• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENANAMAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

35

Pelaksanaan Penanaman

Pelaksanaan Penanaman

34

Pada lokasi seperti gambar diatas, anakan pohon masih sangat banyak ditemui. Sebaiknya dilakukan pemeliharaan terhadap anakan pohon tersebut. Selain itu, berbagai satwa, seperti burung, mamalia dan berbagai binatang pemencar biji lain biasanya akan melintasi lokasi ini dan memencarkan berbagai biji, sehingga regenerasi hutan secara alami sudah cukup untuk memperbaiki areal seperti ini.

4.1.2. Melakukan penanaman hutan

Sejatinya, melakukan kegiatan penanaman adalah langkah terakhir dalam upaya pengembalian fungsi hutan. Langkah terbaik adalah membiarkan hutan melakukan proses regenerasi secara alami. Namun, proses regenerasi hutan akan berjalan sangat lambat jika tidak dibantu dengan kegiatan penanaman. Lokasi yang terdegradasi, terutama dengan kondisi yang terbuka, sangat rentan akan berbagai gangguan terutama kebakaran hutan. Oleh karena itu, penanaman pohon di lokasi yang terdegradasi adalah cara aman untuk menghindari hutan kembali rusak dan terganggu fungsinya.

Kawasan yang terdegradasi umumnya didominasi oleh tumbuhan liar berupa alang-alang, pakis-pakisan dan berbagai gulma lainnya. Gulma memiliki racun (alelopati) yang kuat untuk membunuh tanaman lain di sekitarnya, ini adalah cara gulma untuk bertahan hidup dan berkompetisi, hal inilah yang menyebabkan proses pembentukan hutan akan berjalan sangat lambat. Untuk mempercepat proses pembentukan hutan, maka perlu dilakukan kegiatan penanaman. Artinya, kegiatan penanaman bertujuan untuk mempercepat proses pembentukan hutan dan membantu pemencaran jenis tanaman hutan agar lokasi yang terdegradasi tersebut memiliki keragaman tanaman yang lebih tinggi. Kegiatan penanaman dapat juga diartikan sebagai upaya mengambil alih peran binatang pemencar biji untuk membantu proses regenerasi hutan itu sendiri.

Jika lokasi yang terdegradasi seperti gambar diatas mutlak harus dilakukan penanaman, sebab lokasi tersebut di dominasi oleh alang-alang yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan. Penanaman pohon membantu percepatan

pembentukan hutan dan memutus dominasi alang-alang.

4.1. MEMBIARKAN SUKSESI ALAMI ATAU MELAKUKAN PENANAMAN HUTAN 4.1.1. Membiarkan suksesi alami: Pemeliharaan anakan dan pembebasan gangguan

Menurut Heriansyah dkk (2010), Restorasi dapat terjadi secara alami hanya dengan memproteksi tapak dari gangguan, dimana kolonisasi dan proses suksesi terjadi secara alami dalam meningkatkan biodiversitas dan struktur ekosistem.

Namun, percepatan revegetasi pada areal terdegradasi dapat dilakukan dengan penanaman secara intensif, dengan variasi jenis pohon dan tumbuhan bawah. Kombinasi jenis pioneer, cepat tumbuh, jenis langka dan ternacam, dan jenis klimaks dalam suatu areal secara rapat disinyalir dapat memotong dan mempercepat proses suksesi (Heriansyah dkk, 2014).

Jika pun harus melakukan penanaman, sebaiknya dilakukan kegiatan pencarian terhadap anakan yang tumbuh secara alami. Anakan alami tersebut sebaknya diberi tanda berupa ajir dan mulsa agar tidak mati akibat kegiatan pembuatan dan pembersihan jalur tanam.

PELAKSANAAN PENANAMAN

Jika lokasi hutan seperti gambar diatas, maka penanaman pohon tidak direkomendasikan mengingat lokasinya yang berdekatan dengan hutan primer, serta masih terdapat tunggul tanaman yang berpotensi

menjadi pohon besar. Regenerasi secara alami harus lebih diutamakan.

(2)

37

36

4.2.FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANAMAN

Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penanaman antara lain : 1) Pemilihan jenis pohon yang tepat

Penanaman dengan menggunakan jenis asli (endemik) sesuai dengan lokasi yang akan direstorasi diyakini memberikan pengaruh besar bagi keberhasilan penanaman.

