berdandan dan

pembelian alat make up yang dilakukan responden.

4.3.2. Perilaku Konsumtif Siswi SMP

1. Pembelian Berlebihan (Y1)

Indikator pertama perilaku konsumtif adalah pembelian berlebihan

(Y1) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk

menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

(14)

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator pembelian berlebihan

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.10, dari 94 responden sebanyak 48 respoden

(51,1%) menyatakan setuju dan sangat setuju dengan adanya pembelian

berlebihan. Dalam Engel(1955:37) pembelian berlebih adalah perilaku

yang dilakukan dalam mencukupi kebutuhan secara berlebih hanya untuk

mencapai faktor keinginan seperti motivasi dan harga diri hal ini

ditunjukkan dengan responden setuju bahwa tayangan Beauty Vlogger

meyakinkan mereka untuk membeli produk kecantikan. Mereka tidak

membeli alat make up yang mereka suka melainkan juga membeli alat

(15)

2. Pembelian Berulang (Y2)

Indikator kedua perilaku konsumtif adalah pembelian berulang

(Y2) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk

menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

(16)

Tabel 4.11

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator pembelian berulang

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 1 1.10

5,26 – 7,5 TS 40 42.60

7,6 – 9,85 S 51 54.30

9,86 – 12,1 SS 2 2.10

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.11,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 53 respoden (56,4%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan adanya pembelian berulang terhadap produk

kecantikan. Responden setuju bahwa setelah membeli alat make up

mereka ingin membeli lagi hal ini yang menjadikan mereka melakukan

pembelian berulang hal ini diperkuat dengan teori perilaku konsumtif

mengenai pembelian berulang Engel (1955:37) dimana pembelian yang

dilakukan untuk mengurangi ketidakcocokan. Mereka juga membeli alat

make up menggunakan uang saku.

3. Pembelian Berdasarkan Kebiasaan (Y3)

Indikator ketiga perilaku konsumtif adalah pembelian berdasarkan

kebiasaan (Y3) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah

cara untuk menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

(17)

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini

Tabel 4.12

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator pembelian berdasarkan kebiasaan

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.12,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 52 respoden (55,5%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan adanya pembelian berdasarkan kebiasaan terhadap

produk kecantikan. Responden setuju bahwa mereka terbiasa membeli alat

make up yg sama seperti Beauty Vlogger. Membeli alat make up yang

cocok dengan kulit mereka juga menjadi alasan mereka melakukan

pembelian berdasarkan kebiasaan hal ini juga berdasarkan Teori perilaku

konsumtif Engel (1955:37)mengenai pembelian berdasarkan kebiasaan

dimana konsumen membeli berdasarkan loyalitas terhadap produk-produk

(18)

4. Pembelian karena Implusif (Y4)

Indikator keempat perilaku konsumtif adalah pembelian karena

implusif atau secara tiba-tiba (Y4) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid.

Dibawah ini adalah cara untuk menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

(19)

Tabel 4.13

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator pembelian karena implusif

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 0 0.00

5,26 – 7,5 TS 59 62.80

7,6 – 9,85 S 33 35.10

9,86 – 12,1 SS 2 2.10

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.13,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 59 respoden (62,8%) menyatakan tidak setuju

dan sangat tidak setuju dengan adanya pembelian secara tiba-tiba saat

membeli produk kecantikan. Responden tidak setuju bahwa belajar

menggunakan makeup tidak untuk terlihat cantik seperti Beauty Vlogger

dan ketika bagus saat digunakan oleh Beauty Vlogger mereka tidak

tertarik membeli karena pengaruh tampilan fisik dari Beauty Vlogger.

4.3.3Faktor Internal

1. Motivasi (Z1)

Indikator pertama faktor internal adalah motivasi (Z1) terdiri dari 3

pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk menentukan interval

skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

(20)

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.14

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator motivasi

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 8 8.50

5,26 – 7,5 TS 26 27.70

7,6 – 9,85 S 53 56.40

9,86 – 12,1 SS 7 7.40

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.14, dari 94 responden sebanyak 60 respoden

(63,8%) menyatakan setuju dan sangat setuju dengan adanya motivasi.

