• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU

PALEMBANG SUMATERA SELATAN

IRWANI GUSTINA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU

PALEMBANG SUMATERA SELATAN

IRWANI GUSTINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Sumatera Selatan. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan EVA RACHMAWATI.

Satwa yang terdapat di Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu dan satwa yang liar di alam TWA Punti Kayu. Pengelolaan diperlukan dalam pemanfaatan satwa sebagai obyek wisata, salah satunya yaitu pengelolaan kesejahteraan satwa. Kajian komprehensif terkait dengan pengelolaan satwa dan pengembangan pemanfaatannya sebagai objek wisata sangat diperlukan agar pengembangan pemanfaatan satwa sebagai objek wisata di TWA Punti Kayu sesuai dengan kepentingan perlindungan dan pelestarian satwa, prinsip-prinsip kesejahteraan satwa serta minat dan keinginan pengunjung dan pengelola. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengelolaan kesejahteraan satwa guna memperoleh alternatif strategi pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu.

Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2009. Obyek kajian yang digunakan yaitu satwa, pengunjung, dan pengelola TWA Punti Kayu. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan pengamatan lapang. Metode analisis data terdiri dari analisis pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, analisis persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu, dan analisis SWOT untuk menyusun program pengembangan wisata.

Hasil dari penelitian ini didapatkan empat jenis satwa yang ditemukan secara langsung di alam TWA Punti Kayu. Satwa yang dikoleksi di Taman Satwa Punti Kayu terdiri dari 29 jenis satwa yang tergolong ke dalam 3 kelas yaitu mamalia, burung, dan reptil. Pengelolaan satwa difokuskan pada satwa di Taman Satwa Punti Kayu yaitu dilihat dari pengelolaan pakan, pengelolaan kandang, dan pengelolaan kesehatan. Capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu termasuk dalam kriteria cukup baik dengan nilai rataan 1,6. Tujuan pengunjung datang 52% untuk menikmati keindahan alam, intensitas kedatangan 35% sudah datang ke TWA ini lebih dari tiga kali, alasan berkunjung kembali 54.41% karena tertarik terhadap satwa, kawasan yang disukai 61% adalah taman satwa dan satwa yang paling disukai 27% yaitu beruang madu. Kegiatan wisata di TWA Punti Kayu sudah dikelola dengan cukup baik dilihat dari persepsi pengunjung dengan skor total 11,53. Obyek wisata yang dikelola TWA Punti kayu yaitu hutan tanaman berupa hutan pinus, museum fauna, taman satwa, danau, taman rekreasi, arena outbond, kolam renang, dan panggung hiburan.

Pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu difokuskan pada empat obyek, yaitu taman satwa, taman rekreasi, danau, dan museum fauna. Dari keempat obyek tersebut terdapat lima program wisata yang dapat dikembangkan.

Kata kunci: kesejahteraan satwa, program pengembangan wisata, pengunjung, taman wisata alam, taman satwa.

(4)

Utilization Development as Tourism Object in Punti Kayu Natural Recreational Park, Palembang, South Sumatra. Under Supervision of BURHANUDDIN MASYUD and EVA RACHMAWATI.

The animals in Punti Kayu Natural Recreational Park are divided into two groups; there are animals in the Punti Kayu Animals Park and wild animals in nature Punti Kayu Natural Recreational Park. A comprehensive study on animals welfare management and their utilization development is important in order to get synergic relation among animals utilization development as tourism object to animals protection, animals conservation, animals welfare principals and also to managers and visitors interest. The aim of this study is to understand animals welfare management in order to get alternative strategy in developing animals-based tourism in Punti Kayu Natural Recreational Park.

This study was conducted in Punti Kayu Natural Recreational Park, Palembang, South Sumatra over the past two months, July-August 2009. The objects of study were animals, visitors, and managers Punti Kayu Natural Recreational Park. Data were collected through literature study, interviews and field observations. The data analysis consisted of animals welfare management in the Punti Kayu Animal Park, visitors perceptions to tourism management at Punti Kayu Natural Recreational Park and SWOT analysis to prepare the program of tourism development.

Based on the observation, there were 4 wild animals observed in Pintu Kayu Natural Recreational Park. Animals that were collected at the Punti Kayu Animal Park consist of 29 species that can be classified into 3 classes (mammals, birds, and reptiles). Animal management is focused in Punti Kayu Animal Park that can be seen from the feed, stable, and health managements. Implementation achievement of animal welfare in Punti Kayu Animal Park is categorized in the criteria of moderate with average value of 1.6. Visitors motivation coming to Punti Kayu Natural Recreational Park is mostly to enjoy the natural views (52%). The intensity of arrival shows that 35% of visitors have ever come to Natural Recreational Park more than three times. The reason of revisiting the area is because they were interested to watching the animals (54.41%). Most of visitors (61%) prefer visiting animal park to other spots in whole area of Punti Kayu Natural Recreational Park. Beruang madu is the most wanted animal, 27 % visitors wanted to see this animal. Based on visitors perceptions, tourism activities in Punti Kayu Natural Recreational Park have been managed well with total score 11.53. Tourism objects that have been managed in Punti Kayu Natural Recreational Park are pine plantations forests, fauna museum, animal park, lake, recreational park, outbound arena, swimming pool and entertainment stage.

Animal-based tourism development in the Punti Kayu Natural Recreational Park is focused in four objects; those are animal park, recreational park, lake and fauna museum. In those four tourism objects, at least five tourism programs can be developed.

(5)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kajian

Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan adalah benar-benar hasil karya Saya sendiri dengan bimbingan

dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2010

Irwani Gustina

(6)

Punti Kayu Palembang Sumatera Selatan Nama : Irwani Gustina

NRP : E34050177

Menyetujui,

Pembimbing I,

Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS.

NIP. 19581121 198603 1 003

Pembimbing II,

Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si.

NIP. 19770321 200501 2 003

Mengetahui,

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Ketua

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.

NIP. 19580915 198403 1 003

(7)

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 21 Agustus 1988. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara pasangan M. Teguh, S.H. dan Erlina, S.H.

Riwayat pendidikan penulis adalah TK dan SD Islam Darussalam, SMP Negeri 29 Palembang, SMA Plus Negeri 17 Palembang dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005. Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata sebagai mayor di Fakultas Kehutanan.

Penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, diantaranya penulis bergabung di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan sebagai sekretaris Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) HIMAKOVA. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan pada tahun 2007, Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2007 dan Cagar Alam Gunung Simpang tahun 2008. Penulis juga pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan dan RPH Cemara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Umum Konservasi Eksitu di PT Mega Citrindo dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong, serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau pada tahun 2009.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan

Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penulis dibimbing oleh Dr.

(8)

Alhamdulillaahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak telah membantu memberikan bimbingan, koreksi, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Segenap penghargaan dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Mama dan Papa serta kakak dan adik penulis Irwandi, Irmansyah, dan Irfandi yang tidak pernah berhenti berdo’a dan memberikan kasih sayang, semangat serta dukungan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, doa, motivasi, dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS perwakilan dari Departemen Manajemen Hutan, Dr. Lina Karlinasari, S. Hut, M.ScF.Trop perwakilan dari Departemen Hasil Hutan dan Prof. Dr. Ir. IGK Tapa Darma, M.Sc perwakilan dari Departemen Silvikultur.

4. Seluruh Dosen Fakultas Kehutanan IPB beserta staf administrasi.

5. Segenap pimpinan dan jajarannya instansi BKSDA Sumatera Selatan dan PT. Indosuma Putra Citra.

6. Teman-teman KSHE (Tarsius)’42 tanpa terkecuali, tidak pernah menyesal menjadi bagian dari kalian.

7. Keluarga besar HIMAKOVA atas bantuan, semangat, dukungan serta kebersamaannya beserta adik-adik KSHE 43, 44 dan 45 yang telah memberi doa dan dukungan.

8. Penghuni Andika House 18 yang telah berbagi keceriaan bersama penulis. 9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Kajian Pengelolaan

Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan dari Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengenai kajian pengelolaan kesejahteraan satwa guna memperoleh alternatif strategi pengembangan wisata berbasis satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Mei 2010

(10)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Wisata Alam ... 5

2.2 Taman Satwa ... 5

2.3 Kesejahteraan Satwa ... 6

2.4 Wisata ... 11

2.4.1 Pengertian Wisata ... 11

2.4.2 Pemanfaatan Satwa untuk Wisata ... 12

2.5 Analisis SWOT ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 16

3.2 Alat dan Obyek Penelitian ... 16

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 16

3.3.1 Data Primer ... 16

3.3.2 Data Sekunder ... 18

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.5 Analisis Data ... 21

3.5.1 Analisis Pengelolaan Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 21

(11)

3.5.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Pengelolaan Wisata

di Taman Wisata Alam Punti Kayu ... 21

3.5.3 Analisis SWOT ... 23

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan ... 24

4.2 Kondisi Fisik ... 24

4.2.1 Letak dan Luas ... 24

4.2.2 Topografi ... 25

4.2.3 Iklim dan Hidrologi ... 25

4.2.4 Tanah dan Geologi ... 25

4.2.5 Aksesibilitas ... 26 4.3 Kondisi Biologi ... 26 4.3.1 Keanekaragaman Flora ... 26 4.3.2 Keanekaragaman Fauna ... 26 4.4 Potensi Wisata ... 26 4.5 Organisasi Pengelola ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu ... 29

5.1.1 Keanekaragaman Satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 30

5.1.2 Keanekaragaman Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu 33 5.2 Pengelolaan Satwa ... 34

5.2.1 Pengelolaan Satwa di Habitat Alami Taman Wisata Alam Punti Kayu ... 34

5.2.2 Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 35

5.2.2.1 Aspek Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 35

5.2.2.2 Analisis Kondisi Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 41

5.3 Karakteristik Pengunjung ... 43

5.4 Motivasi dan Persepsi Pengunjung ... 46

5.4.1 Motivasi Pengunjung ... 46

5.4.2 Persepsi Pengunjung ... 48

(12)

5.6 Pengembangan Wisata Berbasis Satwa di Taman Wisata Alam

Punti Kayu ... 52

5.6.1 Identifikasi Faktor-Faktor Internal ... 52

5.6.2 Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal ... 53

5.6.3 Rekomendasi Program Wisata di TWA Punti Kayu ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. The Five Freedoms Satwa menurut the UK’s Farm Animal Welfare

Council (1997) diacu dalam Appleby et al. (2004) ... 10

2. Satwa yang diamati di Taman Satwa Punti Kayu (kandang) ... 17

3. Satwa yang diamati di TWA Punti Kayu (liar di alam) ... 17

4. Pengunjung yang diamati dalam penelitian ... 17

5. Pengelola Taman Satwa dan TWA Punti Kayu yang diamati ... 18

6. Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian ... 19

7. Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu .... 21

8. Penetapan skor dalam analisis persepsi pengunjung ... 22

9. Klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu ... 23

10. Matrik SWOT ... 23

11. Obyek daya tarik wisata di TWA Punti Kayu... 27

12. Daftar jenis satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 30

13. Satwa di Taman Satwa Punti Kayu laporan bulan Agustus 2009 ... 31

14. Perubahan jumlah satwa di Taman Satwa Punti Kayu selama penelitian.. 32

15. Daftar jenis satwaliar di TWA Punti Kayu ... 33

16. Frekuensi dan jenis pakan satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 36

17. Pengelolaan kandang satwa di Taman Satwa Punti Kayu ... 39

18. Persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu ... 49

19. Jumlah pengunjung TWA Punti Kayu dari tahun 2004-2008... 50

20. Matrik SWOT TWA Punti Kayu ... 54

21. Alternatif model promosi berdasarkan target pasar ... 56

22. Obyek wisata yang dikembangkan di TWA Punti Kayu ... 58

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 3

2. Taman Satwa Punti Kayu: (a) gerbang masuk taman satwa (b) kandang (c) orang utan (d) elang bondol (e) buaya muara ... 29

3. Satwa yang ditemukan langsung: (a) monyet (b) biawak ... 33

4. Ketersediaan makanan dan minuman: (a) semua pakan untuk 1 hari (b) wadah minum ... 36

5. Bentuk-bentuk kandang Taman Satwa Punti Kayu: (a) kandang tabung dengan atap kerucut (b) kandang kotak dengan atap segitiga (c) kandang kotak (d) kandang terbuka. ... 37

6. Denah kandang Taman Satwa Punti Kayu ... 38

7. Pemeriksaan kesehatan: (a) obat untuk unggas (b) vaksin flu burung (c) penyuntikan vaksin (d) kegiatan sanitasi kandang (e) kartu vaksin rabies ... 40

8. Capaian implementasi kesejahteraan satwa per prinsip ... 41

9. Umur pengunjung TWA Punti Kayu ... 44

10. Jenis kelamin pengunjung TWA Punti Kayu ... 44

11. Daerah asal pengunjung TWA Punti Kayu ... 44

12. Pekerjaan pengunjung TWA Punti Kayu ... 45

13. Pendidikan terakhir pengunjung TWA Punti Kayu ... 45

14. Pengunjung yang sedang mengamati satwa ... 46

15. Tujuan responden datang ke TWA Punti Kayu ... 46

16. Intensitas responden mengunjungi TWA Punti Kayu ... 47

17. Alasan responden berkunjung kembali ke TWA Punti Kayu ... 47

18. Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu ... 47

19. Obyek satwa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu ... 48

(15)

DAFTAR LAMPIRAN  

No Halaman

1. Penilaian kriteria capaian implementasi kesejahteraan satwa ... 66

2. Rekapitulasi persepsi pengunjung TWA Punti Kayu ... 69

3. Panduan wawancara ... 72

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Undang-Undang No.5 Tahun 1990). Selain itu taman wisata alam juga berfungsi sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam (Rais et al. 2007). Taman Wisata Alam Punti Kayu (TWA Punti Kayu) merupakan salah satu taman wisata alam berlokasi di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang berfungsi sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis satwa yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. TWA ini telah membuat taman satwa sebagai salah satu upaya untuk pengelolaan satwa yang sekaligus dapat digunakan untuk kegiatan wisata. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 menyatakan bahwa taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

Prinsip kesejahteraan satwa menurut Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) yang harus diperhatikan berkenaan dengan pengelolaan satwa yaitu (1) bebas dari rasa haus dan lapar, (2) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (3) bebas dari rasa tidak nyaman, (4) bebas dari rasa takut dan tekanan, dan (5) bebas untuk menampilkan perilaku alami.

Sejalan dengan ketentuan Peraturan Menteri Kehutanan tentang taman satwa dan prinsip kesejahteraan satwa tersebut diatas, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejauh mana praktek pengelolaan satwa yang telah dilakukan di Taman Satwa di TWA Punti Kayu sudah memenuhi ketentuan dan prinsip kesejahteraan satwa. Hal ini penting dikaji karena selain berfungsi sebagai sarana rekreasi, keberadaan taman satwa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari TWA Punti Kayu juga berfungsi sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis satwa yang harus diperhatikan pengelolaannya. Sebagaimana diketahui

(17)

bahwa kegiatan wisata secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada kesejahteraan satwa yang dikelola, baik dari aktivitas pengelola maupun pengunjung.

TWA Punti Kayu juga memiliki potensi satwa yang hidup liar di alam yang dapat dikembangkan pemanfaatannya secara terpadu sebagai obyek wisata yang menarik selain potensi satwa yang dikelola di taman satwa. Untuk itu perlu dikaji potensi keanekaragaman jenis dan penyebarannya, agar dapat dirumuskan pengembangan pemanfaatannya sebagai obyek wisata.

Pengembangan pemanfaatan satwa sebagai obyek wisata di TWA Punti Kayu guna selaras dengan kepentingan perlindungan dan pelestarian satwa serta prinsip-prinsip kesejahteraan satwa di satu sisi serta minat dan keinginan pengunjung maupun pengelola pada sisi yang lain, maka diperlukan suatu kajian yang lebih komprehensif baik yang terkait dengan pengelolaan satwa dan pengembangan pemanfaatannya sebagai obyek wisata.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji berdasarkan latar belakang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi keanekaragaman satwa di TWA Punti Kayu? 2. Bagaimana pengelolaan satwa di TWA Punti Kayu?

3. Bagaimana motivasi dan persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu?

4. Bagaimana pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu?

5. Bagaimana pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu?

1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kegiatan wisata yang dilakukan sudah seharusnya tetap menjaga kelestarian lingkungan alaminya termasuk satwa yang terdapat di dalamnya. Oleh dari itu, dalam pengembangannya dibutuhkan data dan informasi mengenai satwa, pengelola, dan pengunjung. Kerangka pikir ini dapat dituangkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:

(18)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Data dan informasi dalam penelitian ini didapatkan dari tiga obyek yaitu satwa, pengelola, dan pengunjung. Data dan informasi yang didapatkan akan dianalisis menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi sehingga didapatkan pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui potensi keanekaragaman satwa di TWA Punti Kayu. 2. Mengetahui pengelolaan satwa di TWA Punti Kayu.

3. Mengetahui motivasi dan persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu.

4. Mengetahui pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu.

5. Menyusun pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu.

Jenis Kesejahteraan

-Bebas dari lapar dan haus -Bebas dari rasa tidak nyaman -Bebas dari rasa sakit, luka, dan

penyakit

-Bebas untuk menampilkan perilaku alami

-Bebas dari rasa takut dan tekanan

Jenis Persepsi pengelola Motivasi dan persepsi pengunjung Analisis SWOT Pengem wisata di TW Punti K Di Taman Satwa (kandang)

Satwa

Di TWA Punti Kayu (liar di alam)

Penyebaran

bangan A ayu

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pihak pengelola untuk pengoptimalan pemaanfaatan potensi satwa sebagai obyek wisata yang selaras dengan kesejahteraan satwa.

                                             

(20)

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 menyatakan taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

2.2 Taman Satwa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 menyatakan bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

Tujuan pengelolaan taman wisata alam menurut Rais et al. (2007) yaitu terjaminnya potensi kawasan taman wisata alam, kelestarian kondisi lingkungan kawasan wisata alam, optimalnya manfaat taman wisata alam untuk kegiatan wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, budaya, bagi kesejahteraan masyarakat.

Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Undang-Undang No.5 Tahun 1990). Taman wisata alam berfungsi sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam (Rais et

al. 2007).

2.1 Taman Wisata Alam

c. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.

b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian dan potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.

a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik.

TINJAUAN PUSTAKA BAB II

(21)

Kriteria Taman Satwa menurut P.53/Menhut-II/2006 meliputi:

a. Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Species of

Flora Fauna (CITES).

b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar. c. Ketersediaan air dan pakan yang cukup.

d. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan, kandang sapih, kandang peragaan, naungan dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain.

e. Memiliki kantor pengelolaan dan sarana pengelolaan.

f. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat, dan tenaga keamanan.

2.3 Kesejahteraan Satwa

Kesejahteraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) yaitu hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran. Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam. Animal

welfare mengacu pada kualitas hidup satwa, kondisi satwa, dan

perawatan/perlakuan terhadap satwa (Dallas 2006).

Appleby dan Hughes (1997) menyatakan masalah kesejahteraan itu bermacam-macam, karena kesejahteraan bukan sesuatu yang sederhana, dari yang baik sampai buruk, menyangkut banyak aspek yang berbeda. Satu kesimpulan dari perbedaan aspek-aspek tersebut yaitu kebebasan (the Five Freedoms), Farm

Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997)

menyatakan bahwa idealnya satwa harus (1) bebas dari rasa lapar dan haus, (2) bebas dari rasa tidak nyaman, (3) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (4) bebas untuk menampilkan perilaku alami, dan (5) bebas dari rasa takut dan tekanan.

(22)

Duncan dan Fraser diacu dalam Appleby et al. (2004) juga menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk kesejahteraan, penekanan terhadap perasaan seperti kesenangan dan penderitaan (pikiran), penghindaran dari luka dan penyakit (tubuh), dan kemampuan untuk menampilkan perilaku alami (sifat). Duncan dan Frasher (1997) menyatakan lebih lanjut bahwa penilaian mengenai animal welfare tidak pernah bisa obyektif karena merupakan gabungan dari pengetahuan mengenai animal welfare dengan pendekatan penilaian. Ada tiga macam pendekatan dalam menerapkan animal welfare yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan perasaan, pendekatan ini mendefinisikan kesejahteraan satwa dimana satwa sebagai subyek (perasaan dan emosi) dimana pada pendekatan ini menekankan mengurangi perasaan negatif (cekaman, kesakitan, dan lain-lain) dan meningkatkan perasaan positif (nyaman, kesenangan, dan lain-lain). Terkait dengan metode ini termasuk pengukuran utama terhadap motivasi, perilaku, dan psikologi yang merupakan bagian dari perasaan satwa.

b. Pendekatan berdasarkan fungsi, pendekatan ini mengartikan bahwa kesejahteraan satwa adalah terpenuhinya fungsi-fungsi biologis seekor satwa. Banyak yang terkait bahkan kadang bertentangan, pengukuran yang digunakan adalah berdasarkan kesehatan, umur, kesuksesan bereproduksi, dan gangguan pada perilaku dan psikologinya. Pada pendekatan ini banyak perdebatan mengenai hubungan antara fungsi dengan dasar pengukuran dan kesejahteraan satwa.

c. Pendekatan berdasarkan pengekspresian satwa berdasarkan perilaku normal di alam. Penampilan secara penuh perilaku alamiah menyebabkan timbulnya daftar kritikan luas oleh pengkritisi animal welfare, namun pada sebagian orang pendekatan ini mungkin saja dikembangkan.

Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan satwa ada dua macam, yaitu mengusahakan satwa hidup sealami mungkin atau membiarkan satwa hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya (Moss 1992). Menurut Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) kesejahteraan satwa dapat diukur dengan aspek-aspek kebebasan (Five

(23)

a. Bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from hunger and thirst)

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup. Kebebasan dari rasa lapar dan haus ini ditempatkan di urutan pertama karena ini sangat mendasar, primitif, dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat satwa terstimulasi untuk makan. Satwa memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Ukuran kelaparan dapat dibagi ke dalam tiga kategori. Pertama, termasuk di dalamnya masuknya makan, kedua, jumlah rata-rata memakan, dan ketiga, waktu yang dibutuhkan dalam aktivitas pendistribusian makanan. Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur rasa haus adalah proses pengukuran jumlah air yang masuk, jumlah rata-rata meminum, dan waktu yang dibutuhkan dalam pendistribusian minuman (Magnen 1985 diacu dalam Islahuddin 2009). b. Bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort)

Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai pada satwa. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan kandang/ tempat berlindung yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya lantai, tempat tidur, dan sebagainya). Satwa akan merasa nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang nyaman. Kondisi lingkungan yang ekstrim dan penerapan manajemen yang membuat stres mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan satwa. Akibatnya selain metabolisme, satwa yang stres akan memperburuk penampilan (kurus), satwa juga akan lebih rentan terhadap infeksi agen penyakit (Blecha 2000).

c. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit (freedom from pain, injury, and disease)

Sehat pada satwa secara individu secara sangat sederhana dapat didefinisikan negatif sebagai “tidak adanya symptom penyakit” (Ekesbo 1996). Penyakit seringnya diakibatkan oleh kekeliruan manajemen atau sistem yang diberlakukan. Penyakit meliputi malnutrisi, trauma, dan infeksi yang diderita satwa selama satwa dipelihara manusia. Kebebasan

(24)

ini dapat diwujudkan dengan pencegahan, diagnosa yang tepat dan perawatan. Pengetahuan yang cukup atau tersedianya dokter hewan sangat penting (Phillips 2000 diacu dalam Islahuddin 2009).

d. Bebas untuk menampilkan perilaku alami (freedom to express normal behaviour)

Satwa mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masing-masing jenis. Dalam perawatan manusia, satwa mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya tersebut. Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi justru satwa menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan teman bagi satwa dari sejenisnya akan membantu satwa mendapatkan kebebasan menunjukkan perilaku normalnya (Phillips 2000 diacu dalam Islahuddin 2009).

e. Bebas dari rasa takut dan tekanan (freedom from fear and distress) Para peneliti mempunyai takaran tersendiri dalam mengukur tingkat stres, seperti detak jantung dan kadar konsentrasi pada plasma katekolamin dan kortikosteron. Peternak harus memastikan satwanya terbebas dari penderitaan mental akibat kondisi sekitar, perlakuan, dan manajemen. Untuk dapat bertahan seekor satwa harus mampu menyesuaikan diri dan mengatasi tantangan alam (Cook 2000). Respon terhadap tantangan alam ini salah satu wujudnya adalah stres. Stres selalu hadir, dan tanpa kehadiran stres berarti kematian (Wolfle 2000). Rangsangan yang memicu stres disebut dengan istilah stressor. Stres berbeda dari distres, distres adalah stres yang buruk, sementara stres tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kesejahteraan satwa. Istilah eustres digunakan untuk keadaan oleh stressor yang menyenangkan, misalnya saat bermain dengan kawannya (Lay 2000).

Moberg (2000) menyatakan stres berpengaruh terhadap kesejahteraan satwa tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat stres tersebut. Meskipun akomodasi atas stres mungkin terjadi, namun jika tidak maka stres dapat berakibat kematian. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat satwa harus beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat

(25)

satwa mempunyai respon yang lemah bahkan terhadap rangsangan normal sehari-hari (Duncan dan Fraser 1997).

Rasa takut merupakan emosi primer yang dimiliki satwa yang mengatur respon mereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut dianggap sebagai stres yang merusak satwa (Jones 1997 diacu dalam Islahuddin 2009). Rasa takut yang berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi kesejahteraan satwa. Cheeke (2004) diacu dalam Islahuddin (2009) menitikberatkan pada teknik manajemen satwa yang mengurangi atau menghilangkan stres sebagai komponen penting dari animal welfare. Prinsip kesejahteraan satwa yang telah diuraikan diatas, untuk singkatnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang sekaligus merupakan batasan kesejahteraan satwa yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 The Five Freedoms Satwa menurut the UK’s Farm Animal Welfare

Council (1997) diacu dalam Appleby et al. (2004)

No Prinsip kesejahteraan satwa Deskripsi

1. Bebas dari rasa lapar dan haus Dengan tersedianya air bersih dan makanan untuk mendapatkan kekuatan penuh

2. Bebas dari rasa tidak nyaman Dengan tersedianya lingkungan yang cocok, termasuk tempat berlindung dan tempat beristirahat yang nyaman

3. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit Dengan pencegahan atau diagnosa yang tepat dan pengobatan

4. Bebas untuk menampilkan perilaku alami Dengan tersedianya ruang yang cukup, fasilitas yang tepat, dan interaksi dengan jenisnya sendiri

5. Bebas dari rasa takut dan tekanan Dengan menjamin kondisi dan perlakuan dengan menghindari tekanan mental

Di Indonesia kesejahteraan satwa diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada Pasal 1 dikatakan bahwa yang dimaksud kesejahteraan hewan ialah usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar. Tercantum juga dalam hal pemeliharaan hewan pada Pasal 22 yang menyatakan untuk kepentingan kesejahteraan hewan, maka dengan peraturan pemerintah ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang: a) tempat dan perlindungan, b) pemeliharaan dan perawatan, c) pengangkutan, d) penggunaan dan pemanfaatan, e) cara pemotongan dan pembunuhan, f) perlakuan dan pengayoman yang wajar oleh manusia terhadap

(26)

hewan. Pada saat ini undang-undang sedang direvisi dan muatan tentang kesejahteraan hewan disempurnakan sesuai dengan perkembangan masa kini.

2.4 Wisata

2.4.1 Pengertian Wisata

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang semakin mengglobal (Pendit 2002). UU ini mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

h. Menteri Pariwisata adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan.

Pariwisata merupakan suatu gejala yang menggambarkan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau melalui batas negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini menimbulkan terjadinya interaksi

(27)

dan hubungan, persepsi, motivasi, tekanan, kepuasan, dan lain-lain antar pribadi atau antar kelompok (Wahab 1992).

Goeldner et al. (2000) menyatakan wisata adalah perpaduan dari kegiatan, pelayanan, dan industri yang memberikan sebuah pengalaman perjalanan mulai dari transportasi, akomodasi, makan dan minum, berbelanja, hiburan, fasilitas kegiatan, dan pelayanan lainnya yang tersedia untuk individu atau rombongan yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal mereka.

Avenzora (2008) menyatakan wisata merupakan kombinasi berbagai komponen dan aspek pengetahuan yang harus diintegrasikan dalam suatu kesatuan dinamika. Diterangkan lebih lanjut bahwa untuk memudahkan mempelajari wisata maka dapat dilakukan penyederhanaan dengan mengenali determinan yang sangat signifikan mempengaruhi berbagai aspek dalam wisata yaitu ruang dan waktu.

Wisata menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

2.4.2 Pemanfaatan Satwa untuk Wisata

Strategi konservasi yang telah dikembangkan dalam penanganan hidupan liar, menurut Semiadi (2007) dapat dirangkum sebagai berikut yaitu pembentukan kawasan lindung, perlindungan total, olahraga berburu, penangkaran, pengelolaan intensif pada hidupan liar yang memiliki nilai bioprospektif, pemanfaatan hidupan liar di wilayah pengembangan, dan ekowisata.

Ekowisata merupakan konsep yang telah banyak dikembangkan selama 20 tahun terakhir di berbagai negara, dimana memberikan contoh bahwa hidupan liar yang dibiarkan berkembang secara alami lebih berharga dan indah dibandingkan dalam bentuk mati atau jauh dari habitatnya. Kegiatan ini berupa perjalanan dan kunjungan ke wilayah yang masih alami untuk kesenangan, pendidikan dan menghargai keindahan alam (Semiadi 2007).

(28)

Satwa yang hidup liar di alam bebas merupakan pemandangan alam yang indah dan khas serta mempunyai nilai seni yang sangat tinggi (Alikodra 2002). Taman Nasional Nairobi (Afrika), dapat menyuguhkan kehidupan liar diantaranya singa yang sedang memangsa antelope dan sebagainya, Taman Nasional Baluran dengan ratusan ekor rusa dan banteng yang melintas savana. Obyek-obyek rekreasi alam ini dapat dikembangkan secara profesional sehingga dapat menarik minat wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Jika keadaan ini dapat berkembang dengan pesat, berarti kita dapat memanfaatkan potensi keindahan alam secara optimal untuk kepentingan pengembangan sektor pariwisata (Alikodra 2002).

Obyek dan daya tarik wisata (UU No. 9 Tahun 1990) terdiri atas:

a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.

b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreaksi, dan tempat hiburan.

Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam (UU No.9 Tahun 1990) merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya untuk dijadikan sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan potensi seni budaya bangsa untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata yang berintikan kegiatan yang memerlukan pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan ketenteraman masyarakat diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pemanfaatan jenis menurut PP No. 8 Tahun 1990 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar adalah penggunaan sumber daya alam baik tumbuhan maupun satwa liar dan atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan; penangkaran; perburuan;

(29)

perdagangan; peragaan; pertukaran; budidaya tanaman obat-obatan; dan pemeliharaan untuk kesenangan.

Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar bertujuan agar jenis tumbuhan dan satwa liar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan mengendalikan pendayagunaan jenis tumbuhan dan satwa liar atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan keseimbangan ekosistem (PP No.8 Tahun 1990).

Peragaan jenis tumbuhan dan satwa liar berdasarkan PP No.8 Tahun 1990 dapat berupa koleksi hidup atau koleksi mati termasuk bagian-bagiannya serta hasil dari padanya.

1. Peragaan jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilakukan oleh lembaga konservasi dan lembaga-lembaga pendidikan formal.

2. Peragaan yang dilakukan oleh orang atau Badan di luar lembaga sebagaimana dimaksud di atas harus dengan izin menteri.

Perolehan dan penggunaan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi untuk keperluan peragaan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri (PP No.8 Tahun 1990).

1. Lembaga, badan atau orang yang melakukan peragaan tumbuhan dan satwa liar bertanggung jawab atas kesehatan dan keamanan tumbuhan dan satwa liar yang diperagakan.

2. Menteri mengatur standar teknis kesehatan dan keamanan tumbuhan dan satwa liar untuk keperluan peragaan.

2.5 Analisis SWOT

Proses pengambilan keputusan strategis, suatu perusahaan atau organisasi sepatutnya menjalani berbagai evaluasi dan analisis. Rangkaian proses panjang ini dimaksudkan untuk memberikan pilihan alternatif terbaik dalam perkembangan selanjutnya (Rangkuti 2008), begitu juga dengan daerah wisata seperti Taman Wisata Alam Punti Kayu.

SWOT menurut Rangkuti (2008) merupakan singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan

(30)

Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisisis SWOT membandingkan antara

faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats) (Rangkuti 2008).

Alat yang biasa dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan ialah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti 2008).

                               

(31)

Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi tiga bagian, yaitu:

3.3.1 Data Primer

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah secara langsung dari sumbernya oleh pengguna data. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pengguna data, dan data itu telah diolah dan dipublikasikan pihak lain (Kusmayadi 2004).

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Alat yang digunakan adalah peta kawasan, kamera, buku panduan lapang,

tallysheet, panduan wawancara, kuisioner, dan alat tulis menulis. Obyek penelitian

yaitu satwa, pengunjung, dan pengelola TWA Punti Kayu.

3.2 Alat dan Obyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2009.

3.1 Lokasi dan Waktu

3. Pengelola, meliputi data mengenai persepsi pengelola terhadap aspek-aspek pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola Taman Satwa Punti Kayu dan perilaku pengelola terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu (Tabel 5).

2. Pengunjung, meliputi data mengenai motivasi, persepsi, perilaku, dan harapan serta saran pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu (Tabel 4).

1. Satwa, meliputi data satwa yang dikelola di Taman Satwa Punti Kayu dan potensi satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu yaitu satwa yang hidup bebas di alam (Tabel 2-Tabel 3).

METODE PENELITIAN BAB III

(32)

Tabel 2 Satwa yang diamati di Taman Satwa Punti Kayu (kandang) No Jenis Data Metode

Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan

1. Jenis satwa Pengamatan lapang Semua jenis yang terdapat di taman satwa (nama lokal, nama latin, kelas, dan famili)

2. Pengelolaan

pakan Wawancara dan pengamatan lapang a. Frekuensi pemberian makanan b. Waktu pemberian makanan

c. Jenis makanan yang diberikan kepada satwa (buah/sayur/daging)

d. Kondisi makanan

e. Frekuensi pemberian air minum f. Waktu pemberian air minum g. Kondisi air minum

3. Pengelolaan

kandang Wawancara dan pengamatan lapang a. Ketersediaan tempat berlindung/beristirahat b. Bentuk tempat berlindung/beristirahat c. Bentuk kandang

d. Luas kandang e. Jenis lantai kandang f. Jumlah satwa /kandang

g. Fasilitas pendukung (sarang/tempat berkubang) h. Kondisi lingkungan kandang dan sekitarnya 4. Pengelolaan

kesehatan Wawancara dan pengamatan lapang a. Frekuensi pemeriksaan kesehatan b. Tindakan prefentif (sanitasi/vaksinasi) c. Jenis obat

Pengisian kriteria capaian implementasi kesejahteraan satwa dilakukan dengan sistem pengisian tabel evaluasi kesejahteraan satwa yang diterbitkan oleh PKBSI (Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia) diacu dalam Islahuddin (2009) yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pendekatan penilaian berdasarkan ketersediaan fasilitas dan sistem manajemen pengelolaan satwa (Lampiran 1).

