• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Interpersonal Orangtua dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak: Studi pada Keluarga dari Anak Tuna Daksa yang Bersekolah di SLB Anugeraharanganyar, Surakarta T1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Interpersonal Orangtua dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak: Studi pada Keluarga dari Anak Tuna Daksa yang Bersekolah di SLB Anugeraharanganyar, Surakarta T1 "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Pendidikan awal pada anak dimulai dari keluarga. Karena keluarga merupakan keadaan awal yang dikenali oleh seorang anak maka segala proses pembentukan kepribadian dan tumbuh kembang anak terjadi. Tumbuh kembang anak baik pada proses penyesuaian diri, kecerdasan, kreativitas, moral, kemampuan bersosialisasi, dan hal yang bersifat spiritual terjadi didalamnya.

Setiap orang berharap dilahirkan di lingkungan keluarga yang sempurna, dengan kedua orang tua yang selalu merawat dan menjaga dengan penuh kasih sayang dan cinta, juga dibesarkan dan dididik dengan kesabaran, yang selalu mendukung juga memberi solusi terhadap apa yang dicitakan dan yang dihadapi anak.

Selain itu, terlahir dengan memiliki anggota tubuh yang sempurna juga merupakan salah satu harapan dari setiap orang. Dapat melihat dengan jelas, dapat bergerak tanpa batas, melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya, dapat menikmati keindahan lingkungan sekitar, dan dapat bermain dengan teman sebaya adalah hal yang selalu diinginkan oleh mereka. Akan tetapi tidak semua orang terlahir dengan memiliki anggota tubuh yang sempurna, mereka yang termaksud ke dalam kelompok disabilitas merupakan orang-orang yang memiliki anggota tubuh dengan keterbatasannya sendiri-sendiri.

Pada tahun 2016 lalu BPS (Sakernas) menunjukan bahwa 45,74% anak-anak penyandang disabilitas tidak pernah ataupun tidak lulus SD, sedangkan 87,31% anak non disabilitas dapat mempunyai pendidikan SD keatas1. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab dimana anak disabilitas tidak mampu bersosialisasi dengan masyarakat secara baik, dikarenakan seorang anak disabilitas tidak mempunyai akses yang cukup disekolah untuk mereka belajar

1

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.lpem.org/wp-

(2)

2 bersosialisasi, sehingga ketika mereka dewasa tidak adanya rasa percaya diri yang cukup untuk melakukan proses komunikasi dengan orang-orang disekitar mereka yang terbilang anak dengan kondisi fisik dan mental yang normal.

Menurut Departemen Kesehatan2 berbagai faktor permasalahan dialami oleh penyandang disabilitis. Hal tersebut dapat ditinjau dari sisi internal maupun eksternal, seperti:

1. Permasalah dalam Internal

a. Gangguan pada organ dan fungsi dan atau mental yang dapat menimbulkan berbagai gangguan dalam kehidupan sehari-hari para penyandang disabilitas.

b. Adanya kesulitan para penyandang disabilitas dalam berkomunikasi, gangguan belajar, keterampilan, pekerjaan, gangguan dalam beraktivitas, kesulitan dalam penyesuaian diri maupun kesulitan dalam meningkatkan rasa percaya diri.

2. Permasalahan dalam Eksternal

a. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap masalah disabilitas.

b. Adanya isolasi ataupun perlindungan yang berlebihan terhadap para penyandang disabilitas.

c. Kurangnya peran masyarakat dan keluarga dalam menangani penyandang disabilitas.

d. Kurangnya pemenuhan hak-hak yang didapat oleh para penyandang disabilitas. e. Banyak para penyandang disabilitas yang hidup dibawah garis kemiskinan

dengan tingkat pendidikan yang juga masih rendah.

f. Masih banyak pula keluarga yang menutupi dari masyarakat bahwa ada salah satu anggota keluarga mereka yang mengalami disabilitas.

g. Masih terbatasnya lapangan pekerjaan bagi para penyandang disabilitas.

Menjadi seorang yang cacat bukanlah sebuah kiamat bagi yang mengalaminya, mereka harus dapat bangkit dan berjuang untuk menjadikan dirinya istimewa sekalipun awalnya mereka merasakan depresi dengan

2

https://www.google.co.id/url?sa+t&source=web&rct=j8url=http://www.depkes.go.id/download

(3)

3 keadaannya. Tidaklah mudah seseorang untuk menerima dirinya yang disabilitas dan yang tidak sesempurna seperti orang lain.

Mereka yang termaksud kedalam kelompok disabilitas dapat disebut sebagai Tuna Netra (Buta), Tuna Rungu (Tuli), Tuna Wicara (Bisu), Tuna Daksa (Cacat Fisik), Tuna Grahita (Keterbelakangan Mental), Tuna Laras (Cacat Pengendalian Diri), dan Tuna Ganda (Cacat Kombinasi). Pada kali ini peneliti akan mengangkat Tuna Daksa sebagai bahan penelitian.

Tuna daksa (cacat fisik) adalah mereka yang mengalami kerusakan atau terganggu akibat gangguan bentuk hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal3. Mereka memiliki keterbatasan pada ruang gerak mereka.

Akan tetapi sebagai makhluk sosial, manusia juga membutuhkan komunikasi dan proses sosialisasi untuk menunjang kehidupan mereka. Hal yang sama juga seharusnya di alami oleh mereka para penyandang disabilitas. Sekalipun para penyandang disabilitas termaksud kedalam orang-orang yang berbeda namun mereka juga mempunyai hak yang sama seperti anak-anak normal lainnya. Mereka juga membutuhkan proses sosialisasi dalam membentuk diri mereka. Seseorang yang tumbuh tanpa interaksi maupun sosialisasi maka dia akan memelewatkan peluang untuk berlatih dan mengembangkan keahlian, karena perkembangan diri kita bukan hanya dari keluarga akan tetapi juga didapat dari segala proses interaksi di masyarakat4.

Namun, terkadang kurangnya rasa percaya diri anak dengan kondisi fisik yang mereka miliki justru membuat mereka menarik diri dari masyarakat5. Anak-anak penyandang disabilitas seringkali dianggap rendah, dan ini menyebabkan mereka menjadi lebih rentan6. Rasa malu, rendah diri, terkadang bersikap egois dan sensitif juga dapat mempengaruhi proses penyesuaian anak disabilitas dalam berinteraksi di lingkungannya. Selain itu keterbatasan akses mereka di lingkungan

3

www.jurnal.id/2012/11/macam-macam-cacat-fisik-pada-manusia.html?m=1#.WKSQt8sxXqA

diakses pada 14 Februari 2017 4

Kurniawati, Nia Kania (2014). Komunikasi Antarpribadi; Konsep dan Teori Dasar.

Yogyakarta;Graha Ilmu 5

www.e-jurnal.com/2014/03/penyebab-timbulnya-kurang-percaya-diri.html?m=1 diakses pada 14 Februari 2017

6

(4)

4 dan pendapat masyarakat tentang seorang disabilitas membuat mereka merasa dikucilkan dan akhirnya menarik diri dari masyarakat. Penolakan yang dilakukan oleh masyarakat juga berpengaruh pada diri penyandang disabilitas yang juga dapat menyebabkan mereka mudah tersiggung, mudah marah, sering menunjukan kesedihan, stress, jarang tersenyum bahkan dapat mengarah kepada depresi7.

Akan tetapi tidak jarang dari anak disabilitas yang dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat. Keterbatasan fisik seorang anak bukan menjadi penghambat bagi mereka untuk terus bersosialisi di tengah masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh dukungan orang tua yang sudah ditanamkan ketika anak masih usia dini. Peran orang tua dalam mengkomunikasikan, memberi motivasi bahkan meningkatkan rasa percaya diri anak dengan keterbatasan fisik mereka tidaklah mudah. Bahasa yang digunakan oleh orang tua serta cara-cara memberikan motivasi kepada anak harus hati-hati dan sangat diperhatikan mengingat komunikan yang dihadapi adalah mereka yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Orang tua harus memahami secara pasti tentang kepribadian sang anak agar orang tua dapat menggunakan bahasa dan mengerti waktu yang tepat kapan harus memberikan pengertian dan semangat serta motivasi kepada anak.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Melihat dari judul penelitian dan latar belakang di atas maka menimbulkan sebuah pertanyaan yaitu: Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam membangun rasa percaya diri anak tuna daksa agar anak mampu bersosialisasi di lingkungan bermain?

1.3

TUJUAN

Untuk mendeskripsikan strategi komunikasi yang dilakukan orangtua supaya dapat meningkatkan rasa percaya diri anak tuna daksa agar mampu bersosialisasi di lingkungan bermain.

7

(5)

5

1.4

MANFAAT

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui teori yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi secara umum maupun secara khusus yang berhubungan dengan matakuliah Komunikasi Antar Pribadi (Komunikasi Interpersonal)

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat memberikan saran yang lebih mendalam kepada orang tua agar dapat lebih lagi memberikan dan menanamkan rasa percaya diri anak tuna daksa.

1.5

DEFINISI KONSEP dan BATASAN PENELITIAN

1.5.1 Definisi Konsep

Komunikasi Interpersonal: Merupakan komunikasi yang dilakukan oleh 2 orang dan terjadi secara langsung dengan cara bertatap muka. Menurut Kurniawati (2014) tentang komunikasi antarpribadi adalah dalam berinteraksi dengan orang lain kita mengenal mereka dan diri sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain.

Percaya Diri : Percaya diri (Self Confident) merupakan sebuah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan cara terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. Loekmono berpendapat bahwa kepercayaan diri itu tidak dapat terbentuk dengan sendirinya, melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang8. Percaya menurut Griffin (dalam Suciati, 2015: 22) sebagai sikap mengendalikan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki yang pencapaiannya tidak tidak pasti dalam situasi yang penuh resiko.

8

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://etheses.uin-

(6)

6 1.5.2 Batasan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Gelombang PWM dibangkitkan dengan mengeset (atau mengclearkan) register OC0 pada saat terjadi compare match antara TCNT0 dan OCR0, dan mengclearkan (atau

Pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas.. II-A MI Miftahul Falah

The first two papers quantify the prevalence of maternal and child undernutrition and consider the short-term consequences in terms of deaths and disease burden, as

[r]

ini peneliti menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu peserta didik mengenal, menentukan dan mendeskripsikan bangun

Dalam prinsip ini, terkandung (a) adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan pemerintahan, dan (b) tersedianya mekanisme untuk menuntut

dengan judul tulisan ini: GUGATAN TERHADAP BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI PT PERSERO DALAM PERKARA PERDATA , maka tulisan ini akan membahas masalah apakah BUMN berbentuk

Berdasarkan tujuan pengembangan media pembelajaran berupa Bahan Ajar Berbasis Website Untuk Mata Kuliah Workshop Instalasi Penerangan Listrik di Jurusan Teknik