Pernyataan ini menunjukkan faktor dalam diri mereka berpengaruh dalam

perilaku konsumtif , mereka menyukai hal baru dan mendapatkan

perhatian dan tidak malu tampil dengan makeup. Hal ini diperkuat dengan

Teori Hiearki Abraham Maslow(1943) mengenai kebutuhan sosial dimana

individu memiliki kebutuhan mencintai dan untuk dicintai dengan

mendapatkan perhatian dari orang lain responden merasa dirinya dicintai

(21)

2. Kepribadian (Z2)

Indikator kedua Faktor intenal adalah kepribadian (Z2) terdiri dari

3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk menentukan

interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

(22)

Tabel 4.15

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator kepribadian

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 9 9.60

5,26 – 7,5 TS 32 34.00

7,6 – 9,85 S 48 51.10

9,86 – 12,1 SS 5 5.30

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.15,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 53 respoden (56,4%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan tipe kepribadian yang menentukan kepribadiannya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka adalah seseorang yang

memperhatikan penampilan dan menyukai diri mereka ketika

menggunakan makeup .

3. Konsep Diri (Z3)

Indikator ketiga faktor internal adalah konsep diri (Z3) terdiri dari

3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk menentukan

interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

(23)

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.16

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator konsep diri

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.16,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 51 respoden (54,3%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan pandangan dirinya untuk meningkatkan harga diri.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka percaya diri saat

menggunakan makeup dan terlihat menarik. Hal ini diperkuat oleh George

Herbert Mead yang menyatakan bahwa konsep diri merupakan pandangan,

penilaian, dan perasaan seseorang mengenai dirinya yang timbul sebagai

hasil dari suatu interaksi sosial.

4. Gaya Hidup (Z4)

Indikator keempat perilaku konsumtif adalah pembelian karena

implusif atau secara tiba-tiba (Y4) terdiri dari 3 pertanyaan yang valid.

Dibawah ini adalah cara untuk menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

(24)

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.17

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator Gaya Hidup

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 11 11.70

5,26 – 7,5 TS 11 11.70

7,6 – 9,85 S 65 69.20

9,86 – 12,1 SS 7 7.40

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.17,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 72 respoden (76,6%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan gaya hidup saat membeli produk kecantikan.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka belajar menggunakan makeup

untuk terlihat cantik seperti Beauty Vlogger dan ketika bagus saat

(25)

tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan Teori perilaku konsumtif Engel

(1955) mengenai gaya hidup dimana gaya hidup dapat diekspresikan

melalui hal-hal yang dikenakan seseorang dan hal-hal yang mereka

konsumsi.

4.3.4 Faktor Eksternal

1. Kebudayaan (Z1)

Indikator pertama faktor eksternal adalah kebudayaan (Z1) terdiri

dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk menentukan

interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

(26)

Tabel 4.18

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator kebudayaan

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 4 4.30

5,26 – 7,5 TS 28 29.80

7,6 – 9,85 S 54 57.40

9,86 – 12,1 SS 8 8.50

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.18, dari 94 responden sebanyak 62 respoden

(65,9%) menyatakan setuju dan sangat setuju dengan adanya budaya

mempengaruhi keinginan dalam memenuhi kebutuhan. Pernyataan ini

menunjukkan bahwa mereka menggunakan make up karena lingkungan

sekitar mereka juga menggunakan makeup. Demikian pulatidak ada

tuntutan apapun atau larangan untuk mereka berdandan dan membeli

produk kecantikan .

2. Kelas Sosial (Z2)

Indikator kedua faktor eksternal adalah kelas sosial (Z2) terdiri dari

3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk menentukan

interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

(27)

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.19

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator kelas sosial

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 8 8.50

5,26 – 7,5 TS 18 19.20

7,6 – 9,85 S 63 67.00

9,86 – 12,1 SS 5 5.30

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.19,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 68 respoden (72,3%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan perilaku membeli yang didasarkan pada keinginan.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa setelah membeli alat make up mereka

terlihat berkelas dan berbeda dari yang lain. Mereka juga membeli alat

make up karena bagi mereka mampu untuk membeli. Hal ini diperkuat

dengan Teori Hierarki Maslow (1943) mengenai kebutuhan penghargaan,

dimana seseorang ingin diakui dan dihargai oleh orang lain. Dengan

menggunakan make up peneliti melihat bahwa responden ingin dirinya

(28)

3. Kelompok Referensi (Z3)

Indikator ketiga faktor eksternal adalah kelompok referensi (Z3)

terdiri dari 3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk

menentukan interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

diperoleh dari jawaban bobot tertinggi dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

(29)

Tabel 4.20

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator kelompok referensi

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 0 0.00

5,26 – 7,5 TS 25 26.60

7,6 – 9,85 S 61 64.90

9,86 – 12,1 SS 8 8.50

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.20,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 69 respoden (73,4%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan adanya pengaruh kelompok referensi terhadap

produk kecantikan. Pernyataan ini menunjukan bahwa mereka terbiasa

berdandan karena teman-teman mereka juga berdandan serta rekomendasi

alat makeup/produk kecantikan dari temanjuga berpengaruh saat membeli.