Tabel 3 Satwa yang diamati di TWA Punti Kayu (liar di alam) No Jenis Data Metode

Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan

1. Jenis satwa Studi pustaka dan pengamatan lapang

Semua jenis yang terdapat di TWA Punti Kayu (nama lokal, nama latin, kelas, dan famili)

2. Potensi

satwa Studi pustaka dan pengamatan lapang Mencatat titik-titik penyebaran satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu

Tabel 4 Pengunjung yang diamati dalam penelitian No Jenis Data Metode

Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan

1. Karakteristik

pengunjung Kuisioner dan wawancara a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin d. Daerah asal e. Pendidikan terakhir f. Pekerjaan

2. Motivasi

pengunjung Kuisioner dan wawancara a. Tujuan datang ke TWA Punti Kayu b. Intensitas mengunjungi TWA Punti Kayu

(33)

No Jenis Data Metode

Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan

c. Alasan berkunjung kembali ke TWA Punti Kayu

d. Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu

e. Obyek satwa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu

3. Persepsi pengunjung

Kuisioner dan wawancara

a. Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu

b. Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu

c. Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu d. Kepuasan terhadap keberadaan satwa

(jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu

e. Kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu 4. Perilaku

pengunjung Kuisioner, wawancara, dan pengamatan lapang

Perlakuan pengunjung terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu

5. Harapan dan saran

pengunjung Kuisioner dan wawancara Harapan dan saran pengunjung terhadap pengelolaan TWA Punti Kayu

Tabel 5 Pengelola Taman Satwa dan TWA Punti Kayu yang diamati No Jenis Data Metode

Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan

1. Persepsi pengelola Wawancara Persepsi pengelola terhadap aspek-aspek pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola TWA Punti Kayu

2. Perilaku pengelola Wawancara dan

pengamatan lapang Perlakuan pengelola terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data mengenai satwa yang terdapat di alam hasil inventarisasi BKSDA Sumatera Selatan, sarana prasarana wisata, kebijakan-kebijakan pengelola, sejarah pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, dan data pengunjung TWA Punti Kayu serta data dan informasi lain yang menunjang penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1) Studi Pustaka

Studi pustaka bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu dari berbagai sumber seperti dokumen pengelola, buku, laporan, dan lain-lain. Data yang diperoleh dari studi pustaka diverifikasi di

(34)

lapangan. Selain data satwa, juga dikumpulkan data pengunjung tahun-tahun sebelumnya dari dokumen pengelola TWA Punti Kayu.

2) Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui wawancara dan penyebaran kuisioner terhadap pengunjung. Wawancara yang dilakukan meliputi:

a. Wawancara dengan pengelola dilakukan pada BKSDA Sumatera Selatan, manajer pelaksana, dan animal keeper mengenai persepsi pengelola terhadap aspek-aspek pengelolaan kesejahteraan satwa termasuk sumberdaya manusia, pengetahuan, dan kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu.

b. Wawancara dengan pengunjung. Wawancara dengan pengunjung dilakukan dengan cara wawancara terstruktur (Lampiran 3) dan penyebaran kuisioner di taman satwa (Lampiran 4). Jenis kuisioner kombinasi yaitu tertutup dengan skala Likert tetapi juga bertanya alasan dari jawaban pengunjung tersebut. Pengambilan data dan informasi pengunjung dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemampuan biaya dan waktu peneliti (Kusmayadi 2004). Dalam pengambilan sampel responden, pengunjung dikelompokkan berdasarkan strata umur, yaitu: anak-anak (9-14 tahun), remaja (15-24 tahun), dewasa (25-50 tahun) dan tua (> 50 tahun). Jumlah responden pengunjung yang diambil adalah berdasarkan jumlah yang dikehendaki atas kemampuan peneliti, yaitu 100 orang responden (Nasution 2007). Proporsi untuk setiap kelompok umur secara rinci disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori responden, strata umur, persentase sampel dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian

No

Kategori

Responden Strata Umur

Persentase Sampel (%) Jumlah Sampel Pengunjung (orang) 1. Anak-anak 9-14 tahun 35 35 2. Remaja 15-24 tahun 20 20 3. Dewasa 25-50 tahun 35 35 4. Tua > 50 tahun 10 10

(35)

3) Pengamatan Lapang

Pengamatan lapang dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap obyek kajian di lapang atau di lokasi penelitian. Pengamatan yang dilakukan adalah:

a. Pengamatan terhadap pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara langsung pengelolaan satwa yang terdapat di kandang Taman Satwa di Punti Kayu mulai dari pemberian pakan, pembersihan kandang, pemberian obat, dan kegiatan lain yang bersinggungan langsung dengan kesejahteraan satwa tersebut. Kegiatan tersebut dicatat dan didokumentasikan.

b. Pengamatan satwa di alam

Pengamatan satwa di alam TWA Punti Kayu yaitu pengamatan satwa baik itu mamalia, burung, dan herpetofauna yang tersebar di TWA Punti Kayu. Pengamatan dilaksanakan pagi dan sore hari. Pagi dimulai pukul 09.00 (gerbang TWA dibuka) dan sore sekitar pukul 16.00 masing-masing selama kurang lebih satu jam. Pengamatan dilaksanakan setiap hari selama penelitian. Jalur pengamatan mengikuti jalur yang sudah ada untuk pengunjung sampai ke daerah belakang danau. Pengamatan dilakukan dengan berjalan pada kecepatan yang konstan.

Selain itu pengamatan dilakukan terkonsentrasi pada suatu titik yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa tinggi. Misalnya tempat tersedianya pakan, air untuk minum dan sebagainya. Pengamatan dapat dilakukan pada tempat yang tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa. Pengamatan dilaksanakan di danau pada pagi dan sore hari.

c. Pengamatan aktivitas pengunjung

Pengamatan aktivitas yang dilakukan pengunjung selama berada di TWA Punti Kayu dan pengaruhnya terhadap perilaku satwa.

(36)

3.5 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Analisis Pengelolaan Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu

Metode yang digunakan dalam menganalisis pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti yaitu dengan memberikan nilai pada setiap variabel yang ditetapkan. Pada penelitian ini terdapat lima parameter untuk kesejahteraan satwa (prinsip kesejahteraan satwa) yang di dalamnya terdapat berbagai kriteria penilaian kesejahteraan satwa (Lampiran 1). Nilai untuk setiap variabel yaitu Baik= 3, Cukup= 2, dan Buruk= 1. Tabel yang berisi dengan berbagai kriteria penilaian dievaluasi dengan rumus:

Pencapaian implementasi kesejahteraan satwa Jumlah rataan

Prinsip kesejahteraan satwa 5

Hasil perhitungan dengan rumus ini akan didapatkan nilai untuk kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu

No Klasifikasi penilaian Skor

1. Baik 2,5-3,0

2. Cukup 1,5-2,5

3. Buruk 1,0-1,5

3.5.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu

Penilaian persepsi pengunjung dilihat dari penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu, pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu, harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu, kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu, dan kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu.

Penilaian persepsi pengunjung dilakukan dengan cara menjumlahkan total skoring dari persepsi pengunjung. Skoring adalah pemberian skor untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Pada penelitian ini, digunakan skala Likert yang sudah dimodifikasi menjadi tiga skala untuk menentukan skor (Tabel 8). Skala ini hanya menggunakan item yang pasti baik dan pasti buruk (Nazir

(37)

2003). Jadi setiap pertanyaan tersebut diberikan 3 jawaban pilihan yang sesuai dengan inti masalah dalam pertanyaan tersebut. Masing-masing jawaban diberi nilai skor 1 sampai 3.

Tabel 8 Penetapan skor dalam analisis persepsi pengunjung

No Persepsi Skala Skor Definisi Skala

1. Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu

Lengkap Kurang lengkap Tidak lengkap 3 2 1

Apabila di TWA Punti Kayu ini terdapat semua sarana prasarana wisata minimal yang harus ada pada suatu tempat wisata yaitu (1) tempat parkir, (2) pusat informasi, (3) tempat sampah, (4) toilet, (5) kantin, (6) shelter, dan (7) mushala Terdapat 4-6 sarana prasarana

Terdapat < 4 sarana prasarana 2. Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu Memuaskan Kurang memuaskan Tidak memuaskan 3 2 1

Pelayanan pengelola TWA Punti Kayu berupa (1) kecepatan pelayanan, (2) keakuratan data yang diinformasikan, (3) kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan yang dibutuhkan pengunjung Terdapat 2 pelayanan

Terdapat ≤ 1 pelayanan 3. Harga tiket masuk

TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu Murah Sedang Mahal 3 2 1 < Rp. 6.000,- Rp. 6.000,- - Rp.12.000,- > Rp. 12.000,- 4. Kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu Sudah Belum Tidak 3 2 1

Semua harapan pengunjung terpenuhi Sebagian harapan pengunjung terpenuhi Harapan pengunjung tidak terpenuhi

5. Kondisi kesejahteraan

satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu

Sejahtera Kurang sejahtera Tidak sejahtera 3 2 1

Penampakan satwa secara umum sehat dan bebas dari tanda-tanda yang nyata dari adanya luka atau penyakit (tidak adanya telinga, hidung sobek atau jari/lengan/ekor yang hilang), satwa cenderung menjauhi pengunjung, kandang untuk tempat tinggal cukup luas untuk memungkinkan gerakan normal (seperti terbang, lari atau berenang cepat) Terdapat 2 kriteria

Terdapat ≤ 1 kriteria

Nilai akhir menunjukkan klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu. Klasifikasi akhir penilaian dikategorikan menjadi baik, cukup dan buruk pada selang angka tertentu (Tabel 9).

(38)

Tabel 9 Klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu

No Klasifikasi penilaian Skor

1. Baik 13,66-15

2. Cukup 8,33-13,66

3. Buruk 5-8,33

3.5.3 Analisis SWOT

Metode yang digunakan untuk membuat perumusan pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu adalah analisis SWOT. Data penelitian dianalisis dengan pendekatan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman keberadaan TWA Punti Kayu untuk pengembangan wisata di kawasan ini (Tabel 10). Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan alinea yang disajikan secara deskriptif (Rangkuti 2008).

Tabel 10 Matrik SWOT (Rangkuti 2008)

IFAS EFAS STRENGTHS (S) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)

Tentukan faktor-faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang TREATHS (T)

Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghadapi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman                    

(39)

TWA Punti Kayu secara geografis terletak antara 103°11’-103°13’ BT dan 3°11’-3°12’ LS. Lokasi TWA Punti Kayu berbatasan dengan areal dan kawasan sebagai berikut (Sawitry 2004):

4.2.1 Letak dan Luas 4.2 Kondisi Fisik

Pengusahaan pariwisata alam TWA Punti Kayu bertujuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari agar dapat memberikan keuntungan secara ekologi dan ekonomi. Sehingga dapat mendukung program pemerintah di bidang kepariwisataan yaitu meningkatkan pendapatan negara di sektor non migas, membuka kesempatan berusaha dan kesempatan bekerja bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat di sekitar TWA Punti Kayu (PT Indosuma Putra Citra 2009).

Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 57/Kpts-II/1985 tanggal 7 Maret 1985. Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) diberikan kepada PT. Indosuma Putra Citra dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 735/Kpts-II/1999 tanggal 22 September 1999 yang pengelolaanya di bawah Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Selatan. Kemudian kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Punti Kayu berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 9273/Kpts-II/2002 tanggal 7 Oktober 2002. Luas kawasan TWA Punti Kayu yang dikelola oleh PT. Indosuma Putra Citra yaitu 39,9 ha (Sawitry 2004).

4.1 Sejarah Kawasan

b. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk.

a. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Raya Kol. H. Burlian dan tanah milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

KONDISI UMUM LOKASI BAB IV

(40)

c. Sebelah selatan berbatasan dengan tanah Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, dan tanah negara Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

d. Sebelah barat berbatasan dengan daerah rawa- rawa Talang Buruk.

Kawasan ini secara administrasi terletak di dalam wilayah Kecamatan Sukarame, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan seluas 50 ha.

4.2.2 Topografi

Kawasan TWA Punti Kayu bertopografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian antara 3-20 m dpl. Kawasan TWA ini sebagian besar berupa daratan seluas 38,8 ha dan sisanya 11,2 ha berupa rawa tergenang sepanjang tahun (Sawitry 2004).

4.2.3 Iklim dan Hidrologi

Iklim kawasan TWA Punti Kayu menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1952) termasuk ke dalam tipe iklim A dengan dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April-September dan musim penghujan antara bulan Oktober-Maret. Jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 2.350-2.864 mm/tahun. Suhu tertinggi mencapai 34°C dan suhu terendah 28°C, dengan kelembaban udara relatif rata-rata sekitar 68%. Sumber air yang terdapat di TWA Punti Kayu berupa sungai dan sumur. Dua buah sungai dimaksud yaitu Sungai Seluang dan Sungai Kemang. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih diperoleh dari sumur yang kedalaman air tanahnya antara 2-3 m (Sawitry 2004).

4.2.4 Tanah dan Geologi

Jenis tanah di TWA Punti Kayu berdasarkan Peta Tanah Eksploitasi Sumatera Selatan (Lembaga Penelitian Tanah dan Pemupukan) adalah Podsolik Merah Kuning dengan susunan geologi terdiri dari formasi Neogen (Pliosin dan Nisen) berdasarkan Peta Ikhtisar Geologi Sumatera Selatan.

(41)

4.2.5 Aksesibilitas

TWA Punti Kayu merupakan tempat wisata yang mempunyai aksesibilitas yang tinggi karena lokasinya yang terletak di pinggir jalan raya tepatnya di Jl. Raya Kol. H. Burlian. Kawasan ini menghubungkan Kota Palembang ke arah Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sejauh 7 km selama ±15 menit. Fasilitas transportasi angkutan darat yang memadai melalui jalan beraspal dengan kondisi baik (Sihotang 1999).

4.3 Kondisi Biologi

4.3.1 Keanekaragaman Flora

Vegetasi kawasan TWA Punti Kayu 32 ha merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh jenis pinus (Pinus merkusii), mahoni (Swietenia mahagoni), kayu putih (Melaleuca leucadendron), akasia (Acacia auriculiformis), dan Acacia

mangium (Sawitry 2004).

4.3.2 Keanekaragaman Fauna

Keanekaragaman jenis dan populasi satwa yang ada di taman wisata alam ini sangat sedikit, hal ini berkaitan erat dengan keanekaragaman jenis pohon yang sangat terbatas, luas, serta kondisi lingkungan di sekitar TWA Punti Kayu (Sawitry 2004). Jenis fauna yang terdapat di lokasi ini antara lain monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), siamang (Hylobates syndactylus), beruk (Macaca

nemestrina), ular piton (Python spp.), burung raja udang (Halcyon chloris), murai

(Copsychus malabaricus), kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan bubut (Centripus

sinensis) (Sawitry 2004).

4.4 Potensi Wisata

TWA Punti Kayu sebagian besar ditumbuhi pohon pinus yang merupakan hutan tanaman. TWA ini mempunyai beberapa tempat yang dijadikan obyek wisata yaitu Hutan Pinus, Taman Satwa, Taman Rekreasi, Danau, Arena Outbound, Museum Fauna, Kolam Renang, dan Panggung Hiburan. Masing-masing obyek mempunyai karakteristik Masing-masing-Masing-masing sehingga menarik untuk dikunjungi (Tabel 11).

(42)

Tabel 11 Obyek daya tarik wisata di TWA Punti Kayu

No Obyek wisata Deskripsi

1. Hutan tanaman

berupa hutan pinus Kawasan hutan tanaman yang memberikan hawa yang sejuk dan segar serta pemandangan alam yang indah. Selain itu, lokasi hutan pinus sering digunakan untuk foto pra wedding

2. Museum Fauna Museum fauna berisi satwa-satwa yang diawetkan

3. Taman Satwa Taman satwa berisi satwa-satwa baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi. Satwa yang terdapat di taman satwa merupakan satwa titipan dari hasil sitaan BKSDA. Satwa tersebut dimanfaatkan untuk wisata pendidikan kepada masyarakat mengenai satwa

4. Danau Pengunjung bisa menikmati pemandangan alam yang indah serta dapat berekreasi perahu yang telah disediakan pengelola. Lokasi ini juga merupakan tempat yang sering digunakan untuk foto pra wedding

5. Taman Rekreasi Kegiatan yang dapat dilakukan di taman rekreasi ialah bermain komedi putar, kincir, jet putar, dan permainan lainnya. Di lokasi ini pengunjung juga dapat menunggang gajah dan kuda ditemani oleh pawangnya masing-masing

6. Arena Outbound Outbound yang disediakan yaitu flying fox yang dapat dinikmati oleh pengunjung dengan harga terjangkau

7. Kolam Renang Kolam renang yang dapat dikunjungi pengunjung yang mau berenang

8. Panggung Hiburan Panggung hiburan diperuntukkan untuk menghibur pengunjung yang datang ke TWA Punti Kayu. Panggung hiburan ini hanya dibuka pada saat ramai pengunjung yaitu pada hari libur nasional

4.5 Organisasi Pengelola

Struktur organisasi dimaksudkan untuk memberikan fungsi dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan baik secara struktural maupun fungsional Adapun rencana struktural organisasi untuk pengusahaan pariwisata alam di TWA Punti Kayu (Sihotang 1999).

Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab adalah sebagai berikut: 1. Direktur

Bertugas merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tujuan perusahaan.

2. Manajer Pelayanan Umum

Bertugas menangani dan mengkoordinasikan hal-hal yang berhubungan dengan wisatawan, menangani pelayanan serta melakukan perencanaan pemasaran yang berkaitan dengan anggaran dan peningkatan pendapatan serta peningkatan wisatawan.

(43)

3. Manajer Peralatan/ Perlengkapan

Bertugas menangani, mengontrol, dan mengkoordinasikan kebersihan seluruh fasilitas pengelolaan, fasilitas rekreasi, fasilitas penunjang lainnya beserta lingkungannya, mengkoordinasikan dan mengontrol semua urusan yang berhubungan dengan masalah teknis seperti penyediaan air bersih serta mengkoordinasikan masalah personalia.

4. Manajer Keuangan

Bertugas melakukan perencanaan, koordinasi, dan pengendalian yang berkaitan dengan anggaran, sistem, dan prosedur akuntansi serta membuat laporan keuangan secara periodik.

5. Manajer Personalia

Bertugas menangani dan mengontrol seluruh kegiatan petugas lapangan dari seluruh kegiatan pengusahaan.

6. Manajer Keamanan dan Lingkungan

Bertugas melakukan perencanaan, koordinasi dan pengendalian yang berkaitan dengan masalah lingkungan dan keamanan.

Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh TWA Punti Kayu adalah 9 orang di bawah PT. Indosuma Putra Citra. Tenaga kerja tersebut belum termasuk pekerja harian lepas serta tenaga kerja tambahan pada hari minggu dan libur nasional yang biasanya mengalami lonjakan pengunjung. Tenaga kerja harian lepas dan tambahan merupakan penduduk sekitar kawasan yang diberdayakan. Petugas bagian taman satwa (animal keeper) tidak memiliki dasar pendidikan pengelolaan satwa.

(44)

Gambar 2 Taman Satwa Punti Kayu: (a) gerbang masuk taman satwa (b) kandang (c) orang utan (d) elang bondol (e) buaya muara.

(c) (d) (e)

Satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu dan satwa yang liar di alam TWA Punti Kayu. Taman Satwa Punti Kayu merupakan salah satu tempat pemeliharaan sementara satwa-satwa hasil sitaan maupun pemberian secara sukarela oleh masyarakat. Satwa-satwa yang terdapat di taman satwa ini akhirnya dimanfaatkan oleh pengelola untuk meningkatkan daya tarik TWA Punti Kayu. Satwa diletakkan dalam kandang-kandang seperti terlihat pada Gambar 2.

5.1 Potensi Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian.
Tabel 3  Satwa yang diamati di TWA Punti Kayu (liar di alam)
Tabel  5  Pengelola Taman Satwa dan TWA Punti Kayu yang diamati
Tabel 6  Kategori responden, strata umur, persentase sampel dan jumlah  sampel pengunjung untuk penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengajarkan bahwa kekristenan harus terlibat dalam aksi politik, bahkan tindakan kekerasan jikalau itu untuk menciptakan suatu masyarakat yang tidak berkelas, mengingat Yesus

Setelah diperoleh data dari pengguna dan pengelola aplikasi e-SIM. Kemudian dilakukan analisa data dengan statistik deskriptif menggunakan uji kelayakan untuk mengukur

Mey Fatmawati, A210100117 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014. Tujuan dari

Sedangkan dalam aspek penggunaan media pembelajaran guru menggunakan media powerpoint dalam menjelaskan materi pembelajaran sistem persamaan liniear dua variabel

Pengaruh yang positif bagi Pekon Kuala Stabas ini diantaranya sejak adanya destinasi wisata di Pekon ini membuat nama Kampung yang berada di Tengah- tengah

Superskrip menunjukkan bahwa nilai P1 berbeda nyata dengan P0 tapi berbeda tidak nyata dengan P1, P2, P3.Hal ini berarti perlakuan pemberian jinten hitam dalam

Faktor yang mempengaruhi tingkat keanekaragaman adalah kondisi fisika–kimia lingkungan yang mencakup suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan kecepatan angin. Data kondisi