• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH RANGGAGADING

Volume 8 No. 1, April 2008 : 1 - 8

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN

PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30

Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama

Finance

Oleh :

H. Moermahadi Soerja Djanegara* dan Elsyah

*Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor

ABSTRACT

The objective of this research is to find out acknowledgement method of income used by a company in accordance with finance accounting standard criteria (PSAK) No. 30. At PT Swadharma Indotama Finance, all incomes are acknowledged when they have been received. This matter indicates that the company has used cash basis method, except income from credit will be acknowledged in accrual basis way. Besides, accounting policy frame at PT Swadharma Indotama Finance is based on Indonesia Accounting Principle and follows the rules determined in PSAK. Based on profit loss accounting model at PT Swadharma Indotama Finance, it can be known that the profit and loss accounting model is single step: reporting and recording between income received and expense spent by the company must be separated. This one shows that PT Swadharma Indotama Finance follows the rules inPSAK No. 30, page 9, where income from rental trade is also reported as a main component at income cluster.

Keywords: Reporting of income; PSAK No. 30.

PENDAHULUAN

Sektor jasa Leasing atau dikenal dengan istilah sewa guna usaha merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang baru di Indonesia. Sewa guna usaha sebagai sumber pembiayaan modal sangat dibutuhkan oleh para pengusaha Indonesia untuk menunjang kelancaran aktivitas usaha mereka. Terlebih lagi dengan persyaratan-persyaratan yang lebih mudah dalam mengajukan pembiayaan dana dan proses realisasi pembiayaan yang cepat oleh perusahaan sewa guna usaha (Leasing).

Dalam sewa guna usaha, perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal, sedangkan pihak penyewa guna usaha (lessee) adalah pihak yang akan memakai barang yang akan disewagunausahakan dan merupakan

pemilik barang secara ekonomis serta bertanggung jawab atas barang tersebut. Lessee biasanya yang memilih barang modal yang dibutuhkan dan yang melakukan pemesanan, pemeriksaan serta perawatan yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut.

Di bidang otomotif khususnya, supplier mengadakan kerja sama dengan perusahaan sewa guna usaha agar penerimaan kas dan penjualan unit kendaraan dapat diterima dengan proses yang cepat, karena pihak perusahaan sewa guna usaha akan melakukan pembiayaan atas transaksi tersebut secara tunai. Perusahaan sewa guna usaha selalu berusaha untuk mencari calon – calon nasabah, yang sudah di sesuaikan dengan kriteria – kriteria yang sudah di tetapkan. Biasanya perusahaan di bidang otomotif melakukan kerjasama ini

(2)

dalam hal penjualan secara kredit atau bisa dikatakan pihak distributor atau dealer memanfaatkan fasilitas dari pihak perusahaan sewa guna usaha. Penjualan yang dilakukan secara kredit akan diserahkan pada pihak Lessor, kemudian dari objek tersebut oleh pihak Lessor akan membayar secara tunai pada pihak distributor atau dealer, dan kemudian Lessee membayar sewa secara berkala pada Lessor selama masa Leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai beserta bunganya.

Kegiatan – kegiatan usaha perusahaan tersebut, pada umumnya diakibatkan oleh penyelesaian pertukaran ekonomi yang merupakan arus masuk sumber dana yang biasa disebut pendapatan. Biasanya pendapatan pada perusahaan sewa guna usaha diakui dan disajikan pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa yaitu pada saat kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang di terima. Saat ini perusahaan sewa guna usaha sangat berkepentingan terhadap Standar Akuntansi Keuangan yang dipergunakan sebagai pedoman untuk menyajikan atau melaporkan transaksi – transaksi sewa guna usaha khususnya penyajian pendapatan sesuai dengan karakteristik serta ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara studi kasus ke perusahaan dalam hal ini PT. Swadharma Indotama Finance yaitu dengan mengevaluasi atas kesesuaian penyajian pendapatan terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.30, pada perusahaan leasing.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung laporan penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data dan informasi dengan melakukan studi pustaka dan melakukan interview dengan pihak-pihak yang berkepentingan dan menguasai terhadap data serta informasi yang diperoleh dari objek penelitian. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan berupa Neraca dan Lapora Laba/ Rugi pada PT.Swadharma Indotama Finance tahun 2003 dan tahun 2004, yang

disusun berdasarkan konsep Biaya historis (Historical Cost), kecuali untuk aktiva yang dimiliki kembali yang dinyatakan sebesar nilai realisasi bersih pada saat dimiliki kembali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Metode Pengakuan Pendapatan Pada

PT. Swadharma Indotama Finance Pada PT. Swadharma Indotama Finance, pendapatan pembiayaan konsumen dinyatakan sebesar pendapatan bersih setelah dikurangi dengan pendapatan milik bank - bank sehubungan dengan transaksi kerjasama pembiayaan bersama, penerusan pinjaman, penunjukan selaku pengelola piutang serta pengambilalihan piutang.

Pada PT. Swadharma Indotama Finance nasabah yang menunggak lebih dari 90 hari diklasifikasikan sebagai non performing dan pendapatan bunganya diakui pada saat pendapatan tersebut diterima atau yang dikenal dengan istilah metode pengakuan pendapatan cash basis.

Adapun pada saat piutang pembiayaan konsumen yang telah diakui tetapi belum tertagih, maka dibatalkan pengakuan pendapatannya. Kebijakan akuntansi ini terjadi akibat perubahan estimasi akan tertagihnya piutang yang menunggak pada PT. Swadharma Indotama Finance.

2. Kesesuaian Penyajian Pendapatan Pada PT. Swadharma Indotama Finance Dikaitkan Dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) No. 30

Berdasarkan penjelasan di atas dan dengan meninjau bentuk laporan Laba/ Rugi yang disajikan PT. Swadharma Indotama Finance, dapat diketahui bahwa PT. Swadharma Indotama Finance menggunakan bentuk laporan Laba/ Rugi Single step yaitu adanya pemisahan penyajian / pencatatan antara pendapatan yang diterima perusahaan dengan beban yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan demikian, penyajian pendapatan pada PT. Swadharma Indotama Finance sudah sesuai dengan kaidah - kaidah yang telah ditentukan didalam PSAK No.30.

(3)

3. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi Pada PT. Swadharma Indotama Finance a) Dasar penyajian laporan

keuangan

Laporan keuangan pada PT. Swadharma indotama finance disusun berdasarkan konsep biaya historis (historical cost), kecuali untuk aktiva yang dimiliki kembali yang dinyatakan sebesar nilai realisasi bersih pada saat dimiliki kembali. Laporan keuangan disajikan berdasarkan kaidah – kaidah yang terdapat dalam prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia yaitu PSAK dan peraturan yang diterbitkan oleh Bapepam.

Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank yang diklasifikasikan kedalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan yang disajikan dengan menggunakan metode langsung.

b) Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa Dalam kegiatan usahanya, PT. Swadharma indotama finance memiliki transaksi dengan pihak - pihak yang mempunyai hubungan istimewa sesuai dengan PSAK No. 07 yaitu mengenai “ Pengungkapan Pihak - Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa ”. Hubungan istimewa ini menyangkut transaksi berkaitan dengan beberapa akun dalam laporan keuangan yaitu : Pendapatan sewa guna usaha, pendapatan pembiayaan konsumen, pendapatan anjak piutang, pendapatan administrasi lain – lain, pendapatan bunga, beban bunga dan pembiayaan, kas dan bank, penanaman neto sewa guna usaha, tagihan anjak piutang, piutang lain – lain, hutang bank, wesel bayar, hutang lain – lain dan hutang obligasi.

c) Akuntansi sewa guna usaha Perusahaan mencatat transaksi sewa guna usaha sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam PSAK No. 30 yaitu mengenai “ Akuntansi Sewa Guna Usaha

”. Berdasarkan PSAK tersebut, transaksi sewa guna usaha digolongkan sebagai akuntansi sewa guna usaha pembiayaan (finance lease) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1 Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunausahakan pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat perjanjian sewa guna usaha

2 Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian biaya peroleh pembiayaan barang modal yang disewagunausahakan serta bunganya, yang merupakan keuntungan perusahaan sewa guna usaha ( full payout lease )

3 Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.