Hal ini diperkuat oleh Howkins,coney dan Bert (1980) yang mengatakan

bahwa di dalam kelompok referensi individu mengikuti keinginan

kelompokknya dan tidak berpikir ataupun bertindak sebagai dirinya

sendiri.

4. Keluarga (Z4)

Indikator keempat faktor eksternal adalah keluarga (Z4) terdiri dari

3 pertanyaan yang valid. Dibawah ini adalah cara untuk menentukan

interval skor atau kategori:

Rs = R (bobot)

M

R(bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil

M = banyaknya kategori bobot

Rs = Rentang skala

Bobot terbesar indikator frekuensi adalah 3x4=12. Nilai 4

(30)

pertanyaan dalam indikator. Sedangkan bobot terkecil adalah 3x1=3. Nilai

1 diperoleh dari jawaban bobot terkecil dan 3 diperoleh dari jumlah

pertanyaan dalam indikator frekuensi. Jumlah kategori yang digunakan

adalah 4.

Rs = R (bobot) = 12 – 3 = 9 = 2,25

M 4 4

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh interval tiap kategori

adalah 2,25 dan kategori tersebut dapat diketahui ada 4 gambaran indikator

yaitu sangat rendah (Sangat Tidak Setuju), rendah (Tidak Setuju), tinggi

(setuju), sangat tinggi (Sangat Setuju). Data yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.21

Distribusi Variabel Berdasarkan Indikator keluarga

Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%)

3 – 5,25 STS 0 0.00

5,26 – 7,5 TS 23 24.50

7,6 – 9,85 S 45 47.90

9,86 – 12,1 SS 26 27.70

TOTAL 94 100.00

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2017

Berdasarkan tabel 4.21,dapat dilihat dari hasil perhitungan kategori

dari 94 responden sebanyak 71 respoden (75,6%) menyatakan setuju dan

sangat setuju dengan adanya aspek keluarga berpengaruh terhadap

perilaku konsumtif produk kecantikan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa

mereka menggunakan makeup karena keluarga mereka juga berdandan

dan mereka meniru perilaku tersebut hal ini diperkuat dengan Teori

Imitasi menurut Gabriel Tarde menurut Terde imitasi merupakan bentuk

dari contoh seperti mencontoh yang dilakukan antar individu dalam semua

pergaulan antar manusia. Demikian pula untuk menggunakan make up

(31)

4.4.Uji Asumsi Klasik

Dengan menggunakan model regresi, maka harus memenuhi uji

asumsi klasik agar menghasilkan yang sesuai dengan standar statistik yang

meliputi uji normalitas data, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan

Autokorelasi dengan hasil sebagai berikut:

4.4.1. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal.Untuk menguji apakah distribusi data normal atau

tidak, salah satunya adalah dengan menggunakan analisis grafik. Cara yang

paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang membandingkan

antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal

sebagaimana pada gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 5.

Grafik Histogram

Dengan melihat tampilan grafik histogram tersebut, dapat disimpulkan

bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati

normal.Namun demikian dengan hanya melihat histogram dapat

memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk ukuran sampel yang

kecil. Metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot,

dimana pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sebagaimana

(32)

Gambar 6.

Grafik Normal Plot

Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal plot, dapat

disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena

memenuhi asumsi normalitas.

Teknik analisis uji normalitas data penelitian menggunakan Uji

Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS. Adapun

hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.22.

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Data Penelitian Beauty Vlogger terhadap Perilaku Konsumtif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

94

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.12566746

Most Extreme Differences Absolute .098

Positive .092

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z .947

Asymp. Sig. (2-tailed) .332

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 4.22 dapat dilihat bahwa dari Uji normalitas

Beauty Vlogger terhadap Perolaku Konsumtif dengan kolmogorov-Smirnov

(33)

alpha (0,05) maka dapat disimpulkan data distribusi normal sehingga model

regresi sudah memenuhi asumsi normalitas dan layak di pakai dan

dilanjutkan ke tahap pengujian selanjutnya.

4.4.2.Uji Multikolinieritas

Untuk mendekati ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel

independen digunakan Variance Inflation Factor (VIF).Besarnya VIF dari

masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.23.

Tabel 4.23.

Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa variabel independen

yaitu beauty vlogger dan variabel moderat yaitu faktor internal dan faktor

eksternal tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF < 10. Dengan

demikian variabel independen dan moderat tersebut dapat digunakan untuk

memprediksi perilaku konsumtif siswi SMP Kota Salatiga selama rata-rata

(34)

4.4.3. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji gejala heteroskedastisitas dalam analisis pada

penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik scatterplot. Titik-titik

tersebut harus menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi, maka dapat dinyatakan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan

menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan pada gambar 4.7 di bawah ini:

Gambar 7.

Grafik Scatterplot

Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.7

di atas, dapat diketahui bahwa dalam grafik scatterplot, titik-titik yang

terbentuk menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

seluruh variabel bebas pada penelitian ini menonton beauty vlogger

siswa tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga dengan demikian model

(35)

4.4.4. Uji Autokorelasi

Tabel 4.24.

Hasil Uji Auto Korelasi –Durbin Watson

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Faktor Eksternal, Beauty Vlogger, Faktor Internal

b. Dependent Variable: Perilaku Konsumen

Nilai dw data ini adalah 1,982 dengan jumlah N sampel 94. Nilai

D-W di antara -2 sampai +2 sehingga dapat dikatakan bahwa data yang

diperoleh tidak terdapat autokorelasi.

4.5. Uji Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis ini, Berikut hasil analisis regresi diperoleh data:

Tabel 4.25.

Tabel Pengaruh Beauty Vlogger Terhadap Perilaku Konsumtif Siswi SMP Kota Salatiga

Sumber: Data Output Regression 2017

Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel diatas

(Tabel Model Summary) diketahui bahwa korelasi parsial antara beauty

vlogger dan perilaku konsumtif dengan korelasi product moment by pearson

didapat nilai r hitung sebesar 0,640 dan memiliki nilai positif (arah korelasi

positif) sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengaruh

menonton beauty vlogger maka perilaku konsumtif siswi akan semakin

tinggi.

Berdasarkan uji tabel korelasi tersebut, koefisien determinasinya

(Adjusted R square) yang ditemukan yaitu sebesar 0,390 atau sebesar 39%

(36)

(R2 x 100%). Artinya dalam penelitian ini pengaruh menonton beauty

vlogger (Variabel X) dengan variabel moderat faktor eksternal dan faktor

internal terhadap perilaku konsumtif (Variabel Y) sebesar 39% dan sisanya

dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar penelitian ini.

Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh menonton beauty

vlogger terhadap perilaku konsumtif siswi SMP di Kota Salatiga, maka

dapat dilihat pada tabel ANOVA sebagai berikut:

Tabel 4.26.

Signifikansi media Beauty VloggerTerhadap Perilaku Konsumtif Siswi SMP Kota Salatiga

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 812.381 3 270.794 20.820 .000b

Residual 1170.556 90 13.006

Total 1982.936 93

a. Dependent Variable: Perilaku Konsumen

b. Predictors: (Constant), Faktor Eksternal, Beauty Vlogger, Faktor Internal

Sumber : Data Primer Yang Diolah, September 2017.

Berdasarkan uji signifikansi variabel media Beauty Vloggerterhadap

perilaku konsumtif diperoleh nilai Fhitung 20,820 dengan signifikansi 0,000

sehingga variabel media Beauty Vloggersecara signifikan memberi pengaruh

positif terhadap perilaku konsumtif pada Siswi SMP di Kota Salatiga.

Dalam analisis ANOVA ini dasar pengambilan keputusan dilihat berdasarkan:

- Apabila probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

- Apabila probabilitas < 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Menonton Beauty Vlogger tidak berpengaruh terhadap perilaku

konsumtif siswi SMP di Kota Salatiga

H1: Menonton Beauty Vlogger berpengaruh terhadap perilaku konsumtif

(37)

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat

probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari alpha 0,05. Jadi H1

diterima dan H0 ditolak dan artinya menonton Beauty Vloggerdapat

berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswi SMP di Kota Salatiga.

Berikut adalah tabel persamaan regresi pengaruh Beauty

Vloggerterhadap perilaku konsumtif.

a. Dependent Variable: Perilaku Konsumen

Berdasarkan tabel diatas persamaan regresi linier berganda yang

diperoleh berdasarkan perhitungan diatas adalah sebagai berikut:

Y = 7.150 + 0.220 X1 + 0.317Z1 + 0.201Z2

Dari persamaan di atas maka secara umum dapat diinterprestasikan

penjelasan sebagai berikut :

1) Konstanta (a) = 7,150, artinya jika tidak ada variabel Beauty Vlogger,

variabel moderat faktor internal dan faktor eksternal, maka besarnya

variabel perilaku konsumtif adalah sebesar 7,150 satuan.

2) Koefisien regresi Beauty Vlogger(b1) = 0,220 , artinya setiap peningkatan

siswi dalam beauty vlogger sebesar satu satuan akan meningkatkan

perilaku konsumtif sebesar 0,220 satuan dengan asumsi variabel lainnya

dianggap tetap atau ceteris paribus.

3) Koefisien regresi variabel moderat faktor internal (b2)= 0,317, artinya

setiap peningkatan dalam faktor internal sebesar satu satuan akan

meningkatkan perilaku konsumtif sebesar0,317 satuan dengan asumsi

(38)

4) Koefisien regresi variabel moderat faktor eksternal (b3)= 0,201, artinya

setiap peningkatan faktoreksternal sebesar satu satuan maka akan

meningkatkan perilaku konsumtif sebesar 0,201satuan dengan asumsi

variabel lainnya dianggap ceteris paribus.

Dalam analisis lanjutan mengunakan teknik statistik untuk mencari

ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y. Untuk

memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh maka peneliti

menggunakaan bantuan program statistik berbasis komputer yaitu SPSS

(Statistic Program Social Sciences) Release 17.00.

Pengujian hipotesis penelitian yang menyatakan “ada pengaruh

media Beauty Vlogger terhadap perilaku konsumtif Siswi SMP di Kota

Salatiga” dilakukan dengan menggunakan uji t.

Dari hasil uji t data penelitian dengan menggunakan program SPSS

diperoleh nilai thitungvariabel Beauty Vlogger sebesar 3.411 dengan faktor

internal dan faktor eksternal sebagai variabel moderat.Untuk mengetahui

kebenaran hipotesis tersebut dilakukan perbandingan antara nilai thitung

dengan nilai ttabel. Nilai ttabel (α/2=0,05; df (n-k-1=94-3-1=90) adalah

sebesar 1,987.

Hasil perbandingan kedua nilai t tersebut maka dapat diketahui bahwa

nilai thitung = 3,411> nilai ttabel = 1,987. Sehingga pernyataan hipotesis

penelitiandapat diterima atau dengan kata lain media Beauty

Vloggerberpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumtif Siswi SMP di

Kota Salatiga. Untuk memperjelas diterimanya hipotesis penelitian tersebut

(39)

Gambar 8.

Kurva Normal Distribusi t Untuk Uji Hipotesis

Dari hasil uji hipotesis, penelitian dapat diterima karena nilai t-hitung

berada di dalam daerah penerimaan Ha, maka setiap kenaikan dimensi

menonton Beauty Vloggerakan meningkatkan perilaku konsumtif pada

Siswi SMP di Kota Salatiga.

95 %

1 Daerah

0 0

Daerah Penerimaan Daerah Penerimaan

+1,9

-ttabel thitung

(40)

4.6. Rangkuman Sumbangan Efektif Variabel Independent, Variabel

Moderat, dan Variabel Dependent

Berikut merupakan hasil data penelitian yang berkaitan dengan sumbangan

efektif Variabel Independent(X) menonton Beauty Vlogger dengan

Variabel Dependent(Y) Perilaku Konsumtif menggunakan Variabel

Moderat Faktor Internal (Z1) dan Faktor Eksternal (Z2)

Tabel 4.28

Tabel Rangkuman Sumbangan Efektif Menonton Beauty Vlogger,

Faktor Internal Faktor Eksternal, dan Perilaku Konsumtif

No Analisis Pengaruh Sumbangan Efektif

1 X Y

Menonton Beauty Vlogger(X) dengan

Perilaku Konsumtif(Y)

20,2%

2 X Y

Z1

Menonton Beauty Vlogger(X) dengan

Perilaku Konsumtif(Y) menggunakan

Faktor Internal(Z1)

26,5%

3 X Y

Z2

Menonton Beauty Vlogger(X) dengan

Perilaku Konsumtif(Y) menggunakan

faktor Eksternal (Z2)

16,6%

4 X Y

Z1 Z2

Menonton Beauty Vlogger(X) dengan

Perilaku Konsumtif(Y) menggunakan

Faktor Internal (Z1) dan Faktor Eksternal

(Z2)

39%

(41)

Berdasarkan tabel 4.28, diperoleh hasil sumbangan efektif variabel

independent(X) menonton Beauty Vlogger terhadap variabel dependent(Y)

perilaku konsumtif sebesar 0,202 atau sebesar 20,2% hal ini menunjukkan

bahwa ada pengaruh menonton Beauty Vlogger terhadap perilaku

konsumtif siswi SMP di Kota Salatiga. Sedangkan sumbangan efektif

variabel independent(X) menonton Beauty Vlogger terhadap Variabel

Dependent (Y) yang dipengaruhi Variabel Moderat Faktor Internal(Z1)

sebesar 0,265 atau sebesar 26,5%, demikian juga sumbangan efektif

variabel independent(X) menonton Beauty Vlogger terhadap Variabel

Dependent (Y) yang dipengaruhi Variabel Moderat Faktor Eksternal (Z2)

sebesar 0,166 atau sebesar 16,6%. Demikian pula sumbangan efektif

variabel independent(X) menonton Beauty Vlogger terhadap Variabel

Dependent (Y) yang dipengaruhi Variabel Moderat Faktor Internal(Z1)

dan Faktor Eksternal(Z2) sebesar 0,390 atau sebesar 39%.

4.7. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini, yang paling banyak menjadi responden

adalah remaja 13 tahun yang masuk dalam kategori Remaja Awal. Dari

penelitian yang dilakukan Sarah Dessy (2009) menunjukan bahwa remaja

awal merupakan usia dimana seseorang sedang dalam proses mencari jati

diri, dalam hal ini peneliti melihat bahwa remaja putri yang menjadi

responden menonton Beauty Vlogger untuk mencari jati diri dengan cara

mengenal make up kemudian belajar cara mempercantik diri karena

mereka menyadari perubahan di dalam diri mereka.

Pada penelitian ini terdapat 3 variabel. Variabel terikat, variabel

bebas dan variabel moderat. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

perilaku konsumtif ( Y) ,variabel bebas pada penelitian ini adalah

menonton media Beauty Vlogger (X) , variabel moderat dari penelitian ini

adalah faktor internal (Z1) dan faktor eksternal ( Z2). Terdapat empat

(42)

Indikator pertama pada menonton media beauty vlogger adalah

intensitas menonton (X1). Dalam lamanya responden menonton,dari 94

responden, sebanyak67orang (71,3%) memiliki tingkat lamanya menonton

Beauty Vlogger kurang dari 4jam perhari nya dan sisanya 27 orang

(28,7%) memiliki tingkat lamanya menonton Beauty Vloggerlebih dari 4

jam per hari. rata-rata siswi SMP di kota Salatiga menonton Beauty

Vlogger dengan tingkat Light Viewers yaitu menonton kurang dari 4 jam

dalam sehari. Dalam Gebner (1980) penonton dengan kategori Light

Viewers diartikan sebagai penontonyang cenderung menggunakan media

atau informasi sebagai variasi karena wawasan mereka luas maka mereka

menggunakan informasi tersebut menjadi variatif

Dari frekuensi menonton dalam seminggu, rata-rata penonton dalam

kelas Heavy Viewer menonton Beauty Vlogger4-5 kali dalam seminggu

dengan durasi lebih dari 4 jam dalam seminggu, dan rata-rata penonton

dalam kelas Light Viewer menonton 2-3 kali dengan durasi kurang dari 4

jam dalam seminggu. Dalam Gebner (1980) dalam hal ini Heavy Viewers

diartikan sebagai penonton yang terpengaruh terhadap realitas yang media

berikan disbanding realitas yang dia alami ,dan penonton dalam kategori

ini cenderung memiliki akses media yang sedikit jadi menggunakan media

Beauty Vlogger sebagai pengaruh yang cukup kuat.

Indikator kedua menonton Beauty Vloggeradalah isi tayangan

(X2),dari 94 responden sebanyak 68 responden (72,3%) setuju bahwa isi

tayangan dari Beauty Vlogger menarik. Responden setuju bahwa Beauty

Vlogger sangat persuasif ketika melakukan tutorial kecantikan. Hal

tersebut dapat diketahui dari jawaban yang di dapatkan peneliti bahwa

mereka setuju isi tayangan dari Beauty Vlogger tidak membosankan.

Indikator ketiga menonton Beauty Vlogger adalah daya tarik

(X3),sebanyak 80 responden (85,1%) setuju bahwa Beauty Vlogger

(43)

Tarik kecantikan dari Beauty Vlogger sendiri terbukti menjadi alasan

mereka menonton video tutorial kecantikan. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban responden yang setuju bahwa menonton Beauty Vlogger tidak

membuang waktu.

