• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di kawasan perkotaan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2008.

Gambar 3. Citra IKONOS Wilayah Kota Kuningan Tahun 2006

3.2. Bahan, Alat dan Data Spasial

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Citra IKONOS wilayah Kota Kuningan tahun 2006, peta administrasi Kota Kuningan, jumlah konsumsi oksigen yang meliputi konsumsi penduduk, hewan ternak dan kendaraan bermotor.

Adapun alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer beserta perlengkapannya yang berguna untuk proses pengolahan dan analisis data, Software Arc View beserta extention, Global Positioning System (GPS), untuk mengetahui posisi koordinat titik kontrol tanah yang berguna

(2)

menentukan training area (area contoh) daerah-daerah bervegetasi dengan klasifikasi hutan lebat, semak belukar, sawah, dan kebun campuran.

Sementara itu, data-data spasial yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : data citra IKONOS Kota Kuningan tahun 2006, peta administrasi, peta bagian wilayah kota, layer penduduk, layer hewan ternak, layer kendaraan bermotor, layer jalan dan layer sungai.

3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder yang dibagi dalam dua kategori, yaitu data kondisi fisik perkotaan dan kondisi klimatologis. Data primer diperoleh dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Observasi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data fisik dan biotik kawasan sebagai bagian dari hutan kota.

Wawancara ditujukan untuk memperoleh informasi umum pengelolaan hutan kota yang telah berlangsung. Wawancara dilakukan dengan mengemukakan pertanyaan bebas dan pertanyan terstruktur yang telah disusun sebelumnya. Sasaran utama wawancara antara lain Bapeda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Tokoh Masyarakat, Pelaku Usaha (Swasta), Perguran Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Data sekunder didapat dari studi pustaka, yang dilakukan dengan mempelajari laporan penelitian, dokumen, catatan, peta, jurnal ilmiah, seminar, buku dan internet.

3.3.2. Analisis Data

A. Kebutuhan Luas Hutan Kota berdasarkan Peraturan Perundangan

Menurut peraturan pemerintah No. 63/2002 tentang Hutan Kota, bahwa hutan kota paling sedikit 10 % dari luas seluruh kawasan kota. Dengan demikian, Kota Kuningan yang mempunyai luas wilayah 2.878 ha, harus menyediakan 287,8 ha lahan yang diperuntukan sebagai hutan kota.

(3)

B. Menentukan Luas Hutan Kota berdasarkan Kebutuhan Oksigen

Penentuan kebutuhan luasan hutan kota berdasarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh penduduk (manusia), kendaran bermotor dan hewan ternak. Prediksi jumlah penduduk, hewan ternak dan kendaraan bermotor dilakukan sampai 20 tahun ke depan, yaitu sampai tahun 2028. Prediksi ini menggunakan pendekatan ektrapolasi trend dengan model linier (aritmethic). Sedangkan pendekatan yang digunakan untuk menentukan kebutuhan hutan kota, yaitu dengan pendekatan Gerakis (Gerakis, 1974 dalam Wisesa, 1988) dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

Lt : Luas hutan kota pada tahun t (m2)

At : Jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun t.

Bt : Jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun t.

Ct : Jumlah kebutuhan oksigen bagi hewan ternak pada tahun t.

54 : Konstanta yang menunjukan 1 m2 luas lahan menghasilkan 54 gr berat kering tanaman per hari.

0,9375 : Konstanta yang menunjukan bahwa 1 gr berat kering tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gr.

Asumsi :

a. Suplai oksigen hanya dilakukan oleh tanaman.

b. Lingkungan udara Kota Kuningan merupakan lingkungan yang tertutup. Tidak ada angin yang membawa atau pengeluarkan oksigen dari dan atau ke dalam kota.

c. Setiap orang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang sama setiap hari, yaitu 600 liter/hari (Wisesa, 1988).

d. Kebutuhan oksigen oleh kendaraan bermotor yaitu 11,63 kg/jam untuk jenis kendaraan penumpang; 45,76 kg/jam untuk jenis kendaraan bus; 22,88 untuk jenis kendaraan beban dan sepeda motor membutuhkan 0,58 kg/jam (Wisesa, 1988).

e. Waktu aktif kendaraan bermotor adalah : kendaraan penumpang 4 jam/hari, kendaraan bis 0,5 jam/hari, beban 1 jam /hari serta sepeda motor masing-masing 2 jam/hari.

( )(

t t t

)

2 t M 0,9375 54 C B A L = + +

(4)

f. Kebutuhan oksigen oleh hewan ternak adalah 1.182 liter/hari untuk jenis kerbau dan sapi, 1.288 liter/hari untuk jenis kuda, 218 liter/hari untuk jenis kambing dan domba, serta 116 liter/hari untuk jenis ayam (Wisesa, 1988).

C. Analisis Spasial Hutan Kota 1. Pembangunan Basis Data

Untuk pembangunan basis data digunakan peta digital dengan 6 jenis layer, yaitu : layer penduduk, layer kendaraan bermotor, layer hewan ternak, batas administrasi kelurahan, layer jalan dan layer sungai.