2) Kesesuaian tempat tumbuh

Tanaman akan tumbuh dengan baik jika memenuhi kesesuaian tempat tumbuh. Kesesuaian tempat tumbuh meliputi kesesuaian tanaman terhadap: jenis tanah, iklim (curah hujan, suhu), kondisi air, ketinggian tempat, dan lain lain. Cara paling sederhana untuk mengetahui kesesuaian tempat tumbuh suatu jenis adalah dengan melihat apakah terdapat jenis yang dimaksud telah tumbuh dengan baik di lokasi tersebut.

3) Kesesuaian musim tanam

Penanaman harus dilakukan pada musim penghujan. Kematian tanaman sebagian besar terjadi karena kurangnya pasokan air. Kondisi terbaik untuk melakukan penanaman adalah pada awal musim hujan yaitu ketika hujan turun mulai stabil, artinya hujan turun sudah mulai rutin setiap 1-2 hari sekali. Penanaman sebaiknya berakhir minimal 1 bulan sebelum datangnya musim kemarau. Sehingga tanaman sudah beradaptasi dengan baik karena menerima pasokan air hujan yang cukup.

4) Teknik menanam yang benar

Teknik menanam meliputi; (1) cara mengangkut bibit (hindari mengangkut bibit dengan memegang bagian batang), (2) cara melepas polybag (3) lubang tanam yang sesuai standar (tidak dangkal).

5) Aman dari gangguan,

Gangguan tanaman dapat disebabkan oleh: alam (banjir, angin dan longsor), manusia (perusakan tanaman). Oleh karena itu, perlu diantisipasi segala kemungkinan gangguan untuk mendapatkan solusi pemecahan di lapangan.

6) Kualitas bibit

Bibit yang akan ditanam harus memenuhi kriteria bibit siap tanam yang berkualitas. Bibit siap tanam mempunyai ciri ciri; pangkal batang telah berkayu, bibit sehat, media di polybag kompak, kecukupan tinggi/diameter tanaman, batang kokoh/tegak dan memiliki batang tunggal, tidak bercabang, dan secara genetik diperoleh dari induk yang unggul.

7) Pemeliharaan yang baik.

Kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan secara baik, benar dan periodik agar proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berjalan secara optimal. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, pemupukan, penyiangan dan pendangiran, serta pengendalian hama dan penyakit.

Pelaksanaan Penanaman

Pelaksanaan Penanaman

4.3. TEKNIK PENANAMAN

Teknik penanaman bergantung kepada kondisi lahan yang meliputi ; tingkat kelerengan, tingkat penutupan vegetasi, kepekaan erosi dan tujuan penanaman. Kondisi ini akan memerlukan cara, sistem dan pola penanaman yang berbeda.

4.3.1. Cara penanaman

Pada lahan terbuka dan datar, penanaman dilakukan dengan cara mengikuti baris dan larikan lurus. Sedangkan pada lahan miring, dilakukan dengan mengikuti arah kontur. Pada lahan bervegetasi, penanaman dapat dilakukan pengkayaan dengan intensitas sesuai dengan tingkat degradasi dan ketersediaan regenerasi alam.

4.3.2. Sistem penanaman

Sistem penanaman berbeda menurut kelerengan dan kepekaan erosi.

1) Sistem Jalur dapat dilakukan pada lahan datar dan lereng bukit (kemiringan dan kepekaan erosi yang rendah). Pembuatan lubang tanam dan pembersihan lapangan di sepanjang jalur tanam

2) Sistem Piringan (Cemplongan), cocok pada lahan yang miring dan peka terhadap erosi. Pengolahan tanah hanya di piringan di sekitar lubang tanaman.

Sistem Jalur

(3)

39

38

Pelaksanaan Penanaman

Pelaksanaan Penanaman

3) Sistem Tugal, cocok pada areal dengan kelerengan tinggi dan peka erosi. Penanaman dilaksanakan tanpa olah tanah, lubang tanaman dibuat dengan tugal, dan cocok untuk pembuatan tanaman dengan penaburan benih langsung.

Sistem Tugal

4.3.3. Pola penanaman

Pola penanaman yang disarankan pada hutan tropis adalah pola campuran, yaitu jenis pionir dan jenis klimaks. Namun pada kondisi tertentu, diperlukan penanaman berbagai jenis tanaman yang bersifat pionir terlebih dahulu, yaitu jenis pionir pada tahun-tahun pertama dan diikuti dengan penanaman jenis klimaks pada tahun berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pembentukan hutan dan memberikan naungan. Tanaman pionir yang ditanam pada tahun pertama berfungsi sebagai pemberi naungan sehingga tanaman klimaks yang ditanam pada tahun berikutnya dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan naungan dari tanaman tanaman pionir tersebut. Namun boleh juga dilakukan penanaman campuran dimana tanaman pionir dan tanaman klimaks di tanam pada satu musim tanam dan satu lokasi tanam. Karena tanaman pionir tentunya akan tumbuh besar lebih dahulu dari pada tanaman klimaks. Setelah pionir tumbuh besar, tanaman klimaks akan mendapatkan naungan untuk tumbuh lebih cepat.

Metode ini adalah metode yang digunakan oleh Goosem & Tucker (1995). Dalam konsep ini, mereka merekomendasikan 30% dari pohon yang ditanam merupakan tanaman pionir. Dengan menanam tanaman pionir dan tanaman klimaks pada tahap yang sama, suksesi hutan dapat dipersingkat/dipercepat. Pada lokasi yang terdegradasi terkadang juga dapat ditemui tanaman klimaks yang tumbuh baik dalam kondisi terbuka dan tidak berhutan, namun tanaman klimaks tersebut gagal dalam mendominasi dan mengkolonisasi lokasi tersebut, hal ini dikarenakan kurangnya pemencaran biji tanaman klimaks di lokasi tersebut. Maka penanaman tanaman klimaks dan pionir secara bersamaan akan membantu percepatan dominasi jenis klimaks. Hal ini dikarenakan jenis tanaman pionir akan mati pada usia 15-20 tahun (FORRU-CMU, 2006)

4.4. PERSIAPAN LAHAN

4.4.1. Peralatan dan bahan untuk penanaman

Bahan dan peralatan yang perlu disiapkan dalam kegiatan sebelum, sesaat dan setelah penanaman antara lain : cangkul, golok/parang, kompas, GPS, meteran 50 m, tali plastik 100 m, keranjang alat angkut bibit (besek), kereta sorong.

4.4.2. Pembersihan Lapangan dan Jalur Tanam atau Piringan

Pembersihan lapangan dan jalur tanam disesuaikan dengan keadaan lapangan (kelerengan, ketinggian tempat) dan kondisi vegetasi yang ada.

1) Kondisi lahan terbuka dan datar (kemiringan dan kepekaan erosi rendah). Gulma rumput atau alang-alang dibersihkan sepanjang jalur tanam dengan lebar 1 m. Pembersihan dapat dilakukan menurut baris tanaman. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan parang babat dan mesin potong rumput. Selanjutnya di sekitar lubang tanam dilakukan pembersihan gulma dan penggemburan tanah selebar 1m mengelilingi lubang tanam. 2) Kondisi lahan terbuka, miring, tidak rawan erosi.

Pembersihan lahan dilakukan selebar 1 m pada pada jalur tanam sesuai kontur. Pada lahan yang bukan merupakan jalur tanam tidak dilakukan pembersihan agar tidak menyebabkan peningkatan erosi tanah.

3) Kondisi lahan terbuka, miring, rawan erosi.

Pembersihan lahan dilakukan secara piringan/cemplongan, yaitu lahan hanya dibersihkan pada radius 1 m sekeliling lubang tanam dan dilakukan penggemburan tanah. 4) Kondisi lahan terbuka, sangat curam, tanah subur dan rawan erosi.

Tidak dilakukan pembersihan. Penanaman dilakukan dengan sistem tugal, yaitu memasukkan benih pada lubang tanam.

5) Kondisi lahan tegalan/vegetasi jarang dan datar.

Pada kondisi ini, vegetasi pohon sudah ada namun perlu dilakukan pengkayaan tanaman dengan cara penyisipan tanaman. Pembersihan lahan sebaiknya menggunakan sistem cemplongan.

(4)

41

40

Pelaksanaan Penanaman

Pelaksanaan Penanaman

Pada saat pembuatan jalur tanam, usahakan agar tanaman alami atau tunggul yang mulai tumbuh tidak ikut dibersihkan, tanaman alami biasanya memiliki resistensi yang baik terhadap dominasi gulma. Sebaiknya jalur tanam dibuat mengarah ke hutan primer untuk membangun koridor, yaitu areal yang menghubungkan areal terbuka dengan kawasan hutan alam. Koridor ini akan membantu satwa liar untuk melintas dari hutan sekunder ke hutan primer atau sebaliknya. Pembuatan jalur tanam sebaiknya dilakukan satu bulan sebelum kegiatan penanaman dilakukan, yaitu pada akhir musim kemarau.

4.4.3. Pembuatan lubang tanam

Lubang tanam dibuat setelah jarak tanam ditentukan. Ukuran lubang tanam bergantung pada kondisi kepadatan tanah. Umumnya lubang tanam dibuat berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm atau menggunakan ukuran lebar cangkul.

Untuk membantu pasokan unsur hara dan perbaikan sifat fisik tanah, maka pada setiap lubang tanam disarankan ditambahkan pupuk organik baik dalam bentuk kompos daun-daun, bokashi atau pupuk kandang. Jika di sekitar lubang tanam terdapat serasah-serasah yang telah menjadi kompos, dapat juga dimasukkan kedalam lubang tanam sebagai kompos alami.

4.5. ADAPTASI BIBIT SEBELUM DITANAM

Sebelum kegiatan penanaman, bibit-bibit terlebih dahulu diadaptasikan di lokasi terbuka di dekat lokasi pembibitan selama 2 minggu untuk mengurangi tingkat stress saat setelah tanam. Selama proses adaptasi, bibit tersebut tetap diberi perlakuan penyiraman dan pemeliharaan.

4.6. PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI BIBIT

Bibit yang diangkut adalah bibit yang telah diseleksi dan diadaptasikan di pembibitan dan memenuhi persyaratan untuk ditanam sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 3.6.2. Seleksi Bibit. Pengangkutan bibit dilakukan melalui 2 tahap, yaitu :

1) Pengangkutan dari pembibitan ke areal penanaman.

Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman dapat dilakukan dengan cara dipikul, menggunakan sepeda motor dengan keranjang (besek).

2) Distribusi bibit ke lubang tanam

Tahap selanjutnya adalah mendistribusikan bibit ke lubang tanam. Distribusi bibit ke lubang tanam harus dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalkan kerusakan. Sebaiknya distribusi bibit ke lubang tanam tetap menggunakan alat angkut bibit atau menggunakan kereta sorong.

4.7. PENANAMAN

Kegiatan penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Jika lokasi areal restorasi didominasi oleh alang-alang sebaiknya dilakukan penanaman 60% jenis tanaman pionir dan 40% jenis tanaman klimaks. Hal ini dikarenakan tanaman pionir lebih cepat tumbuh. Sementara jenis klimaks membutuhkan naungan untuk tumbuh dengan baik. Namun penanaman jenis klimaks dan jenis pionir sebaiknya ditanam secara bersamaan.

Pada setiap 1 ha areal penanaman, upayakan untuk menanam 20-40 jenis tanaman, hal ini dimaksudkan untuk memperkaya biodiversitas di areal tersebut. Untuk kawasan yang terbuka, dapat dilakukan penanaman dengan jarak 3 x 3 meter terlebih dahulu, pada tahun berikutnya dapat dilakukan pengkayaan dengan jarak 1,5 x 1,5 m.

Teknik penanaman yang baik adalah :

1)Penanaman dilakukan secara selang-seling antara jenis pionir dan klimaks pada jalur tanam, usahakan agar setiap jalur ditanami semua jenis bibit. Bibit yang ditanam adalah yang telah diseleksi.

2)Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari, untuk mengurangi tingkat stress bibit akibat terik sinar matahari.

3)Sebelum ditanam, polybag dilepas dengan menjaga perakaran bibit tetap kompak dengan media tanam.

4)Pada lubang tanam, masukkan top soil dengan cara diremahkan setebal ± 10 cm, hal ini dilakukan untuk memudahkan akar menembus tanah tersebut.

(5)

5)Masukkan bibit pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya, dengan posisi bibit yang masuk ke dalam tanah adalah sampai leher akar.

6)Kemudian ruang kosong dalam lubang tanam diisi kembali dengan media tanah hasil galian, dahulukan top soil, lalu tanahnya dipadatkan. Usahakan pangkal batang bibit tidak tertimbun.

7)Beri mulsa dengan memanfaatkan bahan organik di sekitar lubang tanam, upayakan mulsa tersebut tidak bersentuhan dengan batang tanaman.

Mulsa organik dapat menahan laju panas matahari di sekitar lubang tanam sehingga mengurangi penguapan, artinya kelembaban di sekitar tanaman akan tetap terjaga. Selain itu, mulsa organik juga menjadi bahan nutrisi tambahan bagi tanaman setelah terdekomposisi, sekaligus menambah bahan organik tanah yang dapat memperbaiki tanah di sekitar tanaman tersebut.

43

42

Pelaksanaan Penanaman

Pelaksanaan Penanaman

Pangkal batang tidak ditimbun tanah Pangkal batang ditimbun tanah

8)Kumpulkan bekas polybag dan jangan ditinggal di lokasi penanaman karena dapat merusak tanah hutan tersebut.

9)Kegiatan penanaman harus dipadukan dengan kegiatan pemeliharaan anakan alami untuk membantu regenerasi alami, dimana jika terdapat anakan alami di dalam areal penanaman maka perlu diberi perlakuan pemeliharaan agar anakan alami tersebut tetap dapat tumbuh dengan baik.

Untuk mempermudah kegiatan penanaman, areal restorasi dapat dibagi ke dalam beberapa blok tanam. Setiap blok penanaman diberi plank berisi informasi jenis tanaman, spesies tanaman, waktu tanam dan informasi lain yang dianggap perlu untuk ditampilkan. Blok tanaman ini juga akan mempermudah kegiatan monitoring perkembangan tanaman.

Rangkaian kegiatan penanaman berbagai jenis tanaman asli kawasan TNGL (tanaman lokal) dari jenis pionir dan jenis klimaks yang ditanam secara bersamaan

Beberapa tanaman buah seperti durian, cempedak, jengkol, petai, kedaung, pakam dan rambutan sangat digemari oleh binatang predator biji dan binatang pengerat (landak, musang, tikus dan babi hutan). Untuk itu perlu

(6)

45

Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan

44

Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan

4.8. ACCELERATED NATURAL REGENERATION (ANR)

Penanaman pohon bukanlah satu-satunya kegiatan yang dapat memulihkan suatu areal terdegradasi, namun dapat diselaraskan dengan aktifitas lain yang mendukung kegiatan penanaman. Sejatinya, menanam pohon adalah pilihan terakhir yang harus dilakukan untuk mengembalikan hutan seperti sedia kala. Sedapat mungkin, kita membantu hutan untuk bisa memperbaiki diri mereka sendiri, hal ini dikarenakan apa yang ditumbuhkan oleh alam itu hasilnya lebih baik dari apa yang kita tanam.

4.8.1. Pengertian ANR

Menurut Yumi & Rianti (2013), Accelerated Natural Regeneration (ANR) adalah sebuah metode untuk meningkatkan pembentukan hutan sekunder dari lahan kritis, yang ditumbuhi rerumputan dan vegetasi semak belukar, dengan cara melindungi dan merawat pohon pionir serta anakan alami yang ada di kawasan tersebut. ANR bertujuan untuk mempercepat proses suksesi alami dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan permudaan alami seperti degradasi tanah, kompetisi gulma dan gangguan yang berulang-ulang (seperti api, rumput dan pemanenan kayu). Anakan secara khusus dijaga dari tanaman yang sangat rentan terbakar seperti rumput alang-alang. Sebagai tambahan untuk upaya perlindungan, jenis baru ditanam jika dibutuhkan atau diinginkan. Dengan ANR hutan tumbuh lebih cepat dari metode reforestasi biasa. FORRU - CMU, (2006), dalam buku “Bagaimana Menanam Hutan”, menyatakan “Accelerated Natural Regeneration” dapat diartikan sebagai aktifitas membantu percepatan terbentuknya kembali hutan secara alami. Kegiatan ini juga penting dilakukan karena alam telah memiliki sistem yang secara teratur untuk memperbaiki dan beregenerasi secara alamiah, namun terkadang karena ada faktor-faktor pembatas lain sehingga sistem ini berjalan lambat bila tanpa batuan/perlakuan manusia sebagai salah satu komponen alam.

