• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

119

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A.

Hasil Penelitian

Dalam Bab ini akan dipaparkan mengenai 6 (enam) kasus

kepailitan terpilih. Pilihan atas keenam kasus tersebut

didasarkan pada adanya pertimbangan hakim mengenai

tanggung jawab Organ Perseroan dalam kasus-kasus tersebut.

Keenam kasus tersebut mewakili kasus-kasus terkait tanggung

jawab Organ Perseroan Terbatas dari tahun 2000 s.d 2011.

Harapannya, analisis mengenai kasus-kasus ini, dapat

menjawab problematika mengenai tanggung jawab Organ

Perseroan. Problematika yang hendak dijawab yaitu mengenai

bagaimana variasi argumen hakim dan memutus kasus-kasus

kepailitan dan bagaimana tanggung jawab Organ Perseroan

dalam keenam kasus kepailitan terkait tanggung jawab Organ

Perseroan, berdasarkan pendekatan rule-based reasoning,

doctrinal based reasoning dan principle based reasoning (vide

Landasan Teori Bab I).

Berikut uraian mengenai keenam kasus tersebut:

1.

Kasus The Hongkong Chinese Bank Ltd. vs PT. Dok &

Perkapalan Kodja Bahari

Kasus The Hongkong Chinese Bank Ltd. vs PT. Dok &

Perkapalan Kodja Bahari memperoleh kekuatan hukum

tetap pada tingkat kasasi. Berikut uraian putusan

(2)

120

terhadap kasus ini pada tingkat pertama dan tingkat

kasasi:

a.

Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat No.32/Pailit/2000/PN. Niaga/Jkt.

Pst

Indikator Uraian

Pemohon Pailit The Hongkong Chinese Bank Ltd

Termohon Pailit PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Tanggal pengajuan

permohonan pailit

16 Mei 2000

Kasus Posisi

Dalil Pemohon Pailit 1. Pemohon adalah kreditor dari Termohon dan Termohon adalah debitor dari Pemohon berdasarkan 4 (empat) lembar Surat Sanggup/Promissory Notes yang diterbitkan Termohon bernomor seri:

a. 089/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 1.000.000 b. 090/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 1.000.000 c. 091/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 1.000.000 d. 092/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 500.000 sehingga seluruhnya berjumlah US$ 3.500.000 (tiga juta lima ratus Dollar Amerika Serikat).

2. Pemohon membeli surat sanggup tersebut secara sah dan dengan itikad baik dari pemegang sebelumnya yaitu Ing Bank N.V. London yang telah ditunjukkan dengan pengalihan secara endorsemen yang tidak terputus-putus, yaitu dari PT. Asia Kapitalindo Finance kepada Ing Bank N.V. London yang telah ditunjukkan dengan pengalihan secara endorsemen yang tidak terputus-putus yaitu dari PT. Asia Kapitalindo Finance kepada Ing Bank N.V. London kepada Pemohon dan telah pula diikuti dengan penyerahan fisik surat sanggup tersebut.

(3)

121

Keabsahan tersebut ditunjukkan pula dengan adanya konfirmasi pembelian serta bukti transfer pembayaran dari Pemohon kepada Ing Bank N.V. London sebagai pemegang sebelumnya.

3. Berdasarkan surat sanggup yang diterbitkannya sendiri, Termohon telah memberikan janji tanpa syarat untuk membayar (unconditional promise to pay) pada saat jatuh waktu kepada pihak yang ditunjuk (aan order) sebagai pelunasan jumlah uang yang terutang oleh Termohon.

4. Termohon sendiri telah menjamin keabsahan seluruh surat sanggup yang diterbitkannya dengan surat verifikasi keaslian surat sanggup dan surat edaran kepada pemegang surat sanggup dan surat edaran kepada pemegang surat sanggup yang dikirim oleh Termohon pada tanggal 15 April 1998 bernomor referensi 268/III/DKB/1998 yang merupakan pengakuan bahwa Termohon tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga Termohon sudah seharusnya dinyatakan pailit.

Jawaban Termohon Pemohon bukan kreditor dari Termohon dan Termohon bukan debitor dari Pemohon

1. Bahwa penerbitan 4 (empat) lembar surat sanggup (promissory note) tersebut adalah cacat hukum dan tidak sah sehingga dengan demikian sama sekali tidak mengikat Termohon karena keempat surat sanggup tersebut diterbitkan oleh Anggota Direksi tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari Komisaris, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Termohon;

2. Bahwa Pasal 11 ayat (3) huruf (a) dan ayat 4 huruf (d) Anggaran Dasar Termohon menyatakan sebagai berikut:

Apabila Direksi menerima atau memberi pinjaman jangka panjang, menengah atau pendek yang bersifat operasional atau melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) haruslah mendapat persetujuan dari Komisaris;

(4)

122

3. Bahwa dengan demikian dalam konteks penerbitan surat-surat sanggup a quo yang kemudian berada di tangan Pemohon telah terjadi suatu kesalahan fatal secara melawan hukum secara melawan hukum yang dilakukan oleh Anggota Direksi, yaitu penyalahgunaan wewenang (misbruik) dari yang seharusnya telah digariskan;

4. Bahwa kesalahan-kesalahan Anggota Direksi tersebut adalah:

a. Bahwa Komisaris belum dan/atau tidak memberikan persetujuan sebagaimana terungkap dalam surat pernyataan No. 08/DK-DKB/VI/1999 tanggal 17 Juni 1999 yang intinya menyatakan:

“Atas penerbitan promissory note (surat sanggup kepada pihak manapun juga, Komisaris yang diangkat berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Keuangan

No.331/KMK.016/1995 jo No.

298/KMK.016/1996 jo. No.

474/KMK.016/1997 tidak membubuhkan tanda tangannya”

Bahwa padahal menurut Pasal 11 ayat (3) huruf (a) dan ayat (4) huruf (d) persetujuan Komisaris tersebut bersifat wajib (imperative)

b. Bahwa sebelumnya Menteri Keuangan (selaku pemegang saham) juga telah melarang untuk menerbitkan commercial paper yang baru, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Menteri Keuangan No. %-90/MK.016/1999 tertanggal 4 Februari 1997

5. Bahwa sebagai akibat dari tidak adanya persetujuan dari Komisaris serta melanggar perintah Menteri Keuangan (pemegang saham) atas penerbitan 4 (empat) lembar surat sanggup (promissory note), maka penerbitan 4 (empat)

(5)

123

lembar surat sanggup (promissory note) adalah cacat hukum dan tidak sah, karena bertentangan dengan Pasal 1320 KUH Perdata (tentang syarat-syarat sahnya perjanjian) khususnya syarat ke-empat yakni sebab yang halal. Bahwa dengan demikian sejak awal terbitnya keempat surat sanggup (promissory note) aquo telah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga konsekuensinya Termohon tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas keempat surat sanggup (promissory note) aquo.

6. Bahwa dengan melanggar ketentuan dalam Anggaran Dasar maka penerbitan 4 (empat) lembar surat sanggup tanpa persetujuan Komisaris tersebut batal demi hukum (null and void), karena salah satu syarat objektif yaitu sebab (causa) yang halal tidak terpenuhi.

Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Pembuktian sederhana (summarily proving)

mengenai adanya

debitor

1. Menimbang, bahwa Termohon menyangkal dan menolak surat sanggup tersebut karena penerbitannya cacat hukum dan tidak sah, sebab diterbitkan oleh Anggota Direksi tanpa sepengetahuan dan sepersetujuan Komisaris Termohon sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Termohon Pasal 11 ayat (3) dan ayat (4) huruf (d) yang menyatakan sebagai berikut:

“Apabila Direksi meminta atau memberi pinjaman jangka panjang atau pendek yang bersifat operasional atau melebihi jumlah saham tertentu yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham haruslah mendapat persetujuan dari Komisaris”

2. Bahwa disamping itu penerbitan surat sanggup tersebut juga melanggar surat Menteri Keuangan No. S-80/MK.16/1997 tanggal 04 Februari tentang Penerbitan Commercial Paper PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari yang isinya:

(6)

124

agar Saudara tidak menerbitkan commercial paper yang baru.

b. Untuk penerbitan-penerbitan commercial paper selanjutnya kami minta agar Saudara melaporkan dan mendapatkan ijin terlebih dahulu dari kami selaku pemegang saham. 3. Menurut pertimbangan hakim, dengan adanya

fakta di atas maka utang yang timbul dari penerbitan 4 (empat) lembar surat sanggup tersebut masih menjadi permasalahan dan belum bersifat pasti sehingga untuk menentukan keabsahannya

memerlukan proses pembuktian yang tidak sederhana lagi sebagaimana ditentukan dalam

dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998 sebab untuk menyatakan sah tidaknya surat sanggup itu Termohon harus melalui pembuktian yang lengkap dan melibatkan banyak pihak. Proses pembuktian yang rumit dan melibatkan banyak pihak tersebut prosesnya melalui acara perdata biasa di Persidangan Peradilan Umum (Pengadilan Negeri). Pembuktian sederhana

(summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih

Selain kepada Pemohon, Termohon juga berutang terhadap:

1. Cho Hung Leasing & Finance (H.K) sebesar Rp. US$ 2.271.500 (dua juta dua ratus tujuh puluh satu ribu lima ratus Dollar Amerika Serikat) 2. Ing Bank N.V. London sebesar Rp.

9.000.000.000,- (sembilan milyar Rupiah) dan US$ 5.407.250 (lima juta empat ratus tujuh ribu dua ratus lima puluh rupiah).

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

Berdasarkan surat sanggup, kewajiban Termohon untuk membayar utangnya kepada Pemohon telah jatuh waktu pada tanggal 16 Januari 1998.

Pemohon telah melakukan pengunjukkan surat sanggup tersebut kepada Termohon sekaligus untuk dimintakan pembayaran pada tanggal jatuh waktunya yaitu 16 Januari 1998 sebagaimana terbukti dari surat pengunjukkan dan permintaan pembayaran (redemption) tertanggal 14 Januari 1998. Namun

(7)

125

Termohon tetap tidak membayar surat sanggup tersebut walaupun kewajiban Termohon berdasarkan surat sanggup tersebut telah menjadi jatuh waktu dan dapat ditagih.

Putusan Menolak permohonan pernyataan pailit Pemohon; Membebankan biaya perkara yang timbul kepada Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah) Tanggal pembacaan

putusan

14 Juni 2000

b. Tingkat kasasi: Putusan Mahkamah Agung No. 21

K/N/2000

Indikator Uraian

Pemohon Kasasi The Hongkong Chinese Bank Ltd

Termohon Kasasi PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Keberatan Pemohon

Kasasi dalam Memori Kasasi

A. Judex Factie telah salah dalam menerapkan hukum tentang Perseroan Terbatas (mengingat obyek dalam permohonan pailit ini adalah PT bukan perorangan).

1. Bahwa judex factie sendiri telah menemukan fakta-fakta yang terbukti secara sederhana (sumir) yang dimuat dalam pertimbangan 34 aliner ke 3:

“Menimbang bahwa dari bukti-bukti Pemohon dan Termohon yang berkaitan tersebut di atas, Majelis menemukan fakta-fakta yang pokoknya sebagai berikut:

Bahwa bukti P-1 terdiri dari 4 (empat) lembar surat sanggup (promissory note) yang diterbitkan oleh Termohon ditandatangani oleh Drs. Akhmal Wahid, Direktur Utama dan Drs. Muchlis Hamid, MBA, pada tanggal 16 Juli 1997”.

2. Sehingga jelas bahwa penerbitan surat sanggup dilakukan oleh Anggota Direksi Termohon yang berwenang mewakili Perseroan di dalam maupun

(8)

126

di luar pengadilan dan Pemohon sebagai kreditor pemegang surat sanggup yang telah memberikan pinjaman kepada Termohon yang tidak dapat dirugikan dengan bantahan ketiadaan (quad non) persetujuan Komisaris tersebut. Hal ini hanya permasalahan internal yang diberitahukan kepada para kreditor setelah utang jatuh tempo dan dapat ditagih. Padahal waktu penerbitan dan pembelian jelas sekali bahwa Termohn telah mengakui utang tersebut yang didukung dengan bukti transfer pembayaran surat sanggup, bukti surat dari pemegang saham Termohon yaitu Departemen Keuangan Republik Indonesia, bukti Surat Edaran dari Termohon kepada para pemegang surat sanggup dan Balance Sheet Termohon per 31 Juli 1998 atau setelah surat sanggup diterbitkan yang menunjukkan bahwa aliran dana masuk ke dalam neraca Termohon yang berarti terlepas dari benar tidaknya permasalahan internal tersebut, Termohon tetap harus mengembalikan utang yang ditagih oleh kreditor pemegans surat sanggup, yaitu Pemohon salah satunya.

3. Bahwa ketiadaan persetujuan Komisaris tidak dapat menjadi bantahan kepada Pemohon karena Undang-Undang Perseroan Terbatas telah mengatur hal itu hanyalah permasalahan internal yang quad non, andaikan benar-benar terjadi maka Perseroan tetap akan bertanggung jawab kepada pihak ketiga secara tanggung renteng dengan Direksi yang telah (terbukti) bertindak di luar kewenangan yang diatur dalam Anggaran Dasarnya (ultra vires). Hal ini sesuai dengan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1995: “Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian tersebut maka setiap anggota Direksi, kecuali dapat membuktikan sebaliknya, secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut.”

Yang berarti bahwa jika Direksi bersalah atau lalai sebagaimana dalil bantahan Termohon Kasasi

(9)

127

maka kekayaan Perseroanlah yang terlebih dahulu menjadi jaminan bagi pelunasan utang Termohon sebelum Anggota Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng.

B. Permohonan Pernyataan Pailit Pemohon Error in Persona

Berdasarkan Pasal 85 UU No. 1 Tahun 1995 yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Setiap Anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan; (2) Setiap Anggota Direksi bertanggung jawab

penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan dalam ayat (1)

Maka seharusnya permohonan pernyataan pailit tersebut dialamatkan kepada Direksi Termohon yang bersalah atau lalai secara pribadi, sehingga permohonan pernyataan pailit terhadap Perseroan PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) adalah merupakan error in persona;

Pertimbangan Majelis Hakim Kasasi

Adanya debitor Mengenai debitor dari keempat surat sanggup (promissory note)

1. Bahwa sebagaimana yang telah dipertimbangkan oleh Judex Factie, empat lembar surat sanggup (promissory notes) yang berada di tangan Pemohon Kasasi ditandatangani oleh dua orang anggota Direksi PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), Anggaran Dasar mana telah diumumkan dalam Berita Negara RI No. 105 tanggal 31 Desember 1991 dan Tambahan Berita Negara No. 5064, mengharuskan adanya persetujuan dari Komisaris;

2. Bahwa dengan telah diumumkannya Anggaran Dasar Termohon Kasasi, maka siapa saja yang mengadakan perjanjian dengan Termohon Kasasi berkewajiban untuk meneliti Anggaran Dasar yang

(10)

128

dimaksud sebelum mengadakan perjanjian, dan oleh karena tidak ada persetujuan dari Komisaris dalam penerbitan Promissory Notes tersebut seperti yang ternyata dari Surat Pernyataan Komisaris tanggal 17 Juni 1999 maka keempat promisory note yang diterbitkan oleh kedua Anggota Direksi Termohon Kasasi tersebut tidaklah mengikat Termohon Kasasi sehingga yang

menjadi debitor dari keempat surat sanggup (promissory note) tersebut bukanlah Termohon Kasasi melainkan Drs. Akhmad Wahid dan Drs. Muchlis Hamid, MBA selaku pribadi dan para

endosan yang bertanggung jawab secara tanggung renteng kepada Pemohon Kasasi selaku pemegang (Pasal 146 KUH Dagang).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas amar putusan Pengadilan Niaga tetap dipertahankan di Mahkamah Agung.

Adanya dua kreditor atau lebih

- Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

-

Putusan 1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon

Kasasi: The Hongkong Chinese Bank, Ltd

2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)

Tanggal Pembacaan Putusan

2.

Kasus PT. Indosurya Mega Finance vs PT. Greatstar

Perdana Indonesia

Kasus PT. Indosurya Mega Finance vs PT. Greatstar

Perdana Indonesia memperoleh kekuatan hukum tetap

pada tingkat peradilan kasasi. Berikut uraian putusan

(11)

129

terhadap kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama

dan tingkat peradilan kasasi

a.

Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga

Jakarta

Pusat

No.

51/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst

Indikator Uraian

Pemohon Pailit PT. Indosurya Mega Finance Termohon Pailit PT. Greatstar Perdana Indonesia Tanggal pengajuan

permohonan pailit

26 Juli 2000

Kasus Posisi

Dalil Pemohon Pailit 1. Pemohon adalah pemegang surat sanggup (promissory note) tertanggal 6 Februari 1998 dengan jumlah pokok Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang diterbitkan oleh Termohon dengan ketentuan jatuh tempo surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Mei 1998. Dengan demikian, Pemohon berhak atas pembayaran surat sanggup (promissory note) pada tanggal jatuh tempo’

2. Bahwa sejak saat surat sanggup (promissory note) jatuh tempo dan dapat ditagih yaitu pada tanggal 6 Mei 1998 sampai dengan diajukannya permohonan pailit ini ternyata Termohon tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran atas surat sanggup tersebut kepada Pemohon;

3. Bahwa selain Pemohon, ternyata Termohon juga mempunyai kreditor lain, diantaranya yaitu PT. Bank Mandiri (Persero).

Jawaban Termohon Bahwa menurut Anggaran Dasar Perseroan Termohon, pembuatan surat sanggup (promissory note) harus mendapat persetujuan Komisaris, sedangkan surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Februari 1998 tersebut diterbitkan tanpa persetujuan dan tanpa

(12)

130

sepengetahuan Komisaris

Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Pembuktian sederhana (summarily proving)

mengenai adanya

debitor

Menimbang, Termohon adalah debitor dari Pemohon karena Pemohon adalah pemegang surat sanggup (promissory note) tertanggal 6 Februari 1998 dengan jumlah pokok Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang diterbitkan oleh Termohon.

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih

Menimbang, Termohon terbukti mempunyai kreditor lain selain Pemohon yaitu PT. Bank Mandiri (Persero) cabang Jakarta Mangga Besar

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

Mengenai pembuktian keabsahan surat sanggup (promissory note) tertanggal 6 Februari 1998 dengan jumlah pokok Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang diterbitkan oleh Termohon dengan ketentuan jatuh tempo surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Mei 1998 sebagai bukti adanya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih:

1. Menimbang, bahwa mengenai jawaban Termohon mengenai keabsahan surat sanggup, menurut Anggaran Dasar Perseroan Termohon, pembuatan surat sanggup harus mendapat persetujuan Komisaris, sedangkan surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Februari 1998 tersebut diterbitkan tanpa persetujuan dan tanpa sepengetahuan Komisaris;

2. Menimbang, bahwa hal tersebut didukung bukti Anggaran Dasar Perseroan, dimana dalam Pasal 12 ayat (2) dan (4) Anggaran Dasar Perseroan, Direksi harus mendapat persetujuan Komisaris, jika tidak maka tindakan Direksi tidak sah terhadap Perseroan;

3. Menimbang, bahwa akan tetapi, alasan tersebut tidak dapat diterima menurut hukum, karena pada prinsipnya, Anggaran Dasar ataupun Anggaran Rumah Tangga suatu persekutuan hanya mengikat dan berlaku intern/ke dalam persekutuan tersebut dan tidak dapat mengikat

(13)

131

dan berlaku ekstern terhadap pihak ketiga;

4. Menimbang, bahwa memang kadang kala untuk hal-hal tertentu perbuatan Direksi dibatasi oleh Anggaran Dasar suatu Perseroan, yang pada umumnya Direksi tidak boleh berbuat sendiri jika tidak bersama-sama dengan Komisaris atau setidaknya terlebih dahulu mendapat persetujuan Komisaris, biasanya dikatakan bahwa Direksi telah melampaui batas wewenangnya (ultra vires) sehingga perbuatannya tidak sah terhadap Perseroan;

5. Menimbang, bahwa ketentuan tersebut pada prinsipnya hanya berlaku dan mengikat ke dalam (intern), sedangkan bagi pihak ketiga (hubungan ekstern), tidak berlaku, oleh karena itu pihak Perseroan harus bertanggungjawab terhadap pihak ketiga tersebut, sekalipun ada perbuatan yang melampaui batas wewenang (ultra vires) dari Direksi;

6. Menimbang, berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis berpendapat bahwa keberatan atau tanggapan dari Termohon tidak berdasar menurut hukum, oleh karenanya harus ditolak;

7. Menimbang, mengenai apakah surat sanggup (promissory note) dapat dipakai sebagai bukti adanya pinjaman uang/utang. Surat sanggup (promissory note) merupakan janji untuk membayar (promise to pay) sehingga dapat digolongkan sebagai tagihan utang.

Putusan 1. Mengabulkan permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon PT. Indosurya Mega Finance;

2. Menyatakan Termohon PT. Greatstar Perdana Indonesia pailit;

3. Menunjuk Syamsudin Manan SInaga, SH., MH, Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;

(14)

132

ditetapkan kemudian setelah Kurator menjalankan tugasnya;

5. Menghukum Termohon untuk membayar ongkos perkara sejumlah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

Tanggal pembacaan putusan

16 Agustus 2000

b. Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.

30/K/N/2000

Indikator Uraian

Pemohon Kasasi PT. Greatstar Perdana Indonesia

Termohon Kasasi PT. Indosurya Mega Finance

Tanggal pengajuan

permohonan kasasi

23 Agustus 2000 Keberatan Pemohon Kasasi

dalam Memori Kasasi

Pemohon Kasasi keberatan mengenai pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga mengenai keabsahan surat sanggup:

1. Bahwa Anggaran Dasar Pemohon Kasasi Akta Nomor 521 tertanggal 30 Mei 1990 adalah merupakan suatu peraturan yang mengikat semua pihak, termasuk juga pihak ketiga (Termohon Kasasi) karena Anggaran Dasar tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Indonesia No. 79 tanggal 2 Oktober 1992 No. 4864, sehingga telah memenuhi asas publisitas;

2. Dalam Anggaran Dasar Pemohon Kasasi Pasal 12 ayat (2) dan ayat (4) secara tegas menyatakan:

“Pasal 2 ayat (2):

Masing-masing Anggota Direksi harus mendapat persetujuan tertulis dari

(15)

surat-133

surat yang berkenan turut ditandatangani oleh seorang Komisaris untuk:

a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Perseroan;

b. Memperoleh, membebani atau mengasingkan harta tetap Perseroan; c. Mengikat Perseroan sebagai penjamin.” “Pasal 12 ayat (4):

Segala tindakan dari pada Anggota Direksi yang diluar batas dari Anggaran Dasar dan/atau maksud dari Perseroan adalah tidak sah terhadap Perseroan.”

3. Dalil Pemohon Kasasi tersebut telah diterapkan juga dalam 3 (tiga) kasus/perkara lainnya:

a. Putusan MA No. 21 K/N/1999 tertanggal 15 Agustus 1999 antara The Vietnam Frontier Fund melawan PT. Dok vs Perkapalan Kodja Bahari (Persero); b. Putusan Pengadilan Niaga No.

81/Pailit/1999/PN.Niaga/Jkt.Pst

tertanggal 15 November 1999 antara The Hongkong Chinese Bank. Ltd vs PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero); c. Putusan Pengadilan Niaga No.

06/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst

tertanggal 29 Februari 2000 antara The Hongkong Chinese Bank, Ltd vs PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari.

Dari pertimbangan hukum Majelis Hakim perkara a quo dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila suatu perbuatan hukum yang dilakukan tidak sesuai dengan Anggaran Dasar maka secara hukum harus ditolak.

(16)

134

Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Adanya debitor Menimbang, keberatan Pemohon Kasasi dapat dibenarkan karena judex factie telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan: 1. Bahwa dalam Anggaran Dasar Perseroan

jelas tertera hal-hal yang harus dimuat dalam surat sanggup (promissory note) seperti yang dimaksud dalam Pasal 174 KUH Dagang dan Anggota Direksi (Budi Handoko) dalam menerbitkan surat sanggup (promissory note) tersebut seharusnya mendapat persetujuan tertulis dari seorang Komisaris;

2. Bahwa oleh karena dalam surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Februari 1998 yang ditandatangani oleh Budi Handoko selaku Direktur, tanpa adanya persetujuan tertulis dari seorang Komisaris tersebut tidak mengikat Termohon, melainkan hanya mengikat Budi Handoko pribadi dan karenanya permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit terhadap Termohon Pailit harus ditolak.

Adanya dua kreditor atau lebih - Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

-

Berdasarkan pertimbangan tersebut, MA berpendapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi PT. Greatstar Perdana Indonesia dengan membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tertanggal 16 Agustus 2000 No. 51/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Putusan Mengadili:

1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. Greatstar Perdana Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya Denny Kailimang, SH., Bambang Hartono, SH., dan Benny Ponto, SH;

(17)

135

Jakarta Pusat tanggal 16 Agustus 2000 No. 51/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Mengadili sendiri:

1. Menolak permohonan pailit dari Pemohon PT. Indosurya Mega Finance tersebut; 2. Menghukum Termohon Kasasi/Pemohon

Pailit untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).

Tanggal pembacaan putusan kasasi

14 September 2000

3.

Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance

Corporation

Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance

Corporation memperoleh kekuatan hukum tetap pada

tahap peninjauan kembali. Berikut putusan terhadap

kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama, kasasi

dan peninjauan kembali:

a.

Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat No.

08/Pailit/2002/PN.Niaga/Jkt. Pst

Indikator Uraian

Pemohon Pailit PT. Bank Mandiri (Persero)

Termohon Pailit 1. PT. Bakrie Finance Corporation (Termohon I); 2. Aburizal Bakrie sebagai Komisaris Utama

(Termohon II);

3. Nirwan Dermawan Bakrie sebagai Wakil Komisaris Utama (Termohon III);

(18)

136

4. Nalikant Rathod sebagai Komisaris (Termohon IV); 5. Aftab Ahmed sebagai Komisaris (Termohon V); 6. Hishak Secakusuma sebagai Komisaris (Termohon

VI);

7. Tanri Abeng sebagai Komisaris (Termohon VII); 8. Anh-Dung Do sebagai Komisaris (Termohon VIII); 9. Mustafa Ishaq Jatim sebagai Direktur Utama

(Termohon IX)

10. Kosasih Wikanta sebagai Direktur (Termohon X) Tanggal pengajuan

permohonan pailit

24 April 2002 Kasus Posisi

Dalil Pemohon Pailit 1. Pemohon adalah waliamanat yang diberi kepercayaan untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi dalam rangka Penawaran Umum Emisi Obligasi PT. Bakrie Finance Corporation berdasarkan perjanjian Perwaliamanatan berdasarkan Akta No. 72, tanggal 19 Juni 1997 yang diubah dengan Akta No.72, tanggal 19 Mei 1997.

2. Bahwa atas pembelian obligasi oleh para pemegang obligasi yang diwakili oleh Pemohon, Termohon I melakukan pembayaran kupon bunga sebanyak tiga kali sedangkan Kupon Bunga ke-empat yang telah jatuh tempo pada tanggal 23 Juli 1998, Termohon I tidak melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada Para Pemegang Obligasi.

3. Dengan tidak dibayarnya Kupon Bunga ke-empat, Pemohon mengadakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) sebanyak 7 (tujuh) kali (RUPO pertama tanggal 2 September1998, RUPO ketujuh tanggal 6 November 2000), namun selama RUPO berlangsung Termohon I juga tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar Kupon Bunga ke-empat sampai dengan ke-delapan belas walaupun telah dinyatakan jatuh tempo.

(19)

137

4. Termohon I tidak melaksanakan kewajiban terhadap para pemegang obligasi, baik atas kupon bunga maupun atas pokok obligasi, maka Termohon II sampai dengan Termohon X ikut bertanggungjawab karena penjualan obligasi di dalam Prospektus yang diterbitkan oleh Termohon I, yang mana Termohon II sampai dengan Termohon X adalah sebagai Komisaris dan Direksi Perseroan yang mempunyai reputasi sebagai pengusaha yang sukses dan diakui baik secara nasional maupun internasional, sehingga para pembeli obligasi tertarik membeli obligasi tersebut dan berkeyakinan akan pembayaran terhadap kupon bunga obligasi maupun utang pokoknya terbayar dengan lancar.

5. Keterangan saksi ahli bernama Sutrisno, SH bahwa

organ Perseroan tidak dapat

dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggungjawab adalah Perseroan.

Jawaban Termohon

Pailit

1. Bahwa PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk atau

Termohon I sampai dengan tanggal

disampaikannya tanggapan ini (7 Mei 2002 – catatan penulis) berada dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), maka PKPU seharusnya diputus terlebih dahulu;

2. Bahwa Termohon keberatan dengan dalil Pemohon yang dengan mudahnya tanpa membuktikan, telah menyatakan bahwa Para Termohon II s.d. X terbukti secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggungjawab atas penjualan obligasi tersebut di atas sehingga memenuhi unsur-unsur tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih dan mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditor.

Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Pembuktian sederhana (summarily proving)

mengenai adanya

1. Menimbang, mengenai pembuktian sederhana terkait kesalahan atau kelalaian Direksi untuk menuntut pertanggungjawaban pribadi anggota

(20)

138

debitor Direksi. Dasar hukumnya Pasal 85 ayat (1) UU No.

1 Tahun 1995 bahwa Direksi wajib dengan itikad baik bertanggung jawab untuk menjalankan tugas usaha Perseroan dan setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya (vide Pasal 85 ayat (2)); 2. Menimbang mengenai, pembuktian sederhana

terkait kesalahan atau kelalaian Komisaris untuk menuntut pertanggungjawaban pribadi anggota Komisaris: Berdasarkan Pasal 96 UU No. 1 Tahun 1995 mengenai Perseroan Terbatas bahwa untuk menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang dianggap mampu dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit atau orang yang pernah dihukum karena tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan; 3. Menimbang, berdasarkan Pasal-pasal tersebut

diatas dan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, ternyata tidak terbukti para Anggota Komisaris tersebut karena kesalahan atau kelalaiannya telah menimbulkan kerugian pada Perseroan dan tidak terbukti pula bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya, sehingga para

Komisaris tersebut tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya terhadap transaksi yang

dilakukan Termohon I dengan Pemohon.

4. Menimbang, hal tersebut sesuai dengan keterangan saksi ahli bahwa organ Perseroan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan.

5. Menimbang, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonannya, oleh karena itu Permohonan Pemohon harus ditolak.

(21)

139

Pembuktian sederhana

(summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih

Kreditur lain selain Termohon Pailit: 1. PT. Bank Syariah Mandiri

2. Asian Development Bank 3. PT. Bank Artha Graha Pembuktian sederhana

(summarily proving) mengenai satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

Termohon I tidak melaksanakan kewajiban membayar kupon bunga ke-4 s/d ke-18 yang telah jatuh tempo serta obligasi Termohon I telah jatuh tempo pada tanggal 11 September 2001

(Pemohon mengajukan permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga melalui kuasa hukumnya pada tanggal 25 April 2002 – catatan penulis)

Putusan Menolak permohonan Pemohon

Membebankan biaya permohonan ini kepada Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,-

Tanggal pembacaan putusan

23 Mei 2002

b.

Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.

020/K/N/2002

Indikator Uraian

Pemohon Kasasi PT. Bank Mandiri (Persero)

Termohon Kasasi 1. PT. Bakrie Finance Corporation (Termohon I);

2. Aburizal Bakrie sebagai Komisaris Utama (Termohon II);

3. Nirwan Dermawan Bakrie sebagai Wakil Komisaris Utama (Termohon III);

4. Nalikant Rathod sebagai Komisaris (Termohon IV); 5. Aftab Ahmed sebagai Komisaris (Termohon V); 6. Hishak Secakusuma sebagai Komisaris (Termohon

VI);

(22)

140

8. Anh-Dung Do sebagai Komisaris (Termohon VIII); 9. Mustafa Ishaq Jatim sebagai Direktur Utama

(Termohon IX)

10. Kosasih Wikanta sebagai Direktur (Termohon X) Keberatan Pemohon

Kasasi dalam Memori Kasasi

Bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Judex Factie) telah salah dan keliru memanipulasi keterangan saksi ahli Sutrisno, SH yang menyatakan bahwa organ Perseroan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan;  Bahwa yang benar saksi ahli Sutrisno, SH., di

bawah sumpah dalam persidangan pada pokoknya menerangkan bahwa berdasarkan Pasal 80 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1995, Direksi dan Komisaris bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang timbul akibat perbuatan yang dimaksud.

Pertimbangan Hakim

Adanya debitor Pertimbangan hakim mengenai keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi yang pada pokoknya menyatakan:

Bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Judex Factie) telah salah dan keliru memanipulasi keterangan saksi ahli Sutrisno, SH yang menyatakan bahwa organ Perseroan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan;  Bahwa yang benar saksi ahli Sutrisno, SH., di

bawah sumpah dalam persidangan pada pokoknya menerangkan bahwa berdasarkan Pasal 80 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1995, Direksi dan Komisaris bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang timbul akibat perbuatan yang dimaksud.

Bahwa menurut Majelis Hakim Kasasi, keberatan tersebut di atas tidak dapat dibenarkan karena Judex

(23)

141

Factie tidak salah menerapkan hukum dan lagi pula mengenai penilaian atas hasil pembuktian tidak tunduk pada Pemeriksaan Kasasi.

Adanya dua kreditor atau lebih

- Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

-

Putusan Menolak permohonan kasasi yang diajukan oleh PT. Bank Mandiri (Persero) selaku Waliamanat dari para pemegang obligasi PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk.

Membebankan biaya permohonan ini kepada Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,-

Tanggal Pembacaan Putusan

c.

Tingkat Peninjauan Kembali: Putusan Peninjauan

Kembali Mahkamah Agung No. 018 PK/N/2002

Indikator Uraian

Pemohon Peninjauan Kembali

PT. Bank Mandiri (Persero) Termohon Peninjauan

Kembali

1. PT. Bakrie Finance Corporation (Termohon I);

2. Aburizal Bakrie sebagai Komisaris Utama (Termohon II);

3. Nirwan Dermawan Bakrie sebagai Wakil Komisaris Utama (Termohon III);

4. Nalikant Rathod sebagai Komisaris (Termohon IV); 5. Aftab Ahmed sebagai Komisaris (Termohon V); 6. Hishak Secakusuma sebagai Komisaris (Termohon

VI);

(24)

142

8. Anh-Dung Do sebagai Komisaris (Termohon VIII); 9. Mustafa Ishaq Jatim sebagai Direktur Utama

(Termohon IX)

10. Kosasih Wikanta sebagai Direktur (Termohon X) Alasan/Keberatan

Pemohon Peninjauan Kembali

1. Majelis Hakim Agung dan Majelis Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum pembuktian yang berkenaan dengan pertimbangan dan pendapatnya yang menyatakan :

“organ perseroan tidak dapat

dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan”. 2. Majelis Hakim Agung dan Majelis Hakim Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melakukan kesalahan berat dalam menerapkan hukum karena putusannya didasarkan pada putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang dibuat berdasarkan rekayasa yang tidak memenuhi prosedur hukum. Hal itu ternyata dari: a. Terdapat bukti baru tertulis/novum yang terdiri

dari (1) Penetapan Hakim Pengawas PKPU No. 1/PKPU/2002/PN.NIAGA/JKT.PST tanggal 1 Mei 2002 yang menetapkan pemegang obligasi sebagai kreditor lainnya dan (2) akta permohonan banding tanggal 19 Juli 2002 dan memori banding yang diajukan kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Atas penetapan hakim pengawas tersebut yang dapat membuktikan bahwa Pemohon pailit/Pemohon Peninjauan Kembali yang mewakili Pemegang obligasi tidak ikut sebagai pihak/kreditor lainnya sampai dikeluarkannya putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), kecuali hanya mengajukan keberatan terhadap Penetapan Hakim Pengawas PKPU tersebut. Karena itu putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) itu tidak dapat menghalangi perkara a quo untuk menjatuhkan pailit terhadap para Termohon

(25)

143

pailit/para Termohon pailit/para Termohon peninjauan kembali.

b. Terdapat bukti baru yaitu putusan Mahkamah Agung tanggal 14 Juni 2002 No. 018 K/N/2002 yang dapat membuktikan bahwa Hakim Pengawas telah memberikan penjelasan yang

salah yang menyebabkan Pemohon

Pailit/Peninjauan Kembali menjadi salah dan keliru dalam mengajukan keberatan terhadap Penetapan Hakim Pengawas sebagaimana dinyatakan dalam putusan Mahkamah Agung tersebut. Jadi, kendatipun atas Penetapan Hakim Pengawas diajukan keberatan setelah adanya putusan Mahkamah Agung tersebut, hal itu telah melewati waktu yang ditetapkan dalam Pasal 66 ayat (1). Karenanya pengajuan permohonan pailit dalam perkara a quo sudah benar menurut hukum, karenanya juga tidak bertentangan dengan Pasal 217 ayat (6) Undang-Undang Kepailitan yang pada pokoknya menentukan apabila permohonan pailit dan permohonan PKPU diperiksa pada saat yang bersamaan, maka permohonan PKPU harus diperiksa terlebih dahulu.

3. Judex factie telah salah dalam menerapkan hukum yang ditetapkan dalam Pasal 80 UU No. 8 Tahun 1995, bahwa judex factie dalam pertimbangannya menyatakan bahwa para Termohon Peninjauan Kembali/Termohon Pailit berada dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh karena pengajuan PKPU oleh Termohon pailit I. Pertimbangan judex factie adalah salah karena sesuai dengan Pasal 80 UU No. 8 Tahun 1995, Organ Perseroan yaitu Direksi dan Komisaris wajib bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama atas kerugian yang timbul. Jadi PKPU seharusnya tidak hanya diajukan oleh PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk, melainkan juga harus secara bersama-sama dengan Organ Perseroan yaitu Direksi dan Komisaris. Oleh karena PKPU yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali/Termohon Pailit tidak melibatkan Organ

(26)

144

Perseroan maka putusan PKPU tersebut tidak mengikat baginya (bagi Direksi dan Perseroan).

Pertimbangan Hakim

Adanya bukti baru yang bersifat menentukan (novum)

Mengenai keberatan no. 2: novum

Keberatan-keberatan ini tidak dapat dibenarkan, oleh karena bukti-bukti yang diajukan bukan merupakan bukti baru yang penting yang akan menghasilkan putusan yang berbeda apabila diketahui pada tahap persidangan sebelumnya seperti yang dimaksudkan oleh pasal 286 ayat (2) a UU No. 4 Tahun 1998;

Adanya kekeliruan yang nyata

Mengenai keberatan no. 1 dan 3: kekeliruan yang nyata tentang tanggung jawab organ Perseroan

Keberatan-keberatan ini tidak akan dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung dengan alasan bahwa alasan-alasan yang didasarkan pada kesalahan berat dalam penerapan hukum yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut telah melewati tenggang waktu pengajuan permohonan Peninjauan Kembali sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 287 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1998, dimana permohonan Peninjauan Kembali diajukan pada tanggal 13 Agustus 2002 sedangkan pemberitahuan putusan MA tersebut dilakukan pada tanggal 11 Juli 2002;

Putusan Mengadili:

1. Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: PT. Bank Mandiri (Persero) selaku waliamanat dari para pemegang obligasi PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk, tersebut;

2. Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali yang ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Tanggal Pembacaan Putusan

(27)

145

4.

Kasus PT. Aditya Toa Development vs PT. Wijaya

Wisesa

Kasus PT. Aditya Toa Development vs PT. Wijaya Wisesa

memperoleh kekuatan hukum tetap pada tahap

peninjauan kembali berikut uraian putusan terhadap

kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama, kasasi

dan peninjauan kembali,

a.

Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat No. 03/Pailit/2004/PN. Niaga/Jkt.

Pst

Indikator Uraian

Pemohon Pailit PT. Aditya Toa Development Termohon Pailit PT. Wijaya Wisesa

Tanggal pengajuan permohonan pailit

13 Januari 2004

Kasus Posisi

Dalil Pemohon Pailit Adanya utang

1. Termohon telah meminta kepada Pemohon untuk memberikan pinjaman sebesar US$ 1,250,000 (satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) berdasarkan surat Termohon tanggal 27 Januari 1997;

2. Menanggapi permintaan Termohon, Pemohon telah menyetujui permintaan Termohon tersebut melalui suratnya pada tanggal 29 Januari 1997.

3. Pemohon telah mentransfer uang yang dipinjamkan kepada Termohon melalui rekening Presiden Direktur Termohon (terdapat bukti transfer)

4. Termohon membuat dan menyerahkan letter of indemnity yang berisi bahwa Termohon mengakui adanya utang pokok sebesar US$ 1,250,000 (satu

(28)

146

juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) kepada Pemohon

Termohon memiliki dua kreditor yaitu: 1. Pemohon, PT. Aditya Toa Development;

2. TOA Investment Pte, Ltd, suatu Perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura, beralamat di 80 Marine Parade Road #14-01/03, Parkway Parade, Singapore

Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih:

Pemohon berdasarkan suratnya tanggal 13 Oktober 1999 telah menyatakan bahwa pinjaman yang diberikan kepada Termohon telah jatuh tempo dan meminta Termohon untuk melunasi kewajibannya pada tanggal 31 Oktober 1999.

Jawaban Termohon Tentang siapa debitor:

1. Bahwa utang sejumlah US$ 1,250,000 (satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) sebagaimana didalilkan Pemohon bukanlah merupakan utang Termohon, melainkan hutang dari Sdr. Herry Wijaya (yang kebetulan sebagai Direktur Utama pada Termohon dan juga sebagai Presiden Direktur pada Pemohon) kepada Pemohon, dilihat dari bukti-bukti berikut:

a. Sdr. Herry Wijaya tidak pernah diberikan persetujuan oleh salah seorang atau lebih Komisaris Termohon untuk meminjam untuk dan atas nama Termohon kepada pihak manapun sebagaimana disyaratkan Anggaran Dasar Termohon sebagai badan hukum yang diatur dalam Pasal 11 butir 3a. Akta Pendirian Perseroan Terbatas Termohon No. 177 tanggal 10 September 1987 yang dibuat di hadapan Notaris Misahardi Wilamarta,SH.

b. Bukti transfer sebagaimana didalilkan Pemohon bahwa uang sebesar US$ 1,250,000 (satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) telah ditransfer ke rekening Sdr. Herry Wijaya adalah transfer ke rekening Sdr. Herry Wijaya sebagai pribadi dan bukan ke rekening

(29)

147

Termohon sebagai Perseroan.

Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya

debitor

Mengenai siapa debitor:

1. Menimbang, bahwa yang menjadi permasalahan hukum adalah apakah benar hutang sebesar US$ 1,250,000 (satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) merupakan hutang Termohon atau hutang pribadi Sdr. Herry Wijaya;

2. Menimbang, bahwa Termohon dalam jawabannya menyatakan bahwa Sdr. Herry Wijaya tidak pernah mendapat persetujuan oleh salah seorang atau lebih Komisaris Termohon untuk meminjam untuk dan atas nama Termohon kepada pihak manapun, termasuk kepada Pemohon sebagaimana disyaratkan Anggaran Dasar Termohon sebagai badan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11 butir 3-a Akta Pendirian Perseroan Terbatas Termohon No. 177 tanggal 10 September 1987 yang dibuat di hadapan Notaris Misahardi Wilamarta; 3. Menimbang, bahwa memang benar Direktur PT.

Wijaya Wisesa adalah Sdr. Herry Wijaya, akan tetapi menurut Majelis Hakim untuk membedakan kapasitas Sdr. Herry Wijaya sebagai pribadi atau sebagai direktur Perseroan semestinya ada tanda pembeda pada transfer uang tersebut yaitu tanda qq atau cq PT. Wijaya Wisesa yang berarti ditujukan kepada Termohon.

4. Menimbang, untuk memecahkan permasalahan itu (mengenai siapa debitor? - penulis) diperlukan suatu pembuktian yang sifatnya rumit, sedangkan Pengadilan Niaga pada prinsipnya menganut asas pembuktian sumir sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998, maka penyelesaian perkara ini haruslah ditempuh melalui proses acara perdata biasa;

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua

(30)

148

kreditor atau lebih

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu utang

yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

-

Putusan Mengadili:

1. Menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon/kreditor yaitu PT. Aditya Toa Development;

2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta Rupiah) Tanggal pembacaan

putusan

9 Februari 2004

b.

Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.

30/K/N/2000

Indikator Uraian

Pemohon Kasasi PT. Aditya Toa Development Termohon Kasasi PT. Wijaya Wisesa

Tanggal pengajuan permohonan kasasi

16 Februari 2004 Keberatan Pemohon

Kasasi

Mengenai siapa debitor:

1. Bahwa selain sebagai Presiden Direktur Termohon Kasasi, Herry Wijaya juga memiliki kontrol penuh terhadap Termohon Kasasi karena Herry Wijaya adalah pemegang saham mayoritas yang menguasai 1300 dari 2000 saham Termohon Kasasi. Dengan demikian, cukup beralasan apabila Pemohon Kasasi dengan itikad baik mempercayai surat-surat yang ditandatangani oleh Presiden Direktur dan pemegang saham mayoritas Termohon Kasasi, apalagi dengan kop surat resmi Pemohon Kasasi; 2. Bahwa persetujuan Komisaris kalaupun memang

(31)

149

diperlukan terhadap tindakan hukum Direksi dan pemegang saham Termohon Kasasi merupakan masalah internal perusahaan Termohon Kasasi yang tidak boleh merugikan pihak lain dalam hal ini Pemohon Kasasi yang dengan itikad baik

melaksanakan perjanjian. Dengan

mempermasalahkan persetujuan Komisaris dalam proses kepailitan ini, jelas Termohon Kasasi telah beritikad buruk ingin menghindar dari tanggung jawabnya;

3. Selain itu, pertimbangan majelis hakim Pengadilan Niaga bertentangan dengan yurisprudensi tetap MA RI sebagaimana dinyatakan dalam putusan Peninjauan Kembali MA RI No. 019 PK/N/2000, tanggal 22 Januari 2001, sebagai berikut:

“… meskipun surety bond diterbitkan tanpa persetujuan dari Komisaris Utama dan seorang Anggota Dewan Komisaris Pemohon Peninjauan Kembali seperti yang ditentukan dalam Pasal 11 ayat (1) Anggaran Dasar Pemohon Peninjauan Kembali, tetapi kesalahan tersebut merupakan kesalahan intern Pemohon Peninjauan Kembali sebagai sebuah Perseroan Terbatas, sehingga tidak

boleh merugikan pihak ketiga”

Bahwa selanjutnya, dalam putusan No. 019PK/N/2000, tanggal 22 Januari 2001 tersebut juga dinyatakan bahwa kreditor yang memiliki itikad baik, tidak memiliki kewajiban untuk meneliti kebenaran prosedur maupun anggaran dasar debitornya.

Pertimbangan hakim kasasi terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Adanya debitor Terhadap keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi, Majelis Kasasi MA menyatakan menolak keberatan-keberatan tersebut. Majelis Kasasi setuju dengan pertimbangan judex factie bahwa dalam permohonan pailit ini diperlukan pembuktian tentang sah/tidaknya tindakan direksi terhadap Perseroan dan seberapa besar tanggung jawab Perseroan terhadap pihak lain atas tindakan direksi yang bertentangan dengan anggaran dasar Perseroan Termohon, yang sifat

(32)

150

pembuktiannya tidak bersifat sederhana lagi sehingga tidak memenuhi persyaratan Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998.

Adanya dua kreditor atau lebih

- Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

-

Putusan Mengadili:

1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. Aditya Toa Development;

2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Tp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah).

Tanggal pembacaan putusan kasasi

17 Maret 2004

c.

Tingkat Peninjauan Kembali: Putusan Peninjauan

Kembali No. 04 PK/N/2004

Indikator Uraian

Pemohon Peninjauan Kembali

PT. Aditya Toa Development Termohon Peninjauan Kembali PT. Wijaya Wisesa Tanggal Pengajuan Peninjauan Kembali 17 Maret 2004 Alasan/Keberatan Pemohon Peninjauan Kembali

Terdapat kekeliruan yang nyata:

1. Dalam hal ini Majelis Hakim Kasasi Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum karena telah melanggar yurisprudensi MA No. 19/PK/N/2000 tanggal 22 Januari 2001 bahwa:

(33)

151

tidak adanya persetujuan Komisaris tidak boleh merugikan pihak ketiga;

 Tidak ada kewajiban bagi kreditor untuk meneliti dan memahami prosedur internal debitornya dalam memperoleh utang.

Dalam hal ini, putusan pengadilan niaga bertentangan satu dengan yang lain, padahal Pengadilan Niaga merupaka institusi yang diharapkan dapat memberi kepastian hukum

Adanya bukti baru yang bersifat menentukan:

2. Berdasarkan bukti baru berupa certificate (pernyataan tertulis) yang dibuat oleh Termohon Peninjauan Kembali dan disahkan oleh Notaris, terbukti secara sederhana bahwa termohon peninjauan kembali mengakui utangnya

Pertimbangan Hakim

Ditemukannya bukti baru yang bersifat menentukan (novum)

Bahwa keberatan-keberatan ini tidak dapat dibenarkan, oleh karena bukti-bukti yang diajukan bukan merupakan bukti baru yang penting yang akan menghasilkan putusan yang berbeda apabila diketahui pada tahap persidangan sebelumnya seperti yang dimaksudkan oleh pasal 286 ayat (2) a UU No. 4 Tahun 1998;

Terdapat kekeliruan yang nyata

Bahwa keberatan-keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena dalam putusan yang dimohonkan peninjauan kembali tidak terdapat kesalahan berat dalam penerapan hukum sebagaiman dimaksud oleh Pemohon Peninjauan Kembali.

Putusan Mengadili:

1. Menolak permohonan peninjauan kembali yang

diajukan oleh Pemohon Peninjauan

Kembali/kreditor yaitu PT. Aditya Toa Development; 2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.10.000.000,- (lima juta Rupiah) Tanggal Pembacaan

Putusan

(34)

152

5.

Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central Total Finance

Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central Total Finance

memperoleh kekuatan hukum tetap pada tahap

peninjauan kembali. Berikut ini uraian putusan terhadap

kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama, kasasi

dan peninjauan kembali.

a.

Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Jakarta

Pusat No. 16/Pailit/2004/PN. Niaga/Jkt. Pst

Indikator Uraian

Pemohon Pailit PT. Heradi Utama

Termohon Pailit PT. Central Total Finance Tanggal pengajuan

permohonan pailit

6 Mei 2004

Kasus Posisi

Dalil Pemohon Pailit 1. Adanya utang

Bahwa Termohon telah menerbitkan 2 (dua) surat sanggup (promissory note):

a. No. 0065 atas penempatan dana sejumlah USD 677,862.97 (enam ratus tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus enam puluh dua sembilan puluh tujuh per seratus dollar Amerika Serikat); b. No. 0068 atas penempatan dana sebesar Rp.

1.437.043.941,- (satu milyar empat ratus tiga puluh tujuh juta empat puluh tiga ribu sembilan ratus empat puluh satu Rupiah) Dengan demikian terbukti bahwa Pemohon Pailit adalah Kreditor yang sah dari Termohon Pailit.

2. Termohon memiliki kreditor kedua yaitu PT. Intidana Adimandiri dengan tagihan:

a. USD 535,806.90 (lima ratus tiga puluh lima ribu delapan ratus enam sembilan sembilan puluh per seratus dollar Amerika Serikat,

(35)

153

dibuktikan dengan surat sanggup (promissory note) No. 00666 tertanggal 28 Maret 2001

b. USD 686,005.92 (enam ratus delapan puluh enam ribu lima sembilan puluh dua per seratus dollar Amerika Serikat), dibuktikan dengan surat sanggup (promissory note) No. 00667 tertanggal 28 Maret 2001

3. Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih:

Kedua utang terhadap Pemohon yang dibuktikan dengan surat sanggup (promissory note) No. 0065 dan No. 0068 tersebut di atas jatuh tempo pada tanggal 28 April 2001.

Jawaban Termohon Pemohon menyangkal dengan tegas telah menerbitkan surat sanggup (promissory note) kepada Termohon: 1. Termohon menyangkal dengan tegas telah

menerbitkan surat sanggup dengan No. 00665 dan No. 99668 karena surat sanggup tersebut (promissory note) tersebut tidak pernah dan sesuai ketentuan hukum tidak boleh dikeluarkan oleh Termohon pailit sebagai lembaga pembiayaan; 2. Bahwa berdasarkan Keppres No. 61 Tahun 1998

tentang Lembaga Pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) dan 5 ayat (1) secara tegas disebutkan, Termohon Pailit sebagai lembaga keuangan Bukan Bank dilarang menarik dan secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note), selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) disebutkan Perseroan pembiayaan dapat menerbitkan surat sanggup (promissory note) hanya sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi kreditornya; dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.013/1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note)

3. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 11 ayat 3A Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perseroan, untuk memberi pinjaman ataupun meminjam uang, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari

(36)

154

Komisaris.

4. Bahwa segala macam surat utang ataupun pengakuan hutang yang tidak dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan hal itu, yaitu Direktur dan Komisaris, maka surat utang (promissory note) ataupun pengakuan utang tersebut secara hukum tidaklah mengikat Perseroan.

Pemohon menyangkal dengan tegas telah berutang dan menerbitkan surat sanggup (promissory note) No. 00666 dan No. 00667 tertanggal 28 Maret 2001 kedua yaitu PT. Intidana Adimandiri:

1. Termohon tidak pernah menerima setoran atau penempatan dana dalam bentuk Dollar Amerika dari PT. Intidana Adimandiri (Kreditur kedua); 2. Bahwa berdasarkan Keppres No. 61 Tahun 1998

tentang Lembaga Pembiayaan dan dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.013/1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan Termohon Pailit sebagai lembaga keuangan Bukan Bank dilarang menarik dan secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note), selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) disebutkan Perseroan pembiayaan dapat menerbitkan surat sanggup (promissory note) hanya sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi kreditornya;, dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note)

3. Sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perseroan, Direksi dalam melakukan pinjaman uang dan menerbitkan surat pengakuan utang atas nama Perseroan, maka dalam melakukan tindakan hukum tersebt terlebih dahulu harus mendapat Persetujuan Komisaris, sehingga perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perseroan tidaklah dapat mengikat

(37)

155

Termohon Pailit sebagai Perseroan.

Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya

debitor

Tentang tanggung jawab Perseroan sebagai debitor: Menimbang bahwa demikian halnya dengan tangkisan Termohon yang menyatakan bahwa sesuai ketentuan Pasal 11 ayat 3A Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perseroan, untuk memberi pinjaman ataupun meminjam uang, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Komisaris, sehingga promissory note yang hanya ditandatangani Termohon saja tidak terikat dengan pernerbitan surat sanggup tersebut. Terhadap tangkisan Termohon ini, Majelis Hakim tidak sependapat berdasarkan pertimbangan berikut:

1. Bahwa menurut bukti, Pemohon telah mempertanyakan perihal yang menandatangani promissory note hanya seorang saja yaitu Antonius Z. Gunawan (Direktur Utama) padahal biasanya ditandatangani oleh 2 (dua) orang;

2. Bahwa atas pertanyaan tersebut, Termohon dengan surat menyatakan memberikan jawaban bahwa perlakuan ini tidak menyimpang dari Pasal Akta No. 184, bahwa Direktur Utama berkuasa dan berwenang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Perseroan;

3. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Hakim berpendapat Perseroan tidak dapat melepaskan tanggung jawab atas penerbitan promissory note dimaksud.

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua

kreditor atau lebih

Bahwa dana sebesar Rp. 5.000.000.000.000,- (lima milyar Rupiah berawal dari adanya penempatan dana dari PT. Fiskar Agung yang kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa promissory note atas nama Pemohon Pailit dan Kreditur kedua;

Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu utang

yang telah jatuh tempo

Bahwa menurut bukti surat No. 013/CTF.F/03.01 tertanggal 28 Maret 2001, ternyata Termohon Pailit secara tegas mengakui dan mengkonfirmasi kepada Pemohon mengenai adanya penempatan dana

(38)

156

dan dapat ditagih Pemohon kepada Termohon sebesar 677,862.97 (enam ratus tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus enam puluh dua sembilan puluh tujuh per seratus dollar Amerika Serikat) dan Rp. 1.437.043.941,- (satu milyar empat ratus tiga puluh tujuh juta empat puluh tiga ribu sembilan ratus empat puluh satu Rupiah).

Menimbang dari uraian tersebut, pembuktian mengenai adanya utang secara sederhana sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 4 Tahun 1998 telah terpenuhi;

Menimbang mengenai tangkisan Termohon yang lain, perihal promissory note bertentangan dengan Keppres No. 61 Tahun 1998 tentang Lembaga Pembiayaan dan dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.013/1998 yang dikatakan melanggar kausa yang halal, Majelis Hakim tidak sependapat, karena tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Setidak-tidaknya hal itu tidak menghilangkan hak tagih Pemohon kepada Termohon.

Putusan Memutuskan:

1. Mengabulkan Permohonan Pemohon tersebut; 2. Menyatakan Termohon PT. Central Total Finance

Pailit dengan segala akibat hukumnya;

3. Menunjuk Saudara Sudrajat Dimyati, SH, Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai hakim pengawas;

4. Mengangkat Saudara Darwin Marpaung, SH dari kantor MAAS Law Office sebagai Kurator;

5. Menetapkan biaya kepailitan dan jasa kurator akan ditentukan kemudian;

6. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara ini sejumlah Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah)

Tanggal pembacaan putusan

(39)

157

b.

Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.

010/K/N/2004

Indikator Uraian

Pemohon Kasasi PT. Central Total Finance Termohon Kasasi PT. Heradi Utama

Tanggal pengajuan permohonan kasasi

8 Juni 2004 Keberatan Pemohon

Kasasi

Mengenai siapa debitor:

1. Judex factie telah salah dalam menerapkan ketentuan hukum Perseroan dan tidak cukup memberikan pertimbangan, sebab menurut ajaran “The Ultra Vires Doctrine” dan berdasarkan yurisprudensi MA No 3264 tanggal 28 Agustus 1996, seorang Anggota Direksi secara yuridis wajib mengikuti ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan, sehingga apabila Anggota Direksi tersebut melakukan suatu perbuatan hukum yang menurut Anggaran Dasar diwajibkan memperoleh persetujuan dari Komisaris kemudian ternyata ia mengesampingkan ketentuan tersebut, maka perbuatan hukum yang dilakukan oleh Anggota Direksi tersebut tidak sah dan tidak berkekuatan hukum dan tidak mengikat Perseroan sebagai badan hukum. Anggota Direksi tersebut harus bertanggung jawab secara pribadi.

2. Judex factie telah salah menerapkan hukum sebab pemeriksaan dalam perkara ini tidak dapat dilakukan secara sederhana (summarily proving) mengenai penempatan dan oleh PT. Fiskar Agung menyebabkan kerumitan pembuktian mengenai asal-muasal terjadinya utang-piutang, besarnya utang yang telah dibayar, utang yang masih tersisa sehingga terjadi peralihan utang-piutang dari Pt. Fiskar Agung kepada Termohon Pailit/Pemohon Kasasi dan kreditur kedua, sehingga pemeriksaan terhadap perkara ini harulsah melalui proses acara perdata biasa di pengadilan negeri.

(40)

158

107 KUH Dagang dinyatakan bahwa surat sanggup (promissory note) yang ditandatangani oleh siapa yang tidak memiliki kewenangan untuk berbuat, maka penandatangan tersebut terikat secara pribadi, sehingga tidaklah dapat Termohon pailit/Pemohon Kasasi sebagai Perseroan dipailitkan karena Termohon pailit/Pemohon Kasasi tidak terikat dengan penerbitan surat sanggup tersebut.

Pertimbangan hakim kasasi terkait tanggung jawab Organ Perseroan:

Adanya debitor Keberatan-keberatan Pemohon kasasi tidak dapat dibenarkan karena putusan judex factie sudah tepat yaitu tidak salah menerapkan hukum.

Adanya dua kreditor atau lebih

Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

Putusan Mengadili:

1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. Central Total Finance tersebut;

2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebanyak Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah)

Tanggal pembacaan putusan kasasi

14 Juli 2004

c.

Tingkat Peninjauan Kembali: Putusan Peninjauan

Kembali No. 010 PK/N/2004

Indikator Uraian

Pemohon Peninjauan Kembali

PT. Central Total Finance Termohon Peninjauan

Kembali

PT. Heradi Utama Tanggal Pengajuan 14 Juli 2004

(41)

159

Peninjauan Kembali

Alasan/Keberatan Pemohon Peninjauan Kembali

Terdapat kekeliruan yang nyata:

1. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat jo putusan Majelis Kasasi Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat dalam menerapkan ketentuan hukum Perseroan dan tidak cukup memberikan pertimbangan, sebab menurut ajaran “The Ultra Vires Rule” dan berdasarkan yurisprudensi MA No. 3246 K/Pdt/1992 tanggal 28 Agustus 1996, seorang Direktur Utama atau Direktur suatu badan hukum (korporasi) secara yuridis wajib mengikuti ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar korporasi sehingga bilamana direktur tersebut melakukan sesuatu perbuatan hukum yang menurut Anggaran Dasar diwajibkan memperoleh persetujuan dari komisaris kemudian ternyata Direktur mengesampingkan ketentuan ini, maka perbuatan hukum yang dilakukan oleh Direktur tersebut adalah tidak sah dan tidak berkekuatan hukum serta tidak mengikat Badan Hukum yang bersangkutan dengan akibat ia harus bertanggung jawab secara pribadi;

2. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat jo Majelis Kasasi Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat dalam menerapkan ketentuan hukum sebab pemeriksaan terhadap perkara ini tidak dapat dilakukan secara sederhana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998; kepailitan menganut asas “summarily proving” (pembuktian secara sumir). Adanya penempatan dana sebagaimana dalil pemohon pailit yang ternyata dalam pembuktian bahwa utang tersebut berasal dari PT. Fiskar Agung Perkasa bukan merupakan pihak dalam perkara ini, sehingga untuk membuktikan asal-muasal terjadinya utang-piutang, besarnya hutang yang telah dibayar, hutang yang masih tersisa hingga terjadinya peralihan utang-piutang dari PT. Fiskar

Agung kepada Pemohon Peninjauan

Kembali/Pemohon Pailit, kreditur kedua (PT. Intidana Adimandiri) serta kepada Termohon

Referensi

Dokumen terkait

mengelolah aktiva, kewajiban kepada kreditur, dan kekayaan bersih dari koperasi, (2) Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha yang menggambarkan kegiatan koperasi dan hasil operasi

Konservasi Energi merupakan proses penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang ada [1], arti prinsip konservasi energi mendorong

Pada indikator hubungan dengan orang tua TPA Se-Kecamatan Tampan Kota Madya Pekanbaru dengan persentase berjumlah (64,88%) maka indikator tersebut sudah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu alasan yang membuat novel Homuresu Chugakusei menjadi best seller dan sejauh mana peranan figur sang ibu, yang merupakan

Walaupun di Bulan kecepatan bola saat hampir menumbuk beton lebih kecil, karena percepatan gravitasinya lebih kecil, akan tetapi karena gravitasinya yang kecil itu pula menyebabkan

Agar teknologi pemuliaan berbantu marka molekuler berbasis piramida gen berhasil maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam skema piramida gen, yaitu a)

Hasil penelitian pemberian pakan komersil yang telah dicampur dengan probiotik EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila karena tingkat