Indikator keempat menonton Beauty Vlogger adalah atensi

(X4),Dari 94 responden sebanyak 62 responden (66%) setuju bahwa

Beauty Vlogger memiliki perhatian khusus dari mereka. Cara berdandan

Beauty Vlogger yang mudah diikuti menjad ialasan mereka menonton

video. Ketika Beauty Vlogger menjelaskan produk make up terbukti

mereka tertarik untuk menonton.

Indikator pertama perilaku konsumtif siswi SMP adalah pembelian

berlebihan (Y1),dari 94 responden sebanyak 48 respoden (51,1%) setuju

dengan adanya pembelian berlebihan. Responden setuju bahwa tayangan

Beauty Vlogger meyakinkan mereka untuk membeli produk kecantikan.

Mereka tidak membeli alat make up yang mereka suka melainkan juga

membeli alat makeup yang direkomendasikan oleh Beauty Vlogger .

Indikator kedua perilaku konsumtif siswi SMP adalah pembelian

berulang (Y2),dari 94 responden sebanyak 53 respoden (56,4%) setuju

dengan adanya pembelian berulang terhadap produk kecantikan.

Responden setuju bahwa setelah membeli alat make up mereka ingin

membeli lagi hal ini yang menjadikan mereka melakukan pembelian

berulang. Mereka juga membeli alat make up menggunakan uang saku.

Indikator ketiga perilaku konsumtif siswi SMP adalah pembelian

berdasarkan kebiasaan (Y3),dari 94 responden sebanyak 52 respoden

(55,5%) setuju dengan adanya pembelian berdasarkan kebiasaan terhadap

produk kecantikan. Responden setuju bahwa mereka terbiasa membeli alat

make up yg sama seperti Beauty Vlogger. Membeli alat make up yang

cocok dengan kulit mereka juga menjadi alasan mereka melakukan

(44)

Indikator keempat perilaku konsumtif siswi SMP adalah pembelian

karena implusif (Y4),dari 94 responden sebanyak 59 respoden (62,8%)

tidak setuju dengan adanya pembelian secara tiba-tiba saat membeli

produk kecantikan. Responden tidak setuju bahwa belajar menggunakan

makeup tidak untuk terlihat cantik seperti Beauty Vlogger dan ketika

bagus saat digunakan oleh Beauty Vlogger mereka tidak tertarik membeli

karena hal tersebut.

Indikator pertama faktor internal adalah motivasi (Z1), dari 94

responden sebanyak 60 respoden (63,8%) setuju dengan adanya motivasi.

Responden setuju bahwa faktor dalam diri mereka berpengaruh dalam

perilaku konsumtif, mereka menyukai hal baru dan mendapatkan perhatian

dan tidak malu tampil dengan makeup.

Indikator kedua faktor internal adalah kepribadian (Z2), dari 94

responden sebanyak 53 respoden (56,4%) setuju dengan tipe kepribadian

yang menentukan kepribadiannya. Responden setuju bahwa mereka adalah

seseorang yang memperhatikan penampilan dan menyukai diri mereka

ketika menggunakan makeup.

Indikator ketiga faktorinternal adalah konsep diri (Z3),dari 94

responden sebanyak 51 respoden (54,3%) setuju dengan pandangan

dirinya untuk meningkatkan harga diri. Responden setuju bahwa mereka

percaya diri saat menggunakan makeup dan terlihat menarik .

Indikator keempat faktor internal adalah gaya hidup (Z4), dari 94

responden sebanyak 72 respoden (76,6%) setuju dengan gaya hidup saat

membeli produk kecantikan. Responden setuju bahwa belajar

menggunakan makeup untuk terlihat cantik seperti Beauty Vlogger dan

ketika bagus saat digunakan oleh Beauty Vlogger mereka tertarik membeli

karena hal tersebut.

Indikator pertama faktor eksternal adalah kebudayaan (Z1), dari 94

(45)

mempengaruhi keinginan dalam memenuhi kebutuhan. Responden setuju

bahwa mereka menggunakan make up karena lingkungan sekitar mereka

juga menggunakan makeup. Tidak ada tuntutan apapun untuk mereka

berdandan dan membeli produk kecantikan .

Indikator kedua faktor eksternal adalah kelas sosial (Z2),dari 94

responden sebanyak 68 respoden (72,3%) setuju dengan perilaku membeli

yang didasarkan pada keinginan. Responden setuju bahwa setelah membeli

alat make up mereka terlihat berkelas dan berbeda dari yang lain. Mereka

juga membeli alat make up karena bagi mereka mampu untuk membeli.

Indikator ketiga faktor eksternal adalah kelompok referensi

(Z3),dari 94 responden sebanyak 69 respoden (73,4%) setuju dengan

adanya pengaruh kelompok referensi terhadap produk kecantikan.

Responden setuju bahwa mereka terbiasa berdandan karena teman-teman

mereka juga berdandan . rekomendasi alat makeup/produk kecantikan dari

temanjuga berpengaruh saat membeli.

Indikator keempat faktor eksternal adalah keluarga (Z4),dari 94

responden sebanyak 71 respoden (75,6%) setuju dengan adanya pengaruh

keluarga terhadap perilaku konsumtif produk kecantikan. Responden

setuju bahwa belajar menggunakan makeup karena keluarga mereka juga

berdandan. Dan ketika berdandan atau membeli alat make up mereka

mendapatkan ijin dari orangtua.

Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengaruh media Beauty Vlogger terhadap perilaku konsumtif adalah

signifikan, dengan persamaan regresi Y = 7.150 + 0.220 X1 + 0.317 Z1 +

0.201Z2, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor menonton

Beauty Vlogger akan menyebabkan kenaikan skor perilaku konsumtif

sebesar 0,220 unit pada konstanta 7.150.

Kekuatan pengaruh antara media Beauty Vlogger terhadap perilaku

(46)

0,000 atau probabilitas kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang

menyatakan ada pengaruh positif antara media Beauty Vlogger terhadap

perilaku konsumtif pada siswi SMP Kota Salatiga dapat diterima

kebenarannya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa setiap kenaikan

skor media Beauty Vlogger akan diikuti naiknya skor perilaku konsumtif

pada siswi SMP Kota Salatiga, begitu juga sebaliknyasetiap kenaikan skor

perilaku konsumtif maka akan diikuti juga naiknya skor media Beauty

Vlogger pada siswi SMP Kota Salatiga.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu

mengenai pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap perilaku

konsumtif yang dilakukan Umi Hidayatun tahun 2015 dengan sumbangan

efektif sebesar 22,5 %. Sedangan sumbangan efektif menonton Beauty

Vlogger terhadap perilaku konsumtif sebesar 20,2 %, sumbangan efektif

menonton Beauty Vlogger terhadap perilaku konsumtif menggunakan

variabel moderat faktor internal 26,5%, sumbangan efektif menonton

Beauty Vlogger terhadap perilaku konsumtif menggunakan variabel

moderat faktor eksternal 16,6% dan sumbangan efektif menonton Beauty

Vlogger terhadap perilaku konsumtif menggunakan variabel moderat

faktor internal dan eksternal sebesar 39%.

Berdasarkan teori kultivasi George Gebner juga ditemukan bahwa

dampak media memberikan persepsi dan sikap terhadap dunia sekitar,pada

penelitian ini juga ditemukan teori pada faktor eksternal pada keluarga

yaitu teori imitasi dimana responden cenderung meniru keluarga mereka

mengenai cara berdandan dan mempercantik diri. New media juga

memberikan dampak revolusi media pada saat ini terutama dengan

kemunculan Beauty Vlogger yang memberikan dampak pengaruh perilaku

konsumtif.

Hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa Teori Hierarki Maslow

(1943) tentang kebutuhan juga berpengaruh dalam berperilaku konsumtif

(47)

memiliki kebutuhan dicintai dan mencintai dan diakui dan dihargai oleh

orang lain seperti dalam membeli produk kecantikan responden setuju

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3. Tabel deskriptif karateristik responden
Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal lain yang perlu menjadi perhatian semua pihak terkait penentuan BPIH di Indonesia, adalah keputusan- keputusan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2015 pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan

[r]

L’UTILISATION DU SUPPORT AUDIOVISUEL DANS L’APPRENTISSAGE DE LA PRODUCTION ÉCRITE D’UN TEXTE DESCRIPTIF.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pusdiklat akan mendata dan menseleksi hasil ujian seleksi untuk selanjutnya akan ditetapkan para peserta yang dipanggil untuk mengikuti ujian tahap II (hanya bagi beberapa

Peningkatan kreativitas berpikir siswa di atas menjelaskan tentang besarnya nilai perubahan yang terjadi di setiap siklusnya, mulai dari pelaksanaan tes awal (pretest)

Modul wifi sesuai gambar 8 digunakan sebagai komunikasi data antara mikrokontroler ke basis data. modul wifi ini akan mengunggah data pembacaan dari sensor arus, sensor

Pedoman Indeks Kesulitan Geografis Desa (IKG) dari Kantor BPS pusat, dan IKG merupakan komponen variable perhitungan besaran penerimaan Dana Desa setiap Desa (sebagai