• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Komunikasi Interpersonal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Komunikasi Interpersonal"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Menurut Kumar (2000) efektivitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri, sebagai berikut:

1. Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal;

2. Empati (empathy). Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain melalui kaca mata orang lain.

3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

4. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Sumber-sumber informasi di pedesaan dari negara-negara berkembang, seperti Indonesia, cenderung melalui jalur komunikasi interpersonal. Caranya menggunakan jasa juru penerangan, penyuluh, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Peranan keempat sumber informasi tersebut cukup penting sebagai agen perubahan dalam menyebarkan ide-ide baru. Kredibilitas keempat sumber sangat terpercaya untuk mengajak orang lain dalam menerima ide-ide baru. Ketika seseorang tidak mempunyai banyak informasi mengenai isu tertentu, maka pesan

(2)

dari sumber yang mempunyai kredibilitas tinggi dapat dengan mudah diterima tanpa banyak berpikir. Umpan balik yang diperoleh dalam komunikasi interpersonal adalah berupa umpan balik positif, negatif, netral.

Komunikasi interpersonal mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing process). Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman (frame of experience) yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. Kerangka pengalaman yang sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilai-nilai kepercayaan dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih (overlapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungannya. Derajat hubungan antarpribadi turut mempengaruhi keluasan (breadth) dari informasi yang dikomunikasikan dan kedalaman (depth) hubungan psikologis seseorang.

Taylor dan Altman diacu dalam DeVito (2001) menekankan, bahwa dengan berkembangnya hubungan sosial, maka keluasan dan kedalaman komunikasi interpersonal akan meningkat. Tingkat keluasan informasi yang dibicarakan dalam proses komunikasi interpersonal dapat diilustrasikan dengan lingkaran. Pada lingkaran luar, informasi dibicarakan masih dangkal. Interaksi tersebut biasanya berlangsung antara individu dan kenalan. Lingkaran tengah menggambarkan hubungan yang lebih akrab, misalnya dengan kawan. Pada tahap informasi dibicarakan lebih mendalam, lingkaran dalam memperlihatkan hubungan sangat dekat. Jenis hubungan ini terjadi di antara saudara kandung, orangtua atau sahabat karib.

Di masa lalu pendekatan komunikasi interpersonal ditekankan pada situasi dua orang atau kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspektif tentang bagaimana komunikasi berlangsung, pendekatan komunikasi interpersonal berubah menjadi bersifat hubungan. Perubahan perspektif teoritis ini menyebabkan komunikasi interpersonal lebih melihat hubungan di antara individu. Individu sebagai personal communication network. Hal ini meningkatkan lingkaran pergaulan seseorang pada suatu isu tertentu, seperti: gizi

(3)

bayi, kesehatan anak atau kampanye publik lainnya. Variasi hubungan seseorang bergantung pada isu yang didiskusikan. Di samping itu, orang-orang tertentu mungkin saja menjadi pemuka pendapat pada suatu isu tertentu, tetapi tidak pada isu-isu yang lain.

Kumar (2000) menemukan bahwa orang-orang sering berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki karakteristik serupa. Istilah sosiologi yang dipakai untuk menunjukkan keserupaan di antara orang-orang itu adalah homofili. Prinsip yang paling dasar dalam komunikasi antar manusia (human communication) adalah berupa penerusan gagasan-gagasan. Paling sering terjadi karena antara sumber dan penerima terdapat kesamaan-kesamaan tertentu. Konsep homofili digunakan untuk menerangkan tingkat pasangan individu-individu yang berkomunikasi dengan memiliki kesamaan atribut-atribut tertentu. Hal tersebut ditandai kesamaan keyakinan, nilai-nilai sosial, pendidikan dan status sosial.

Individu-individu yang mempunyai kesamaan atribut tadi kemungkinan besar merupakan anggota kelompok tertentu, hidup saling berdekatan dan terikat kepada kepentingan yang sama. Persamaan secara fisik dan sosial mendorong ke arah homofili. Apabila sumber dan penerima informasi saling berbagi makna yang sama (common meanings), maka komunikasi akan berlangsung efektif. Bagian terbesar dari individu-individu yang berinteraksi satu sama lain. Mempunyai kesamaan dan persamaan dalam status sosial, pendidikan, keyakinan.

Komunikasi efektif antara petani dan sumber-sumber informasi juga harus dibangun berdasarkan hubungan interpersonal yang efektif. Menurut Rogers (2003) hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi sebagai berikut: (a) bertemu satu sama lain secara personal, (b) empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti, (c) menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan, (d) menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersunguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain, (e) merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan ganguan arti, (f) memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat persamaan aman terhadap yang lain.

(4)

Perilaku Komunikasi Interpersonal

Perilaku adalah segala tindakan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Ilmu psikologi menjelaskan bahwa perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal berupa instink individu dengan lingkungan psikologinya (Rakhmat 2007). Berlo (1960) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus, verbal maupun nonverbal yang sering menimpanya. Sementara itu, menurut kamus komunikasi istilah perilaku komunikasi (communication behavior) berarti tindakan atau aktivitas seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi (Effendy 2004).

Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respons seseorang terhadap sumber dan pesan bila ditinjau dari pengertian model komunikasi linier. Pendekatan komunikasi interpersonal, di mana komunikasi ditekankan pada konsep saling berbagi pengalaman (the sharing of experience) maka tindakan atau respons seseorang terjadi dalam kapasitasnya sebagai pelaku komunikasi (Tubbs & Moss 2000). Salah satu cara untuk memahami perilaku manusia adalah dengan mengamati atau memahami hubungan-hubungan sosialnya yang tercipta karena adanya proses komunikasi interpersonal (Setiawan 1983).

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan, yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka (face to face communication). Komunikasi yang demikian dinilai efektif untuk suatu sifat pesan tertentu, tetapi tidak bagi pesan yang lain (Rogers 2003). Komunikasi interpersonal dikatakan efektif untuk pesan-pesan tertentu karena komunikator dapat melihat secara langsung tanggapan dari komunikan, berupa kata-kata, gerak-gerik, ekspresi wajah, sehingga komunikator dapat segera mengambil langkah-langkah lebih lanjut.

Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Tujuan komunikasi dalam konteks komunikasi interpersonal adalah “berkomunikasi dengan (to communicate with)” daripada sekedar mempengaruhi. Komunikasi lebih merupakan suatu proses berbagi informasi (sharing information). Pencapaian

(5)

pengertian bersama untuk menaksir dan mendefinisikan realitas menjadi sangat penting karena keberhasilan berbagai upaya manusia tergantung pada ada tidaknya pengertian bersama. Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yaitu sesuatu yang bekerja atau berjalan antar manusia (Rogers & Kincaid 1981). Komunikasi yang efektif adalah penting bahkan menurut Tubbs dan Moss (2000) komunikasi efektif merupakan salah satu keahlian paling penting untuk mencapai keberhasilan dan kebahagian hidup. Komunikasi dirasakan efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Karena pada hakekatnya tujuan komunikasi adalah menciptakan hubungan dan kerjasama yang saling pengertian di antara orang-orang yang berkomunikasi.

Secara umum, komunikasi interpersonal mempunyai karakteristik, yaitu: (1) komunikasi terjadi dengan berhadapan langsung antara satu orang dengan orang lainnya; (2) penggunaan indera mutlak terjadi, sehingga satu sama lainnya saling melihat dan mendengar; (3) komunikasi bersifat spontan, intensif dan dapat dilakukan setiap saat (Wiryanto 2004). Menurut DeVito (2001) terdapat enam ciri komunikasi interpersonal, yaitu: (1) komunikasi interpersonal adalah verbal dan nonverbal, artinya komunikasi terjadi pengemasan pesan dalam bentuk verbal. Isi pesan dan bagaimana isi tersebut dapat dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal, merupakan dua unsur utama dalam komunikasi interpersonal; (2) komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu. Perilaku yang terjadi karena adanya desakan emosi merupakan perilaku spontan. Perilaku menurut kebiasaan merupakan perilaku yang didasarkan pada situasi tertentu, dapat dimengerti oleh orang lain dan dipelajari dari kebiasaan kita. Perilaku sadar, merupakan perilaku yang sesuai dengan situasi yang ada dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi; (3) komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi dan koherensi. Dalam hal ini umpan balik (feed back) besar sekali, mengingat; (4) komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang semakin berkembang, umpan balik dan interaksi antar pihak-pihak yang terlibat juga akan semakin intensif; (5) komunikasi interpersonal saling mengubah. Pada tahapan ini komunikasi interpersonal akan berjalan baik, jika peraturan yang ditetapkan mampu untuk mengikutinya. Peraturan tersebut seringkali dikembangkan dan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan situasi tertentu. Adanya proses interaksi dalam

(6)

komunikasi, maka pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat, dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan sikap; (6) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif, artinya sudah terjadi hubungan timbal balik antar pengirim dan penerima pesan.

Dalam komunikasi interpersonal, komunikan sebagai penerima pesan dapat merespons secara langsung informasi yang diperoleh dari komunikator. Murtiyeni (2002) menyebutkan bahwa efektivitas komunikasi tatap muka (personal

communication) didapatkan dari berbagai peluang individu untuk menyampaikan pesan dan memperoleh umpan balik secara personal. Menurut Rogers (2003) untuk mendapatkan suatu keputusan dari seseorang akan melalui proses keputusan inovasi yang biasanya dalam pandangan tradisional disebut sebagai proses adopsi, yaitu: (1) Tahap kesadaran, (2) Tahap menaruh minat, (3) Tahap penilaian, (4) Tahap percobaan, (5) Tahap penerimaan.

Dalam konsep komunikasi yang dimaksud dengan umpan balik adalah perubahan karena bertambahnya pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku yang diketahui secara langsung maupun tidak langsung. Effendy (2004) menambahkan dengan adanya umpan balik dapat diterima secara langsung, yaitu menyampaikan bentuk pertanyaan, komunikator memperoleh jawaban/ umpan balik langsung. Secara umum, kualitas hubungan yang terjadi lebih bersifat informal dan akrab.

Sistem komunikasi adalah tata cara komunikasi dalam paduan seluruh unsur dan faktor yang terlibat guna mencapai suatu tujuan tertentu. Unsur-unsur komunikasi dalam pertanian adalah; komunikator, pesan dan komunikan, sedangkan faktor dalam komunikasi adalah saluran yang menunjang tercapainya tujuan penyampaian pesan (Soekartawi 2005). Saluran komunikasi meliputi saluran interpersonal dan media massa. Saluran interpersonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka (antara sumber dengan penerima) antara dua orang atau lebih; misalnya rapat, pertemuan langsung dan lain-lainnya (Rogers 2003).

Menurut Robbins (2001) tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi: pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Di samping untuk menanamkan makna, komunikasi juga harus

(7)

dipahami. Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisasi: kendali (kontrol, pengawasan), motivasi, penguatan emosional dan informasi. Informasi baru tentang pertanian yang dikomunikasi melalui berbagai macam saluran, secara umum dapat diklasifikasikan (Rogers 1966) sebagai berikut :

1. Media massa, terdiri dari majalah pertanian, surat kabar, siaran pertanian melalui radio dan televisi.

2. Sumber informal terdiri dari tetangga petani/peternak dan teman, kelompok usaha, kelompok profesi dan kelompok sosial.

3. Sumber komersial terdiri dari hubungan petani/peternak dengan pedagang dan dealer, demonstrator dan buletin komersial.

4. Sumber agen pemerintah terdiri dari buletin, pertemuan dan hubungan petani/peternak dengan penyuluh dan ahli.

Sumber informasi yang digunakan melalui sumber informal dan agen pemerintah, seperti hubungan petani/petani dengan penyuluh dan ahli pertanian merupakan kegiatan dari bentuk komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih, baik secara verbal dan nonverbal. Komunikasi interpersonal yang efektif membutuhkan pemahaman terhadap orang lain yang menjadi partner komunikasi. Memahami orang lain adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan perbandingan, khususnya bagi orang yang baru saling mengenal.

Hubungan antar pribadi sangat diperlukan oleh setiap orang yaitu untuk perasaan dan ketergantungan. Perasaan adalah mengacu pada hubungan yang secara emosional berlangsung intensif. Sedangkan ketergantungan adalah mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi seperti membutuhkan pertolongan, memerlukan persetujuan, mencari kedekatan. Komunikasi merupakan sebuah proses sosial di masyarakat, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama. Semakin majunya peradaban dalam masyarakat, semakin banyak tantangan yang dihadapi dalam mengkomunikasikan hal-hal baru yang mungkin masuk dalam sistem sosial masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan pola pikir masyarakat tidak akan bermakna jika tidak disebarluaskan dan dikomunikasikan.

