MUQODIMAH Assalaamu'alaikum wr.wb.
Segala puji semata hanya untuk Allah SWT. Sholawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia. “Cemas”. Itulah yang kita rasakan kalau kita melihat anak-anak hasil pendidikan saat ini. Anak-anak itu memang menjadi anak-anak yang berani, percaya diri, spontan dan kreatif, namun pada saat yang sama anak-anak itu mulai kehilangan ketawadhu'an, percaya dan hormat pada guru, sayang pada yang muda dan hormat kepada yang tua, istiqomah, sabar dan karakter-karakter utama yang akan mengantarkannya semakin dekat kepada Tuhan. Bagaimana fenomena ini bisa terjadi ?
Bagaimana pun ilmu itu tidak bebas nilai. Apa yang kita ajarkan kepada anak, secara otomatis membawa nilai-nilai yang dikandungnya. Nilai-nilai inilah yang akan mempengaruhi dan membentuk akal, jiwa dan perilaku anak, karena pada dasarnya seseorang itu akan berbicara dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya. Kita tahu bahwa konsep-konsep dan praktik pendidikan yang ada saat ini sebagian besar kalau tidak bisa dikatakan semuanya berasal dari Barat. Ini tidak berarti kita anti terhadap semua yang datang dari Barat. Proses penyerapan ilmu adalah seperti proses metabolisme tubuh. Tidak semua yang masuk ke dalam tubuh kita serap, namun juga tidak semuanya kita tolak. Menyerap atau menolak semuanya itu hanya akan menyebabkan kematian. Yang benar adalah menyerap yang baik dan membuang yang tidak berguna. Masalahnya adalah, bagaimana kita dapat menapis nilai-nilai asing jika nilai-nilai milik kita sendiri, yaitu Islam, tidak kita pahami dengan benar ? Bagaimana kita bisa menentukan sesuatu itu baik atau buruk, membahagiakan atau merugikan, jika kita sendiri tidak memahami konsep baik-buruk, bahagia-merugi menurut Islam ?
Sejak awal lembaga pendidikan ini memang berkomitmen untuk menerapkan konsep dan praktik pendidikan Islam dalam semua aspeknya. Institusi ini berusaha mengekspresikan kehadiran Islam: yaitu atmosfer ketenangan yang di dalamnya melahirkan pemikiran-pemikiran yang brilian dan mulia ; di sana hiruk-pikuk kehidupan yang sekuler yang penuh dengan kekhawatiran tidak memiliki ruang ; di dalamnya pula penyelidikan-penyelidikan ilmiah di antara bangunan-bangunan yang ada diwujudkan.
Hal utama yang membedakan antara Pendidikan Berbasis Tauhid dengan pendidikan yang ada adalah “penanaman adab”. Pendidikan sebagai ta'dib (penanaman adab) adalah proses pendidikan yang bukan hanya mengajarkan ilmu yang ada di buku namun juga sikap, tatacara, kesopanan, kebaikan dan pengabdian sehingga seseorang menjadi siap lahir batin untuk menerima pemberian Allah SWT.
Berkaitan dengan hal di atas, bersama ini kami sajikan Alur Penerimaan Peserta Didik Baru, sekaligus gambaran singkat proses pendidikan di SMP & SMA Ar-Rohmah Putri. Wassalaamu'alaimum wr.wb.
Malang, 07 Pebruari 2013 Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
PROSEDUR PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU
1. Alur Pendaftaran Murid Baru 2. Pelaksanaan Tes
3. Materi Tes
4. Pengumuman Hasil Tes 5. Pembiayaan
6. Daftar Ulang 7. Pengunduran Diri 8. Rekening
9. Kesekretariatan
10. Kedatangan Peserta Didik Baru 11. Jadwal Harian
1. ALUR PENDAFTARAN MURID BARU
MENGISI & MEMBAYAR FORMULIR
(LANGSUNG / ON LINE)
TES PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU
PENGUMUMAN DAN DAFTAR ULANG
SISWA BERSAMA ORANG TUA DATANG
DI KAMPUS AR-ROHMAH PUTRI
1.1. MENGISI DAN MEMBAYAR FORMULIR a. Prosedur pendaftaran langsung
1. Datang langsung ke kampus LPI Ar-Rohmah putri, mengisi formulir dan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp.
250.000,-2. Menyerahkan formulir yang sudah diisi b. Prosedur pendaftaran on-line
1. Membayar biaya pendaftaran melalui Bank Muamalat Cabang Malang No Rek. 0000 499 831 a.n YPI Ar-Rohmah Putri (di atas namakan anak dan orang tua) Bukti transfer dapat dikirim via pos atau fax (0341-463442) ke sekretariat di kampus LPI Ar-Rohmah Putri
2. Membuka www.arrohmah-putri.com dan mengikuti petunjuk pendaftaran online yang tertera
3. Mendownload buku panduan penerimaan Peserta Didik Baru sebagai bahan panduan selama pendaftaran di www.arrohmah-putri.com
c. Waktu
PENDAFTARAN laundry seragam, kesehatan)SPP (Pendidikan, Konsumsi,
GELOMBANG TES 7.500.000 825.000 850.000 8.500.000 9.500.000 SMP / SMA INFAQ JARIYAH SMP SMA 19 Mei 2013 24 PEB 2013 Inden Gel - 1 Gel - 2 s.d 20 Feb 2013 21 Peb 2013 s.d 30 April 2013 1 s.d 15 Mei 2013
No PENDAFTARAN PELAKSANAAN TES
1 INDEN
2 GELOMBANG 1 DAN 2
AHAD, 24 PEB 2013 AHAD, 19 MEI 2013
Tes dilaksanakan sesuai dengan jadwal masing-masing gelombang pendaftaran, yaitu : 2. PELAKSANAAN TES
5.PEMBIAYAAN
Secara keseluruhan pembiayaan awal masuk bagi jenjang SMP & SMA sebagai berikut: a. PEMBIAYAAN SMP
NO URAIAN PENDAFTARAN
INDEN GEL1 GEL2
1 Infaq Jariyah 7.500.000 8.500.000 9.500.000 2 SPPbulan Juli 825.000 825.000 825.000 3 BP3/Tahun 100.000 100.000 100.000 4 Seragam sekolah 950.000 950.000 950 .000 5 Sewa almari 550.000 550.000 550.000 6 MOS 125.000 125.000 125.000
7 Buku & Kegiatan Menyusul *) Menyusul *) Menyusul *)
JUMLAH (tanpa keg & buku) 10.050 .000 11.05 0.000 12.05 0.000
PEMBIAYAAN SMA
NO URAIAN INDEN PENDAFTARANGEL. 1 GEL. 2
1 Inf aq Jariyah 7.500.000 8.500.000 9.500.000 2 SPPbulan Juli 850.000 850.000 850.000 3 BP3/Tahun 100.000 100.000 100.000 4 Seragam sekolah 950.000 950.000 950.000 5 Sewa a lmari 550.000 550.000 550.000 6 MOS 125.000 125.000 125.000
7 Buku & Kegiatan Menyusul *) Menyusul *) Menyusul *)
JUMLAH (tanpa keg & buku) 10.075 .000 11.075 .000 12.075 .000 Keterangan :
o Biaya seragam : (4 stel baju seragam sekolah, termasuk seragam OR, 4 jilbab) o Biaya untuk buku dan kegiatan di sampaikan menyusul
o Biaya diatas dibayar setelah calon santriwati dinyatakan diterima o Waktu dan proses pembayaran (lihat point Daftar Ulang)
3. MATERI TES
a. Materi tes meliputi :
1) Tes Akademik : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Sains 2) Tes Diniyah : Baca Al-Qur'an dan hafalan juz 30
3) Wawancara : Orang tua (untuk jenjang sma ditambah wawancara peserta tes)
b. Alur Pelaksanaan Tes
Keterangan selama Tes :
Tes di istirahatkan ketika adzan berkumandang dan dilanjutkan 45 menit kemudian. 4. PENGUMUMAN HASIL TES
Bagi calon siswi yang sudah mengikuti tes seleksi, Insya Allah pengumuman dilaksanakan 7 (tujuh) hari setelah tes melalui :
1. Website : www.arrohmah-putri.com
2. Datang langsung ke Kantor Sekretariat LPI Ar-Rohmah Putri 3. Menghubungi Telp Panitia 0821 3909 7375 (Ustdzh. Utifah)
PESERTA DATANG KE KAMPUS AR-ROHMAH PUTRI Pukul 07.00 WIB CHECK IN CHECK IN ORANG TUA ORANG TUA WAWANCARA WAWANCARA PESERTA TES 1. TES TULIS
2. TES BACA DAN TAHFIDZ QUR’AN 3. PENGUKURAN SERAGAM 4. WAWANCARA (Khusus calon SMA)
PENYERAHAN KEMBALI KARTU PESERTA TES DITEMPAT CHECK IN
6. DAFTAR ULANG
1. Daftar ulang dilakukan paling lambat 2 (dua) pekan setelah pengumuman
2. Bagi calon santriwati yang dinyatakan diterima diharuskan menyelesaikan pembiayaan seperti yang tertera pada tabel.
3. Jika belum bisa melunasi seluruhnya, maka ada beberapa ketentuan yakni :
Membayar Infaq uang pangkal sebesar 100 % dari yang telah ditentukan , adapun untuk SPP, BP3, MOS, Sewa Almari, Seragam, Buku dan Kegiatan di lunasi maksimal 30 Juni 2013.
8. REKENING
Bank Muamalat Cabang Malang No Rek. 0000 499 831 a.n YPI Ar-Rohmah Putri (setiap transaksi harap ditulis nama anak dan orangtua). Konfirmasi pembayaran ke bag keuangan 0821 4234 8249. Bukti transfer dapat dikirim via pos atau fax ke sekretariat di kampus LPI Ar-Rohmah Putri.
9. KESEKRETARIATAN
Lembaga Pendidikan Islam Ar-Rohmah Putri Pesantren Hidayatullah Malang, Jl. Raya Jambu 01 Sumbersekar Dau Sengkaling Malang, KP. 65151, Telp. Panitia PSB (0341) 532088 (hp) 0821 3909 7375 Fax (0341) 463442, Email : [email protected]
7. PENGUNDURAN DIRI
Bagi siswi yang sudah dinyatakan diterima, tetapi karena beberapa hal yang menyebabkan calon siswi mengundurkan diri, maka perihal pembiayaan adalah sebagai berikut :
1.
2. 3.
Jika dikemudian hari siswi yang bersangkutan tidak lulus dari sekolah asal maka pembiayaan yang telah dibayarkan bisa diambil kembali 100 % (kecuali uang pendaftaran), dengan menyertakan surat keterangan dari Sekolah asal.
Bagi siswi yang mengundurkan diri selain sebab pada point 1 (satu) maka pembiayaan yang telah dibayarkan tidak bisa diambil kembali.
Bagi siswi yang pindah setelah MOS, maka wajib menyelesaikan seluruh biaya administrasi.
b. Alur Penyerahan Peserta Didik Baru
SISWA BARU DAN ORANG TUA CHEK IN
PENYERAHAN
BERKAS ADMINISTRASI
CEK KEUANGAN
SERAH TERIMA DAN TANDA TANGAN MOU
CHECK BARANG DI ASRAMA SISWA
ORIENTASI WALI SANTRI BARU DENGAN LEMBAGA
Ket : Barang bisa dibawa ke asrama sesudah menyelesaikan alur sampai MoU 10. KEDATANGAN PESERTA DIDIK BARU
a. Waktu
Dengan diantar oleh orang tua, santriwati diserahkan ke Pihak pesantren pada waktu yang ditentukan mulai pukul 07.00 - selesai. Siswa wajib menyumbangkan 2 (dua) jenis buku untuk perpustakaan yaitu buku ilmu pengetahuan popular dan pengetahuan Islam.
NO WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
01 Qiyamul Lail
02 04.00 05.00- Sholat Subuh dan Wirid pagi Wirid pagi dibaca santriwati secara berjamaah 03 05.00-06.00 Diniyah Pagi Tilawah,Tahfidz Qur’an, Tarjamah, Tahfidz Hadits 04 06.00-06.30 Bersih lingkungan Perubahan Jadwal dilakukan setiap bulan sekali 05 06.30-07.10 Bersih diri dan Makan pagi
06 07.10-11.45 Belajar di sekolah 6 jam pelajaran,istirahat 1 kali {20 menit} 07 11.45-12.45 Persiapan dan Sholat Dluhur
08 12.45-13.00 Makan siang 09 13.00-14.30 Rehat dan bersih diri
10 14.30-15.15 Sholat ‘Asyar dan Wirid sore Wirid sore dibaca santriwati secara berjamaah
11 15.15-17.30 Diniyah sore
Tilawah Al Qur’an, Fiqih, Bahasa Arab, Mufrodat, Aqidah Akhlaq, Siroh, Khot 12 17.30-18.15 Sholat maghrib
13 18.15-18.45 Tilawah qur’an 14 18.45-19.45 Sholat ‘Isya’ & makan malam 15 19.45-21.30 Belajar mandiri atau kelompok 16 21.30-03.30 Istirahat malam
03.30-04.00
11. JADWAL HARIAN
No Nama Barang Jumlah Keterangan
ADMINISTRASI
01 Foto kopi Ijazah terlegalisir 3 lembar 02 Foto kopi SKHU/ DNU terlegalisir 3 lembar
03 Pas Foto hitam putih 3x4 3 lembar Berjilbab 04 Pas Foto hitam putih 4x6 3 lembar Berjilbab
05 Foto 2 orang mahram ukuran 3 x 4* Masing 2 1 lembar
*Diutamakan foto mahram laki-laki (ayah, kakak, adik, paman) 06 Buku sumbangan 2 buku
07 Foto kopi kartu NISN 1 lembar
08 Surat keterangan kesehatan 2 lembar Asli dan foto kopi
09
Administrasi tambahan untuk siswi mutasi
10
Surat mutasi 1 lembar Rapor asli sekolah asal 1 buku
PAKAIAN
01
Jubah + Kerudung * Max. 5 *sejajar siku siku, tidak berbelah dan tidak berkerut
02
Baju Muslim bebas + Kerudung * Max. 2 *baju atasan min. 10 cm diatas lutut, bawahan tidak berbelah. Baju tidak pas badan (longgar)
03 Baju tidur / santai (kaos celana panjang) Max. 3 *Minimal setengah betis
04 Mukena Max. 2
05 Underwear Max. 8
06 Kaos kaki * Max. 7 *min. 10 cm dibawah lutut 07 Sepatu putih (vantoufel) Max. 1
I2. KETENTUAN BARANG YANG DIBAWA
SELAYANG PANDANG PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID
1.
Visi & Misi
2.
Tujuan
3.
Pola Pendidikan
3.1
Manhaj
3.2
Pembelajaran Berbasis Tauhid
4.
Struktur Kurikulum
4.1
Fardlu ‘ain
4.2
Fardlu Kifayah
4.3
Muatan Kurikulum
5.
Sarana Penunjang
6.
Metode Pembelajaran Berbasis Tauhid
08 Sepatu olah raga Max. 1
09 Jaket non kardigan Max 1
PERLENGKAPAN SEKOLAH
01 Tas sekolah Max. 1
02 Buku Tulis Secukupnya
03
Ball point, pensil, penggaris, setip, jangka,
busur Min. 1
04 1
*oleh John M. Echols & Hassan Shadily
PERLENGKAPAN MCK
01 Gayung & bak cuci Secukupnya
02 Handuk mandi Secukupnya
03 Sikat gigi & pasta gigi Secukupnya
04 Sabun Mandi & deterjen Secukupnya
05 Sikat cuci Secukupnya
06 Hanger Max. 18
PERLENGKAPAN ASRAMA
01 Bantal & guling 1 Cukup
02 Tempat air minum 1 Ukuran 2 lt
03 Selimut tidur & sprei Max. 2
04 Setrika & kabel 1 Cukup
05 Sandal Max. 1
06 Sisir, bedak, gunting kuku, pelembab deodorant*
*jika perlu
Barang yang tidak disebutkan di atas, dimohon tidak dibawa ke asrama.
Kamus Inggris - Indonesia & Indonesia Inggris*
Wali asrama dan petugas dapat melakukan pemeriksaan dan penyitaan terhadap barang terlarang milik santriwati.
PENDIDIKAN BERBASIS TAUHID 1. Visi & Misi
A. Visi :
Mencetak generasi tauhid yang akan membangun Peradaban Islam yang unggul & menjadi rujukan ummat.
Sumber inspirasi bagi visi Pesantren Hidayatullah adalah visi peradaban Islam yang dibawa oleh bapak para nabi, Ibrahim AS, yang terekam abadi dalam (QS. 14 : 35-41)
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata : " Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, jauhkanlah aku beserta keturunanku dari menyembah berhala.
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan kebanyakan manusia, maka barangsiapa mengikutiku, maka sesungguhnya ia termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanam-tanaman di dekat Baitul Muharram ( Ka'bah ) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati manusia condong kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan ; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada dilbumi maupun yang ada di langit
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tuaku Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar doa.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sekalian orang-orang yang beriman pada saat Hari Perhitungan ."
Dari surah tersebut kita dapat memahami betapa Nabi Ibrahim AS. sangat khawatir dan gelisah dengan pengaruh berhala-isme terhadap masa depan anak keturunannya. Ia kemudian berusaha menyelamatkan mereka dengan menciptakan sebuah lingkungan di Bakkah atau Makkah, yang kondusif untuk mendidik mereka dengan pendidikan tauhid. Pada hakikatnya berhala jaman dulu dan sekarang adalah sama saja, yaitu ilmu
pengetahuan, keyakinan dan ideologi jahiliyah yang mempengaruhi akal dan jiwa, yang telah m e n y e s a t k a n ke b a n y a k a n m a n u s i a . Sesungguhnya permasalahn inti umat Islam saat ini bukanlah masalah sains dan teknologi, ekonomi dan kepemimpinan, namun akar dari berbagai permasalahan itu adalah masalah ilmu pengetahuan. Masalah ilmu pengetahuan ini bukan hanya dipertentangkan dengan kebodohan, namun yang lebih besar lagi adalah
1. Menciptakan kampus pendidikan yang islami sehingga dapat mengembangkan dua aspek imaginatif murid, yaitu : sensitif dan kognitif
2. Menciptakan institusi Pendidikan Berbasis Tauhid
3. Memiliki para pendidik yang dapat melakukan proses tilawah, tazkiyyah, dan ta'limah dalam membentuk generasi tauhid
B. MISI
tantangan dari ilmu pengetahuan dan peradaban Barat yang saat ini menghegemoni dunia.
Bagaimanapun ilmu pengetahuan itu tidaklah bebas nilai. Ia selalu membawa nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh masyarakat dimana ilmu pengetahuan itu dilahirkan. Sesungguhnya peradaban Barat saat ini telah membawa pemikiran-pemikiran atau paham-paham yang telah menjadi berhala kontemporer.
Pernyataan ini tidak berarti Islam menolak semua yang datang dari Barat. Sikap kita terhadap ilmu pengetahuan dan peradaban Barat adalah seperti proses metabolisme tubuh. : tidak semua makanan diserap, tapi juga tidak semua makanan ditolak.Yang sesuai dengan nilai Islam diserap, yang tidak sesuai ditolak atau disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Tentu saja ini berarti bahwa pertama-tama kita harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan peradaban Islam itu sendiri sebelum menilai dan menapis konsep-konsep kunci peradaban Barat.
Hanya dengan cara seperti itulah kita akan dapat menghindarkan anak-anak kita dan generasi sesudahnya dari pengaruh buruk berhala-berhala saat ini dan mengisi jiwa dan pikiran mereka dengan pendidikan tauhid.
Dengan mewarisi visi seperti itulah kemudian Pesantren Hidayatullah membuat kampus-kampus di seluruh Indonesia dengan niat untuk menyelamatkan generasi saat ini dari pengaruh berhala-isme kontemporer dan menjadikan mereka generasi tauhid.
Di kampus inilah ajaran Islam dibumikan dan pengaruh berhala disingkirkan. Ajaran-ajarannya dilaksanakan secara konsekuen, sistematis dan seiring dengan garis-garis syariat. Syirik, kufur, kebencian dan sifat-sifat orang munafik dilarang. Para penghuninya menjadi satu keluarga besar yang hidup dengan Islam dan demi Islam. Mereka membina persaudaraan dan saling tolong menolong, saling menyayangi dan berbakti, berbuat baik dan mementingkan orang lain, mencintai dan mentaati Rasul. Kemudian mereka mendemonstrasikan kesabaran, ketekunan, persatuan dan berpegang pada tali Allah serta bahu membahu untuk berjihad di jalan Allah dan membuat mukjizat-mukjizat dengan persatuan dan persaudaraan mereka yang baik.
Dari kampus inilah InsyaAllah Islam memancar, seperti cahaya yang muncul sesudah gelap. Cahayanya berkilauan dan terus mengirimkan sinarnya ke setiap wilayah di bumi. Dan sesudah itu kemenangan-kemenangan yang banyak dan besar akan dicapai. Jalan yang dipegang teguh oleh para penghuninya adalah : "Jika kamu menolong agama Allah,
niscaya Allah menolong kamu." (QS. Muhammad 47/7)
Intitusi pendidikan yang dibentuk di kampus ini merupakan gambaran dari manusia universal atau insan kamil. Insan kamil adalah seseorang yang sanggup menampakkan sifat-sifat ketuhanan dalam perilakunya dan betul-betul menghayati kesatuan esensialnya dengan wujud ilahiah tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai seorang hamba dan makhluk-Nya. Figur insan kamil adalah Rasulullah saw. Institusi pendidikan itu diupayakan merefleksikan figur
Muhammad SAW dalam hal ilmu pengetahuan dan amal saleh dan fungsinya adalah membentuk laki-laki dan wanita yang beradab agar memilki kualitas seperti Nabi Muhammad sesuai dengan kemampuan dan potensinya masing-masing.
Institusi ini berusaha meng-ekspresikan
ke h a d i ra n I s l a m : ya i t u a t m o s fe r Kegiatan Diniyah Pagi
ketenangan yang di dalamnya melahirkan pemikiran-pemikiran yang brilian dan mulia; di sana hiruk-pikuk kehidupan yang sekuler yang penuh dengan kekhawatiran tidak memiliki ruang; di dalamnya pula penyelidikan-penyelidikan ilmiah diantara bangunan-bangunan yang indah diwujudkan.
Institusi pendidikan Islam ini memiliki struktur yang berbeda dari institusi pendidikan Barat, konsep ilmu yang berbeda daripada apa yang dianggap sebagai ilmu oleh para pemikir Barat, dan tujuan dan aspirasi yang berbeda dari konsepsi Barat.
Institusi pendidikan Barat modern tidak merefleksikan manusia, tetapi lebih pada sebuah negara. Bahkan sekalipun berusaha menyerupai manusia, ia bukanlah manusia yang sesunguhnya, melainkan sosok manusia sekuler, politik, dan ekonomi. Ia bagaikan manusia tanpa kepribadian. Institusi pendidikan modern tidak memiliki pusat penting yang menyatukan, tidak memiliki prinsip dasar yang permanen sebagai tujuan akhirnya. Ia masih berpura-pura memikirkan sesuatu yang universal, bahkan mengaku memiliki pelbagai departemen seolah-olah merupakan kesatuan anggota tubuh - tetapi tidak memiliki otak, apalagi akal dan jiwa, kecuali hanya sepenuhnya menurut fungsi administratif untuk perbaikan dan perkembangan fisik….. pelbagai bagian di dalamnya tidak saling bekerja sama, masing-masing sibuk dengan keinginannya, dengan kebebasan berkehendak mereka. Institusi modern adalah sebuah mekanisme bukan organisme, yang diatur bersama oleh peraturan administratif dan diperkuat dengan uang. Institusi yang ada sekarang tampaknya agak kosong dari filsafat yang menyatu dan hidup. Para guru berasal dari latar belakang dan penganut pemikiran yang berbeda-beda. Hanya sedikit kesatuan tujuan yang bisa mengikat mereka bersama.
Pelajaran Olah Raga
R a i s o n d ' e t r e m a n u s i a a d a l a h
pertumbuhan dan perkembangan s p i r i t u a l nya ya n g m e m b u at j i wa rasionalnya menjadi pengendali jiwa kebinatangannya. Begitu juga tujuan akhir sebuah lembaga pendidikan adalah perkembangan setinggi-tingginya spiritual siswanya dan stafnya. Hal ini berarti bahwa aspek intelektual-spiritual harus menjadi prioritas dibandingkan aspek-aspek fisikal dan finansial dalam meraih segala aktivitas
dan tujuan lembaga.
Setiap bagian di dalamnya harus sama-sama menghayati segala visi, misi dan tujuan lembaga sehingga semua itu bisa diaktualisasikan. Segala target, tujuan dan program tidak harus selalu didefinisikan dalam kacamata efektivitas administratif dan efisiensi ekonomis, tetapi elemen-elemen administratif dan ekonomis adalah sarana bagi terciptanya perkembangan tahap spiritual-intelektual para siswanya.
Mengorientasikan pada gaya-gaya filsafat dan manejemen organisasi-organisasi ekonomi-industri yang sukses adalah mengindikasikan tingkat tertinggi sekularisme sebagai program filsafat. Termasuk di dalamnya adalah tuntutan agar materi-materi dan tujuan-tujuan pendidikan harus dimodifikasi sesuai tuntutan pasar dan industri serta peluang kerja. Mungkin, karena orientasi institusi pendidikan modern yang bersifat seperti perusahaan, kejadian demonstrasi dan kekacauan antara siswa dan guru adalah kejadian yang biasa. Filsafat pendidikan tidak harus dikorbankan demi efisiensi ekonomi dan supremasi birokrasi.
Guru-guru yang mengajar di institusi pendidikan ini adalah guru-guru yang seperti diinginkan oleh Nabi Ibrahim dan mengikuti cara Rasululah saw dalam mendidik para sahabatnya. Guru-guru tersebut harus dapat melakukan proses tilawah, tazkiyyah, dan ta'limah
Tilawah. Makna awal tilawah adalah mengikuti secara langsung dengan tanpa pemisah (tabi'a). Dalam al-Qur'an kata tilawah selalu dikaitkan dengan "ayat-ayat Allah". Jelas kita melihat bahwa tilawah mengungkapkan aspek praktis, yaitu sebuah tindakan yang terpadu, baik secara verbal, intelektual, maupun fisik dalam mengikuti serta mengejawantakan atau mempraktekkan "ayat-ayat atau pertanda-pertanda Allah"dalam kehidupan. Tilawah merupakan upaya intensif untuk mengikatkan diri kepada sifat-sifat Allah satu demi satu, selangkah demi selangkah, hingga mencapai taraf tertentu yang dipersyaratkan untuk siap mengikuti tingkatan selanjutnya. Proses tilawah ini membutuhkan dua hal :
Kegiatan Belajar Kelompok di Asrama
lahir kesadaran bertauhid yang terangkumdalam kalimat tauhid Laa ilaha illallaha,
Muhammadar rasulullahi, yang mana seluruh bangunan peradaban Islam di bangun di
atasnya.
Upaya mewujudkan sifat-sifat Allah dalam kehidupan ini pada kenyataannya melahirkan proses tazkiyyah.
Tazkiyyah. Tazkiyyah tidak dapat dilakukan tanpa kesengajaan untuk bertilawah. Tazkiyyah sendiri - dari kata dasar zakka- bermakna tumbuh, berkembang, dan menjadi bersih. Ini bermakna bahwa hanya dengan bertilawah seseorang akan menjadi bersih, tumbuh dan berkembang semestinya, menuju arah dan akhir yang paling sempurna. Jiwa dan kehidupannya terhindar dari hal-hal yang dapat merusak, jauh dari rasa takut dan kesedihan hati dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Allah berfirman, "Bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati" ( QS. 2 : 112 dan ayat lain yang senada ).
Proses tazkiyyah ini akan mengantarkan seseorang memasuki fase ta'limah.
Ta'limah. Fase ini pada prinsipnya adalah proses pembekalan ilmu, yakni memberikan landasan rasional terhadap apa yang dipercaya, diamalkan, direncanakan, dll, yakni dengan cara mengajarkan nilai-nilai Qur'ani dan Sunnah (Islam). Ta'limah ini akan menghapuskan kejahiliyahan seseseorang. Tanpa kitab dan hikmah, bisa jadi seseorang telah melek huruf, informasi dan teknologi, namun ia tidak mengenal Allah dan Rasul-Nya, sehingga ia gagal memahami diri sendiri dan tugas hidupnya yang hakiki. Ia hanya
Outing
1. Model yang dapat membimbing dan memberi contoh untuk diikuti
2. Lingkungan yang kondusif dan jauh dari pengaruh berhalaisme
Tujuan tilawah ini adalah mengenalkan dan mengantarkan peserta didik kepada Allah swt sebagai Rabb dan Ilah. Inilah tujuan utama dari upaya pencarian ilmu, yaitu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dari proses tilawah inilah kemudian akan
3.1. MANHAJ
Manhaj adalah cara pandang dalam memahami data dan fakta. Bisa jadi data dan faktanya sama, namun karena 'cara pandang' yang berbeda dalam memahami data dan fakta tersebut, maka hasilnya akan bisa sangat jauh berbeda. Jelas ada perbedaan yang dalam antara cara pandang Islam dan cara pandang asing. Seorang muslim bisa menggunakan
Al-thariqah dan Al-maddah asing, tapi tidak untuk manhaj-nya. Ia tetap harus menggunakan
manhaj Islam. Seperti kata Roshental, suatu peradaban cenderung berjalan di atas konsep penting (mabda' asasi) yang telah ada sejak kelahirannya. Jika konsep-konsep itu tidak lagi digunakan secara benar , maka itu merupakan pertanda yang jelas, bahwa peradaban itu telah mati.
Al-Qur'an mengajarkan: Katakanlah," Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata ('alaa bashiratin *). Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. 12 : 108 )
*'Alaa bashiratin : 'alaa 'ilmin wa yaqin ( berdasarkan ilmu dan keyakinan, tafsir Thabari ).
Manhaj/ framework berisi nilai-nilai. Manhaj ini akan menjadi sebuah suatu dokumen yang akan memberi ilham kepada orang. Ini membuat mereka bangga menjadi bagian dari Islam. Manhaj ini berlaku sebagai benchmark pribadi, memandu, dan membentuk prilakunya. Sehingga manhaj ini yang akan memberi bentuk dan warna yang khas dan sekaligus bagaimana seseorang memahami dirinya sendiri. Framework ini tidak hanya berurusan dengan fakta dan data. Ia berkaitan dengan pendekatan metodologis. Artinya, bagaimana data dan fakta itu dipahami. Data dan fakta yang ada itu harus diselaraskan dengan framework ini. Begitulah konsekuensi sebuah manhaj/framework.
Pesantren Hidayatullah di dalam upayanya untuk melahirkan generasi tauhid yang sesuai visi dan misinya telah berijtihad dan menerapkan pola pendidikan yang dikenal dengan Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW). Diyakini bahwa SNW ini selaras dan merujuk pada manhaj/framework Islam, karena semangat dan muasal ditemukannya manhaj ini berawal dari keinginan untuk ittiba' kepada Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabatnya.
Pendidikan yang ada di Hidayatullah - baik proses maupun hasilnya - seluruhnya merujuk dan dijiwai oleh manhaj ini. Ia diterjemahkan baik dalam proses belajar mengajar, budaya kerja, manajemen, pengambilan keputusan, pembinaan SDM dan seluruh aspek lainnya yang hendak diraih oleh lembaga ini. Konsekuensinya, guru, pengasuh, murid, karyawan Pendidikan Berbasis Tauhid ini dibangun
dengan mengikuti kaidah pendidikan Islam klasik , yaitu :
Al-thariqatu ahammu min al-maddah -
metode lebih penting dari materi,
Almudarrisu Ahammu min althariqah
-guru lebih penting daripada metode
Al-manhaj ahammu min maddah wa al-mudarris - manhaj/framework/ruh lebih
penting dari dari materi dan guru Kegiatan Latihan Dasar Kemandirian Santri
akan menjadi pelanjut dan pelestari kejahiliiyah abad modern ini.
Membangun institusi pendidikan mulai dari awal, dilengkapi orientasi-orientasi filosofis dan epistemologi yang jelas, ditambah sumber keuangandan sumberdaya manusia yang kuat dalam akademis, administratif dan masalah yang menyangkut siswa adalah jauh lebih efisien dan efektif.
2. TUJUAN
Pendidikan ini bertujuan menanamkan keyakinan beragama dan pembentukan manusia Islami yang sejati, yang cinta dan menguasai berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Itulah yang disebut dengan Insan kamil atau manusia universal. Seorang cendekiawan muslim bukanlah seorang spesialis dalam salah satu bidang keilmuan, melainkan seorang yang universal dalam cara pandangnya dan memiliki otoritas dalam beberapa bidang ilmu yang saling berkaitan. Pendidikan ini sukses memadukan subyek-subyek sekuler, baik yang berakar dari Barat atau Timur, kepada persetujuan religius dan teologis yang berakar pada Al-Quran dan Sunnah Nabi. Hal ini tidak akan mungkin terjadi, tanpa didahului oleh pendidikan yang mencetak manusia-manusia Qur'ani yang pemikirannya berkisar pada sentralitas Allah swt serta kebenaran mutlak Al-Qur'an Al-Karim dan berbagai Hadits Nabi SAW yang shahih. Karenanya dalam pendidikan ini yang pertama kali diajarkan adalah ajaran-ajaran dasar yang tertanam dalam Al-Qur'an. Hasil dari sistem pendidikan iniadalah pembentukan weltanschaung Qur'ani dan tidak lepas dari ajaran kitab suci. Hasil yang sangat nyata dari upaya sistem tersebut adalah sentralitas Allah swt sebagai Tuhan dalam pemikiran seorang muslim atau yang disebut dengan Tauhid. Karena itulah kemudian pendidikan ini disebut dengan Pendidikan Berbasis Tauhid.
Pelajaran Diniyah
dan seluruh civitas lembaga ini harus memahami manhaj ini dengan baik karena mereka adalah bagian yang berperan penting dalam memperagakan manhaj ini dalam kehidupan nyata.
Manhaj ini membahas berbagai hal yang merupakan penanaman nilai, konsep, visi, standar, dan model kepribadian serta keyakinan. Akan kita lihat bahwa manhaj ini mengandung paradigma dan nilai-nilai yang amat penting dan fundamental dalam dunia pendidikan yang tidak jarang berlawanan dengan paradigma dan nilai-nilai pendidikan Barat yang saat ini menghegemoni dunia pendidikan kita.
Manhaj Sistematika Nuzulnya Wahyu ini merujuk pada 5 (lima) surah yang turun di masa-masa paling awal, yaitu :
3.1.1. Surah AL-ALAQ : 1- 5. Surah ini membicarakan metafisika Islam. Jika filsafat diperlukan untuk menyiapkan kerangka dasar (framework) bagi pemantapan cita-cita dan tujuan pendidikan, kriteria dalam menyeleksi muatan pendidikan, dan dasar-dasar dalam mengevaluasi tingkat pencapaian tujuan pendidikan umum, maka metafisika Islam memilki relevansi langsung dengan konsep dan praktik pendidikan Islam. Metafisika adalah bagian dari filsafat yang khusus membicarakan hakikat Realitas Mutlak ( Tuhan ). Perlu Ditegaskan bahwa tugas dan kemampuan tertinggi yang dapat kita lakukan dalam masalah ini adalah mengetahui dan mengakui Tuhan sebagai Rabb dan Ilah.
Surah ini memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan pendidikan dalam Islam. Sumber ilmu adalah Allah. Maka tujuan pendidikan Islam dengan sendirinya harus diarahkan pada upaya pengajaran metode pengenalan dan pengakuan yang benar mengenai Tuhan. Metode pengenalan dan pengakuan yang benar mengenai Tuhan inilah yang disebut dengan adab. Pengertian adab adalah : Pengenalan dan Pengakuan terhadap realitas bahwasannya ilmu dan segala sesuatu yang ada terdiri dari hierarki yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-tingkatannya, dan bahwa seseorang itu memiliki tempatnya
masing-masing dalam kaitannya dengan realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual dan spiritualnya.
Adab ini mencakup:
?Pengenalan dan pengakuan mengenai tempat sesuatu secara benar dan tepat
?Pencapaian kualitas-kualitas, sifat-sifat dan perilaku yang baik untuk mendisiplinkan pikiran dan jiwa
?Penonjolan tingkah laku yang benar dan tepat sebagai kebalikan dari tingkah laku yang salah dan tidak sesuai
Pendidikan sebagai ta'dib (penyemaian dan penanaman adab) adalah :
Pengenalan dan pengakuan - yang ditanam secara progressif dalam diri manusia - mengenai tempat yang sebenarnya dari segala sesuatu dalam susunan penciptaan, yang membimbing seseorang pada pengenalan dan pengakuan terhadap keberadaan Tuhan dalam tatatan wujud dan eksistensi.
Pendidikan sebagai ta'dib adalah proses pendidikan yang bukan hanya mengajarkan ilmu yang ada di buku namun juga sikap, tatacara, kesopanan, kebaikan dan pengabdian sehingga seseorang menjadi siap lahir batin untuk menerima pemberian Allah SWT. Pemahaman akan adab selanjutnya akan mengantarkan seseorang untuk bertauhid dengan kalimat La ilaha illallaha Muhammad Rasulullah. Seluruh aspek ajaran Islam berdiri di atas konsep kalimat tauhid ini. Karenanya pemahaman tentang konsep tauhid ini memiliki peran sentral dalam Islam. Konsep tauhid ini mengandung nilai-nilai dasar akidah, yang tidak saja mencakup rukun iman dalam pengertian formal, namun bagaimana nilai-nilai dari iman itu membentuk pemikiran, sehingga menjadi rujukan dalam berpikir, merasa, berbicara, bertindak. Syarat-syarat syahadat, misalnya, pada dasarnya merupakan "pagar" pikiran, perasaan, perkataan dan perilaku (ilmu, yaqin,
qabul, inqiyad, ikhlash, shidq, mahabbah) kebalikan dari jahl, syakk, radd, tark, syirk, kadzib, baghdha'.
Dengan memperkenalkan dan mengajarkan tentang adab seseorang dapat kembali pada fitrahnya. Fitrah adalah status/kondisi ideal manusia sebagaimana janji primordial yang pernah ia ucapkan (QS. Al-A'raf : 172). ( Ini berarti bahwa manusia lahir dengan ilmu dan pengetahuan tentang kondisi ideal, berbeda dengan pandangan Aristoteles dan John Locke). Tapi kemudian dalam kehidupan di dunia manusia lupa dengan janji
primordialnyadanmerusak fitrahnya. Manusia menjadi thughyan atau keluar dari posisi idealnya dalam kesatuan alam semesta ini, sehingga disadari atau tidak ia telah merusak tatanan alam semesta itu. Jika alam semesta rusak, maka manusia juga akan hancur. Mengarahkan kembali seseorang pada kondisi ideal yang awal atau fitrah inilah di dalam Islam yang disebut dengan Tajdid (pembaharuan). Jadi konsep pembaharuan di dalam Islam jelas berbeda dengan konsep pembaharuan di Barat yang bersifat dekonstruktif. Pada saat seseorang telah kembali kepada posisi fitrahnya, maka ia akan dapat merasakan kebahagiaan (sa'adah) yang hakiki. Ia telah kembali mengenal Tuhannya dan mengetahui posisinya yang asli, menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang hamba Allah, sehingga tujuan hidupnya serta kebahagiaannya adalah bekerja dan mengabdi sebagai seorang hamba (abdullah) dan menjadi wakil Allah di muka bumi (khalifatullah).
Orang yang beradab adalah orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan Yang Haq ; yang memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya sendiri dan orang lain dalam masyarakatnya ; yang terus berupaya meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju kesempurnaan sebagai manusia yang bertaqwa. Seseorang yang bertaqwa adalah seseorang yang adil, dalam pengertian dapat memposisikan dirinya dengan benar dalam hirarki ciptaan. Pada gilirannya keadilan itu akan mendekatkan pada ketaqwaan ( QS. 5 : 8 ). Taqwa adalah dasar dari segala amalan-amalan prima. Taqwa inilah yang akan menghasilkan kebahagiaan sejati...
Jika digambar dalam bentuk diagram, proses pendidikan ini adalah sbb :
ADAB KEADILAN TAQWA
PENDIDIKAN KEBAHAGIAAN
Konsep bahwa ilmu datangnya dari Allah inilah yang menyebabkan peradaban Islam bersifat teosentris, bukan anthroposentris seperti yang menjadi ciri utama peradaban Barat. Karena berangkat dari konsep awal yang sangat berbeda inilah, sehingga terdapat jurang yang sangat dalam antara peradaban Islam dan Barat yang sulit untuk dipersatukan. 3.1.2. Surah AL-QALAM1-7. Surah ini mengajarkan satu konsep yang penting dalam dunia pendidikan, yaitu konsep tentang kebenaran sebagai jalan untuk meraih kebahagiaan. Menurut Islam, kebahagian itu adalah kualitas spiritual yang permanen, yang secara sadar bisa dialami dalam kehidupan sekarang dan akan datang. Kebahagiaan seseorang itu
terletak pada keyakinannya terhadap hal-hal mutlak mengenai realitas alam, identitas diri, dan tujuan hidupnya hingga hari akhirat nanti. Lebih dari itu, kebahagiaan juga menyangkut keselarasan antara penyerahan diri dan ketaatan pada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Keyakinan dan keselarasan ini merupakan landasan bagi amal-amal yang utama (fadha'il) dalam Islam, baik yang eksternal maupun internal.Adanya amal-amal yang utama ini mengindikasikan bahwa seseorang itu harus memilki ilmu pengetahuan terlebih dahulu mengenai amal-amal tersebut dan pada kenyataannya hal ini semakin memperkuat posisi ilmu pengetahuan sebagai faktor yang sangat mendasar dalam aqidah Islam. Ilmu pengetahuan adalah dasar bagi semua keutamaan amal.
Dari dulu sampai pada kehidupan kontemporer ini, keyakinan dan keteguhan kita terhadap kebenaran menurut konsep al-Qur'an dan perjuangan kita untuk hidup ber-Qur'an akanmenghadapi tiga kelompok sofis berikut :
1. Kelompok al-la adriyyah atau gnostik, karena selalu mengatakan tidak tahu ( La adri : "saya tidak tahu" ) atau selalu ragu-ragu mengenai keberadaan segala sesuatu sehingga menolak posibilitas ilmu pengetahuan. Orang yang seperti ini, pada gilirannya akan meragukan sikapnya yang serba meragukan keberadaan segala sesuatu.
2. Kelompok al-indiyyah, yaitu mereka yang selalu bersikap subyektif. Berbeda dengan kelompok pertama, kelompok ini menerima posibilitas ilmu pengetahuan dan kebenaran, tetapi menolak obyektifistas ilmu pengetahuan. Bagi mereka, obyektifitas ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah subyektif (indi, yaitu "menurut saya"), bergantung kepada pendapat masing-masing.
Dalam dunia pendidikan, sikap ini jelas terlihat dalam organisasi mata pelajaran yang di dalamnya semua disiplin ilmu pengetahuan dan mata pelajaran dianggap sama. Ditinjau dari kacamata metafisika Islam, semua mata pelajaran yang diajarkan tidak bisa diberi penekanan yang sama. Hal ini adalah suatu ketidakadilan karena penekanan terhadap mata pelajaran seharusnya diberikan sesuai dengan kedudukannya dalam persepktif Islam mengenai hirarki kepentingan dan prioritas ilmu pengetahuan.
Contoh lain dari sofisme indiyyah dalam pendidikan adalah mereka yang mengklaim bahwa mereka tidak mengikuti aliran pemikiran ideologi tertentu dan, karenanya, terbuka untuk pemikiran-pemikiran dari perspektif yang berbeda-beda. Sikap ini tampak,
prima facie, sangat toleran, luhur dan lebih bermanfaat, tetapi jika diteliti lebih
mendalam akan tampak bahwa sikap ini tidak berhasrat untuk memahami perbedaan-perbedaan pemikiran yang ada, yang disebabkan ketidakyakinan mereka (pihak pengelola) terhadap posisi mereka sendiri.
3. Kelompok al-inadiyyah, yaitu mereka yang keras kepala, yang menafikan realitas segala sesuatu (haqaiq al-asyya) dan menganggapnya hanya sebagai fantasi (auham) dan khayalan semata. Kelompok terakhir ini lebih mirip kelompok kedua.
Para sofis ini ini tidak bisa dan tidak akan pernah menjelaskan kedudukan mereka. Kalaupun bisa, satu-satunya kedudukan yang sesuai untuk mereka adalah mendekonstruksi setiap wacana keilmuan. Sikap ini jelas tidak islamis, sebab para filosof muslim sekalipun, seperti Al-Farabi, menempatkan keberhasilan dalam mencapai suatu keyakinan sebagai tahap terakhir dari proses belajar.
Sofisme telah merasuk jauh ke pelbagai sektor kehidupan modern, terutama di Barat, dan menggiring manusia pada konsep relativitas moral serta sikap hidup yang pesimis dan melemahkan sendi-sendi moral, baik pada dataran pengalaman individu, masyarakat, maupun politik.
Keadilan, menurut konsepsi Islam, tidak sama dengan ketidakberpihakan atau sikap netral, sebab keadilan adalah keberpihakan kepada kebenaran. Masalahnya adalah bagaimana seseorang bisa berpihak kepada kebenaran jika eksistensi kebenaran itu sendiri masih diragukan ?
Surah Al-Qalam mendorong orang Islam untuk meneladani Muhammad SAW, sang Insan kamil, sebagi cara yang paling tepat dan selamat untuk meraih kebenaran dan kebahagiaan dengan melaksanakan prinsip-prinsip umum dienul Islam, seperti 1) khiththah hidup berqur'an, 2) konsep benar salah, 3) konsep masa depan, 4) ahklak Islam Harus diingat, figur seperti Nabi Kegiatan Halaqoh Pagi
Muhammad SAW adalah contoh riil insan kamil dan universal. Ini tidak sama seperti ide Barat mengenai manusia universal yang hanyalah sebatas konsep, karena idenya tidak mengakar pada figur yang pernah hidup dalam sejarah. Apalagi ukuran-ukuran Barat mengenai sesuatu yang ideal selalu berubah dan berevolusi. Tanpa contoh riil, penekanan mengenai konsep insan kamil dan universal tersebut hanya akan mendorong kita terjerumus ke dalam suatu humanisme sofistik.
Surah Al-Qalam mengajarkan kepada kita bagaimana hidup ber-Qur'an (selaras dengan Al-Qur'an) dengan meneladani Muhammad SAW. Ketika Ali RA. bertanya kepada Nabi tentang cara jalan yang paling mudah dan tepat dalam meraih kebahagiaan, beliau menjawab bahwa jalan itu adalah jalan kalimat tauhid laa ilaaha illallaha." Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabb alam semesta. Dan tidak mensekutukan-Nya. Demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang yang pertama kali berserah diri (kepada Allah)."
3.1.3. Surah AL-MUZZAMMIL : 1-10. Surah ini mengajarkan kepada kita satu hal penting dalam dunia pendidikan, yaitu tentang fungsi pendidikan.
Fungsi lembaga pendidikan menurut Islam bukanlah untuk menghasilkan warga negara dan pekerja yang baik sebagaimana pendidikan Barat yang bersifat utiliter, tetapi untuk menciptakan manusia yang baik (manusia yang beradab). Manusia yang baik sudah pasti seorang pekerja dan warga negara yang baik, tapi tidak sebaliknya. Sikap meremehkan pendidikan yang berusaha membina dan mengembangkan manusia secara fundamental dan komprehensif akan menimbulkan serentetan permasalahan keruhanian, kejiwaan dan kesehatan dan aneka krisis kemanusiaan lainnya yang sangat menyedihkan.
Laboratorium Komputer Surah al-Muzzammil mengupas masalah
tazkiyah dan ibadah, yaitu bekal mental
dan spiritual untuk menjadi seorang muslim yang baik ,yaitu : (1) qiyamul-lail, (2) tartil al-Qur'an, (3) dzikrullah, (4) tabattul (total di jalan Allah), (5) tawakkal, (6) sabar, (7) hijrah.
Fokus utamanya adalah pencerahan spiritual dan internalisasi nilai-nilai
Al-Qur'an ke dalam diri seseorang ; menjadikan ibadah dan taqarrub kepada Allah sebagai tradisi, baik melalui ibadah wajib maupun nafilah. Al-Ghazali mengatakan, tidak ada cara yang paling jitu untuk menguatkan aqidah dan membentuk karakter-karakter terpuji sebagaimana yang dicontohkan Rasullah kecuali dengan melazimkan diri dengan
tazkiyah an-nafs dan ibadah.
3.1.4. Surah AL-MUDDATSTSIR : 1-10. Surah al-Muddatstsir membahas tentang kesadaran kenabian, yaitu tanggung jawab orang berilmu sebagai pewaris misi kenabian . Seorang individu tidak memilki arti apa-apa dalam keadaan terisolasi, sebab dalam keadaan itu ia tidak lagi menjadi individu, ia adalah segala sesuatu. Oleh karena itu manusia yang beradab (insan adabi) adalah individu yang sadar sepenuhnya akan individualitasnya dan hubungan yang tepat dengan diri, Tuhan, masyarakat, dan alam yang tampak maupun yang gaib. Ia harus mengetahui kedudukan dirinya di tengah-tengah pelbagai tingkatan manusia, yang harus dipahami sebagai sesuatu yang telah disusun secara hierarkis dan logis ke dalam tingkatan-tingkatan (derajat) kebaikan yang berdasarkan kriteria Al-Qur'an mengenai kecerdasan, keilmuan, dan kebaikan (ihsan), dan harus berbuat selaras dengan ilmu pengetahuan itu secara posistif, terpercaya dan terpuji.
Dengan pernyataan ini, dapat dikatakan bahwa tidak ada seorang muslim yang memahami pandangan hidup Al-Qur'an akan menegasikan atau mengabaikan kewajiban sosialnya. Ia mengetahui bahwa meskipun di akhirat nanti bersifat individual, hukuman Tuhan dalam sejarahnya juga bersifat sosial. Hukuman Tuhan juga dikenakan pada dirinya jika ia tidak melaksanakan tugas dan kewajiban yang diperintahkan.
Tugas orang berilmu adalah menjaga syi'ar-syi'ar Islam , dan melaksanakan amar ma'ruf
nahi munkar, serta sabarmenanggung akibatnya. Allah berfirman, " …dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal yang diwajibkan ( oleh Allah ). ( QS. Luqman : 17 )
Imam Asy-Syafi'I berkata," (yang disebut) ilmu itu bukanlah apa-apa yang dihafalkan, akan tetapi ilmu adalah apa-apa yang bermanfaat."
Surah ini menjelaskan tentang konsep perubahan atau prinsip-prinsip dasar tarbiyah dan
dakwah, yaitu: (1) berfokus kepada akhirat, (2) hanya membesarkan nama Allah, (3)
menyucikan "pakaian" (kepribadian, keluarga, dsb), (4) menghindari dosa, berhala, dan najis, (5) ketulusan dalam memberi, berdakwah tanpa pamrih, (6) bersabar.
Fokus utamanya adalah transformasi nilai-nilai Al-Qur'an ke dalam kehidupan. M u l a i l a h m e n c a r i t e m a n , d e n ga n mengajak orang untuk berubah menjadi lebih baik, yakni: dengan menjadi bagian dari para penggerak perubahan (agent of change).
3.1.5. Surah AL-FATIHAH : 1-7. Surah ini merangkum visi dan misi peradaban Islam menurut Al-Qur'an, yaitu mewujudkan tata kehidupan yang berdasarkan moral sebagai wujud pengabdian semata-mata kepada Allah ta'ala.
Al-Fatihah artinya Pembuka, semacam kunci yang akan menjadi pemandu untuk memahami bangunan peradaban yang akan ingin ditegakkan, yakni seluruh nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur'an.
Dengan menganalisis kata Din (dal-ya'-nun) dengan pelbagai derivasinya, seperti dana (berhutang), dai'n (pemberi hutang), dain (kewajiban), dainunah (hukuman/pengadilan ), dan idanah (keyakinan) dan merangkumnya menjadi satu, maka akan terbentuklaah satu gambaran organisasi masyarakat kosmopolitan dan beradab yang ditunjukkan dengan istilah madinah (kota), maddana (berbudaya) dan tamaddun (peradaban dan kebudayaan sosial).
Dengan menekankan pada hubungan yang sangat erat antara konsep din dan madinah, umat islam pertama dengan sadar telah mengubah nama kota Yastrib dengan nama
Madinah al-Nabi setelah peristiwa hijrah. Peradaban yang ingin kita raih adalah
peradaban yang dulu pernah diperagakan di kota Madinah. Al-Madinah telah dinamakan dan disebut demikian, sebab di sana telah terdapat agama yang benar bagi kemanusiaan. Di sana, orang beriman telah menyerahkan dirinya pada kekuasaan Nabi Muhammaad SAW sebagai dayyan-nya; di sana, realisasi rasa berutang kepada Tuhan mengejawantah dalam bentuk yang jelas, cara-cara dan metode pembayaran yang dibenarkan mulai
SWT. Jika tujuan mengajar adalah mendekatkan murid-muridnya kepada Allah SWT, maka dia harus menyatukan dirinya dengan kalbu-kalbu mereka, merasakan apa yang dialami mereka atau beridentifikasi dengan mereka , dengan ikatan kecintaan. Dan jika beberapa manusia mengarah pada satu tujuan yang sama, niscaya mereka akan tolong-menolong dalam mencapai tujuan itu.
3.2.A.2. Kasih sayang
Keberhasilan pendidikan banyak ditentukan oleh adanya hubungan kasih sayang dan kecintaan antara guru dan murid, baik saat mengajar atau hubungan sosial. Hubungan ini menjamin murid untuk merasa aman-tenteram berdampingan dengan gurunya, sehingga tidak merasa takut dengannya atau lari dari ilmunya. Apabila murid diperlakukan dengan lemah lembut dan kasih sayang oleh gurunya, ia akan merasa percaya diri dan tentram (ada rasa aman) berdampingan bersamanya. Perasaan inilah yang akan menunjang tercapainya ilmu dengan mudah.
3.2.A.3. Menjadi teladan
Guru adalah orang yang diteladani dan ditiru oleh murid. Karena itu, kemuliaan jiwa dan kemampuan untuk memahami orang lain hendaknya menjadi karakternya yang paling utama.Pandangan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa seorang guru hendaknya mengembangkan hubungan bermasyarakat dengan akhlak yang mulia dengan saling menghormati, menghargai dan bertoleransi.
B. Adab Belajar
Dialah Allah) yang mengajarkan manusia dengan perantara pena( QS. Al-Alaq : 4 )
Ilmu adalah cahaya dari Allah SWT yang hanya dapat diperoleh dengan pendekatan yang benar atau apa yang disebut dengan adab. Tanpa adab, tidak ada ilmu yang dapat diterima.
3.2.B.1. Istiqomah
Belajar adalah ibadah, karena tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena merupakan ibadah, seperti halnya shalat, maka pencapaian ilmu tidak akan sah tanpa mensucikan kalbu dari kotoran dan sifat-sifat buruk.Membersihkan prilaku dan ruh dari kotoran atau hal-hal yang dapat membelokkan seseorang dari tujuannya inilah yang disebut dengan istoqomah
3.2. PEMBELAJARAN BERBASIS TAUHID A. Adab Mengajar
"Sungguh telah datang seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin."
( QS. At-Taubah : 128 )
Begitulah adab seorang guru yang dicontohkan Rasulullah SAW. 3.2.A.1. Lembut hati
Guru adalah orang yang menunjukkan jalan untuk mendekatkan diri murid kepada Allah dijelaskan. Kota ini, bagi masyarakat muslim menjadi lambang struktur sosial-politik Islam; dan bagi individu-individu yang beriman, secara analogis menjadi simbul tubuh dan wujud fisik orang-orang beriman, ketika jiwa rasionalnya, dalam mencontoh suri teladan Nabi, melaksanakan kekuasaan dan pemerintahan yang adil.
Tiga prinsip dasar peradaban Islam yang diulang kembali dalam surah al-Fatihah, yang merupakan rangkuman dan penegasan dari 4 surah sebelumnya, adalah :
?Berpijak pada tauhid dan berfokus pada akhirat. Prinsip aqidah dan berfokus pada akhirat ini pada dasarnya mengulang isi surah Alaq dan juga sebagian surah Al-Muddatstsir.
?Menekankan pada tradisi ibadah. Ini adalah penegasan dari surah Al-Muzammil. ?Jalan lurus, yang tidak ekstrim materialis (Yahudi ) dan ekstrim spiritualis (Nashara). Jalan lurus adalah jalan Al-Qur'an seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Qalam. Secara mendasar, sebenarnya Islam, Yahudi dan Nasrani tidak mungkin disatukan. Ketiganya memiliki arah yang sangat berlainan dalam menanggapi realitas dunia. Yahudi memandang kejayaan dunia adalah segalanya, dan tidak peduli pada akhirat. Materialisme dan kapitalisme hanya mungkin subur di dalam masyarakat Yahudi, atau masyarakat yang sudah tertransformasi untuk menerima dan menjalankan tradisi maupun pemikiran Yahudi. Nashara memandang dunia ini kecil dan tidak penting, sebab Kerajaan Tuhan adalah kerajaan surga. Sementara Islam mengarahkan pemeluknya agar memakmurkan bumi demi mencapai kebahagiaan akhirat.
3.2.B.2. Tuma'ninah.
Tuma'ninah adalah ketenangan hati, tidak tergesa-gesa. Ketergesa-gesaan hanya akan menutupi kejernihan pikiran dan merusak konsentrasi. Konnsentrasi ini penting, karena ilmu tidak akan memberikan sebagiannya kepada seseorang, sebelum seluruh dirinya ia berikan kepada ilmu tersebut. Pikiran yang terbagi kepada berbagai perkara yang bermacam-macam,ibarat sungai yang airnya terbagi-bagi. Sebagian diserap ke tanah,sebagian menguap ke udara, sehingga petani tidak mendapatkan sisanya. Jadi tuma'ninah berarti berfokus pada ilmu dan mengurangi urusan-urusan dunia.
3.2.B.3. Percaya dan hormat kepada guru
Terhadap guru, hendaknya ia bersikap seperti tanah tandus yang mendapatkan hujan lebat. Seluruh tanah itu menyerap dan dengan segala potensinya, ia menerima hujan itu. Adapun yang diisyaratkan guru kepadanyasehubungan dengan studinya, hendaklah ia mengikutinya.menjaga rahasianya, tidak menjelek-jelekkannya, melainkan memuliakannya, menghormatinya, memberikan imbalan yang sederajat dengan amalnya, serta memaafkan segala kekurangannya. Jika murid tidak lagi percaya dan hormat pada gurunya, maka proses pendidikan itu pada hakekatnya tidak lagi dapat dilanjutkan. Karena itu, ketaatan murid kepada guru merupakan suatu kemuliaan dan patut diupayakan oleh setiap murid.
4. STRUKTUR KURIKULUM Struktur Kurikulum.
Struktur ilmu pengetahuan dan kurikulum pendidikan Islam harus menggambarkan manusia dan hakikatnya yang bersifat ganda (dual
nature):
?Aspek fisikalnya lebih b e r h u b u n g a n d e n g a n pengetahuannya mengenai ilmu-ilmu fisikal dan teknikal atau fardlu kifayah
?Sedangkan keadaan spiritualnya sebagaimana terkandung dalam istilah-Ujian Terbuka Tahfidzul Qur’an
istilah ruh, nafs, qalb dan aql lebih tepatnya berhubungan dengan ilmu inti atau fardlu
'ain.
Kategori fardlu'ain dan fardlu kifayah ini menjamin kepentingan individu dan masyarakat. Aktualisasi diri dalam kacamata Islam berbeda dari yang dimaksud dalam konsepsi humanistik Abraham Maslow, yang meragukan hakikat dan keberadaan ruh manusia, misalnya. Aktualisasi diri (self actualization) dalam konteks sekuler modern terbatas pada pencapaian fisik, artistik, politik, dan kemampuan profesional lain, serta prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Aktualisasi diri sebagai tujuan pendidikan Islam, bermakna penyadaran terhadap tujuan utama dari penciptaannnya, fitrahnya, yang pada akhirnya mengetahui dan mengakui Tuhan sebagai Pencipta, dan mengatur kehidupannya sebagai khalifatullah, dengan penuh hikmah keberanian, kesabaran dan keadilan. Tujuannya akhirnya adalah menciptakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tempat seorang mukmin akan bertemu dengan Tuhannya.
Meskipun fitrah pada setiap orang pada hakikatnya sama, kapasitas dan sifat-sifatnya yang dipergunakan manusia untuk menjalankan tugasnya sebagai hamba Tuhan dan khalifahnya akan berbeda satu sama lain, antara laki-laki dan perempuan. Pendidikan yang menyamaratakan setiap orang adalah tidak adil terhadap semua laki-laki dan perempuan yang akan mengakibatkan kekeliruan dan kesengsaraan.
Berbeda dengan perspektif Barat pada umumnya, nilai tertinggi dalam cara pandang Islam bukannya persamaan, melainkan TAQWA, yang nilainya layak mendapat kehormatan di mata Tuhan. Taqwa adalah produk langsung sekaligus tujuan inti dari pendidikan. Ini menolak tren yang sedang terjadi sekarang yang menyalahgunakan pendidikan sebagai pembentukan warga negara yang berguna dan tenaga kerja yang terdidik. Spesialisasi adalah salah satu bentuk tren tersebut. Spesialisasi seharusnya hanya dibolehkan setelah pelajar menguasai ilmu fardlu'ain, dan ini meliputi spesialisasi dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan inti tertentu, seperti ilmu Al-Qur'an ( ulum al-Qur'an ) dan bahasa Arab, atau pengetahuan inti yang diharapkan bagi setiap muslim dan muslimah.
Sistem pendidikan Muslim pada masa modern ini telah memberikan penekanan yang tidak pada semestinya pada pengetahuan fardlu kifayah dan mengabaikan penguasaan yang sepatutnya terhadap fardlu'ain, sebab mereka selalu menekankan spesialisasi dan pembentukan warga negara dan pekerja yang berguna. Ilmuwan Muslim bukanlah
seorang spesialis dalam cabang pengetahuan apa pun, melainkan universal dalam cara pandangnya dan memiliki otoritas dalam beberapa cabang ilmu yang berkaitan.
Konsep ini tidak berarti menolak spesialisasi. Penekanannya adalah bahwa seorang muslim, yang merupakan produk pendidikan Islam, seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prinsip-prinsip, konsep-konep, isu-isu penting dalam tradisi intelektual Islam dan ilmu-ilmu humaniora sehingga ilmuwan tersebut mampu memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap bidang ilmu yang ia pilih. Pendidikan Islam tetap harus menyediakan spesialisasi dalam cabang ilmu tertentu, bahkan termasuk ilmu-ilmu keagamaan, tapi konsep spesialiasasi itu tidak merujuk pada kebutuhan negara dan masyarakat sekuler.
Karena penekanannya terhadap ilmu fadlu'ain, pendidikan Islam tradisional dituduh telah melalaikan masalah-masalah praktis atau mengabaikan masalah duniawi. Namun Lembaga pendidikan Islam dalam sejarah Islam secara jelas menggarisbawahi konsep ini : pendidikan Islam selalu memberikan penekanan pada masalah-masalah spiritual dan teologis, tetapi tidak mengabaikan aspek-aspek duniawi. Pendidikan dibentuk untuk mengembangkan segi moral, intelektual, dan pemikiran manusia, tetapi tidak mengesampingkan segi-segi praktis. Itulah sebabnya mengapa ilmuwan-ilmuwan Muslim dari Maroko sampai Bagdad memiliki prestasi luar biasa dalam bidang matematika, astronomi, dan kedokteran, yang kemudian mereka sumbangkan ke Eropa. Dalam perspektif Islam, jika tidak ada unsur kategori ilmu fardlu'ain yang memadai, kurikulum pendidikan bagi siswanya di bidang sains dan teknologi akan menjadi tragedi besar bagi individu dan bangsa yang bersangkutan. Meskipun ilmu bersifat tidak terbatas (karena ia merupakan salah satu sifat Tuhan), namun ada batasan kebenaran dalam setiap objek pengetahuan. Dan setiap objek pengetahuan memiliki batasan kebenaran yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mencapai pengetahuan yang benar, bukanlah usaha pencarian tanpa batas. Pengetahuan yang benar adalah yang berdasarkan hikmah - yaitu pengetahuan mengenai batasan kebenaran dari setiap objek pengetahuan - dan memiliki pengaruh langsung terhadap identitas, nasib, dan kebahagian seseorang sehingga pencapaiannya secara personal sangat penting dan tidak dapat dibebankankepada generasi mendatang.
Pengetahuan mengenai Tuhan, hakikat dan nasib kita serta cara-cara yang benar untuk mencapainya harus dikuasai oleh setiap individu dalam hidup ini jika ingin menghindari
4.1. Fardlu 'ain 1. Pengantar studi (muqaddimah) 2. Al-Qur'an 3. Sirah Nabi 4. Hadits. 5. Fiqh 6. Aqidah
7. Bahasa arab ( mata pelajaran wajib tambahan )
8. Bahasa Indonesia (mata pelajaran wajib tambahan) 9. Matematika (mata pelajaran wajib tambahan)
Setiap siswa harus menempuh mata pelajaran di atas dan lulus memuaskan. Hal ini akan membuatnya mampu mengetahui bukan hanya isu-isu dan prinsip-prinsip utama, metodologi, permasalahan dan perbedaan dalam setiap ilmu, melainkan lebih penting lagi, semua itu akan menjadi lebih berarti baginya sebagai seorang Muslim yang hidup dalam masyarakat global dan plural.
Evaluasi yang sepatutnya terhadap pencapaian pada tingkat kognitif dan behavioral harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga hanya mereka yang lulus memuaskan pada mata kuliah fardlu'ain yang akan diperbolehkan menjadi alumni dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Konsepsi Islam mengenai fardlu 'ain, pada dasarnya berbeda dari pengategorian bidang studi pendidikan sekuler liberal modern yang biasanya berupa bidang studi permanen atau kurikulum inti atau pendidikan umum, dengan alasan sbb :
1. Pertama, bidang studi permanen pada pendidikan umum tidak pernah diberi status
normatif sebagaimana fardlu 'ain, dalam artian setiap muslim harus mengetahuinya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian materi-materi di pendidikan umum itu pada dasarnya hanya bersifat metodologis, kultural dan historis. kenyataan hidup yang tragis.
2. Kedua, bidang studi permanen dan pendidikan umum secara keseluruhan pada
dasarnya difokuskan untuk program S1 pada pendidikan universitas, sedangkan pengetahuan fardlu'ain harus dipelajari sejak aqil baligh sampai pendidikan tertinggi bahkan sampai meninggal dunia. Pendidikan modern dengan slogannya life long process (proses seumur hidup) umumnya bertujuan pada peningkatan ketrampilan (skill) secara terus-menerus atau mempelajari ketrampilan yang baru menuju kehidupan yang lebih berarti dan lebih makmur dalam pengertian yang sekuler.
3. Ketiga, berbeda dari pengetahuan inti pada pendidikan umum, pengetahuan fardlu
'ain diambil dari dan berakar pada Wahyu Ilahi dan hadis Nabi yang tidak pernah ditentang oleh ilmuwan siapa pun sepanjang zaman. Sifat yang unik ini menjadikan muatannya betul-betul ilmiah. Dengan kata lain, pentingnya konteks sosial-historis yang menjadi latar belakang turunnya Al-Qur'an dan hadis nabi tidak menjadikan kebenaran dan signifikansinya bersifat relatif. Sifat seperti ini tidak bisa dilekatkan pada kandungan pendidikan umum yang semakin dianggap sebagai gambaran dari struktur kekuatan sosial-ekonomi, ras, dan gender pada masanya, yang harus diubah dan direvisi terus-menerus.
Fardlu'ain meningkat sesuai dengan perkembangan seseorang dalam kehidupan. Oleh karena itu, cara yang betul untuk mempelajari ilmu dalam kategori ini dan pendidikan sebagai ta'dib, tidak bisa dibatasi pada sekolah saja atau secara religius dibagi-bagi dalam kategori formal, informal dan non formal. Lagi pula, apa yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan fardlu kifayah secara otomatis menjadi fardlu 'ain kepada seseorang yang secara sukarela memilih untuk mempelajarinya. Hal ini berarti jika harus menjalankan kewajiban (fardlu kifayah) yang dibebankan oleh masyarakat kepadanya, ia harus sekuat tenaga untuk berprestasi di dalamya dan harus berusaha agar praktik dan teorinya sesuai dengan persyaratan legal dan cara pandang Islam.
4.2. Fardlu Kifayah
Pengetahuan fardlu kifayah tidak diwajibkan kepada setiap muslim untuk mempelajarinya, tetapi seluruh masyarakat muslim akan bertanggung jawab jika tidak ada seorang pun dari masyarakat tersebut yang mempelajarinya, karena masyarakat akan merasakan akibatnya. Sudah tentu kategorisasi ini sangat penting karena memberikan landasan teoritis dan motivasi keagamaan kepada umat Islam untuk
mempelajari dan mengembangkan segala ilmu atau pun teknologi yang diperlukan untuk kemakmuran. Pembagian ilmu fardlu kifayah adalah sbb :
1. Sains dan teknologi 2. Bahasa Asing
3. Ilmu pengetahuan Sosial
4. Pendidikan jasmani dan kesehatan 5. Ketrampilan hidup
Sudah tentu fardlu kifayah tidak dibatasi pada kelima disiplin ilmu di atas, karena pengetahuan itu tidak terbatas dan ilmu fardlu kifayah juga akan berkembang sesuai dengan keperluan dan program masyarakat tertentu. Ilmuwan muslim semuanya setuju, bahwa subjek-subjek yang instrumental (ilmu alat), seperti membaca, menulis dan menghitung adalah juga wajib karena menjadikan orang-orang yang mempelajarinya mampu mempelajari pengetahuan wajib dalam kategori fardlu'ain dan fardlu kifayah. Berlainan dari pengertian sekuler modern mengenai pendidikan umum dan kurikulumpilihan dalam ilmu-ilmu sosial (liberal arts) yang tidak membawa makna religius dan moral, mempelajari ilmu fardlu 'ain dan fardlu kifayah sebagai bagian dari pendidikan sebagai ta'dib bukan saja bersifat personal dan religius, namun juga bersifat sosial.
4.3. Muatan Kurikulum
Muatan pendidikan itu sangat penting. Karena itu ia merupakan prioritas tertinggi dibandingkan dengan metodenya. Ini tidak berarti metode dan teknik-teknik pengajaran itu tidak berguna - karena adab itu sendiri termasuk metode yang benar untuk mengetahui dan berbuat sesuatu - , tetapi mereka bukan inti dari kandungan pendidikan yang sebenarnya.
Pandangan Islam mengenai realitas sangat mempertimbangkan adanya pelbagai hierarki dalam semua domain, termasuk jiwa, ilmu pengetahuan, kemampuan manusia dan alam. Orang liar pun mengakui tentang adanya hierarki ini. Sehingga, masalahnya bukan untuk membuktikan adanya dan perlunya hierarki dalam kurikulum pendidikan, melainkan untuk menentukan tempat yang benar dan sesuai dalam ilmu pengetahuan sesuai dengan hierarkinya.
Muatan pendidikan Islam berangkat dari pandangan bahwa karena manusia itu bersifat dualistis, ilmu pengetahuan yang dapat memuhi kebutuhannya dengan baik adalah yang
individu pada pihak lain.
?Harus ada batas kebenaran bagi setiap objek ilmu pengetahuan sehingga sesuatu yang kurang dan lebih dari batasan itu merupakan suatu kesalahan dan kebatilan.
Sikap tersebut tidak berarti bahwa harus ada batasan dalam mencari ilmu pengetahuan, karena objek ilmu pengetahuan memiliki batasan yang berbeda-beda. Sebaliknya, sikap ini mendorong sifat kejelasan dan ketepatan yang akan membuat proses pendidikan menjadi lebih jujur, terarah, praktis dan lebih bermakna bagi orang-orang yang mencarinya. Hal ini sesuai dengan pandangan pendidikan sebagai ta'dib yang merupakan proses seumur hidup, yang tidak terbatasi oleh tempat ; tidak terbatasi kategori formal, informal dan formal, karena ta'dib bersifat formal terus-menerus (dalam artian serius dan profesional di mana pun).
Konsep utama dalam ide fardlu kifayah adalah kecukupan. Kecukupan ini diserahkan pada hukum dan penghitungan pemerintah Muslim atau pemimpin tertentu komunitas Muslim. Sedangkan fardlu 'ain adalah ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menjaga tempat seseorang dalam kehidupan. Ilmu fardlu 'ain ini jika dilengkapi dengan prinsip-prinsip dasar hukum dan pendidikan bahwa "segala sesuatu yang menjadikan sesuatu itu wajib, maka ia dengan sendirinya menjadi wajib" akan menjadi petunjuk pendidikan yang memiliki tujuan mendalam, praktis dan komprehensif. Dari prinsip yang kreatif dan kaya inilah nantinya akan lahir konsep-konsep penting, seperti ilmu-ilmu pendahuluan
(muqaddimat) dan ilmu-ilmu alat. Cakupan fardlu 'ain ini sangat luas sesuai dengan
perkembangan dan tanggung jawab spiritual, sosial dan profesional seseorang. Hal ini berarti bahwa karena mencari ilmu tingkat tinggi secara keagamaan adalah wajib dan sarana yang lebih baik untuk memperolehnyamerupakan sesuatu yang disyaratkan, maka muslim diwajibkan menguasai ilmu-ilmu yang membantu memperoleh ilmu-ilmu yang lebih tinggi, seperti ilmu dan ketrampilan membaca,menulis dan menghitung. Harus diingat bahwa, orang secara keliru menekankan bahwa ilmu pengetahuan yang harus dikuasai adalah ilmu yang menjadi spesialisasi mereka.
5. SARANA PENUNJANG
Dimensi-dimensi penunjang itu adalah : peranan bahasa, metode tauhid untuk menganilis ide, dan intrument didaktik lainnya seperti metafora, perumpamaan dan cerita. Dimensi-dimensi ini menjadi komponen pendidikan yang sangat penting bagi ilmuwan Muslim pada masa lalu, dan kini dapat diaplikasikan dalam dunia modern.
memiliki dua aspek :
1. Pertama, yang memehuhi kebutuhannya yang berdimensi permanen dan spiritual 2. Kedua, yang memenuhi kebutuhan material dan emosional
Pembagian ilmu pengetahuan ke dalam kategori umum bergantung kepada pelbagai pertimbangan. Berdasarkan metode mempelajarinya ilmu itu dibagi menjadi ilmu pengetahuan illuminatif/gnostik (yaitu wahyu dan intuisi, ini yang paling valid dan tertinggi. Ini disebut juga ilmu naqliyyah) dan ilmu pengetahuan ilmiah (berdasarkan pengelaman empiris dan akal. Ini disebut juga ilmua aqliyyah/rasional atau tajribiyyah/ empiris). Berdasarkan manfaatnya bagi manusia ilmu itu dibagi menjadi Ilmu yang baik /terpuji (al-mahmudah) dan Ilmu yang tidak baik/tidak terpuji (al-madzmumah). Berdasarkan kewajiban manusia terhadapnya ilmu dibagi menjadi ilmu Fardlu 'ain dan ilmu Fardlu kifayah
Katergori di atas tidak bisa dianggap sebagai dualistis karena tidak memiliki tingkat validitas yang sama ataupun eksklusivitas yang setara. Sebagai contoh, walaupun lebih tinggi dibandingkan ilmu-ilmu intelektual (al'ulum al-aqliyyah), ilmu-ilmu agama
(al-'ulum al-naqliyyah) tidak dapat dijelaskan tanpa ilmu intelektual. Sebaliknya
ilmu-ilmu intelektual tanpa ilmu-ilmu-ilmu-ilmu agama akan menyesatkan dan sangat sofistis. Keduanya saling melengkapi.
Muslim seharusnya tidak pernah mengabaikan ilmu-ilmu intelektual ataupun eksperimental yang bersifat sosial dan tidak terpuji, tetapi harus diberi penghargaan yang semestinya dan diletakkan pada tempatnya yang tepat.
Berdasarkan pelbagai pertimbangan semua kategori di atas, muatan kurikulum dibagi ke dalam fardlu 'ain dan fardlu kifayah. Penekanan pada kategorisasi ilmu fardlu'ain dan fardlu kifayah ini disebabkan oleh :
?Sifat ilmu yang tidak terbatas di satu pihak, dan
?Terbatasnya kehidupan seorang