1
DIRTEKTUR CV. FAUZAN NETWORK INTERACTIVE
PERATURAN DIREKTUR CV. FAUZAN NETWORK INTERACTIVE
NOMOR 2 TAHUN 2019
TENTANG
WAKTU KERJA, LEMBUR, HARI LIBUR, CUTI DAN MENINGGALKAN PEKERJAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR CV. FAUZAN NETWORK INTERACTIVE,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 77, pasal 78 dan pasal 79 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan perlu menepatkan Peraturan Direktur Nomor 2 Tahun 2019 tentang Waktu Kerja, Hari Libur, Cuti dan Meninggalkan Pekerjaan;
Mengingat : Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR NOMOR 2 TAHUN 2019 TENTANG WAKTU KERJA, LEMBUR, HARI LIBUR, CUTI DAN MENINGGALKAN PEKERJAAN.
Pasal 1
HARI KERJA DAN JAM KERJA
1. Setiap karyawan wajib melaksanakan ketentuan hari kerja dan jam kerja; 2. Hari dan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal ini ayat (1) meliputi :
Urut Jabatan Hari Kerja Jam Kerja
Masuk Istirahat Pulang
a. ➢ Direktur ➢ Manajer Operasional ➢ Manajer Keuangan ➢ Bendahara ➢ Teknisi ➢ Web Designer Senin s/d Sabtu 08.00 12.00 s/d 13.00 17.00 b. Operator Opsi 1
Senin, Selasa, Jumat 07.00 15.30
Rabu, Kamis 14.30 23.00
2 c. Operator Opsi 2
Senin, Selasa, Jumat 14.30 23.00
Rabu, Kamis 07.00 15.30
Sabtu 15.00 23.30
d. Operator Opsi 3 Sabtu, Minggu 07.00 15.30
3. Bila dipandang perlu untuk kepentingan peningkatan produktifitas kerja, jam kerja dan hari kerja oleh perusahaan dapat diubah melalui Surat Keputusan.
4. Karyawan tidak diizinkan untuk mengganti dan/atau menukar hari kerja dan waktu kerja dengan karyawan lainnya.
Pasal 2
ISTIRAHAT JAM KERJA
1. Setiap karyawan berhak mendapatkan jam istirahat kerja;
2. Istirahat jam kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi :
a. Waktu istirahat yang diberikan adalah pada jam berapapun selama jam kerja, tetapi tidak diperkenankan untuk meninggalkan tempat kerja kecuali mendapat izin dari pimpinan. Dengan ini, istirahat karyawan adalah ketika tidak sedang melakukan aktifitas apapun dan tidak sedang melayani pelanggan.
b. Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
Pasal 3 LEMBUR
1. Yang dimaksud kerja lembur adalah penyelesaian pekerjaan - pekerjaan yang tertunda dan / atau mendesak yang dilakukan melebihi jam kerja normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Kerja lembur diangap sah apabila didasarkan atas Surat Perintah Kerja Lembur yang dibuat dan dilaporkan oleh Atasan yang bersangkutan.
3. Tanpa suatu alasan yang sah yang dapat diterima dan dibenarkan oleh Pimpinan, karyawan tidak dapat menolak kerja lembur, terutama apabila perusahaan menghadapi hal - hal sebagai berikut :
a. Force Majeure atau keadaan darurat seperti : kebakaran, gempa bumi, banjir, huru - hara, kerusakan peralatan kerja, dan sebagainya.
b. Bertumpuknya pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan pada saat itu mendatangkan bahaya terhadap perusahaan atau orang.
3
c. Dalam hal adanya suatu pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan akan merugikan serta mengganggu kelancaran produksi dan / atau jalannya perusahaan.
d. Dalam hal adanya suatu kerja regu secara bergilir dan petugas regu berikutnya berhalangan untuk bekerja.
e. Apabila pekerjaan itu menyangkut kepentingan nasional atau Pemerintah setempat (pemilu dan sebagainya).
4. Atasan yang bersangkutan perlu mengawasi pelaksanaan kerja lembur di unit kerjanya. 5. Karyawan yang dianggap kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan
mendapatkan upah lembur sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
6. Tugas dan/atau perintah lembur boleh untuk tidak dilaksanakan apabila karyawan yang bersangkutan sakit dengan menunjukkan surat keterangan sakit asli dan resmi dari klinik/rumah sakit.
Pasal 4 HARI LIBUR
1. Perusahaan memberikan hari istirahat mingguan kepada karyawan meliputi : a. Hari Sabtu untuk yang bekerja pada ketentuan pasal (1) ayat (2) huruf (b)
b. Hari Minggu untuk yang bekerja pada ketentuan pasal (1) ayat (2) huruf (a) dan huruf (c)
c. Hari Senin s/d Jumat untuk yang bekerja pada ketentuan pasal (1) ayat (2) huruf (d) 2. Perusahaan memberikan hari istirahat tahunan kepada karyawan meliputi :
a. 2 (dua) hari untuk Hari Raya Imlek b. 2 (dua) hari untuk Hari Raya Nyepi c. 2 (dua) hari untuk Hari Raya Waisak d. 2 (dua) hari untuk Hari Raya Idul Fitri, dan e. 2 (dua) hari untuk Hari Raya Natal
3. Hari raya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf (d) berlaku untuk seluruh karyawan 4. Hari raya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf (a), huruf (b), huruf (c) dan huruf
(e) hanya berlaku kepada karyawan yang menganut agama-agama tersebut.
5. Demi kepentingan perusahaan, pengaturan hari istirahat mingguan dapat diubah oleh perusahaan dengan mengikuti ketentuan jumlah jam kerja dalam seminggu.
6. Hari libur perusahaan adalah hari kerja yang ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan sebagai hari libur.
7. Karyawan yang mendapatkan tugas atau perintah lembur pada hari libur yang ditetapkan oleh pimpinan perusahaan, maka karyawan wajib masuk kerja dan hari libur karyawan tersebut tidak dapat digantikan atau ditukar dengan hari lainnya.
4
8. Karyawan tidak diizinkan untuk mengajukan dan/atau menukar hari libur kerja dengan hari libur kerja karyawan yang lain.
Pasal 5 CUTI TAHUNAN
1. Karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan atau yang telah diangkat menjadi karyawan tetap berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan mendapatkan upah penuh.
2. Pengambilan hak cuti tahunan dibagi menjadi 3 (tiga) periode dalam 1 (satu) tahun anggaran, meliputi :
a. Periode I : 4 (empat) hari cuti tahunan di bulan Januari s/d April b. Periode II : 4 (empat) hari cuti tahunan di bulan Mei s/d Agustus
c. Periode III : 4 (empat) hari cuti tahunan di bulan September s/d Desember
3. Ketentuan masing-masing periode sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) setiap karyawan berhak mengambil cuti tahunan dengan ketentuan :
a. Karyawan dapat mengambil hak cuti tahunan maksimal 2 (dua) hari dalam 1 (satu) minggu; dan
b. Karyawan dapat mengambil hak cuti tahunan maksimal 4 (empat) hari dalam 1 (satu) periode;
c. Jika karyawan sudah mengambil hak cuti tahunan sebanyak 4 (empat) hari dalam 1 (satu) periode, maka karyawan tidak dapat mengambil hak cuti kembali pada periode yang sama dan bisa mengambil hak cuti kembali pada periode berikutnya.
4. Ketentuan pengambilan cuti tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) cuti tahunan tidak dapat diambil bersamaan dengan hari libur yang ditetapkan pemerintah dan hari libur yang dtetapkan perusahaan
5. Karyawan yang hendak menggunakan cuti tahunannya wajib memberitahukan kepada perusahaan dengan mengisi formulir permohonan cuti atau melalui sistem cuti online dan disetujui Atasan masing - masing selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum cuti dimaksud.
6. Pengambilan cuti tahunan ditandai dengan dibuatnya zona cuti pada kalender karyawan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, selain daripada itu tidak dapat dilakukan pengambilan cuti tahunan.
7. Atasan dapat memanggil karyawan untuk bekerja kembali yang sementara dalam istirahat cuti tahunan, bilamana ada suatu pekerjaan yang sifatnya penting atau tidak dapat digantikan oleh karyawan lain dan hak cutinya tersebut dapat digantikan dengan hari lainnya selama berada dizona cuti.
8. Atasan sewaktu-waktu dapat menolak permohonan cuti tahunan karyawan karena alasan penting atau karyawan tersebut sedang dibutuhkan perusahaan.
5
9. Karyawan yang tidak mengambil hak cutinya pada masing-masing periode sebagimana dimaksud dalam ayat (2) maka hak cuti karyawan yang bersangkutan dinyatakan hangus dan tidak dapat digantikan dan/atau dipindahkan pada periode berikutnya
10. Karyawan yang tidak ingin mengambil hak cutinya, maka hak cuti tahunan dapat diuangkan dengan ketentuan :
a. Sesuai dengan ayat (5);
b. Besarnya nominal 1 (satu) hari cuti adalah gaji pokok dibagi 26 hari atau minimal Rp50.000 per 1 (satu) hari cuti
c. Uang cuti akan diberikan pada periode gaji yang akan datang;
11. Selama menjalankan cuti tahunan atau cuti lainnya, karyawan tidak dibenarkan bekerja pada perusahaan lain. Pelanggaran terhadap ketentuan ini merupakan tindak pelanggaran disiplin kerja.
Pasal 6 CUTI SAKIT
1. Cuti sakit diberikan berdasarkan Surat Keterangan Dokter terhadap karyawan yang terganggu kesehatannya atau penyakitnya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan orang lain.
2. Karyawan yang menderita sakit dan tidak masuk kerja melaporkan sakitnya kepada Atasan selambat - lambatnya pada hari kedua sakitnya dengan menyerahkan Surat Keterangan Dokter.
3. Penyalahgunaan cuti sakit oleh karyawan merupakan tindak pelanggaran disiplin kerja.
Pasal 7
IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN UPAH PENUH
1. Karyawan diberikan ijin meninggalkan pekerjaan untuk keperluan - keperluan tersebut di bawah ini :
JENIS IJIN DURASI
a. Pernikahan karyawan 3 hari
b. Pernikahan anak sah karyawan 2 hari
c. Istri sah karyawan melahirkan / keguguran 2 hari
d. Anggota keluarga (yaitu suami / istri, orang tua / mertua, atau anak /
menantu karyawan sah) meninggal dunia 2 hari
e. Anggota keluarga yang tinggal dengan karyawan dalam 1 (satu)
rumah meninggal dunia 1 hari
f. Menyunatkan / membaptiskan anak 2 hari
g. Memenuhi panggilan instansi pemerintah yang dibuktikan dengan surat resmi dari instansi yang bersangkutan yang lamanya sesuai dengan isi surat tersebut.
6
h. Mendapat musibah (kebakaran, kebanjiran, atau hal - hal lain) yang
lamanya akan ditetapkan berdasarkan pertimbangan perusahaan. -
2. Karyawan yang telah bekerja 1 (satu) tahun berturut - turut dan untuk pertama kalinya akan menunaikan ibadah haji diberikan ijin 1 (satu) kali untuk menunaikan ibadah haji dengan jumlah hari ijin sesuai perhitungan dan ketetapan Departemen Agama Republik Indonesia.
3. Permohonan ijin melebihi ketentuan di atas akan diperhitungkan dengan hak cuti tahunan yang ada dengan persetujuan Atasan langsung. Apabila karyawan sudah tidak memiliki hak cuti tahunan, maka akan dikenakan pemotongan upah sebesar 1/9 (untuk 2 hari kerja) atau 1/26 (untuk 6 hari kerja) untuk setiap 1 (satu) hari ketidakhadiran.
Pasal 8
IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN PADA WAKTU JAM KERJA
1. Atasan dapat memberikan ijin kepada karyawan yang terlambat datang atau meninggalkan pekerjaan pada waktu jam kerja untuk suatu urusan atau kepentingan pribadi yang mendesak dan penting dengan alasan yang dapat diterima oleh perusahaan dengan terlebih dahulu mengisi formulir surat ijin yang diajukan kepada Atasan dan diketahui oleh bagian HRD.
2. Karyawan yang mengajukan ijin karena terlambat datang atau meninggalkan pekerjaan pada waktu jam kerja untuk suatu urusan atau kepentingan pribadi, dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh perusahaan, maka hal tersebut dapat ditolak oleh Atasan. Apabila karyawan tidak menerima penolakan dari Atasan dan tetap bersikeras, maka karyawan bersangkutan dapat dikenakan sanksi pelanggaran tata tertib kerja.
Pasal 9
MENINGGALKAN PEKERJAAN TANPA IZIN / MANGKIR
1. Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa adanya pemberitahuan tertulis atau tanpa ijin perusahaan dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayar. Besarnya upah yang tidak dibayar adalah 1/9 (untuk 2 hari kerja) atau 1/26 (untuk 6 hari kerja) kali upah sebulan untuk setiap hari mangkir.
2. Karyawan yang mangkir selama 1 (satu) hari penuh atau lebih seperti dimaksud pada ayat (1) tersebut di atas baik berturut - turut atau tidak berturut - turut dalam 30 (tiga puluh) hari kerja akan diberikan sanksi.
3. Apabila karyawan tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari kerja (untuk 2 hari kerja) atau 3 (tiga) hari kerja (untuk 6 hari kerja) berturut - turut tanpa keterangan tertulis disertai bukti - bukti yang sah, maka karyawan tersebut dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan diberhentikan karena tindakan disiplin.
7
Pasal 10 PENUTUP
1. Hal - hal yang belum tercantum di dalam Peraturan Direktur ini akan diatur di kemudian hari melalui Surat Keputusan
2. Peraturan Direktur ini tetap berlaku sampai dengan disahkannya Peraturan Perusahaan yang baru.
3. Peraturan Direktur ini akan diumumkan kepada seluruh karyawan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
4. Demikian Peraturan Direktur ini ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat perubahan maka akan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan tersendiri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
Ditetapkan Di : Tangerang Pada Tanggal : 7 Januari 2019
Direktur CV. Fauzan Network Interactive
MUHAMMAD HARRY FAUZAN, S.Kom NIK. 1995051720160301