• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA. pantai utara Pulau Jawa dan timur Teluk Jakarta. Secara geografis teluk tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TINJAUAN PUSTAKA. pantai utara Pulau Jawa dan timur Teluk Jakarta. Secara geografis teluk tersebut"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian 2.1.1. Kondisi Geografis

Teluk Banten adalah sebuah teluk di Propinsi Banten yang terletak di pantai utara Pulau Jawa dan timur Teluk Jakarta. Secara geografis teluk tersebut terletak pada posisi 05º54’30” – 06 º04’00” LS dan 106 º 04’00” – 106 º 15’ 00” BT yaitu kurang lebih 10 km di sebelah utara Kabupaten Serang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suprajaka et al. (2010) menunjukan bahwa perairan Teluk Banten mempunyai luas wilayah lebih kurang 150 km².

Beberapa aliran sungai kecil yang bermuara di Teluk Banten, antara lain Sungai Cibeureun, Sungai Cibanten dan Sungai Cikadueun. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara, di selatan dengan Kecamatan Kasemen dan Kramatwatu dan di timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang dan Tirtayasa (Gambar 1). Di sebelah utara Teluk Banten berbatasan dengan Laut Jawa. Pulau yang terletak di perairan tersebut yaitu Pulau Panjang, P. Lima, P. Kambing, P. Kubur, P. Pamujan Besar, P. Pamujan Kecil, P. Tarahan, P. Kalidua, P. Kalisatu, P. Kemanisan dan P. Cikantung.

Kegiatan yang berlangsung di sekitar Teluk Banten meliputi kegiatan transportasi air (Pelabuhan Karangantu dan Bojonegara) dan industri (PT.

Samudera Marine Ship Yard, PT. Krakatau Steel, PT. Angel Situ Tasik Ardi, dan Pabrik Gula Bojonegara). Kegiatan lainnya yaitu bidang perhotelan seperti Hotel Mangkuputra dan Villa Permata Hijau serta bidang budidaya perikanan.

(2)

Sumber peta : Peta Teluk Banten, Skala 1 : 100 000 oleh Bakosurtanal Tahun1997; Peta Administrasi Kabupaten Serang, Skala 1 : 250 000 oleh Bappeda Serang Tahun 2011

Gambar 1. Peta Lokasi Teluk Banten

ë ë ë ë

j

j

j

j

j

j

j

j

j

j

j

j

j

j

j

P. Tarahan P. Lima P. Pamujan Besar P. Kalisatu P. Kambing P. Kubur P. Semut P. Cikantung

P. Kemanisan P. Pamujan Kecil P. Panjang Kec. Bojonegara Kec . Kramatwatu Kec. Po ntan g Kec. Tirtayasa K ec . Kasemen Ci Be reun Ci Ka du en Ci Ba nte n Ka li C iru as 624000 632000 640000 9336000 9336000 9344000 9344000 4 0 4 8 Kilometers N E W S Legenda : Daratan ë Pelabuhan Batas Kecamatan

j

Industri Area penelitian Sungai Kedalaman (m) Pulau Sum atera P ul a u Ja wa Lau t J aw a Inset : 30 - 40 20 - 30 10 - 20 0 - 10 4

(3)

5

2.1.2. Kondisi Hidro-Oseanografi

Kondisi hidro-oseanografi dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti batimetri, angin dan arus. Batimetri atau kontur kedalaman perairan Teluk Banten mengikuti bentuk garis pantai dengan panjang garis pantai 22.5 km, dimana kedalamannya berkisar antara 0 m hingga 30 m dan semakin meningkat hingga 40 m menuju laut lepas yaitu Laut Jawa seperti yang tertera pada Gambar 1

(Bakosutanal, 1997). Angin yang bertiup di Serang-Banten pada bulan Maret-Agustus didominasi oleh angin yang bertiup dari timur dan tenggara (Gambar 2) dengan kecepatan 2-3 m/s (BMKG, 2010). Kondisi arus pada bulan September-Januari didominasi oleh arus Timur Laut sedangkan pada bulan Februari-Agustus didominasi oleh arus Barat Laut (BMKG, 2010).

Gambar 2. Windrose pada bulan Maret-Agustus 2010 (Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Jakarta)

Resultant Vector 124 deg - 41% NORTH SOUTH WEST EAST 5% 10% 15% 20% 25% WIND SPEED (m/s) >= 4,0 3,0 - 4,0 2,0 - 3,0 1,5 - 2,0 1,0 - 1,5 0,5 - 1,0 0,1 - 0,5 Calms: 0,00% Kecepatan angin (m/s) ≥ 4.0 3.0 – 4.0 2.0 – 3.0 1.5 – 2.0 1.0 – 1.5 0.5 – 1.0 0.1 – 0.5 Utara Barat Timur Selatan Vektor Resultan 124º - 41%

(4)

2.1.3. Kualitas Air

Warna perairan di pesisir Teluk Banten berwarna hijau, lebih keruh disekitar muara sungai, dan biru tua menuju laut lepas (Bapedal, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purbani et al. (2010) menunjukan bahwa warna perairan di Teluk Banten dipengaruhi oleh masukan dari daratan karena sedimen perairan sebagian besar terdiri dari lanau dan pasir. Selanjutnya kekeruhan yang pada umumnya tinggi di muara sungai karena adanya masukan dari daratan. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh BPSDA tahun 2002

(Bapedal, 2006) menunjukan bahwa kekeruhan di Sungai Cibanten telah melebihi ambang batas yaitu berkisar antara 10-45 NTU di Kasemen dan 13-96 NTU di Jembatan Ciawi dengan batas baku mutu ≤ 25NTU.

Hasil pengukuran suhu air laut di perairan sekitar Teluk Banten yang dilakukan oleh Departemen Kelautan tahun 2002 (Bapedal, 2006) berkisar antara 30º –32º C. Suhu tersebut dipengaruhi oleh kondisi meteorologi daerah seperti curah hujan, penguapan, arus serta intensitas radiasi matahari. DO tertinggi di Teluk Banten terjadi pada bulan April (5.70-6.27 ml/l) dan terendah pada bulan Oktober (4.71-5.97 ml/l) (Simanjuntak, 2007).

Salinitas di perairan sekitar Teluk Banten berkisar antara 32-34 ‰. Salinitas tertinggi terjadi pada bulan Mei-Juni dan terendah terjadi pada bulan Januari-Februari. Hal ini terkait dengan debit air tawar yang masuk ke perairan laut yang sejalan dengan variasi curah hujan (Bapedal, 2006). pH di perairan Teluk Banten berkisar antara 7.85-8.28 yang berarti perairan tersebut tergolong basa.

(5)

7

2.2. Logam Berat

Logam berat dalam perairan laut dapat ditemukan dalam bentuk terlarut (ion logam berat yang membentuk kompleks dengan senyawa organik maupun anorganik) (Chester, 1993) dan bersifat esensial (dibutuhkan oleh organisme contohnya zinc (Zn)) maupun non-esensial contohnya Pb (Hutagalung et al., 1997). Logam berat tersebut bersifat toksik di perairan apabila kadarnya melebihi baku mutu. Selain itu, logam berat yang terserap ke dalam tubuh organisme dapat terakumulasi dan mengakibatkan penyakit maupun kematian bagi organisme akuatik maupun manusia yang mengkonsumsinya.

2.2.1. Timbal (Pb)

Di dalam perairan Pb ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Pb yang terlarut pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi racun bagi organisme akuatik. Sebagian besar masyarakat di sekitar perairan Teluk Banten membudidayakan rumput laut dan tangkapan utama mereka adalah rajungan, sehingga kadar Pb terlarut sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan organisme sekitar. Pb yang terserap ke dalam tubuh organisme akan terakumulasi pada jangka waktu yang lama sehingga akan menghambat

pertumbuhan.

Sumber alami utama Pb yang berasal dari daratan yaitu galena (PbS), gelesite (PbSO4), dan cerrusite (PbCO3) (Effendi, 2003). Selain itu, Pb dapat

berasal dari atmosfer yaitu melalui pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas bumi, kemudian jatuh ke laut mengikuti air hujan. Menurut EPA tahun 1973, kadar maksimum Pb dalam air laut sebesar 0.005 ppm (Hutagalun, 1994). Sumber lainnya yaitu kegiatan kapal di pelabuhan

(6)

dan bongkar muat barang yang turut menyumbang Pb. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rochyatun et al. (2005) di perairan Banten menunjukan bahwa kadar Pb rata-rata adalah 0.006 ppm. Pb mempunyai daya toksitas yang tinggi untuk manusia dan dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak,

menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya.

2.2.2. Penyebaran Logam Berat

Logam berat masuk ke perairan melalui tiga proses yaitu pengendapan (mengendap di dasar perairan), adsorpsi (penyerapan Pb terlarut ke dalam partikel tersuspensi), dan absorbsi (penyerapan oleh organisme-organisme perairan) (Bryan, 1976). Setelah berada di perairan logam berat akan menyebar luas dan hal tersebut tergantung dari kondisi perairan seperti pasang surut dan arus. Saat pasang, logam berat akan menyebar lebih luas di perairan karena ketinggian air yang memungkinkan pergerakan air menjadi lebih luas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handiani tahun 2004 (Wulandari et al., 2008) menunjukan bahwa sebaran logam berat yang lebih luas di perairan dengan konsentrasi yang semakin menurun menuju laut lepas.

2.3. Analisis Spasial

Analisis spasial merupakan suatu analisis dan uraian tentang data secara geografi yang berdasar pada faktor - faktor lingkungan dan hubungan antar variabel di lingkungan (Childs, 2004). Untuk mengolah dan menganalisis data secara spasial tersebut digunakan metode interpolasi dari sistem informasi geografis (SIG).

(7)

9

2.3.1. Metode Interpolasi

Interpolasi adalah proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak terukur, sehingga terbentuklah sebaran nilai pada seluruh wilayah. Teknik dalam metode interpolasi yaitu teknik inverse distance weight (IDW) dan kriging. IDW yaitu teknik yang menunjukan hasil interpolasi yang lebih mirip dengan data sampel yang jaraknya lebih dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Lain halnya dengan kriging yaitu interpolasi dengan perhitungan secara statistik, sehingga tidak dapat sesuai apabila digunakan dalam analisis spasial (Childs, 2004).

Perbedaan hasil interpolasi IDW dan kriging disajikan pada Gambar 3 yang menunjukan bahwa hasil interpolasi dengan IDW mendekati dengan nilai minimum dan maksimum data sampel sedangkan kriging menunjukan hasil interpolasi dengan kisaran rendah. Kekurangan pada metode IDW yaitu nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai yang ada pada data sampel.

Gambar 3. Hasil interpolasi total padatan tersuspensi (TSS) dengan metode IDW (a) dan Kriging (b) di Maros, Sulawesi Selatan (Pramono, 2008)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Teluk Banten ëëëëjjjjjjjjjjjjjjjP. TarahanP. LimaP. Pamujan BesarP
Gambar 2.  Windrose pada bulan Maret-Agustus 2010 (Sumber : Badan  Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Jakarta)
Gambar 3. Hasil interpolasi total padatan tersuspensi (TSS) dengan metode IDW           (a) dan Kriging (b) di Maros, Sulawesi Selatan (Pramono, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pemupukan malam dengan konsentrasi 2g lebih efektif meningkatkan panjang tanaman anggrek pada fase vegetatif karena pupuk dapat diserap

PENGARUH CITRA MEREK, LOKASI, DAN REGION OF ORIGIN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KAOS SOAK NGALAM (STUDI KASUS PADA SOAK NGALAM JALAN KAWI ATAS

(2009), media kromogenik α-MUG dan DFI menunjukkan performa yang lebih baik jika dibandingkan dengan EsPM karena media tersebut tidak dapat mendeteksi 3 koloni positif C.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng tahun anggaran 2007-2011 secara total berada pada kategori sangat baik,

Namun hubungan yang kuat terjadi antara petani dan metode penyuluhan, antara petani dan pesan program, dan antara petani dan penyuluh; (2) Efektivitas komunikasi Program

Ketika pedagang klontong yang diwakili ibu Ninik dan ibu Makhnuna mendatangi kelurahan Ngaban, disana mereka berupaya untuk mencari informasi tentang surat izin