(8)

Frekuensi dan Intensitas pada Komunikasi Interpersonal

Frekuensi dan Intensitas dengan sesama masyarakat dalam hal ini petani padi sawah merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang berupa perilaku tatap muka. Perilaku ini pada dasarnya sudah mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan. Pada situasi komunikasi

interpersonal, proses umpan balik sangat berkaitan dengan selang waktu yang mungkin ada dan mungkin juga tidak ada. Menurut Jahi (1988), pada komunikasi tatap muka, umpan balik umumnya lebih segera. Pada pihak lain, umpan balik memerlukan waktu jika partisipan dalam suatu situasi komunikasi satu sama lain terpisah oleh suatu jarak.

Kontak dengan sesama petani merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang dapat berupa perilaku membicarakan informasi. Perilaku ini pada dasarnya sudah mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan. Pada situasi komunikasi interpersonal, dikenal umpan balik yang bercirikan kedua aspek mencari dan menyampaikan informasi. Proses umpan balik sangat berkaitan dengan selang waktu yang mungkin ada dan mungkin juga tidak ada. Saluran komunikasi interpersonal yang disampaikan secara tatap muka memiliki beberapa keunggulan, antara lain: (1) bersifat langsung, pribadi dan manusiawi, (2) teknik penyampaian fleksibel dan lebih rinci, (3) keterlibatan khayalak tinggi, (4) umpan balik dapat langsung diperoleh sehingga tingkat pemahaman pesan akan lebih tinggi. Sebaliknya, keterbatasan media interpersonal adalah keterbatasan cakupan khalayak (DeVito 2001).

Intensitas komunikasi merupakan aktivitas dalam mencari atau menerima informasi melalui kontak dengan petugas. Hal ini penting untuk diketahui karena berhubungan dengan jumlah pencarian informasi oleh khalayak. Menurut Rogers (2003) petugas pemberi informasi/penyuluh menyediakan mata rantai komunikasi antara sistem sumberdaya (umumnya disebut agen perubahan) dan sistem klien.

Seseorang untuk meyakinkan informasi yang diperolehnya, akan melakukan kontak interpersonal dengan tokoh masyarakat maupun agen pembaharu/ pembangunan (agent of change). Pada tahap ini petani memerlukan pendapat dan nasehat dari orang yang dipercayainya. Sastropoetro (1988) mengemukakan bahwa, kepemimpinan tokoh masyarakat sekitarnya atau orang yang memiliki

(9)

kompetensi teknis dapat memberikan fungsi legitimasi terhadap keputusan yang akan dibuatnya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Rogers (2003) bahwa seseorang lebih cepat mengadopsi inovasi, apabila ia lebih banyak melakukan kontak interpersonal dengan agen pembaharu dan tokoh masyarakat.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor perilaku komunikasi petani dalam hal ini komunikasi interpersonal merupakan suatu keterbukaan terhadap hubungan interpersonal yang meliputi: kegiatan mencari informasi mengenai cara bercocok tanam padi sawah, melalui hubungan dengan tokoh masyarakat, petani dalam kelompok, antar petani dan hubungan dengan pihak luar kelompok seperti dengan petugas pemerintah/penyuluh, peneliti, LSM, konsultan.

Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakkannya untuk secara aktif melakukan pencarian informasi sampai dengan perolehan informasi dan juga memberikan berbagai informasi yang dimilikinya yang berkaitan dengan kebutuhan akan informasi tersebut. Hal ini sependapat dengan Soekanto (2001) yang menjelaskan bahwa arti penting komunikasi dapat memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap) dan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, selanjutnya orang tersebut memberikan reaksi terhadap perasaan tersebut. Hasil penelitian Saleh (1988), menggambarkan bahwa perilaku komunikasi interpersonal pemuka tani DAS Citanduy, menunjukkan kecenderungan menghubungi atau bertanya kepada Pembina (penyuluh, tokoh LSM) bila mereka menghadapi permasalahan. Perilaku menyebarkan informasi yang diperoleh dari saluran interpersonal dan media massa dilakukan ketika bertemu dengan teman yang berminat.

Keterdedahan dengan Pembina ini penting diketahui, karena terkait dengan aktivitas pencarian maupun penyampaian informasi oleh anggota kelompok. Kontak dengan Pembina di sini dimaksudkan sebagai interaksi antar atau dengan anggota orang lain yang mempunyai keterkaitan pembinaan dengan anggota yang bersangkutan, seperti penyuluh pertanian. Menurut Soekanto (2001), kontak merupakan tahap awal dari terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok maupun antara individu dan kelompok, yang hanya mungkin terjadi

(10)

apabila dipenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi.

Frekuensi berhubungan dengan agen pembaharu, dalam hal ini petani berhubungan erat dengan tingkat penerapan suatu inovasi. Semakin sering petani berhubungan dengan agen pembaharu, semakin banyak informasi yang dapat dihimpun oleh petani, sehingga menyebabkan terjadinya penguatan dalam dirinya dan melahirkan motivasi untuk mencoba melaksanakan inovasi tersebut. Soekartawi (2005) mengatakan bahwa sumber informasi sangat berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau informan lainnya. Proses penyebaran informasi pertanian menurut Lionberger dan Gwin (1982) melalui empat tahap, yaitu melalui penelitian, pengujian lokal, penyebaran informasi dan bimbingan kepada petani atau peternak.

Dalam perkembangan pemanfaatan ilmu komunikasi, telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Kemajuan teknologi dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antar perorangan maupun antar kelompok menjadi faktor penting untuk keberhasilan penyampaian informasi dalam komunikasi. Pengkomunikasian teknologi ini dapat dikatakan berhasil apabila ada persamaan makna pada petani dan sumber informasi.