Transaksi sewa guna usaha yang tidak memenuhi kriteria diatas, dikelompokkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease ).

Dalam metode sewa guna usaha pembiayaan, kelebihan piutang sewa guna usaha dan nilai sisa yang terjamin atas biaya perolehan aktiva sewa guna usaha dicatat sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui sebagai pendapatan sesuai dengan jangka waktu perjanjian sewa guna usaha berdasarkan tingkat pengembalian berkala dari penanaman neto sewa guna usaha. Pelunasan sebelum masa sewa guna usaha berakhir dianggap sebagai pembatalan perjanjian sewa guna usaha dan laba atau rugi yang timbul diakui dalam tahun berjalan.

d) Akuntansi pembiayaan konsumen Piutang pembiayaan konsumen dinyatakan sebesar nilai bersihnya yaitu setelah dikurangi pendapatan yang belum diakui dan penyisihan piutang yang diragukan. Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui merupakan selisih antara jumlah angsuran yang akan diterima dari pelanggan dan jumlah pokok pembiayaan akan diakui sebagai

(4)

pendapatan sesuai dengan jangka waktu perjanjian pembiayaan berdasarkan tingkat pengembalian berkala dari piutang pembiayaan konsumen. Pendapatan pembiayaan konsumen disajikan setelah dikurangi dengan bagian yang merupakan hak bank sehubungan dengan transaksi – transaksi tersebut. Pelunasan sebelum masa pembiayaan konsumen berakhir dianggap sebagai pembatalan perjanjian pembiayaan konsumen dan laba atau rugi yang timbul diakui dalam tahun berjalan. e) Akuntansi anjak piutang

Tagihan anjak piutang dicatat berdasarkan jumlah yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dihitung berdasarkan presentasi tertentu dari nilai piutang. Pendapatan administrasi diakui pada saat transaksi dilakukan dan pendapatan anjak piutang dicatat atas dasar akrual (accrual basis ).

f) Penyisihan piutang yang diragukan

Penyisihan piutang yang diragukan ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan akun piutang masing - masing pelanggan pada akhir tahun. Perusahaan membentuk penyisihan piutang yang diragukan berdasarkan persentase tertentu dari piutang pembiayaan bersih, yang ditentukan berdasarkan hasil penelaah terhadap keadaan akun piutang masing – masing konsumen, termasuk pihak yang mempunyai hubungan istimewa, pada akhir tahun. Pada tahun 2004, piutang yang menunggak lebih dari 270 hari dihapus bukukan dan diakui sebagai pendapatan lain – lain pada saat diterima. g) Biaya dibayar dimuka

Biaya dibayar di muka dibebankan pada operasi selama masa manfaat masing - masing biaya.

h) Aktiva tetap

Aktiva tetap kecuali hak atas tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Hak atas tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan

dan tidak disusutkan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap selama 4 tahun, kecuali gedung yang mempunyai taksiran masa manfaat ekonomis selama 20 tahun.

Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya pemugahan dan penambahan dalam jumlah signifikan dan yang meningkatkan masa manfaat aktiva tetap sebagaimana dipersyaratkan dalam PSAK No. 16 mengenai “Aktiva Tetap“, dikapitalisasi ke akun aktiva tetap yang bersangkutan. Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, biaya perolehan serta akumulasi penyusutan dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dibukukan pada operasi tahun berjalan.

Semua biaya yang terjadi sehubungan dengan perolehan tanah antara lain, biaya notaris, survei lokasi, biaya pengukuran dan pajak – pajak yang berhubungan dengan hal tersebut, ditangguhkan dan disajikan terpisah dari biaya perolehan tanah. Beban tangguhan tersebut diamortisasi selam masa manfaat hak atas tanah yang bersangkutan dengan metode garis lurus.

i) Aktiva yang dimiliki kembali Aktiva yang dimiliki kembali yang disajikan sebagai bagian dari aktiva lain – lain dan laba atau rugi yang terjadi dibukukan pada operasi tahun berjalan. j) Wesel bayar

Wesel bayar dinyatakan sebesar nilai nominal dikurangi bunga dibayar dimuka yang belum diamortisasi. Bunga dibayar dimuka yang belum diamortisasi dibebankan selama masa berlaku wesel yang bersangkutan.

k) Biaya emisi obligasi yang ditangguhkan

Biaya - biaya yang terjadi sehubungan dengan penerbitan obligasi ditangguhkan dan diamortisasi dengan

(5)

menggunakan metode garis lurus selama jangka waktu obligasi, yaitu 4 tahun dan 6 tahun. Saldo biaya emisi obigasi ditangguhkan dikurangkan langsung dengan hasil emisi obligasi dan jumlah bersihnya disajikan dalam hutang obligasi sesuai dengan keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No.Kep-06/PM/2000 Tanggal 13 Maret 2000.

l) Pengakuan pendapatan dan beban

Perusahaan mengakui pendapatan atas sewa guna usaha, pembiayaan konsumen dan anjak piutang dan beban diakui pada saat terjadinya.

Pada PT. Swadharma Indotama Finance, pendapatan pembiayaan konsumen dinyatakan sebesar pendapatan bersih setelah dikurangi dengan pendapatan milik bank sehubungan dengan transaksi kerjasama pembiayaan bersama , penerusan pinjaman, penunjukan selaku pengelola piutang serta pengambilalihan piutang.

Pada PT. Swadharma Indotama Finance nasabah yang menunggak lebih dari 90 hari diklasifikasikan sebagai non performing dan pendapatan bunganya diakui pada saat pendapatan tersebut diterima atau yang dikenal dengan istilah metode pengakuan pendapatan cash basis. Adapun pada saat piutang pembiayaan konsumen yang telah diakui tetapi belum tertagih, maka dibatalkan pengakuan pendapatannya. Kebijakan akuntansi ini terjadi akibat perubahan estimasi akan tertagihnya piutang yang menunggak pada PT. Swadharma Indotama Finance.

Pelunasan sebelum masa pembiayaan konsumen berakhir dianggap sebagai suatu pembatalan perjanjian pembiayaan konsumen dan laba atau rugi yang timbul diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Pendapatan administrasi merupakan pendapatan yang diperoleh dari konsumen pada saat perjanjian pembiayaan konsumen pertama kali ditandatangani.

Perusahaan berhak menentukan tingkat bunga yang lebih tinggi kepada konsumen daripada tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank sehubungan dengan transaksi kerjasama pembiayaan bersama, penerusan pinjaman, penunjukan selaku pengelola piutang, serta pengambilalihan piutang. Selisihnya merupakan pendapatan dari transaksi – transaksi tersebut bagi perusahaan dan disajikan sebagai “ pendapatan pembiayaan konsumen “ pada laporan laba rugi tahun berjalan.

Biaya administrasi dealer merupakan komisi yang diberikan kepada dealer atas keberhasilan dealer mencari konsumen. Biaya perolehan nasabah merupakan biaya yang dikeluarkan kepada konsumen dalam bentuk potongan harga.

Sedangkan beban diakui pada saat terjadinya, kecuali seluruh biaya yang terkait langsung dengan pemrosesan pembiayaan konsumen termasuk biaya administrasi dealer dan biaya perolehan nasabah setelah dikurangi pendapatan administrasi, ditangguhkan dan diamortisasi selam jangka waktu pembiayaan.

Beban yang ditangguhkan merupakan biaya yang terkait langsung dengan pemrosesan pembiayaan konsumen termasuk biaya administrasi dealer dan biaya perolehan nasabah setelah dikurangi pendapatan administrasi.

m) Dana pensiun

Perusahaan mempunyai program pensiun iuran pasti untuk seluruh karyawan tetap yang memenuhi syarat sebagai berikut:

- Karyawan telah berusia 18 tahun atau telah menikah.

- Karyawan wajib mendaftarkan diri dan menyatakan kesediaannya untuk dipotong gajinya guna membayar iuran kepada dana pensiun.

- Kepesertaan pada dana pensiun dimulai sejak karyawan terdaftar sebagai peserta dan berakhir pada saat karyawan meninggal dunia atau pensiun atau berhenti bekerja dan telah mengalihkan dananya kepada dana pensiun lain.

(6)

- Iuran dana pensiun ditanggung oleh Perusahaan dan karyawan masing - masing sebesar 9% dan 1% dari gaji pokok karyawan.

n) Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan ke dalam rupiah berdasarkan kurs tengah rata – rata yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada akhir transaksi perbankan pada tahun tersebut dan laba atau rugi selisih kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun berjalan, sedangkan beban yang terjadi dalam penutupan kontrak tersebut diamortisasi berdasarkan masa kontrak.

Pada tanggal 31 Desember 2004 dan 2003, kurs yang digunakan masing - masing adalah sebesar Rp 10.400 dan Rp 9.595 untuk 1 dollar Amerika Serikat.

o) Pajak penghasilan

Perusahaan meggunakan metode panangguhan pajak dalam menghitung taksiran pajak penghasilan, dimana perusahaan mencatat pengaruh pajak atas beda temporer pengakuan pendapatan dan beban antara laporan keuangan untuk tujuan komersial pajak.

Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak tahun berjalan. Aktiva kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan perpajakan setiap tanggal pelaporan.

Manfaat pajak dimasa yang akan datang, seperti nilai terbawa atas saldo rugi fiskal yang belum digunakan (jika ada) juga diakui sejauh realisasi atas manfaat pajak tersebut dimungkinkan. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diukur pada tarif pajak yang diharapkan akan digunakan pada tahun ketika aktiva direalisasi atau ketika kewajiban dilunasi berdasarkan tarif pajak (dan peraturan

pajak) yang berlaku atau secara substansial telah diberlakukan pada tanggal neraca. Koreksi terhadap kewajiban perpajakan diakui pada saat Surat Ketetapan Pajak diterima atau jika perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan tersebut telah ditetapkan. p) Laba bersih per saham dasar

Laba bersih persaham dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan rata - rata tertimbang jumlah saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

Sesuain dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 56 mengenai “ Laba Bersih Persaham “, laba bersih persaham dasar dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan jumlah rata – rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan laporan Laba/ Rugi yang diperoleh dari PT. Swadharma Indotama Finance, pendapatan pada PT. Swadharma Indotama Finance dapat diperoleh dari : a). Pendapatan pembiayaan konsumen

disajikan dalam laporan Laba/ Rugi setelah dikurangi dengan pendapatan bagian yang merupakan hak bank. Pendapatan pembiayaan konsumen ini dipengaruhi oleh jumlah kontrak pembiayaan konsumen.

b). Pendapatan administrasi lain – lain yang terdiri dari :

 Kredit Usaha Kecil (KUK) yang bekerjasama dengan Bank Negara Indonesia (BNI).

 Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang bekerjasama dengan Bank Negara Indonesia (BNI)  Denda atas keterlambatan

pembayaran angsuran oleh konsumen PT. Swadharma Indotama Finance yaitu sebesar 0,2% per hari dari jumlah pokok angsuran yang harus dibayarkan

(7)

dihitung dari tanggal jatuh tempo angsuran.

 Denda pinalti dan penarikan berlaku jika konsumen tidak melakukan pembayaran angsuran lebih dari 2 bulan, dalam hal ini pihak PT. Swadharma Indotama Finance akan menetapkan jumlah yang harus dibayar ( biaya pinalti Rp. 3000.000 + jumlah total angsuran pokok yang tertunggak + jumlah denda keterlambatan ).  Pendapatan administrasi

pembiayaan konsumen yang terdiri dari pendapatan administrasi pembiayaan konsumen insentif dealer, insentif marketing, insentif back office dan promosi.

 Pendapatan lain dari pembiayaan konsumen misalnya pendapatan dari perpanjang STNK.

 Pendapatan asuransi yang diperoleh dari pendapatan provisi pada saat kendaraan yang dijadikan jaminan pembiayaan konsumen diasuransikan, biasanya saat pertama kali perjanjian pembiayaan konsumen ditandatangani.

c). Pendapatan anjak piutang dapat diperoleh dari penagihan atau pembelian, pengambil alihan atau pengelolaan hutang piutang serta tagihan jangka pendek pada PT. Swadharma Indotama Finance terhadap konsumen yang disertai dengan imbalan atau pembayaran tertentu.

d). Pendapatan bunga PT. Swadharma Indotama Finance dapat berasal dari :  Bunga piutang afiliasi

 Pendapatan jasa giro  Bunga deposito berjangka 2. Pada PT. Swadharma Indotama Finance

semua pendapatan diakui pada saat pendapatan tersebut diterima. Hal ini menunjukan bahwa dalam hal pengakuan pendapatan PT. Swadharma Indotama

Finance menggunakan metode cash basis, kecuali pendapatan yang berasal dari anjak piutang diakui secara accrual basis. Selain itu, kebijakan akuntansi pada PT. Swadharma Indotama Finance sudah berdasarkan Prinsip Akuntansi Indonesia serta mengacu pada kaidah – kaidah yang telah ditentukan didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ). 3. Berdasarkan bentuk laporan Laba/ Rugi

pada PT. Swadharma Indotama Finance dapat diketahui bahwa bentuk lapoarn Laba/ Rugi adalah Single Step yaitu terdapat pemisahan penyajian atau pencatatan antara pendapatan yang diterima perusahaan dengan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa PT. Swadharma Indotama Finance telah mengacu pada kaidah – kaidah yang telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No, 30. Dimana pendapatan sewa guna usaha juga dialporkan sebagai komponen utama dalam kelompok pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anis Chariri Mcomm.,Ak dan Dr. Imam Ghozali Mcomm.,Ak. 2001. Teori Akuntansi, edisi 1, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Budi Raharjo. 2003. Laporan Keuangan

Perusahaan, cetakan pertama, PT. Gajah Mada Univercity Press, Yogyakarta. Husein Umar SE.,MM.,MB. 2001. Riset

Akuntansi, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan No. 30, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap MS.,Ac. 2001. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Theodorus tuanakotta.,SE.,MBA. 2000. Teori Akuntansi. Buku 1 Edisi 2000, Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pengarahan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau dalam melakukan pengarahan pada menejemen exhibition di kawasan Bandar Serai meliputi pengarahan

Lulus dari Satuan Pendidikan SMA/MA/SMK/MAK/Pesantren Mu’adalah atau yang setara dan dibuktikan dengan ijazah, lulus seleksi PMB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan

Bentuk atau struktur karya lebih mengacu pada karakter bahan yang merujuk fungsi dari konsep desain, yaitu karya seni kursi santai yang bersifat stimulus (orientasi makna) ,

memperoleh data tentang variabel yakni kedisiplinan mengajar guru. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data tentang nilai hasil

Dengan cara kerja seperti ini, yang harus benar-benar dipikirkan adalah bagaimana membuat sistem database pada komputer Server dengan aplikasi sebagai antar muka bagi pemakai

Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus kusta baik baru maupun lama, hasilnya adalah jumlah prevalensi kusta tahun 2019 di Kabupaten Blora 1/10.000 penduduk, artinya ada

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas 1 Kembaran.. Metode:

Dalam setahun terakhir (Agustus 2016–Agustus 2017), persentase penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetap meningkat cukup tinggi dari 16.28 persen