2. Pengolahan Citra Ikonos a. Pra-processing

Pra-processing atau pengolahan awal citra pada dasarnya adalah kegiatan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi pada waktu proses perekaman yang menyebabkan terjadinya degradasi kualitas citra yang diperoleh. Koreksi yang dilakukan adalah koreksi geometrik, yang dilanjutkan dengan proses perbaikan citra.

Koreksi geometrik bertujuan untuk menghilangkan berbagai distorsi geometrik yang disebabkan oleh rotasi bumi pada waktu pencitraan, pengaruh topografi, kelengkungan bumi, efek panoramik, dan gravitasi bumi. Hasil akhir dari koreksi geometrik adalah kesesuaian antara koordinat citra dengan sistem koordinat peta rujukan (master map). Koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan titik kontrol lapangan (Ground Contol Point/GPC).

Perbaikan citra (Image Enhancement) bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra sehingga informasi yang diperoleh maksimal dan memudahkan pula dalam proses interpretasi citra (Jaya, 1997).

Tahap perbaikan citra adalah : (1) perbaikan spasial (Spatial Enhancement); memberikan efek kontras, perbaikan tepi dan penghalusan citra; (2) perbaikan radiometrik (Radiometric Enhancement); Koreksi radiometrik bertujuan untuk merubah derajat abu-abu (rona) sehingga kontras lebih baik atau pendefinisian penampakan pada citra dapat dicapai. Secara garis besar kesalahan radiometrik,

(5)

disebabkan oleh kesalahan respon detektor dan pengaruh atmosfer. Koreksi atas pengaruh atmosfer dilakukan dengan pembetulan histogram (metode histogram minimum). Pada metode histogram minimum, gangguan atmosfer diduga sebagai nilai terkecil yang terukur pada plot histogram masing-masing saluran citra digital multisaluran. Untuk menghilangkan gangguan atmosfer tersebut dengan mengurangkan nilai digital terkecil pada setiap piksel yang terukur, dengan cara menggeserkan histogram sehingga setiap piksel memiliki nilai minimum nol.; (3) perbaikan spektral; teknik perbaikan citra menggunkan masing-masing pixel dari sejumlah band (basis multiband).

b. Klasifikasi

Klasifikasi adalah proses pengelompokan pixel-pixel ke dalam kelas-kelas yang telah dientukan berdasarkan nilai kecerahan (brightness value atau digital number).

Pada penelitian ini, teknik klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi on screen dengan interpretasi visual. Pada teknik ini objektivitas dari persepsi interpreter dalam menentukan kelas klasifikasi sangat mempengaruhi hasil klasifikasi. Teknik tersebut dipakai karena citra yang digunakan adalah citra IKONOS yang berresolusi tinggi, sehingga penampakan pada citra sangat jelas.

Kelas-kelas penutupan lahan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, yaitu hutan lebat, semak belukar, sawah, dan kebun campuran. Dasar pemilihan kelas ini adalah vegetasi sebagai objek pensuplai oksigen.

c. Analisis Spasial Kebutuhan Hutan Kota berdasarkan Kebutuhan Oksigen

Untuk analisis spasial kebutuhan hutan kota diperlukan data tabular jumlah penduduk, kendaraan bermotor dan hewan ternak. Selain itu juga diperlukan data spasial, yaitu peda administrasi, sungai, jalan dan citra IKONOS.

Dari data tabular dan spasial dibuat layer penduduk, layer kendaraan bermotor dan layer hewan ternak. Kemudian dianalisis untuk menghitung kebutuhan oksigen kota. Dari jumlah oksigen total selanjutnya dapat diketahui kebutuhan luas hutan kota. Ketersedian oksigen dianalisis dari data citra IKONOS yang telah diklasifikasi menjadi hutan, semak belukar, sawah, dan kebun

(6)

campuran sebagai komponen hutan kota. Dari kebutuhan dan ketersedian (suplai dan demand) oksigen dapat diketahui kebutuhan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen.

Gambar 4. Diagram Alir Analisis Spasial Pendugaan Kebutuhan Hutan Kota

D. Arahan Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota

Perencanaan pembangunan hutan kota disusun dengan kriteria berdasarkan kebutuhan ruang terbuka hijau ditinjau dari luas wilayah dan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhan oksigen. Masing-masing

Pengumpulan Data

Data Tabular

ƒ Jumlah Penduduk

ƒ Jumlah Kendaraan Bermotor ƒ Jumlah Hewan Ternak

Data Spasial

ƒ Peta Administrasi ƒ Peta Sungai ƒ Peta jalan ƒ Citra ikonos

Analisis Spasial Kebutuhan Hutan Kota

Pendugaan Kebutuhan Luas Hutan Kota

Analisis Spasial Ketersedian Ruang Terbuka Hijau Kota Mulai Selesai Join Operation Gap Analysis Layer ƒ Layer Penduduk

ƒ Layer Kendaraan Bermotor ƒ Layer Hewan Ternak

Klasifikasi Citra IKONOS

ƒ Hutan Lebat ƒ Semak Belukar ƒ Sawah

ƒ Kebun Campuran

Kebutuhan Hutan Kota

ƒ Layer Penduduk

ƒ Layer Kendaraan Bermotor ƒ Layer Hewan Ternak

Ketersedian Ruang Terbuka Hijau Kota

ƒ Hutan Lebat ƒ Semak Belukar ƒ Sawah

(7)

kebutuhan ruang terbuka hijau dihitung berdasarkan kelurahan yang ada di Kota Kuningan. Perencanaan pembangunan hutan kota merupakan arahan revegetasi untuk mencukupi jumlah ruang terbuka hijau. Perencanaan lokasi pembangunan hutan kota di Kota Kuningan dilakukan berdasarkan luas dan sebaran ruang terbuka hijau yang sudah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kuningan untuk kawasan terbuka hijau. Kesesuaian luas dan lokasi ruang terbuka hijau dihitung berdasarkan kebutuhan ruang terbuka hijau untuk kriteria yang telah ditentukan. Alternatif lokasi pada kelurahan yang dijadikan prioritas untuk lokasi penanaman hutan kota dipilih berdasarkan kawasan yang mempunyai ruang terbuka.

Pada proses ini juga, dilakukan analisis kesesuaian jenis tanaman hutan kota yang akan dikembangkan. Analisis ini akan didasarkan pada kondisi biologis dan klimatologis setempat, serta persyaratan silvikultur tanaman hutan kota.

E. Ranking Scale

Untuk mengukur preferensi masyarakat secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan ranking scale. Dalam skala model ranking scale, responden tidak hanya akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif, tetapi responden juga dapat menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang telah di sediakan. Oleh karena itu ranking scale ini lebih fleksibel tidak terbatas pada pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan dan lainnya (Sugiono, 2001). Dalam hal ini fenomena sosial yang dimaksud untuk mengtahui preferensi masyarakat terhadap pengembangan hutan kota.

Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban tersebut dapat diberi skor, seperti dibawah ini.

(8)

Tabel 2. Nilai Skoring

Skor Uraian

4 Bila responden memberikan respon dan jawaban yang sangat baik (sangat mengetahui ruang lingkup hutan kota) terhadap pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara

3 Bila reponden memberikan respon dan jawaban yang baik (cukup tahu tentang ruang lingkup hutan kota) terhadap pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara

2 Bila responden kurang mengetahui tentang ruang lingkup hutan kota 1 Bila responden wawancara tidak tahu tentang hutan kota.

Data yang terkumpul akan melalui beberapa tahap pengolahan data yang terdiri dari tabulasi data dan analisis data secara kualitatif berdasarkan kenyataan di lapangan, mengenai persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Hutan Kota

Perhitungan Jumlah skor kriterium Ranking Scale adalah sebagai berikut :

ST = 4 (bila setiap butir mendapat skor tertinggi = 4) N1 = ….... (Jumlah Item Pertanyaan)

N2 = ... (Jumlah Responden)

Kemudian setiap item jawaban dijumlahkan dari total nilai maksimum dari jawaban responden, kemudian dibagi dengan skor maksimum sehingga di dapatkan presentase dari jawaban yang akan diamati.

Gambar

Gambar 3. Citra IKONOS Wilayah Kota Kuningan Tahun 2006
Gambar 4. Diagram Alir Analisis Spasial Pendugaan Kebutuhan Hutan Kota
Tabel 2. Nilai Skoring

Referensi

Dokumen terkait

Konsep koaljabar universal yang merupakan dualitas dari aljabar dapat dipandang sebagai suatu teori dalam sistem state based.. Dalam kotak hitam ( black boxes ),

Selain itu di Desa juga dibentuk suatu wadah untuk menampung berbagai aspirasi masyarakat dan juga sekaligus berfungsi untuk mengawasi penyelenggaraan Pemerintah

Latar Bela Perkem drastis sej sebelumnya bisaa.Imajin Kesalahan tidak ada Dengan ada leluasa.Kem menarik ba Fenome fotografi te teknologi d bisa diwuju menghadirk sarana yan

Penggunaan laser pada penelitian ini dimaksudkan untuk melanjutkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah penggunaan laser diode untuk

Mayoritas responden (86,7%) merasa sangat puas terhadap proses Clapp_GPI dalam penyusunan RPJM-Desa dilaksanakan dengan semua prosesnya harus dijamin adanya

Perceived ease of use (PEOU) adalah “studentsite dapat di akses dengan mudah” (PEOU-3), dan faktor paling dominan untuk komponen utama Perceived usefulness (PU) adalah

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel sense, feel, act dan relate serta pengaruh yang positif dan tidak signifikan untuk

Pada teks tersebut, bisa dilihat dengan gamblang bagaimana proses pergeseran struktur yang mengacu kepada bahasa sasaran. Faktor komunikasi yang efektif terhadap bahasa