Diakui oleh para ahli bahwa komunikasi akan efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif apabila dilakukan dengan tatap muka, karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator. Dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung seketika karena komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu. DeVito (2001) mengatakan bahwa tujuan dasar komunikasi antar manusia ialah mengenal diri sendiri dan orang lain serta membina hubungan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

(11)

Komunikasi dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Menurut Effendy (2004), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam situasi interaksi atau dialogis, dimana masing-masing memerankan diri sebagai penyampai pesan dan penerima pesan secara bergantian. Biasanya komunikasi interpersonal dilakukan oleh pribadi-pribadi, dan pribadi-pribadi inilah yang menjadi asal, sumber pesan dan sumber umpan balik. Dengan demikian, kepribadian orang juga sangat menentukan kelancaran dan keberhasilan komunikasi interpersonal. Sikap terhadap orang yang berkomunikasi dan sikap terhadap diri sendiri merupakan komponen utama dalam mempengaruhi mutu komunikasi interpersonal.

Kemajuan petani pada masa depan tergantung pada tersedianya informasi teknologi dalam jumlah yang mencukupi. Jadi pembangunan pertanian memerlukan adanya dukungan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif tidak hanya memberikan perintah atau sekedar menyampaikan pengetahuan, tetapi mampu menimbulkan pemahaman dan dapat membantu orang menggunakan pengetahuan itu. Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal, karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku.

Dengan demikian komunikasi interpersonal menunjukkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial. Fungsi terakhir yang dilakukan oleh komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif.

(12)

Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik individu pada dasarnya adalah karakteristik personal. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem hormonal. Menurut Sampson (Rakhmat 2005) faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif (intelektual) yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, aspek konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan aspek afektif (faktor emosional). Mendalami karakteristik individu petani padi sawah, maka akan dapat mengetahui perilaku petani dalam cara bercocok tanam padi sawah.

Tanggapan petani dalam memanfaatkan media sebagai sumber informasi, maka dilihat dari karakteristik merupakan salah satu faktor yang paling penting. Karakteristik ini dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, perilaku, psikografis dan geografis. Demografis merupakan salah satu peubah yang sering digunakan untuk melihat kemampuan berkomunikasi seseorang dan juga kemampuan untuk memilih media. Karakteristik petani akan sangat menentukan tingkat pemahaman petani terhadap informasi-informasi pertanian. Karakteristik petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, pendapatan dan luas lahan.

Menurut Lionberger dan Gwin (1982), karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi; umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologinya. Hasil penelitian Wardhani (1994) menunjukkan bahwa karakteristik demografis berhubungan dengan sumber-sumber informasi tentang ayam buras. Faktor–faktor tersebut merupakan perilaku dan dapat dikembangkan dalam proses sebagai upaya untuk pengembangan usaha.

Berdasarkan tinjauan di atas, karakteristik individu merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang berhubungan dengan tingkah laku dan semua aspek kehidupan lingkungan sosialnya dan perilaku dalam cara bercocok tanam padi sawah. Karakteristik petani menentukan pemahaman petani terhadap informasi-informasi pertanian yang diterimanya.

(13)

U m u r

Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus terjadi. Umur mengambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman perilakunya berdasarkan usia yang dimiliki (Halim 1992). Umur produktif untuk bekerja di Negara-negara berkembang umumnya adalah 15 – 55 Tahun. Kemampuan kerja seorang petani juga sangat dipengaruhi oleh tingkat umur petani tersebut, karena kemampuan kerja produktif akan terus menurun dengan semakin lanjutnya usia petani. Umur akan sejalan dengan pengalaman dan pengetahuan sesuai dengan pertumbuhannya secara alamiah.

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan keadaannya sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dibanding dengan petani yang berumur tua, petani muda juga lebih mudah untuk menerima hal-hal yang dianjurkan penyuluh. Hal ini disebabkan karena petani yang berumur muda umumnya lebih dinamis serta berani menanggung resiko yang mungkin timbul.

Umur dapat dipakai sebagai indeks perkembangan komponen yang penting dalam perkembangan manusia. Perbedaan umur antar kelompok dapat menunjukkan faktor kedewasaan (Salkind 1985). Namun demikian Lionberger (1960) melaporkan bahwa semakin tua petani, biasanya semakin lambat mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat.

Umur petani turut menentukan kecepatan dalam menyerap teknologi, menurut Feaster diacu dalam Akib (2002) ada suatu kecenderungan bahwa perbedaan umur akan menyebabkan terjadinya perbedaan sikap terhadap inovasi. Sementara menurut Rakhmat (2005) kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda. Kemampuan mental tumbuh lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan pubertas dan agak lambat sampai awal dua puluhan serta merosot perlahan-lahan sampai tahun-tahun terakhir.

Berdasarkan perbedaan kemampuan mental dan pengalaman yang dimiliki seseorang dikaitkan dengan umurnya serta hasil penelitian sebelumnya, perilaku seseorang juga akan berbeda sesuai dengan umur yang dimilikinya.

(14)

Pendidikan

Pendidikan yang ditempuh seseorang baik secara formal dan nonformal akan sangat mempengaruhi perilakunya baik pengetahuan, sikap dan tindakan. Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat dijadikan sebagai cara untuk dapat membawa ke arah perubahan. Pendidikan juga merupakan tingkat intelegensia yang berhubungan dengan daya pikir. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin luas ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan cara berpikir yang lebih baik. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif dan bobot atau derajat ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pendidikan merupakan usaha mengadakan perubahan perilaku berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman-pengalaman yang sudah diakui dan direstui oleh masyarakat. Suwandi diacu dalam Jarmie (1994) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku seseorang untuk menjadi seperti yang dikehendaki oleh pendidikan itu.

Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin luas ilmu pengetahuannya, semakin efisien dia bekerja dan semakin banyak juga mengikuti serta mengetahui cara-cara berusahatani yang lebih produktif dan menguntungkan sehingga menimbulkan cara berpikir yang lebih baik.

Gonzales diacu dalam Jahi (1988) merangkum pendapat beberapa ilmuwan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis sumber informasi dan lebih terbuka terhadap media massa. Wardhani (1994) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan, baik formal maupun nonformal berhubungan nyata dengan pemanfaatan sumber informasi.

Salam (1997) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Berdasarkan penyelenggaraannya pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

(15)

Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indera. Pikiran dan perasaan, bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh penyebab masa lalu (Rakhmat 2005). Seseorang yang bekerja dalam bidang tertentu pada waktu relatif lama akan semakin banyak memperoleh pengalaman. Pengalaman berupa keahlian yang dibarengi dengan lebih banyak belajar (membaca), maka pengetahuan yang diperoleh akan semakin tinggi dan hal ini akan meningkatkan kepekaan dalam menyerap sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.