Penanaman pohon dan kegiatan ANR adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan restorasi hutan. Kegiatan ANR mencakup seperangkat aktifitas yang mempercepat proses alami dari regenerasi hutan itu sendiri. Kegiatan ini meliputi kegiatan penyelamatan tanaman alami serta mengurangi faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman-tanaman alami tersebut.

4.8.2. Beberapa Jenis Kegiatan ANR

Adapun kegiatan ANR yang dapat dilakukan diantaranya:

1) Menanam tanaman yang cepat berbuah

Umumnya tanaman pionir akan berbuah 1-3 tahun setelah ditanam. Contohnya; Marak biasa (Macaranga indica) dan Jeluak (Microcos tomentosa). Adanya sumber pakan berupa buah akan menarik perhatian bagi satwa liar seperti; musang, burung, dan binatang lainnya untuk datang dan memakan buah kemudian memencarkan biji-biji tanaman tersebut ke tempat lainnya.

2) Menanam pohon yang digemari oleh burung untuk membangun sarang

Beberapa tanaman sangat digemari oleh berbagai jenis burung untuk bersarang dan beregenerasi. Dengan bersarangnya berbagai jenis burung tersebut tentunya membantu pemencaran biji di sekitar pohon tempat bersarang, dengan demikian regenerasi secara alami akan terjadi.

Menanam jenis tanaman yang mengundang berbagai jenis burung untuk bersarang

3) Membangun tenggeran burung buatan (artificial bird perching/bird sticks)

Di lokasi yang terbuka, burung-burung yang tinggal di hutan sekunder memiliki kebiasaan bertengger pada pohon-pohon mati pada pagi dan sore hari. Aktivitas burung tersebut dapat difasilitasi dengan membuat tenggeran buatan di jalur-jalur tanam dengan harapan burung-burung akan memanfaatkan tenggeran dan memencarkan biji di sekitar tenggeran tersebut, sehingga pada musim hujan biji-biji yang telah dipencarkan akan tumbuh dan membantu mempercepat terbentuknya kanopi hutan sekunder. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan cabang-cabang pohon yang telah tua dan mati, atau bahkan batang pohon sisa dari makanan gajah atau menggunakan bambu.

Kelemahan menggunakan metode ini adalah biji-biji yang dipencarkan oleh burung-burung biasanya hanya merupakan tanaman pionir dan keragamannya cukup rendah. Sangat jarang ditemukan tanaman klimaks dengan metode ini.

a. Tenggeran buatan dapat dibuat dengan memanfaatkan dahan atau cabang tanaman yang mati. Metode ini efektif digunakan di areal yang terbuka.

b. Burung bentet kelabu (Lanius schach) adalah salah satu jenis burung pemakan serangga yang menggunakan tenggeran buatan disamping berbagai jenis burung pemencar biji seperti merbah cerukcuk (Pygnonotus gioavier).

(7)

47

Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan

46

Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan

5) Menyelamatkan anakan-anakan pohon dari serangan gulma yang rentan terhadap kebakaran

Kegiatan ini dilakukan untuk menyelamatkan anakan pohon (pionir maupun klimaks) yang tumbuh di sekitar gulma. Sebaiknya 40 cm sekeliling anakan pohon dibersihkan agar dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan sinar yang cukup serta memberikan kesempatan hidup yang lebih besar.

6) Membersihkan gulma di sekitar pohon besar yang telah mati maupun yang hidup

Pohon-pohon sangat menarik bagi berbagai jenis burung, baik pohon yang masih hidup maupun pohon yang telah mati. Burung-burung akan memencarkan berbagai biji di bawah pohon tersebut. Dengan membersihkan gulma di sekitar pohon-pohon yang dimaksud, maka biji yang telah dipencarkan oleh burung akan tumbuh terlebih jika sedang di musim penghujan.

Tunas-tunas baru dari tunggul tanaman pakam (Pometia pinnata) akan kembali membentuk tegakan hutan jika dilakukan pemeliharaan secara terus menerus.

4) Menyelamatkan sisa tunggul tanaman yang bertunas (sisa tebangan kayu)

Di areal restorasi YOSL-OIC di Sei Betung, kami menyebutnya dengan istilah “Tunggul Aktif” yang dibersihkan dan dijaga agar tidak mati akibat gulma yang mendominasi di sekitar tunggul tanaman tersebut. Tunggul Aktif tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang besar. Selain tunggul sisa tebangan, tunggul tanaman yang selamat akibat kebakaran hutan juga harus diselamatkan agar tunggul-tunggul tersebut tumbuh dengan baik.

Contoh hasil 3 bulan setelah penggunaan artificial tenggeran burung. Berbagai jenis tanaman alami tumbuh di sekitar tenggeran yang telah dibuat. Umumnya didominasi oleh tanaman pionir.

(8)

49

Pemeliharaan Tanaman

48

Pemeliharaan Tanaman

Dominasi anakan liar dari tanaman tampu (Macaranga tanarius) pada suatu areal terbuka beberapa bulan setelah dibersihkan

Anakan tampu (Macaranga tanarius) di sela-sela gulma yang perlu diselamatkan

(9)

51

50

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan Tanaman

Penyiangan pada jalur tanaman

menggunakan mesin Penyiangan dengan membersihkanjalur tanam

Penyiangan terhadap gulma alang-alang dapat dilakukan dengan cara perebahan, yaitu dengan menggunakan sebilah papan lalu direbahkan pada gulma alang-alang. Cara perebahan gulma hanya dapat digunakan untuk daerah yang didominasi oleh gulma alang-alang.

Penyiangan terhadap gulma alang-alang dengan cara merebahkan alang-alang. Cara ini cukup mudah dan sederhana dan dapat dilakukan siapa saja. Namun kita harus hati-hati karena terkadang ada

anakan pohon di antara alang-alang tersebut

PEMELIHARAAN TANAMAN

5.1. PENYULAMAN

Penyulaman tanaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan persentase tumbuh tanaman untuk memenuhi target jumlah penanaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada sore hari.

5.2. PENYIANGAN (PEMBERSIHAN GULMA)

Semua jenis gulma yang diduga akan mengganggu pertumbuhan tanaman harus dikeluarkan dari areal penanaman. Sisa-sisa tanaman yang mati berupa sisa daun, ranting dan kulit kayu sebaiknya dimanfaatkan dengan dijadikan sebagai kompos dan digunakan untuk pengendalian kesuburan tanah.

Penyiangan tanaman bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dengan menghindarkan tanaman dari pengganggu dan pesaing (gulma). Ciri khas gulma antara lain:

1) Pertumbuhannya cepat.

2)Memiliki daya saing kuat dalam memperebutkan faktor kebutuhan hidupnya. 3) Mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim. 4) Mempunyai daya berkembang biak yang besar (vegetatif dan atau generatif). 5) Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang. 6) Bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi

yang kurang menguntungkan (Nasution, 1986).

Gulma dapat mengganggu tanaman muda dengan berbagai cara, diantaranya: - Berkompetisi langsung terhadap cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi. - Menekan pertumbuhan tanaman dengan menaungi dan melilit tanaman pokok. - Gulma yang lebat merupakan potensi bahan bakar.

Penyiangan dapat dilakukan dengan cara menebas dan memotong gulma. Alat yang digunakan dapat berupa parang babat atau mesin pemotong rumput. Penyiangan terhadap gulma berkayu dapat dilakukan dengan menggunakan parang, sementara untuk jenis-jenis gulma merambat yang lunak dan alang-alang dapat menggunakan parang babat dan mesin pemotong rumput.

(10)

52

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan Tanaman

53

Begitu juga tanaman alami yang telah dewasa haruslah dilakukan penyiangan. Usahakan luas yang dibersihkan seluas kanopi tanaman tersebut. Hal ini dapat mempercepat pembentukan hutan dan menumbuhkan tanaman jenis lain yang mungkin dipencarkan oleh burung. Biji-biji yang dipencarkan oleh burung di sekitar tanaman yang telah dewasa tersebut tidak dapat tumbuh karena tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk berkecambah.

Kegiatan penyiangan tidak hanya dilakukan untuk tanaman-tanaman yang telah kita tanam, namun juga terhadap tanaman alami yang tumbuh disela-sela gulma

Beberapa jenis gulma yang dijumpai di Sei Betung :

Alang alang (Imperata cylindrica) Kucing-kucingan (Acalypha indica L.)

Kentangan (Coleus atropurpureus Benth) Meniran (Phyllanthus niruri)

Kerisan/teki (Cyperus roduntus) Paitan (Axonopus compresus) Terong-terongan (Solanum torvum) Putihan (Eupatorium odoratum)

(11)

54

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan Tanaman

55

5.3. PEMUPUKAN

Pemupukan dilakukan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk organik cair atau kompos.

Pada prinsipnya, proses pembuatan pupuk cair sama dengan proses pemupukan di pembibitan. Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan pupuk dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kompos cair dapat dibuat sendiri dengan mengumpulkan berbagai sumberdaya alam lokal diantaranya: air cucian beras, air cucian ikan, air cucian sayuran, air kelapa, dan rendaman rerumputan yang dihancurkan menggunakan blender lalu difermentasikan.

Kompos dapat dibuat dari

kotoran hewan Selain kompos padat, dapat juga dilakukan dengankompos cair

5.4. PEMBERIAN MULSA ORGANIK

Mulsa yang diberikan merupakan mulsa yang memanfaatkan berbagai media organik di lokasi tersebut, diantaranya; serasah alang-alang yang telah kering, daun-daun tanaman yang telah gugur dan sisa-sisa batang tanaman yang telah membusuk.

Pemberian mulsa organik

Bila areal restorasi sudah seperti gambar di atas maka kegiatan pemeliharaan sudah tidak perlu intensif dilakukan karena serasah sudah mulai terbentuk di lantai hutan, intensitas sinar matahari sudah mulai sedikit, sehingga

gulma yang berda di lokasi seperti ini hidupnya akan tertekan dan lambat laun akan mati tergantikan oleh tumbuhan herba yang keberadaannya tidak membahayakan tanaman utama.

Adapun manfaat pemberian mulsa dan pupuk organik diantaranya; - Menjaga kelembaban tanah

- Menjaga iklim mikro di sekitar tanaman - Menambah bio-organik tanah

- Mengontrol pertumbuhan gulma

- Menjaga dan menyimpan persediaan air untuk tanaman - Menjadi nutrisi tambahan bagi tanaman

5.5. SAMPAI KAPAN PEMELIHARAAN DILAKUKAN?

Berdasarkan pengalaman YOSL-OIC, areal restorasi tidak lagi memerlukan kegiatan pemeliharaan jika;

1. Tanaman tersebut telah memiliki tinggi 3 - 4 meter. 2. Serasah mulai terbentuk di lapisan dasar hutan. 3. Gulma tak lagi mendominasi.

4. Jenis gulma telah berganti dengan tumbuhan jenis lain (tanaman dibawah tegakan). 5. Lantai hutan mulai tertutupi oleh bayangan pohon.

Gambar

Gambar top soil di dalam lubang tanam

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan IbM ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Desa Gili Timur, karena dengan adanya screw pump ini biogas menjadi lancar dan slury yang dikeluarkan dapat ditampung

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah adanya pengelolaan hutan atau meningkatkan akses antar generasi terhadap sumber daya dan berbagai manfaat ekonomi secara adil

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga responden belum memberikan peranan yang sesuai pada saat ibu hamil harus melakukan kunjungan

Dari hasil pengolahan data harapan pelanggan dan setelah di defuzzyfikasi dapat diketahui nila i harapan tertinggi dari kualitas pelayanan jasa Travel Satria Trans kota

SYARAT AM UNIVERSITI Lulus Sijil Pelajaran Malaysia (SPM)/Setaraf dengan mendapat kepujian dalam mata pelajaran Bahasa Melayu/Bahasa Malaysia atau kepujian Bahasa Melayu/Bahasa

Sedangkan dari arah lapisan yang lebih dalam terdapat ikan pemangsa y ang berenang ke pertengahan atau permukaan perairan untuk memangsa ikan yang berukuran lebih kecil.

Tim Kunjungan Kerja Legislasi Komisi VII DPR RI dapat memahami masukan dari para narasumber terkait dengan Rancangan Undang- Undang tentang Energi Baru dan

lancaran : sebuah bentuk gending dalam gamelan yang komposisinya yang terdiri dari empat tabuhan kenong (tiap kenongan terdiri atas empat hitungan nada) dang setiap