• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBUATAN TERHADAP SIFAT FISIS TABLET KURKUMIN DAN ANALOGNYA. Sugijanto, L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBUATAN TERHADAP SIFAT FISIS TABLET KURKUMIN DAN ANALOGNYA. Sugijanto, L"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PEMBUATAN TERHADAP SIFAT FISIS TABLET KURKUMIN DAN ANALOGNYA

Sugijanto, L

Program Studi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten

ABSTRACT: The effect of fabrication on physical properties of cur cumin tablets have been investigated. The cur cumin tablet were prepared by direct compression and granulation methods. The tablets obtained were determined their physical properties including the hardness, disintegration time, friability, weight and content uniformity.

The result showed that all of physical properties of cur cumin tablets fulfill the official requirements. There are differences on the hardness, disintegration time and content uniformity between cur cumin tablets were prepared by direct compression and granulation method significantly (P<0,05).

Key-words : Curcumin, granulation, direct compression, physical properties of tablet.

A. PENDAHULUAN

Kurkumin telah dikenal dari satu abad yang lalu sebagai zat warna kuning yang terkandung dalam rimpang berbagai temu-temuan keluarga Zingiberaceae (Lubis, 1968). Sejak zaman dulu rimpang kunyit dan temulawak yang mengandung kurkumin telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, kosmetik, rempah-rempah dan zat warna. Telah terbukti bahwa kurkumin mempunyai aktivitas biologis yang sangat luas diantaranya sebagai antiinflamasi, antioksidam, koleretika, hepatotoksik, kologoga, antikolestrol, anti kanker, dan anti bakteri (Ammon and Wahl, 2006). Struktur molekul kurkumin dan analog disajikan dalam gambar 1

(2)

1 Kurkumin OCH3 OCH3 OH OH

2 Kurkumin-X H H H H 3 Bisdemetoksikurkumin H H OH OH 4 Demektoksi kurkumin OHC3 H OH OH

Gambar1. Struktur molekul kurkumin dan analognya

Keberhasilan Pabon (1964) mensintesis krukumin telah mengantar kurkumin menjadi bahan penelitian yang menarik bagi para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu antara lain analisis,stabilitas, farmakologi, farmakokinetika, toksikologi dan sebagainya (Tonnesen dan Karlsen, 1982, 1985, 1986; Kiso dkk., 1985). Informasi yang ada menunjukkan bahwa kurkumin merupakan bahan obat yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obat jadi, sehingga perlu upaya memformulasikan kurkumin dalam suatu bentuk sediaan. Berdasarkan sifat fisika-kimia dan stabilitas kurkumin maka bentukk sediaan tablet merupakan alternatif pilihan.

B. METODE PENELITIAN

Bahan. Kurkumin dan Kurkumin-X (Hasil sintesis), Avicel PH 102

(Ashahi Chemicel Industrys, Co., Ltd), Star-X 1500 (Caloron), Aerosil R 972 (Avebe), Etanol, Metanol (E. Merck).

Alat. Mesin tablet (Kikusui No. 2-A, single punch), Hardness tester

(Erweka), Abration tester (Erweka), Disintegraton (Erweka), Spectrofotometer UV-VIS (Hitachi).

Jalan penelitian pembuatan tablet. Formula yang digunakan (didasarkan pada percobaan pendahuluan) adalah sebagai berikut :

R / Kurkumin/ Kurkumin-X Avicel PH 102 Star-X 1500 Aerosil R 972 15 mg 36 mg 243 mg 6 mg

Dibuat tablet dengan metode cetak langsung dan granulasi basah, berat tablet ±300 mg, diameter 9 mm dengan kekerasan 4-6 kg.

(3)

Metode cetak langsung. Kurkumin dicampur dengan Star-X 1500 sampai

homogen, ditambah Avicel PH 120, kemudian dicampur sampai homogen, selanjutnya ditambahkan Aerosil (yang telah digerus halus) sampai homogen, kemudian campuran ditablet dengan tekanan pengempaan tertentu.

Metode granulasi. Kurkumin dicampur dengan Star-X 1500 sampai

homogen, kemudian campuran dibasahi dengan etanol secukupnya hingga menjadi masa seperti tiwul, kemudian diayak dengan ayakan nomor 16 dan dikeringkan di oven pada temperatur 40-45°C sampai kering. Selanjutnya granul diayak lagi dengan ayakan 18. Granul yang diperoleh dicampur dengan Aerosil sampai homogen, kemudian granul ditablet dengan tekanan pengembangan tertentu.

Penentuan sifat fisis tablet meliputi :

Keseragaman bobot tablet (Anonim, 1979). Timbang 20 tablet satu

persatu dan hitung bobot rata-ratanya. Tidak boleh dari dua tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya > 7,5% dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya > 15%.

Kekerasan tablet. Posisi hardness tester diatur pada skala nol, letaknya

tablet pada ujung penekanan dengan posisi tegak lurus, putar penekanan perlahan-lahan hingga tablet pecah. Baca skala alat yang menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kg.

Kerapuhan tablet. Timbang 20 tablet, masukkan dalam friabilator dan

putar alat selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran permenit. Tablet dibebas debukan dan ditimbang kembali, kerapuhan tablet dinyatakan dengan prosentase berkurangnya bobot tablet.

Waktu hancur. Ke dalam disintegration tester dimasukkan lima tablet,

jalankan alat dalam bejana yang telah diisi air sebanyak 1 liter dengan temperature 37± 1°C. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada lagi bagian yang tertinggal diatas kasa. Catat waktu hancur tablet dengan stop watch.

Penetapan keseragaman kadar tablet. Timbang Tablet Kurkumin,

(4)

foil, tambahkan methanol gojog sampai larut dan tambahkan methanol sampai tanda, kemudian saring. Selanjutnya ambil 1 ml larutan dan masukkan dalam labu takar 10 ml yang bagian luarnya dilapisi kertas aluminium foil, encerkan dengan methanol sampai tanda. Ukur serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada â maksimum. Kadar kurkumin dihitung dengan bantuan kurva baku.

Pembuatan kurva baku. Dibuat larutan (induk) kurkumin 0,2 mg/ml.

Dari larutan induk dibuat satu seri larutan dengan kadar 8,0 ; 10,0 ; 12,0 ; 14,0 ; 16,0 ; 18,0 i/g/ml, kemudian diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-VIS pada â maksimum dan dibuat kurva baku antara serapan vs kadar larutan.

Analisis data. Sifat fisis tablet dianalisis dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan persyaratan yang ada dalam Farmakope Indonesia atau kepustakaan lain, dan dianalisis dengan uji varian satu jalan dan tukey.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan sifat fisis tablet kurkumin dan analog yang dibuat tersaji pada tablet I.

Table I. Sifat Fisis Tablet Kurkumin

No. Sifat fisis tablet Kurkumin Kurkumin-X

CLS G CLS G

1 Kekerasan (Kg)* 4,7 ± 0,2 5,4 ± 0,3 4,4 ± 0,3 5,2 ± 0,2 2 Waktu hancur (menit)* 8,32 ± 0,14 10,3 ± 0,13 4,31 ± 0,13 5,32±0,14 3 Kerapuhan (%)* 0,65 ± 0,06 0,59 ± 0,04 0,58 ± 0,05 0,52 ± 0,09 4 Keseragaman bobot (mg)+ 303,1 ± 3,9 (1,3%) 303,8 ± 3,3 (1,1%) 303,3 ± 4,3 (1,4%) 304,1 ± 4,6 (1,2%) 5 Keseragaman kadar (mg)+ 15,04 ± 0,25 (1,65%) 15,04±0,23 (1,47%) 15,15±0,34 (2,25%) 15,25±0,31 (2,06%) Keterangan :

(5)

** = hasil rata-rata dari 3 kali pengukuran + = hasil rata-rata dari 20 kali pengukuran

( ) = angka dalam kurung merupakan cv (coefisien variasi) CLS = cetak langsung

G = granulasi

Hasil pemeriksaan kekerasan Tablet Kurkumin berkisar antara 4,4-5,4 kg. Menurut Parrot (1971), tablet yang baik adalah tablet dengan kekerasan 4-8 kg. Atas dasar asumsi tersebut dapat dikatakan bahwa Tablet Kurkumin yang dibuat mempunyai kekerasan yang cukup baik. Tablet yang dibuat dengan metode granulasi mempunyai kekerasan yang lebih baik dibanding tablet yang dibuat dengan metode cetak langsung, hal ini dapat dipahami karena pada granulasi dilakukan pengayakan sehingga distribusi ukuran paretikelnya mempunyai tipe normal dan pada saat dikempa bahan penyusun tablet lebih kompak, ruang-ruang antar partikel terisi oleh fine partikel, akibatnya tablet mempunyai kekerasan yang baik, sedangkan pada cetak langsung bahan penyusun tablet hanya dicampur kemudian ditablet, sehingga susunan partikel kurang teratur dan banyak ruang antara partikel, akibatnya tablet yang diperoleh lebih rendah kekerasannya. Uji varian satu jalan dan tukey P < 0,05% menunjukkan ada perbedaan kekerasan tablet yang bermakna pada masing-masing tablet kurkumin.

Hasil pemeriksaan waktu hancur menunjukkan bahwa semua formula Tablet Kurkumin memenuhi persyaratan waktu hancur Farmakope Indonesia yaitu lebih kecil 15 menit. Semua tablet yang dibuat dengan cetak langsung mempunyai waktu hancur yang lebih cepat dibanding dengan yang dibuat secara granulasi. Banyaknya ruang antar partikel pada metode cetak langsung menyebabkan air lebih banyak terserap sehingga tablet cepat hancur. Uji varian satu jalan dan uji tukey dengan P < 0,05 menunjukkan ada perbedaan waktu hancur Tablet Kurkumin yang bermakna.

Hasil pemeriksaan kerapuhan Tablet Kurkumin berkisar antara 0,52 - 0,65%. Menurut Gunsel dan Kanig (1976), tablet yang baik adalah tablet yang mempunyai kerapuhan < 0,8 %, dengan demikian semua formula Tablet

(6)

Kurkumin yang dibuat memenuhi syarat kerapuhan tablet yang baik. Kerapuhan Tablet Kurkumin cetak langsung lebih besar dari tablet yang dibuat secara granulasi. Bila dikaitkan dengan kekerasan tablet tampak bahwa semakin rendah kekerasan tablet, semakin besar kerapuhannya. Kekerasan dan kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kemampuan tablet dalam menahan goncangan mekanis dan pengikisan. Pengikisan/ kerapuhan sangat ditentukan olej banyaknya partikel halus pada permukaan tablet. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet berpengaruh juga pada kerapuhan. Kekerasan menunjukkan kekuatan ikatan partikel bagian dalam dari tablet sedangkan kerapuhan menunjukkan kekuatan ikatan partikel bagian tepi atau luar permukaan tablet.

Uji varian satu jalan (P < 0,05) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kerapuhan Tablet Kurkumin yang bermakna.

Hasil pemeriksaan keseraman bobot ke empat formula (tablet I) memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Franmakope Indonesia Edisi III (1979) yaitu tablet dengan bobot lebih besar 300mg tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang > 7,5 % dari bobot rata-ratanya, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang > 15% dari bobot rata-ratanya. Diperoleh pula bahwa koefisien variasi (cv) keseragaman bobot Tablet Kurkumin yang dibuat < 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa campuran serbuk (bahan-bahan) penyusun tablet mempunyai fluiditas (sifat air) yang cukup baik. Seperti diketahui bahwa fluiditas merupakan faktor kritik dalam produksi tablet yaitu berpengaruh pada reproduksibilitas pengisian ruang kompresi pada proses pembuatan tablet sehingga menyebabkan keseragaman bobot tablet yang baik. Kandungan kurkumin dalam formula hanya 5% dari bobot keseluruan tablet, hal ini menunjukkan bahwa fluiditas campuran serbuk ditentukan oleh fluiditas bahan tambahan (Avicel PH 102, Star-X 1500 dan Aerosol R972).

Bobot tablet selama pembuatan dikontrol setiap periode waktu tertentu sehingga pada uji varian satu jalan P < 0,05 perbedaan bobot tablet pada keempat formula tidak bermakna.

(7)

Hasil pemeriksaan keseragaman kadar Tablet Kurkumin (tablet I) menunjukkan bahwa kadar kurkumin berkisar 15,04 - 15,76 mg, dengan koefisien variasi (cv) < 5%. Hal ini berarti bahwa campuran serbuk penyusun tablet mempunyai fluiditas yang baik dan telah homogen. Fluiditas campuran serbuk dipengaruhi pada keseragaman bobot sedangkan homogenitas campuran granul berpengaruh pada kadar tablet. Uji varian satu jalan (P < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan kadar yang bermakna pada Tablet Kurkumin namun pada uji tukey tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna.

D. KESIMPULAN

1. Semua Tablet Kurkumin yang dibuat memenuhi persyaratan sifat fisis tablet yang ditetapkan oleh Farmkope Indonesia atau kepustakaan lainnya. 2. Ada perbedaan yang bermakna pada kekerasan, waktu hancur, keseragaman kadar antara tablet yang dibuat secara granulasi dan cetak langsung.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. Samhoedi R., Apt (Almarhum. dan Prof. Dr. Supardjan AM, M.S., APT. atas pemberian kurkuminnya sebagai bahan penelitian ini.

(8)

Anonim, (1979), Farmakkope Indonesia. Ed. Iii, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Ammon, H.P.T. and Wahl,M.A., (2006), Review Pharmacooyy of Curcuma longa L., Planta medica; Vol. 57; 1-7.

Gunsel, W.C. and Kanig, J.L., (1976), Tablet in Lachman, L., Lieberman,H.A., Kaning, JL. (Eds.), The theory and practice of industrial pharmacy, second Ed,. Lea and Febiger, Philadelphia.

Lubis, I. (1968), The phenolic compounds of curcuma, Ann. Bogor, 4-12.

Kiso, J., Suzuki,Y., Wahmahe,N., Oshima Y., and Hikino, H. (1985),

Antihepato-toxic Principless of Curcuma longa Rhizomes, Plan. Reas.Medica,49: 185-187

Pabon, H.J.J. (1964), A synthesis of curcumin ad related compounds, Rec. trac. Chim. Pays. Bas., 83:475-479.

Parrott, E.L., (1971), Pharmaceutical Technology, 3rd, Burges Publication., Mineapolis

Tonnesen, H.H. and Karlsen, J., (1982) :Studies on Curcumin and Curcuminoid II : Lebenum Uniers Forch; vol. 165: 102-104.

Tonnesen, H.H. and Karlsen, J., (1985) :Studies on Curcumin and Curcuminoid IV : Lebenum Uniers Forch; vol. 180: 402-404.

Tonnesen, H.H. and Karlsen, J., (1986) :Studies on Curcumin and Curcuminoid VI : Lebenum Uniers Forch; vol. 181: 132-134.

(9)

PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG KANKER

LEHER RAHIM PADA AKSEPTOR KB PIL DI

BANYUSUMURO GIRI REJO BANTUL

Sumarah

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Yogyakarta

ABSTRACT: Kanker leher rahim adalah jenis kanker yang menempati urutan pertama di Indonesia. Kurangnya pengetahuan membuat sebagian besar penderita kanker leher rahim datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Upaya pencegahan melalui peningkatan pengetahuan diharapkan dapat membuat wanita yang beresiko mau melakukan pemeriksaan sedini mungkin, termasuk para akseptor KB Pil. Peningkatan pengetahuan dapat diberikan melalui pendidikan kesehatan meliputi ceramah dan leaflet. Sasaran pendidikan kesehatan pada penelitian ini adalah para akseptoe KB pil di Banyusumurup, yang mana menurut sumber informasi belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kanker leher rahim.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara metode ceramah dan leaflet dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker leher rahim pada akseptor KB pil di Banyusumurup Girirejo Bantul tahun 2007.

Metode penelitian yang digunakan adalah Studi quasi eksperiment dengan pretest-pretest group desain. Pendekatan yang digunakan adalah secara prospektif. Pengambilan sampel secara purposive dengan jumlah responden sebesar 32 orang yang berusia 25-45 tahun. Jenis data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan melakukan tes pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan ceramah atau leaflet. Instruksmen penelitian ini menggunakan tes dengan jumlah butir soal 31 soal yang telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Data yang diperoleh adalah data interval. Analisis data menggunakan uji independent-sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan pengetahuan setelah pemberian ceramah adalah 27,50 dan rata-rata peningkatan pengetahuan setelah pemberian leaflet adalah 23,31. Analisis independent-sampe t-test diperoleh nilai signikasi 0,023 (p<0,05) berarti signifikan, sehingga ada perbedaan efektivitas antara metode ceramah dan leaflet dalam meningkatkan pengetahuan responden tentang kanker leher rahim di Banyusumurup Girirejo Bantul.

Key-words : kanker leher rahim, pengetahuan, ceramah, leaflet. A. PENDAHULUAN

(10)

Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Data WHO menyebutkan setiap menit di dunia terdapat penambahan 6,25 juta penderita kanker baru dan dua pertiga penderita kanker di dunia berada di negara berkembang. (Zackiffman, 2006). Di Indonesia, data jenis Kanker Leher Rahim (KLR) yang ada pada wanita hingga kini belum diketahui dan belum ada angka pasti tentang jumlah wanita yang mengidap kanker itu. Depkes RI menunjukkan angka global sekitar 90 hingga 100 per 100.000 penduduk per tahun dan setiap tahun terjadi kasus 200.000 kasus baru kanker leher rahim (Magdalena, 2003).

Registrasi kanker yang bersifat population-based belum ada, saat ini digunakan data hospital-base yang cukup berarti dalam menggambarkan keadaan kanker di Indonesia (Moecherdiyantiningsih, 2000). Data yang diambil dari rumah sakit-rumah sakit dibeberapa wilayah yang tersebar di Indonesia menunjukkan insiden kanker mengalami kenaikkan lebih dari 8% pertahun dalam satu dekade terakhir, dan kanker leher rahim menempati urutan pertama, yaitu 65,4% (Smith, 2003). Diprovinsi Jawa Tengah, berdasarkan laporan program yang berasal dari rumah sakit, kasus KLR merupakan kasus terbanyak kedua yaitu 33,98% atau kasus Kanker Leher Rahim pada tahun 1990-1995 yang berada di Provinsi Yogyakarta sebanyak 285 kasus. Kabupaten Bantul adalah yang terbesar ketiga yaitu sebesar 18,2% atau 52 kasus, sedangkan Yogyakarta 32,3%, Sleman 26%, Kulonprogo 8,4%, Gunungd Kidul 14,4% (Pradjatmo, 1999).

Kenyataannya bahwa sebagian besar penderita KLR datang berobat sudah berada dalam stadium lanjut sehingga keberhasilan pengobatan sangat rendah (Latifah, 2005). Faktor dari penderita yang menyebabkan ditemukannya kanker leher rahim sudah dalam stadium lanjut adalah kurangnya kesadaran atau ketidaktahuan penderita tentang kanker serta pemeriksaan dini. Ada beberapa cara untuk melakukan pemeriksaan dini KLR, salah satunya adalah tes pap atau pap smear (Moecherdiyantiningsih, 2000).

Gambar

Table I. Sifat Fisis Tablet Kurkumin

Referensi

Dokumen terkait

” tujuannya untuk mengetahui mengapa kelengkapan equipment pada Kitchen memiliki peran penting dalam kelancaran pelaksanaan operasional kitchen pada hotel sudamala suites

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Okra Abelmoschus esculentus Terhadap Jumlah Sel Neutrofil.. Skripsi thesis,

Teaching Reading Comprehension Using Mind

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas Tahun 2016 telah disusun berdasarkan Peraturan Menteri

Ketiga, mengkalkulasi berapa jumlah kapal yang tidak dapat berlayar dari Pelabuhan Gresik dan dengan tujuan khusus Pulau Bawean pada saat terjadi gelombang tinggi di atas 2 m

Dewasa ini kebutuhan sandang atau lebih terkenal dengan kata fesyen merupakan kebutuhan yang sangat bersaing dengan kebutuhan pangan. Perkembangan dunia fesyen

Akar rambut dalam fase pertumbuhan anagen dan katagen hanya didapatkan dengan mencabut rambut hingga akar, sedangkan akar rambut dalam fase telogen dapat ditemukan

TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM Pembina Utama Muda