Pengalaman adalah akumulasi dari proses belajar-mengajar yang dialami oleh seseorang (Gagne diacu dalam Mislini 2006). Kecenderungan seseorang untuk berbuat, tergantung dari pengalamannya, karena menentukan minat dan kebutuhan yang dirasakan. Hasil penelitian Murtiyeni (2002) ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat pengalaman dan status peternak sapi perah, maka semakin tinggi pula respons peternak pada saluran interpersonal.

Pengalaman seorang petani secara tidak langsung berpengaruh pada proses pengambilan keputusan. Petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama cenderung sangat selektif dalam proses pengambilan keputusan (Mardikanto 1993).

Pendapatan

Dalam setiap aktivitas kehidupan ekonomi seseorang selalu berusaha untuk meningkatkan dan memaksimalkan perolehan pendapatan dari aktivitas produksi yang dijalaninya. Demikian pula dengan petani, akan senantiasa berupaya memaksimalkan pendapatannya.

Hasil penelitian Wardhani (1994) mengatakan bahwa pendapatan berhubungan dengan pengadaan dan pemanfaatan sumber informasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Soekartawi (2005) yang menyatakan bahwa petani yang berpenghasilan rendah, lambat untuk melakukan difusi inovasi, sebaliknya petani yang berpenghasilan tinggi mampu untuk melakukan percobaan dan perubahan. Sebaliknya Purnaningsih (1999) menemukan bahwa tingkat

(16)

pendapatan petani sayur tidak berhubungan nyata dengan pemanfaatan sumber informasi. Perbedaan tingkat pendapatan di antara petani tidak menimbulkan perbedaan dalam pemanfaatan sumber informasi.

Usaha padi sawah merupakan sumber pendapatan dan sekaligus sebagai tabungan yang dapat digunakan jika diperlukan. Tujuan usaha padi sawah, di antaranya menambah pendapatan bagi petani penerimaan usahatani keseluruhan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi sawah, yaitu (1) skala kepemilikan tanah, (2) kombinasi cabang usaha, (3) umur dan pengetahuan petani, (4) efisiensi usaha (Lenggu diacu dalam Ramdhani 2002)

Luas lahan

Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian. Lahan merupakan media untuk melakukan kegiatan produksi usaha tani. Lahan adalah sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan sangat penting dalam berbagai segi kehidupan manusia, khususnya petani (Mosher 1990). Menurut Fadholi (1989) lahan digunakan sebagai ukuran untuk melihat besar kecilnya usahatani.

Luas lahan merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dari suatu kegiatan usahatani. Semakin besarnya luas lahan, maka semakin banyak frekuensi hubungan yang dapat dibuat oleh seorang individu dengan pihak-pihak sumber informasi, untuk meningkatkan kegiatan usahataninya. Hal ini juga dikatakan oleh Salkin (1985), bahwa luas lahan garapan mempengaruhi kecepatan petani dalam menerima suatu inovasi.

Luas lahan merupakan aset yang dimiliki petani dapat mempengaruhi produksi total yang dihasilkan dan akhirnya juga akan mempengaruhi terhadap total pendapatan yang diterima petani. Tanah selalu mempunyai konotasi erat dengan pertanian. Dalam pembangunan yang terus meningkat di luar sektor pertanian seperti sektor industri, perumahan, perkantoran, prasarana umum telah ikut mempersempit ketersediaan dari lahan pertanian. Sempitnya luas lahan usahatani, apabila ditambah kualitas tanah yang kurang baik akan membatasi petani dalam membuat rencana usahatani yang lebih matang dan juga beban petani dalam mengelola usahataninya ke arah yang lebih baik.

(17)

Perilaku Petani

Perilaku dalam ilmu psikologi merupakan hasil interaksi antara individu, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu dengan psikologinya, faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (Rakhmat 2007).

Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus yang sering menimpanya dan respons terhadap stimulus tersebut berupa verbal maupun non verbal. Soedjarwo (1993) menunjukkan beberapa karakteristik perilaku yang selalu melekat pada diri seseorang atas lima hal, yaitu:

1) Arah perilaku akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak, apakah menggunakan atau tidak menggunakan, apakah memanfaatkan atau tidak memanfatkan suatu obyek. Seorang yang mempunyai perilaku mendukung suatu obyek mempunyai sikap positif terhadap obyek tersebut.

2) Intensitas atau kekuatan perilaku pada setiap orang belum tentu sama. Dua orang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek mungkin tidak sama perilakunya, yaitu ada yang berperilaku positif dan berperilaku negatif. 3) Keluasan perilaku menunjukkan luasnya cakupan aspek obyek perilaku yang

disetujui atau tidak disetujui seseorang.

4) Konsistensi perilaku ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan perilaku yang dikemukakan oleh subyek, dengan responsnya terhadap obyek perilaku tersebut. Konsistensi perilaku juga ditunjukkan oleh tidak adanya keseimbangan dalam perbuatan seseorang, sekali waktu berperilaku setuju dan waktu yang lain berperilaku tidak mendukung objek tersebut.

5) Spontanitas yaitu sejauh mana kesiapan subyek untuk menyatakan perilakunya secara spontan. Suatu perilaku mempunyai spontanitas yang tinggi apabila perbuatannya itu tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subjek menyatakan perilakunya.

Perilaku merupakan pencerminan-pencerminan yang ditampakkan oleh seseorang sebagai hasil interaksi dari sifat-sifat genetis dan lingkungannya. Perilaku berkaitan kemampuan fisik maupun nonfisik. Kecakapan memahami sesuatu masalah, toleransi, kemampuan mempertimbangkan sesuatu dan

(18)

keterampilan menggerakkan otot-otot tubuh merupakan unsur perilaku. Perilaku dapat diamati oleh orang lain, dapat didengar, dilihat atau dirasakan oleh orang lain. Secara singkat perilaku adalah keseluruhan tindakan seseorang yang dapat diamati oleh orang lain.

Petani adalah mahkluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain untuk mendapatkan informasi guna meningkatkan kegiatan usahatani yang diusahakannya. Komunikasi dapat menjembatani hubungan antar manusia yang terlibat dalam proses komunikasi.

Menurut para ahli, perilaku individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut pendekatan interaksionis kondisi situasional ”luar” mempengaruhi sikap ”dalam” dan selanjutnya sikap ini mempengaruhi perilaku karakteristik internal, yakni sesuatu yang dimiliki oleh seseorang secara unik, baik yang bersifat fisik maupun psikis (kejiwaan). Faktor ”dalam” yang bersifat fisik terutama adalah otak, hormon, sistem syaraf dan gen; sedang yang bersifat psikis adalah persepsi, kepribadian, mental, intelektual, ego, moral, keyakinan dan motivasi.

Perilaku terbagi dalam tiga aspek yaitu aspek kognisi (cognitive), afeksi (afective) dan konatif (conative). Aspek kognisi adalah pengetahuan petani tentang suatu objek, aspek afeksi adalah sikap petani terhadap suatu objek, dan aspek psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) petani terhadap suatu objek. Kemampuan kerja seseorang petani sangat ditentukan oleh interaksi ketiga aspek perilaku di atas. Penelitian ini dibatasi dengan melihat tentang aspek pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan

Walgito (2002) menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu objek baru selanjutnya menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek itu. Seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang objek tersebut.

Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik atau umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan (Kibler et al. diacu dalam Zahid 1997). Hal itu selaras dengan yang dikemukakan oleh Winkel (1987) bahwa pengetahuan

(19)

merupakan ingatan tentang hal-hal yang pernah dipelajari (fakta, kaidah, prinsip atau metode) dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan ini digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

Menurut Soekanto (2001), pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran seseorang sebagai hasil penggunaan pancaindera. Sementara Supriadi diacu dalam Zahid (1997) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungannya. Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu. Dengan adanya aspek pengetahuan ini, baik yang diperoleh dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain, maka memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala atau dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

Pengetahuan seorang individu dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tingkat mobilitas materi informasi di dalam lingkungannya. Sedangkan sumber pengetahuan individu dapat berasal dari berbagai macam proses belajar baik yang bersifat formal dan nonformal.

Penjelasan-penjelasan di atas menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat sesuatu yang telah dilakukan atau dipelajari. Dalam konteks penelitian yang akan dilakukan adalah ingin melihat bagaimana pengetahuan petani dalam bercocok tanam padi sawah.

Tindakan

Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi, sehingga biasanya efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata (action) yang dilakukan komunikan (Rakhmat 2007). Tindakan tersebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai pada penentuan sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera.

Arif (1995) menjelaskan bahwa perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah

(20)

laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatan. Tindakan yang diambil oleh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan biasanya didasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya, baik dari proses belajar atau pengalaman untuk bertindak maupun secara spontanitas muncul dalam diri seseorang karena termotivasi. Tindakan ini didasarkan pada sikap subyek yang sudah mengetahui atau mengenal obyek yang ditelitinya.

Pola tindakan seseorang bisa saja berbeda satu sama lain, tetapi proses terjadinya adalah mendasar bagi semua individu, yakni dapat terjadi karena disebabkan, digerakkan dan ditujukan pada sasaran (Kast dan Rosenzweig 1995, diacu dalam Suparno 2001). Hal ini berarti bahwa tindakan itu tidak bisa secara spontan dan tanpa tujuan, melainkan harus ada sasaran baik eksplisit maupun implisit.

Sikap sangat menentukan tindakan atau perilaku (behavior) seseorang. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap suatu masalah. Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk tindakan, baik lisan maupun tulisan. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu objek, besar kemungkinan mempunyai niat untuk bertindak atau berperilaku positif juga terhadap objek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap objek tersebut. Adapun sikap positif dan kemauan bertindak adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan didasarkan pada pengetahuan baik dari proses belajar atau pengalaman yang dimiliki oleh orang tersebut untuk bertindak maupun secara spontanitas yang muncul dalam diri seseorang karena termotivasi.

Berdasarkan uraian di atas maka pengetahuan merupakan suatu proses belajar yang dialami seseorang berdasarkan pengalaman terhadap suatu obyek dan kemudian menemukan obyek baru yang sama dengan pengalaman itu dan berusaha untuk mengambil sikap agar mengenal lebih mendalam tentang obyek tersebut selanjutnya melakukan tindakan terhadap obyek itu. Pernyataan-pernyataan di atas memperlihatkan bahwa perilaku individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya dan pengetahuannya.

(21)

Perilaku dalam Bercocok Tanam Padi Sawah

Padi merupakan komoditi yang akan tetap menempati posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Rata-rata kebutuhan Padi meningkat 3,6 ton per tahun sementara tingkat pertumbuhan produksi hanya 2,89% per tahun (Husodo 2004).

Teknologi usahatani padi perlu dikomunikasikan agar dapat digunakan oleh petani. Pengkomunikasian teknologi ini dapat dikatakan berhasil apabila ada persamaan makna pada petani dan sumber informasi. Paket teknologi di bidang pertanian merupakan suatu kesatuan dari beberapa teknologi yang mencakup cara, metoda, sarana dan alat yang digunakan atau tindakan dalam usahatani ke arah yang lebih baik dan menguntungkan.

Setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Seperti dikatakan Hovland di acu dalam Effendy (2004) bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Menurut Walgito (2002) perilaku dalam pengertian yang luas, adalah perilaku yang menampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak menampak (inert behavior). Hal tersebut (aktivitas motorik) termasuk aktivitas emosional dan kognitif. Perilaku yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Selanjutnya perilaku dibedakan menjadi (1) perilaku yang alami (innate behavior), (2) perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami adalah perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan dan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme bersangkutan. Selanjutnya dikatakan bahwa pada manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, dimana sebagian besar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dipelajari melalui proses belajar. Perilaku itu disebabkan oleh instink, karena instink merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan instink akan mengalami perubahan karena pengalaman.

Konsep perilaku menurut Pouson diacu dalam Wardhani (1994) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam psikologi modern, Sikap merupakan mental kesediaan yang terorganisir melalui pengalaman dan mempunyai

(22)

pengaruh atas sesuatu yang dinamis terhadap respons seseorang, obyek dan situasi yang saling berhubungan. Dengan demikian sikap adalah kecenderungan seseorang dalam menjawab atau merespons orang lain, suatu ide atau keadaan dalam cara tertentu.

Bercocok tanam adalah bertani atau bertanam. Bercocok tanam padi sawah adalah bagian dari usahatani padi sawah. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, lahan dan tanaman atau hewan. Manusia menyangkut intern usahatani yang meliputi petani, keluarga petani dan bagaimana petani mengelola usahataninya dalam hal bercocok tanam padi sawah. Lahan menyangkut kondisi fisik dari faktor produksi yang dimiliki dan dikuasai oleh petani. Sedangkan tanaman atau hewan menyangkut proses budidaya dan proses biologi. Timmer diacu dalam Fadholi (1989) menyatakan bahwa ilmu usahatani merupakan penghubung antara ilmu teknik pertanian dan ilmu pertanian sosial dengan senantiasa menyelenggarakan dan memperbaiki keberadaannya di dalam ilmu pertanian. Berarti ada suatu tindakan atau perlakuan dan interaksi yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang mengarah pada suatu perubahan, baik pada perubahan perilaku maupun usaha yang dilakukannya dalam hal ini cara-cara bercocok tanam. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa perilaku usahatani adalah tindakan atau kegiatan seorang petani atau keluarga petani dengan memanfaatkan lahan dan faktor produksi yang ada dengan menggunakan teknik pertanian (cara-cara bercocok tanam atau pembudidayaan) dan teknik pertanian sosial (hubungan yang dapat dibentuk dengan orang lain untuk memperoleh informasi) guna memperbaiki keberadaan usahataninya dalam hal bercocok tanam padi sawah.

Petani di Indonesia umumnya melakukan kegiatan pertanian dengan pola yang sangat sederhana. Pengetahuan dan kemampuan bercocok tanam padi sawah merupakan warisan yang diperoleh dari orang tua atau mengamati petani lain yang lebih maju. Perilaku bercocok tanam padi sawah adalah segenap upaya atau tindakan yang dilakukan petani terhadap usahataninya dalam cara bertanam padi sawah. Perilaku bercocok tanam padi sawah berkaitan erat dengan penerapan teknologi, dimana teknologi tidak hanya bersifat sesuatu yang baru dan berasal dari luar lingkungan petani. Teken (1984) menyatakan bahwa di dalam pertanian

(23)

tradisional teknologi merupakan pengalaman bertahun-tahun seorang petani, sehingga bisa menciptakan cara-cara baru yang lebih baik daripada cara yang dipakai sebelumnya. Di dalam pertanian yang modern teknologi baru itu merupakan “anak” dari ilmu pengetahuan. Ia lahir dari teori-teori dan pemikiran-pemikiran ilmiah dengan melalui serangkaian penelitian dan pengujian, tetapi bisa juga merupakan perpaduan antara tradisional dan modern, yakni teknologi dari pengalaman petani, kemudian disempurnakan melalui pengujian ilmiah, sehingga merupakan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi masyarakat.

Paket teknologi di bidang pertanian merupakan suatu kesatuan dari beberapa teknologi yang mencakup cara, metoda, sarana dan alat yang digunakan atau tindakan dalam usahatani ke arah yang lebih baik dan menguntungkan. Teknologi bercocok tanam padi sawah yang benar yang sesuai dengan anjuran dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan sudah teruji dan berhasil dilaksanakan oleh petani yang sudah maju atau andalan adalah sebagai berikut: Tanaman padi dapat dikembangbiakkan secara langsung, baik dengan benih maupun benih yang disemai menjadi bibit. Budidaya padi sawah umumnya menggunakan bibit yang dipindahtanamkan dari pesemaian. Benih disemai selama 21 – 28 hari, kemudian dicabut dan ditanam di areal yang telah disiapkan. Ciri khusus budidaya padi sawah adalah adanya penggenangan selama pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Oleh sebab itu, tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20 persen (Zaini et al 2002)

a. Penyiapan Lahan

Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari empat minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu dan perataan. Sebelum diolah, lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar tujuh hari. Pada tanah ringan, pengolahan tanah cukup dengan satu kali bajak dan dua kali garu, lalu dilakukan perataan. Pada tanah berat, pengolahan tanah terdiri dari dua kali bajak, dua kali garu, kemudian diratakan. Kedalaman lapisan olah berkisar 15–20 cm. Tujuannya untuk memberikan media pertumbuhan padi yang optimal dan gulma dapat dibenamkan dengan sempurna.

(24)

b. Pemilihan benih

Benih yang digunakan disarankan bersertifikat/berlabel biru. Pada tiap musim tanam perlu adanya pengiliran varietas benih yang digunakan dengan memperhatikan ketahanan terhadap serangan wereng dan tungro. Kebutuhan benih berkisar 20–25 kg/hektar. Sebelum disemai, benih direndam terlebih dahulu dalam larutan air garam (200 g garam per liter air). Benih yang mengambang di buang karena tidak bagus. Benih yang bagus ditiriskan, lalu dicuci dan direndam dengan air bersih selama 24 jam. Air rendaman diganti tiap 12 jam. Perendaman dimaksudkan untuk memecahkan dormansi. Benih kemudian dihamparkan dan dibungkus karung basah selama 24 jam. Bakal lembaga akan muncul berupa bintik putih pada bagian ujungnya. Hal tersebut menunjukkan benih siap untuk disemai.

c. Penyemaian

Lahan penyemaian dibuat bersamaan dengan penyiapan lahan untuk penanaman. Untuk luas tanam satu hektar, dibutuhkan lahan penyemaian seluas 500 m2. Pada lahan pesemaian tersebut dibuat bedengan dengan lebar 1–1,25 m dan panjangnya mengikuti panjang petakan untuk memudahkan penebaran benih. Setelah bedengan diratakan, benih disebarkan merata di atas bedengan. Selanjutnya, disebarkan sedikit sekam sisa penggilingan padi atau jerami di atas benih. Tujuannya untuk melindungi benih dari hujan dan burung. Air dipertahankan tergenang di sekitar bedengan hingga bibit siap dipindahtanamkan. Bibit siap dipindahtanam (transplanting) saat bibit berumur tiga sampai empat minggu atau bibit memiliki minimal empat daun. d. Cara Tanam

Saat penanaman, kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau macak-macak. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 15 cm atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20 cm x 20 cm. Bibit yang ditanam berkisar tiga batang per lubang. Setelah tiga hari penanaman, air dimasukan ke dalam lahan. Adapun penyulaman dapat dilakukan tujuh hari setelah tanam (HST) jika ada bibit yang mati.

(25)

e. Pemupukan

Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan buatan. Pupuk organik yang diberikan dapat berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 2–5 ton/ha. Pupuk organik diberikan saat pembajakan/cangkul pertama. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan pupuk organik dapat mengurangi dosis pupuk buatan hingga setengahnya. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg urea/ha, 75-100 kg SP–36/ha, dan saat menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCI diberikan saat tanam atau pada 14 HST. Jika digunakan pupuk majemuk dengan perbandingan 15-15-15, dosisnya 300 kg/ha. Penggunaan pupuk majemuk menguntungkan karena mengandung beberapa macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk majemuk diberikan setengah dosis saat tanaman berumur 14 HST, sisanya saat menjelang primordia bunga (50 HST). Dosis-dosis pupuk tersebut masih perlu disesuaikan dengan keadaan potensi dan daya dukung tanah setempat.

f. Pemeliharaan Tanaman

Pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan mengatur ketinggian genangan. Ketinggian genangan dalam petakan cukup 2–5 cm. Genangan air yang lebih tinggi akan mengurangi pembentukkan anakan. Prinsip pemberian air adalah memberikan air pada saat yang tepat, jumlah yang cukup, dan kualitas air yang baik, pengairan pada tanah dengan drainase dan ketersediaan airnya dapat diatur sebaiknya diberikan sesuai fase pertumbuhan tanaman. Pada tanah dengan drainase buruk, sebaiknya air dibiarkan tergenang dalam petakan. Jika ketersediaan air kurang mencukupi, pemberian air dapat dilakukan secara berselang (intermitten). Selain pemberian air, pemeliharaan tanah dengan cara pengeringan. Pengeringan pada saat tertentu akan memperbaiki aerasi tanah dan membuat pertumbuhan padi lebih baik.

Pengendalian hama dan penyakit sebagai upaya pemeliharaan tanaman sebaiknya dilaksanakan secara terpadu yang meliputi penggunaan strategi pengendalian dari berbagai komponen yang saling menunjang dengan petunjuk teknis yang ada. Misalnya, pengendalian gulma dengan pengaturan tinggi genangan. Untuk menekan terjadinya ledakan serangan hama dan

(26)

penyakit, penggunaan pestisida sebaiknya direkomendasikan oleh pengamat hama. Kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya, yaitu penyiangan. Waktu penyiangan disesuaikan dengan waktu pemupukan karena petakan sebaiknya bersih dari gulma pada saat pemupukan.

Penilaian perilaku bercocok tanam dalam kegiatan penelitian ini adalah dengan melihat kesempurnaan dan kesesuaian penerapan teknologi anjuran oleh responden dengan yang dianjurkan oleh dinas pertanian maupun petani maju/andalan. Perilaku bercocok tanam padi sawah tersebut meliputi: (1) penyiapan lahan, (2) pemilihan benih, (3) penyemaian, (4) cara tanam, (5) pemupukan dan (6) pemeliharaan tanaman.

Petani merupakan subjek utama yang mengendalikan dan mengelola berbagai proses usahatani sehingga mampu menghasilkan (berproduksi). Petani harus mampu mengambil keputusan terhadap usaha yang dipilih, cabang usaha, pengelolaan, permodalan dan berbagai faktor pendukung lainnya. Petani sebagai anggota masyarakat, memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, mempelajari hal-hal baru dan mengikuti perkembangan yang ada. Hal tersebut akan membentuk karakteristik petani yang berhubungan dengan perilaku mereka dalam berusahatani. Untuk menerapkan teknologi baru, petani harus dapat mengembangkan kemampuannya bila keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan modal dapat diatasi serta sikap petani yang statis tradisional dapat diubah menjadi lebih dinamis. Apabila seseorang akan melakukan pengambilan keputusan terhadap suatu inovasi, biasanya melakukan usaha pencarian informasi lebih banyak, baik dari media massa ataupun dari orang yang berada di sekitar mereka. Melalui informasi yang diperoleh, seseorang akan melakukan saling tukar menukar informasi yang mereka punyai, sehingga hal ini akan menambah penguatan pada diri mereka mengenai informasi tersebut. Kemampuan untuk menentukan sikap menerima atau menolaknya, erat kaitannya dengan karakteristik petani dan situasional serta sifat-sifat teknologi yang dianjurkan. Secara teoritis, keterkaitan berbagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku petani dalam bercocok tanam padi sawah tersaji pada Gambar 1 berikut ini.

(27)

Keefektivan komunikasi : Pemahaman Kesenangan Sikap Hubungan sosial Tindakan Perilaku petani : Pengetahuan Sikap Keterampilan Kualitas sumber informasi dan kemudahan mendapatkan informasi pertanian Kebijakan pemerintahan Kinerja kelembagaan

Bibit, pupuk, dana, modal/uang dan teknologi Sifat-sifat informasi /

inovasi

Peluang pasar Ketersediaan

sarana dan prasarana

Produktivitas meningkat

Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian

Perilaku komunikasi : Frekwensi dan intensitas pada komunikasi Keterdedahan pada media cetak Keterdedahan pada media elektronik individu : Umur Tingkat pendidikan Pengalaman berusahatani Pendapatan Luas Lahan

Gambar

Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa semakin padat media yang digunakan maka pertumbuhan akar akan terganggu dan kurang maksimal (Tarigan et al. BD yang tinggi maka ruang

Penggunaan teknik catat dalam penelitian ini yaitu, dengan mencatat kalimat yang mengandung sentaku no setsuzokushi aruiwa dan soretomo yang terdapat pada novel Norwei no

Dengan membandingkan kedua spektrum inframerah tersebut, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil reaksi dari kedua pereaksi baik diazometana maupun pereaksi BF

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan

53.685.000,00 Praktek klinik asuhan keperawatan Gawat Darurat..

Dalam penyediaan informasi dimaksud, Bank Indonesia, di samping memanfaatkan (dengan cara mengolah) data dan hasil Survei berbagai pihak, juga akan melakukan Survei secara

Pada tahap sintesa karbon Graphene dan CNT dengan struktur mikroporous dilakukan dengan mengalirkan gas oksidan (udara) terkompresi yang bertujuan untuk

PF Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama