• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN LAPORAN KEUANGAN PADA SISWA KELAS X SMP NEGERI 1 RONGGURNIHUTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN LAPORAN KEUANGAN PADA SISWA KELAS X SMP NEGERI 1 RONGGURNIHUTA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

95

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP

HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN LAPORAN KEUANGAN PADA

SISWA KELAS X SMP NEGERI 1 RONGGURNIHUTA

Horas Naibaho

Dinas Pendidikan-Pemerintah Kabupaten Samosir

Jl. Kompleks Perkantoran Parbaba, Desa Siopat Sorsor, Kab. Samosir

ABSTRAK

Hasil belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ronggurnihuta pada pelajaran akuntansi belum optimal. Hal ini diprediksi karena metode pembelajaran yang digunakan belum bervariasi dan keaktifan siswa masih rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut perlu diterapkan metode pembelajaran yang lebih mengedepankan keaktifan siswa. Salah satunya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Permasalahan dalam penelitian ini: 1) Apakah ada perbedaan hasil belajar antara metode kooperatif dan konvensional? 2) Metode pembelajaran mana yang lebih efektif antara metode kooperatif dan konvensional? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) Perbedaan hasil belajar antara metode kooperatif dan konvensional. 2) manakah yang lebih efektif antara metode kooperatif dan konvensional. Populasi penelitian ini adalah Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ronggurnihuta Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 90 siswa. Sampel sebanyak 2 kelas yaitu kelas A dan VII-B diambil dengan cluster random sampling. Variabel yang diteliti yaitu hasil belajar. Data diambil dengan teknik tes dan dianalisis menggunakan uji t. Hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif sebesar 7.80, sedangkan siswa yang diajar menggunakan model konvensional sebesar 7.02. Hasil uji diperoleh thitung

sebesar 2.473 > ttabel (1.66) yang berarti Ho ditolak. Dengan penolakan Ho ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar antara penggunaan metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode konvensional. Rata-rata hasil belajar yang menggunakan pembelajaran kooperatif lebih tinggi, yang berarti metode pembelajaran kooperatif lebih efektif daripada metode pembelajaran konvensional.

Kata kunci : Pembelajaran, Kooperatif, Konvensional, Hasil_Belajar.

I. PENDAHULUAN

Ilmu Akuntansi sebagai cabang Ilmu Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah menengah atas yang diperlukan dalam pendidikan. Oleh sebab itu pengajaran akuntansi perlu ditingkatkan, dikarenakan saat ini masih banyak siswa yang berpendapat dan beranggapan bahwa pelajaran akuntansi adalah mata pelajaran yang sukar dipahami dan membosankan. Sehingga masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahaminya.

Ilmu Akuntansi dikatakan sukar dipahami dan membosankan karena konsep dari ilmu akuntansi merupakan hasil dari kegiatan manusia berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui proses pencatatan, pengelompokan, mengikhtisarkan transaksi keuangan dan juga penyususan laporan keuangan secara baik dan benar. Dilihat dari hal tersebut, maka seorang pendidik perlu mengusahakan agar pelajaran yang diajarkan kelihatan menarik, dan tidak terlihat membosankan. Juga disini seorang pendidik dituntut pandai dalam mengkombinasikan berbagai metode mengajar yang tepat untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan suatu pokok bahasan, sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai. Suatu tantangan bagi seoarang guru adalah bagaimana menyampaikan materi pelajaran, agar anak didiknya mampu menyerap atau memahami apa yang telah diterangkan dan dapat mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat tercapai apabila tujuan KBM dapat berjalan dengan baik,

ukuran keberhasilan KBM adalah adanya prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan, mempunyai tujuan yang berkualitas, dan diharapkan mempunyai keunggulan kompetitif yang sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional. Oleh karena itu perlu adanya suatu pembaharuan kurikulum pendidikan di Indonesia dengan pendekatan kompetensi.

Dari pemaparan itulah, maka penulis mengambil judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Laporan Keuangan Pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Grobogan”.

II. TEORITIS

A. Proses Belajar Mengajar

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Beberapa definisi belajar berbagai suatu perubahan menurut ahli adalah sebagai berikut.

W.S. Winkel dalam bukunya Darsono (2000:4), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.

Suharsini Arikunto (1990:19) mengartikan bahwa “belajar merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan

(2)

96 maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik

berupa pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap”. Sudjana (1993:6) belajar merupakan proses aktif yang dilakukan oleh individu untuk mereaksi terhadap suatu rangsangan yang ada melalui penglihatan, pengamatan, pemahaman dan berbuat dengan menggunakan pengalamannya.

B. Strategi Belajar Mengajar

Syaiful Bahri, dkk (1996:5), mengatakan bahwa “secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Ditinjau dari proses belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut :

1. Mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualitas perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.

4. Menetapkan norma-norma dan batasan minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan.

C. Model Pembelajaran Kooperatif

Penggunaan istilah pembelajaran diharapkan guru selalu ingat bahwa tugasnya adalah mengajarkan siswa dengan kata lain membuat siswa dapat belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,sehingga tingkah laku berubah kearah yang lebih baik. Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Behaviorik : Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan.

2. Kognitif : Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Ini sesuai dengan pengertian belajar menurut aliran kognitif yang menekankan pada kemampuan mengenal pada individu yang belajar.

3. Gertalf : Pembelajaran adalah usaha guru memberikan materi pembelajaran sedimikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi suatu yang bermakna. Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisis yang terdapat pada diri siswa.

4. Humanistik : Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk dipelajarinya. Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kebebasan pada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuan.

Munculnya berbagai pengertian pembelajaran adalah pertanda bahwa kegiatan pembelajaran itu sangat kompleks. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.

Menurut Johnson dan Johnson (dalam Mulyono Abdurahman, 1999:123) ada empat elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu : Saling ketergantungan positif, Interaksi tatap muka, Akuntabilitas individual

Ketrampilan dalam menjalin hubungan interpersonal. Dari hasil penelitian Johnson dan Johnson dalam bukunya Nur, dkk, (2003:63) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:

1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian soal 2. Mengembangkan siswa melakukan penyesuaian

soal

3. Memungkinkan saling belajar sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan

4. Meningkatkan rasa saling percaya

5. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

6. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik

7. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar

8. Meningkatkan hubungan posotif antara siswa dengan gurdan personil sekolah

9. Meningkatkan padangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tapi juga pendidik

D. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah metode eksperimen. Menurut Suharsimi Arikunto (20002:82), metode penelitian eksperimen merupakan penelitian tindakan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara penelitian dengan anggota kelompok sasaran.

Dalam penelitian ini anggota kelompok sasaran, dibedakan menjadi dua macam kelompok, diantaranya:

1. Kelompok eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif adalah kelas X-5 yang terdiri dari 44 siswa, dan

2. Kelompok kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional adalah kelas X-6 yang terdiri dari 44 siswa.

(3)

97 Adapun prosedur dan teknik eksperimen yang

akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru menerangkan konsep pelajaran,

2. Guru membagi siswa dalam kelompok (4 siswa), 3. Guru memberikan tugas dalam soal yang

mencakup tugas individu, berpasangan dan kelompok,

4. Guru mengumpulkan tugas siswa dan menjelaskan jawaban yang tepat,

5. Setiap kelompok ditugaskan membuat soal, guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal–soal yang cocok,

6. Masing-masing kelompok mengirimkan satu utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya,

7. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain,

8. Jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal. Langkah-langkah kelompok kontrol :

1. Guru menerangkankan dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas,

2. Siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru dan mencatat semua pada buku tulis,

3. Guru memberikan contoh soal dan memberikan latihan-latihan,

4. Pada akhir pelajaran guru biasanya memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.

2. Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri I Grobogan, yang terdiri dari tujuh kelas. Asumsikan homogen dengan melihat hal-hal sebagai berikut :

1. Menggunakan buku pegangan yang sama 2. Kurikulum yang sama

3. Diajarkan guru yang sama 4. Tidak ada kelas yang unggul

Berdasarkan data nilai mid semester 1 ketujuh kelas tersebut mempunyai rata-rata yang relatif sama, seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Nilai Mid Semester 1

Dari hasil uji homogenitas menggunakan uji Bartlet (pada lampiran 3) diperoleh nilai x2

hitung = 3.415. Pada taraf kesalahan 5% dengan dk = 7-1 = 6,

diperoleh x2

tabel = 12.59. Tampak bahwa nilai x2

hitung<x2tabel, yang berarti ketujuh kelas mempunyai varians yang relatif sama (homogen). Dilihat dari hasil analisis varians diperoleh F hitung sebesar 0.6445. pada taraf kesalahan 5% dengan dk 1 = 6 dan dk 2 = 298, diperoleh F tabel sebesar 2.13. Dari analisis tersebut terlihat bahwa nilai F hitung kurang dari F tabel, yang berarti ketujuh kelas mempunyai rata-rata yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa ketujuh kelas anggota populasi mempunyai kondisi awal yang relatif sama.

3. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan secara cluster

random sampling, yaitu mengambil 2 kelas dari 7

kelas secara acak. Pada kelompok I (kelompok kelas eksperimen), siswa diberi model pembelajaran kooperatif dan kelompok II (kelompok kelas kontrol), siswa diberi model pembelajaran konvensional. Secara acak diperoleh kelas X-5 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelompok kontrol.

Hal ini juga didukung dengan perhitungan menggunakan uji homogenitas dan analisis varians yang menyimpulkan bahwa populasinya homogen dan berasal dari keadaan yang sama.

4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (x), yaitu variabel yang

mempengaruhi suatu kejadian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran konvensional.

2. Variabel Terikat (y), yaitu variabel sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar akuntansi pokok bahasan laporan keuangan pada siswa kelas X SMP Negeri I Ronggurnihuta.

III. ANALISA

A. Proses Pembelajaran Kelompok Eksperimen

Pada awal pertemuan, guru memberi salam dan apersepsi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang pokok bahasan laporan keuangan. Kemudian membagi kelompok dalam kelompok berempat dan memberikan soal diskusi kepada siswa. Sebelum siswa melakukan diskusi dalam kelompoknya, terlebih dahulu siswa mengerjakan dan memikirkan tugasnya sendiri, dan setelah selesai mengerjakan tugasnya sendiri baru siswa mendiskusikan dengan satu rekan dalam kelompoknya. Setelah siswa sudah mengenal apa itu pokok bahasan laporan keuangan baru siswa dikelompokkan kedalam kelompok (4 orang) untuk mengerjakan soal diskusi kelompok (mengilustrasikan persamaan akuntansi kedalam laporan keuangan).

(4)

98 Pertemuan keduanya, siswa berdiskusi dalam

kelompoknya berempat untuk mengerjakan soal diskusi yang diberikan oleh guru atau pengajar. Disini guru mempunyai peranan sebagai fasilitator yaitu mengamati jalannya proses pembelajaran kooperatif, yaitu salah satunya dengan mengamati jalannya proses pembelajaran. Setelah hasil soal diskusi dikumpulkan, kemudian secara bersama-sama membahas hasil soal diskusi dan guru mengevaluasi jawaban soal diskusi. Pada pertemuan terakhir siswa diberikan tes tertulis (ulangan harian) untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah sudah mencapai suatu keberhasilan. Untuk lebih jelasnya, proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Proses pembelajaran kelompok eksperimen

B. Proses Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol

Awal pertemuan guru menerangkan dan menyampaikan didepan kelas dengan menggunakan metode ceramah. Disini siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru dan mencatat semua pada buku tulis. Kemudian memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal sebagai pekerjaan rumah.

Di pertemuan keduanya, guru memberikan latihan soal dan mengevaluasi soal tersebut bersama-sama siswa sedang pada pertemuan terakhir atau penutup, sama seperti pada kelompok eksperimen yaitu dilakukan tes tertulis (ulangan harian). Untuk lebih jelasnya, proses pembelajaran pada kelompok kontrol dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Proses Pembelajaran Kelompok Kontrol

C. Analisis Data

1. Analisis Data Awal

Deskripsi Data Mid Semester Kelas VII-A Data mid semester kelas VII-A berjumlah 25 Siswa, diperoleh rerata hasil mencapai 6,82, tertinggi 9.6, terendah 4.5, standar deviasi sebesar 1.52. berikut :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Mid Semester VII-A

Berdasarkan tabel 4, sebagian besar siswa (22,7%) mempunyai rentang nilai 6,5-7,4, sebanyak 20,5% pada rentang 4,5 – 5,4 dan rentang 5,5-6,4, sebanyak 18,2% pada rentang 8,5-9,4, sebanyak 15,9% pada rentang nilai 7,5-8,4, dan selebihnya 2,2% antara 9,4-10,4. Deskripsi Data Mid Semester Kelas VII-B. Data mid semester kelas VII-B berjumlah 23 siswa, rerata hasil mencapai 7.21, tertinggi 9,5, terendah 4.1, standar deviasi sebesar 1,41. berikut :

(5)

99 Berdasarkan tabel 5, tampak sebagian besar siswa

(37.21%) dengan rentang 7.1-8.0, sebanyak 20.91% pada rentang 8.1-9.0, sebanyak 13.95% pada rentang 7.1-8,0, sebanyak 11.63% pada rentang nilai 5.1-6.0, sebanyak 9.31% pada rentang 4,1-5.0, dan selebihnya 2.2% antara 9.4-10.4.

Deskripsi Data Mid Semester Kelas VII-C. Dari data mid semester kelas VII-C berjumlah 44 siswa, diperoleh rerata antara 7.09, tertinggi 9.10, terendah 4.30, standar deviasi sebesar 1.23 berikut :

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Mid Semester pada Kelas VII-C

Berdasarkan tabel 6, tampak sebagian besar siswa (34.1%) mempunyai rentang 7.0-7.8, sebanyak 25% pada rentang 7.9-8.7, sebanyak 15.9% , rentang 6.1-6.9, sebanyak 9.1%, rentang 4.3-5.1 dan rentang 5.2-6.0, dan selebihnya 2.2% antara 9,4-10,4.

Deskripsi Data Mid Semester Kelas VII-D. Data mid semester kelas VII-D berjumlah 43 siswa, maka diperoleh rerata hasil belajarnya 6.90, tertinggi 9.5, terendah 4.5, standar deviasi dari nilai-nilai tersebut sebesar 1.42 berikut :

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Mid Semester pada Kelas VII-D

Berdasarkan tabel 10, tampak sebagian besar siswa (34.88%) mempunyai rentang 6,3-7,1, sebanyak 16.28% pada rentang 4.5-5.3 dan rentang 8.1-8.9, sebanyak 13.95% pada rentang 7.2-8.0,

sebanyak 11.63% pada rentang nilai 5.4-6.2, dan selebihnya 6.98% antara 9.0-9.8.

2. Analisis Data Akhir

Deskripsi Kelompok Eksperimen. Setelah pembelajaran menggunakan model kooperatif pada kelompok eksperimen 44 siswa, rerata hasil belajarnya 7.80, tertinggi 9.80, terendah 4.8, standar deviasi sebesar 1.26, distribusi frekuensi berikut :

Tabel 8. Distribusi Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel 8, tampak sebagian besar siswa (34.1%) mempunyai nilai 7.5-8.3, sebanyak 29.5% rentang 8.4-9.2, sebanyak 11.4% rentang nilai 5.7-6.5, sebanyak 11.4% pada interval 6.6-5.7-6.5, sebanyak 6.8% rentang nilai 9.3-10 dan selebihnya 6.8% antara 4.8-5.6.

Deskripsi Data Hasil Belajar Pada Model Konvensional. Setelah pembelajaran dengan model konvensional, diperoleh hasil belajar dengan rata-rata 7,02, nilai tertinggi 9,8, nilai terendah 3.8, standar deviasi dari nilai-nilai tersebut sebesar 1,67. Penyebaran nilai-nilai hasil belajar pada kelompok ini tampak pada distribusi frekeuensi berikut :

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 15, tampak sebagian besar siswa (27.3%) mempunyai nilai 6.0-7.0, sebanyak 25 % pada rentang 4.9-5.9, sebanyak 20.5% rentang nilai 8.2-9.2, sebanyak 11.4% pada interval 7.1-8.1,

(6)

100 sebanyak 11.4% rentang nilai 9.3-10 dan selebihnya

4.5% antara 3.8-4.8. 3. Analisis Data Inferensial

Hasil Uji Normalitas Data. Menggunakan chi kuadrat diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 10. Data Hasil Uji Normalitas Data

Terlihat dari tabel di atas, nilai χ2

hitung <χ2tabel dengan dk (3) dan α=5% berarti data tersebut berdistribusi normal, maka untuk menguji ada tidaknya perbedaan rerata hasil belajar antara kedua kelompok, menguji ketuntasan belajar tersebut digunakan uji t.

Hasil Uji Kesamaan Hasil Belajar, diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel 11. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Belajar

Berdasarkan tabel 11, Fhitung sebesar 1.756< Ftabel dengan dk (43: 43) yaitu 1.833, sehingga Ho diterima, menunjukkan antara ke dua kelompok pembelajaran mempunyai varians hasil belajar relatif sama.

Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar, diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel 12. Hasil Uji t

Berdasarkan uji t diperoleh t hitung sebesar 2.473, melalui uji pihak kanan ttabel dengan dk = 86 sebesar 1.66. Tampak thitung> ttabel pada daerah penolakan Ho. Dengan ditolaknya Ho berarti rerata hasil belajar lebih baik dari konvensional.

Hasil Uji Ketuntasan Belajar. Hasil uji ketuntasan belajar baik kelompok eksperimen dan kontrol dengan uji rata-rata (uji t) batas nilai ketuntasan belajar 6.5 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Uji Ketuntasan Belajar

Berdasarkan tabel diperoleh thitung pada kelompok eksperimen sebesar 6.81 > ttabel (1.68), berarti hasil belajar kelompok eksperimen melebihi 6.5 sebagai batas ketuntasan belajar. Kelompok kontrol thitung sebesar 2.04 > ttabel (1.68) berarti rerata kelompok kontrol melebihi 6.5 berarti konvensional memberikan kontribusi ketuntasan belajar siswa.

Estimasi Rata-rata. Estimasi rerata d penelitian bertujuan mengetahui prediksi rerata yang mungkin dicapai apabila dilakukan pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen atau menggunakan kelompok kontrol pada populasi. Dari estimasi ini diperoleh rerata batas bawah dan rerata batasan atas, yang hasilnya sebagai berikut:

Tabel 14. Hasil Estimasi Rata-rata

Berdasarkan analisis diprediksi bahwa rerata yang mungkin dicapai pada populasi (siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ronggurnihuta) bila dilakukan pembelajaran kooperatif berkisar antara 7.41-8.18 dan bila secara konvensional diperoleh rerata berkisar 6.51-7.52.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara kooperatif dengan konvensional. Hal ini ditunjukkan diperolehnya thitung sebesar 2.473 > ttabel (1.66) yang berarti Ho ditolak.

2. Rata-rata hasil belajar menggunakan pembelajaran kooperatif lebih efektif dari konvensional. Dengan rerata hasil belajar siswa menggunakan kooperatif sebesar 7.80, sedangkan siswa yang diajar menggunakan konvensional sebesar 7.02.

REFERENCES

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional

Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Remaja Karya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara.

(7)

101 Bahri, Syaiful. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darsono, M, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

De Porter, Bobbi. Reardon, M. Singer-Nourine, S. 2001. Quantum

Teaching Mempraktikan Quantum Learning Di Ruang-ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Lie, Anita. 2003. Cooperatif Learning Mempraktikan Cooperatif

Learning Di Ruangruang Kelas . Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Minarti, Dina. 2004. Mengimplementasikan Kurikulum 2004. http://www.google.com. (29 Jan. 2004).

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nur, Mohamad, dkk. 1999. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa

dan Pendekatan Konstruktivis dalam pengajaran. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK.

Surabaya: Universitas Negeri Malang.

Prayitno, Elida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Sudjana, Nana. 2001. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. Syafriani, Dewi. 2002. Pembelajaran “Cooperatif Learning” Alternatif Metode Dalam KBK. http://www.google.com. (12 Des. 2002).

Tim MKDK. 1996. Belajar Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Tim UPT PPL UNNES. 2003. Buku Paket PPL : IKIP Semarang Press.

Yoga Firdaus, dkk. 2003. Buku Pelajaran Akuntansi Untuk Kelas I

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Nilai Mid Semester 1
Tabel 2. Proses pembelajaran kelompok eksperimen
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Mid Semester pada  Kelas VII-C
Tabel 10. Data Hasil Uji Normalitas Data

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat tidak hadir dalam peersidangan, maka kepada Penggugat dan Tergugat tidak dapat dilakukan proses mediasi sebagaimana dimaksud

Sementara untuk emiten saham perusahaan anggota LQ45, menambah informasi terkait prediksi saham perusahaan mereka sehingga dapat melakukan langkah antisipasi terhadap

[r]

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan

Aplikasi berbasis web dengan tampilan grafis sangat bermanfaat untuk menampilkan beberapa model data yang perlu dianalisa, lebih jauh lagi bahwa aplikasi berbasis web yang bisa

• Bagaimanakah data keanekaragaman hayati di daerah garis Wallace dan Weber, daerah hutan tropis, daerah pesisir dan laut Indonesia berdasarkan informasi dari berbagai

O’Brien dan Marakas (2009) menjelaskan bahwa bentuk hubungan kerjasama yang terjalin pada internetworking adalah dengan menggunakan sarana teknologi informasi yaitu jaringan

Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumlah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam