• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan sebuah kegiatan pelaksa-naannya disebut manajing dan orang yang melakukan-nya disebut manajer. Individu yang menjadi menajer menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat menajerial. Yang penting diantaranya ialah menghenti-kan kecenderungan untuk melaksanamenghenti-kan segala sesuatunya sendiri saja. Tugas-tugas operasional dilaksanakan melalui upaya-upaya kelompok anggota-nya. Terry (2009: 9). Manajemen dilaksanakan secara jelas dan terarah sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

Manajemen atau administrasi merupakan suatu rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana sebagaimana direncanakan, diorganisasi-kan, digerak-kan, dikendalidigerak-kan, dan diawasi sehingga tercapailah tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sagala, 2007: 43). Menyatakan Manajemen sebagai suatu kegiatan untuk mencapai tujuan bersama yang sudah terorganisir.

(2)

Pengertian manajemen berhubungan dengan pengorganisasian. Menurut Simamora (2006: 3) peng-organisasian sendiri adalah satu keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerak-kan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja-sama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesioanal dituntut oleh suatu kode etik. (Slameto 2009: 1)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai sasaran tertentu melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

(3)

2.1.2 Fungsi Manajemen

Menurut Terry (2009: 15), fungsi manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggera-kan dan pengawasan. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing fungsi manajemen.

a. Perencanaan

Setiap program ataupun konsepsi memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Perencanaan adalah suatu cara menghampiri masalah-masalah. Dalam penghampiran masalah itu si perencana berbuat merumuskan apa saja yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Purwanto (2006: 15) menyatakan perencanaan merupakan kerangka dasar dari pelaksanaan yang terstruktur dan terencana.

Uno (2008: 2) mengatakan bahwa perencanaan merupakan suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan pedoman yang dipakai dasar kemana tujuan organisasi dan bagaimana cara pencapaian organisasi tersebut.

(4)

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan usaha untuk menyusun komponen utama organisasi sedemikian rupa sehingga dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam pengorganisasian diharapkan terjadi hubungan-hubungan diantara masing-masing kompo-nen organisasi (TIM, 2004: 9). Dengan demikian, fungsi pengorganisasian dapat dikatakan sebagai proses menciptakan hubungan antara berbagai fungsi, personalia dan faktor-faktor fisik lainnya agar semua pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Purwanto (2006: 16) mendefinisikan bahwa pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian tugas-tugas, wewenang, dan tanggugjawab secara terinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian, sehingga terciptalah ada-nya hubungan-hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Penggerakkan

Menggerakkan (actuating) menurut Terry (Sagala, 2007: 60) berarti merangsang anggota-anggota

(5)

kelom-pok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan personal sekolah dalam melaksanakan program kerjanya.

d. Pengawasan

Dalam hal ini controlling didefinisikan sebagai pengendalian. Pengendalian adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, menetukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikan penyimpangan tersebut serta mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan (Siswanto, 2009: 140).

Usman (2011: 503) mengemukakan pengendalian sebagai proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Dimana fungsi pengendalian mengendalikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian itu sendiri.

(6)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu usaha yang sistematik untuk menetapkan standar kinerja, mendesain sistem umpan balik informasi, dan membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan guna mencapai penyempurnaan dan tindakan lebih lanjut.

2.2 Manajemen Sekolah

2.2.1 Pengertian Manajemen Sekolah

Gorton dalam Sagala (2007: 53) sekolah adalah suatu sistem organisasi yang didalamnya terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional. Sekolah merupakan suatu sistem yang kompleks karena selain terdiri atas input-proses-output juga memiliki akuntabilitas terhadap konteks pendidikan dan outcome.

Pengertian Sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2008: 1244) adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada sekolah dasar, sekolah lanjutan dan sekolah tinggi).

Manajemen sekolah dasar pada dasarnya merupakan penerapan manajemen sekolah di sekolah dasar. Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas manajemen sekolah dasar merupakan proses di mana

(7)

kepala sekolah dasar selaku administrator bersama atau melalui orang lain berupaya mencapai tujuan institusional sekolah dasar secara efisien. Apabila definisi tersebut dikaji secara saksama, ada beberapa makna tersirat berkenaan dengan konsep manajemen sekolah dasar.

a. Manajemen sekolah dasar merupakan proses,

dalam arti serangkaian kegiatan yang diupayakan kepala sekolah bagi kepentingan sekolahnya.

b. Rangkaian kegiatan yang diupayakan oleh kepala sekolah bersama orang lain dan atau melalui orang lain misalnya guru, dan mendayagunakan semua fasilitas yang ada. Dengan kata lain, pada hakikatnya manajemen sekolah dasar merupakan segala proses pendayagunaan semua komponen, baik komponen manusia maupun komponen bukan manusia yang dimiliki sekolah dalam rangka mencapai tujuan secara efisien.

c. Tujuan manajemen sekolah dasar adalah mencapai tujuan institusional sekolah dasar, yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota ummat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Dengan manajemen sekolah dasar yang baik diharapkan sekolah dasar menjadi lembaga pendidikan yang baik dalam segala aspek.

(8)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sekolah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diupayakan oleh Kepala Sekolah dengan memanfaatkan semua komponen yang ada baik komponen manusia maupun bukan manusia yang bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar dalam kehidupan bermasyarakat.

2.2.2 Regrouping School (Penggabungan Sekolah) Sejak tahun 1970-an hingga saat ini sudah banyak terjadi inovasi dalam pendidikan, seperti pelaksanaan Proyek Perintisan Sekolah Pembangunan (PPSP), sekolah pamong, SMP terbuka, dan juga adanya sekolah regrouping (Hasbullah, 2005: 205).

Penggabungan sekolah (regrouping) yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri melalui surat Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan Sekolah (regrouping) SD pada tanggal 16 November 1998 yang ditujukan kepada Gubernur Seluruh Indonesia yaitu: (1) Penggabungan (regrouping) SD adalah usaha penyatu-an dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagapenyatu-an (institusi) SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan; (2) Lingkup penggabungan SD meliputi SD yang terdapat antar desa/kelurahan yang sama dan atau di desa/kelurahan yang berbatasan dan atau antar kecamatan yang berbatasan; (3) Sekolah Dasar

(9)

kemudian disingkat dengan SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik pemerintah yang menyeleng-garakan program pendidikan enam tahun; (4) SD inti adalah SD yang terpilih antara beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi sebagai pusat pengembangan di dalam gugus SD tersebut; (5) SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang menjadi binaan SD inti; (6) SD kecil adalah SD di daerah terpencil yang belum memenuhi syarat pembakuan (Susanto, 2009: 4).

Program regrouping sekolah pada awalnya dilakukan pada sekolah yang mengalami kekurangan siswa, sehingga dibutuhkan adanya regrouping sekolah. Namun untuk saat ini regrouping sekolah dilakukan bukan karena kekurangan siswa namun tujuan penyatuan tiga atau empat SDN menjadi satu kepsek, terutama yang lokasinya berada dalam satu kawasan adalah efisiensi anggaran berupa tunjangan jabatan, selain itu juga untuk menghemat alokasi tunjangan kinerja daerah (TKD) kepsek sebab TKD kepsek lebih besar dari pada guru (Bataviase, 2010: 1). Alasan pelaksanaan penggabungan sekolah dasar berdasarkan pada Peraturan Bupati Semarang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Penggabu-ngan SDN kabupaten Semarang yang menyatakan bahwa:

Penggabungan (regrouping) SDN adalah usaha penyatuan 2 unit SDN atau lebih menjadi satu dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan.

(10)

berdekatan pada desa/kelurahan yang sama, pada desa/kelurahan perbatasan dalam satu kecamatan, dan diantara kecamatan yang perba-tasan dalam wilayah kabupaten Semarang. Penutupan (penghapusan) sekolah adalah kegiatan menutup dan menghapuskan sekolah karena kegiatan pendidikan SDN tersebut dindahkan atau digabungkan ke SDN lainnya yang ada dalam satu kelompok atau berdekatan.(23 tgl Desember 2014)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpul-kan bahwa penggabungan sekolah (Regrouping) merupakan suatu kegiatan yang diakukan untuk menggabungkan beberapa sekolah yang lokasinya berdekatan menjadi satu berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2.3 Maksud dan Tujuan Regrouping School

Dalam pedoman pelaksanaan penggabungan (regrouping) sekolah dasar, dimaksudkan untuk lebih memberdayakan guru serta peningkatan efektifitas dan efisiensi yang tertuang dalam SK Bupati Semarang Nomor : 900/0413/2014 tanggal 30 Mei 2013 tentang Regrouping Sekolah di Kabupaten Semarang.

Dalam surat yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tentang pelaksanaan penggabungan (regrouping) dalam petikan suratnya yang berbunyi kegiatan penggabungan (regrouping) ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan guru, peningkatan mutu, efisiensi biaya bagi perawatan gedung sekolah. Suparlan (2006: 1) menyatakan

(11)

tentang alasan utama pelaksanaan penggabungan sekolah yaitu; 1. Ingin meningkatkan mutu layanan pendidikan untuk masyarakat. Dalam arti layanan pendidikan yang bermutu ; 2. Untuk meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.

2.2.4 Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penggabungan (Regrouping) Beberapa Sekolah Dasar Di Daerah.

Philip (2012) dalam tulisannya yang berjudul ”Ontario Public And Catholic School Merger Study” menyatakan bahwa alasan dilakukannya pengabungan sekolah di Ontario adalah pembatasan ekonomi yang parah dengan memotong layanan pendidikan dan mengurangi gaji guru. Hal itu dikarenakan di Ontario terjadi kondisi ekonomi yang sedang buruk (inflasi). Sehingga diperlukan adanya pembatasan ekonomi khususnya dalam bidang pendidikan salah satu bentuknya adalah dengan penggabungan sekolah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi-nya penggabungan (Regrouping ) beberapa Sekolah Dasar di daerah; a. Himbauan dari pemerintah; b. Sebagai implementasi keputusan Mendiknas; c. Keku-rangan guru; d.KekuKeku-rangan murid; e. Sarana/ prasarana untuk pembelajaran kurang memadai; f. Dua sekolah satu halaman (Nuryati, 2012: 3).

(12)

adalah karena sekolah tersebut terletak dalam satu lokasi dan pembagian siswa.

2.3

. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Macqueen (2010) yang berjudul “primary teacher attitudes in achievement-based literacy classes”.Penelitian ini

membahas tentang sikap guru yang berpartisipasi terhadap praktek regrouping. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil wawancara dengan delapan guru di tiga sekolah. Wawancara membahas bagaimana keyakinan guru terkait dengan dampak strategi pada praktek kelas mereka di pelajaran keaksaraan.

Penelitian yang dilakukan oleh Liu, Zhang etc (2010) yang berjudul “The effect of primary school

mergers on academic performance of students in rural China”. Penelitian ini membahas tentang akibat dari

penggabungan sekolah terhadap kemampuan akademik siswa setelah dan sebelum dilakukan peng-gabungan sekolah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai akademik siswa setelah dilakukan penggabungan sekolah untuk kelas tinggi (misalnya kelas IV) namun terjadi sebaliknya untuk kelas rendah (Misalnya kelas I).

Sudiyono (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Regrouping Sebagai Upaya Efisiensi Dan Efektivitas Pengelolaan Pendidikan”. Hasil penelitian menyatakan bahwa : 1) kebijakan regrouping belum

(13)

didukung oleh kebijakan teknis operasional terkait dengan pengelolaan sarana dan prasarana dan pengelolaan kelas paralel; 2) Kebijakan regrouping memberikan dampak positif bagi efisiensi pendanaan sekolah, tetapi tidak efisien dalam hal pengelolaan aset. 3) kebijakan regrouping mengakibatkan terjadinya penurunan ranking prestasi hasil belajar.

Budiyono (2011) dalam penelitianya yang berjudul “Kajian Implementasi Kebijakan “Regrouping” SDN Di Kota Bekasi” menyatakan bahwa : 1) Proses sosialisasi dan implementasi kebijakan merger SDN memerlukan sikap kooperatif dan partisipatif stakeholders pendidi-kan SDN, baik yang digabungi maupun digabung, sehingga 2 (dua) kepentingan dapat dikelola dan dicapai dengan baik, yakni penerimaan atas itu kebijakan dan kesepakatan atas pengelolaan aset; 2. Perlunya pedoman pelaksanaan regrouping yang memuat 3 (tiga) item penting, yakni : tatalaksana pengelolaan sarana dan prasarana (aset perlengkapan, ruang, dan bangunan SDN yang digabungkan), tatalaksana penggabungan peserta didik, dan tatalaksana proses pembelajaran yang melibatkan 2 (dua) kelompok guru yang semula berbeda sekolah.

Aefudin (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

“Studi Penggabungan Sekolah Dasar Di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas: Analisis Kebijakan Bedasarkan Standar Pelayanan Minimal”

(14)

kan, implikasi kebijakan regrouping adalah lepasnya jabatan Kepala Sekolah bagi sekolah-sekolah yang harus digabung. Pihak yang paling merasakan dampak kebijakan regrouping adalah para Kepala Sekolah yang saat ini menjabat.

Roger, Glenser dan Meyers (2014) dalama penelitiannya yang berjudul “Early Experiences

Implementing Voluntary School District Mergers in Vermont”. Menyatakan bahwa di Vermont dilakukan

penggabungan sekolah dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendapatkan pendidikan sambil mengurangi pengeluaran biaya pendidikan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang baik antara pihak sekolah dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah dengan adanya penggabugan sekolah tersebut. Namun mereka harus melakukan perencanaan yang baik dan matang agar pelaksanan penggabungan sekolah dapat berjalan dengan lancar.

Heiser (2013) dalam tulisannya yang berjudul “To

merge or not to merge; Making sense of school mergers”

menyatakan bahwa dalam kegiatan penggabungan suatu sekolah tidak hanya dilakukan karena sudah diatur dalam Undang-Undang tetapi lebih kepada manfaat yang akan di peroleh oleh sekolah dan warga sekolah ketika dilakukannya penggabungan sekolah tersebut.

Borges (2014) dalam tulisannya yang berjudul

(15)

Recommendations” menyatakan bahwa dengan dilakukannya penggabungan sekolah diharapkan dapat mengurangi biaya pajak selain itu juga karena jumlah murid yang sedikit. Dalam pelaksanaan penggabungan sekolah terdapat manfaat dari penggabungan sekolah yaitu meningkatkan kesempa-tan belajar bagi siswa karena sekolah yang di gabung biasanya memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap. Namun pelaksanaan penggabungan sekolah akan mengalami kendala apabila tidak ada dukungan dari masyarakat di sekitar lingkungan sekolah agar anak-anak mereka di berikan kesempatan untuk bersekolah.

Young dan Green (2005) dalam tulisanya yang berjudul “School System Consolidation” menyatakan bahwa di Tenese penggabungan sekolah yang satu dan sekolah yang lainnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi siswa dan guru. Hal itu dikarenakan banyak sekolah di Tenese yang memiliki kurikulum khusus, sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti laboratorium dan computer yang up to date sehingga dengan penggabungan sekolah tersebut dapat memberikan manfaat kepada sekolah yang lainnya. Selain itu juga pajak yang harus di keluarkan juga akan berkurang.

(16)

2.4 . Kerangka Pikir

Gambar Kerangka Pikir

Manajemen regrouping di SD Ungaran 01, 03, dan 06 meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggera-kan, dan pengendalian yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah dibantu seorang wakil kepala sekolah dan tata usaha. Dengan perencanaan, pengorganisasi-an, penggerakan dan pengendalian yang terarah terpadu dan terencana dihasilkan sekolah regrouping yang patut di jadikan pedoman bagi sekolah regrouping nantinya. Dengan manajemen regrouping yang terstruktur dan terencana di SDN Ungaran 01, 03, dan 06 banyak menghasilkan prestasi yang patut dibanggakan. Baik dilingkungan UPTD Kecamatan Ungaran Barat, kabupaten, propinsi maupun tingkat nasional. R EGROU P IN G SD 01, 03, 06 Pengendalian Perencanaan Pengorganisa sian Pergerarakan Prestasi Sekolah Regrouping

Gambar

Gambar Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan peraturan juga diterbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 42/PJ/2013 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan pengajaran adalah interaksi

Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Jadi pelaksanaan pembelajaran

DO atau kepanjangan dari delivery order merupakan surat jalan yang dikeluarkan oleh Divisi Administrasi Operation kemudian dikirimkan ke Divisi Logistik yang bertujuan

Penentuan anggota tim dan standar pelaksanaan penilikan akan diatur oleh lembaga verifikasi yang mengacu pada pedoman penilikan (serveillance) yang ditetapkan. Laporan hasil

Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah diganti menjadi Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Pedoman Sekolah, Jakarta: Balitbang, hlm.9.. peghayatan dan implementasi dari ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang di maksud dengan BANK adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari