• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Audit Internal.ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Audit Internal.ppt"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LATAR BELAKANG

1. Banyak pihak dewasa ini semakin mengandalkan peran auditor internal dalam mengembangkan dan menjaga

efektivitas sistem pengendalian intern, pengelolaan risiko, dan corporate governance. Telah banyak peraturan

perundang-undangan, baik di Indonesia maupun di tingkat internasional yang mencerminkan kepercayaan dan

kebutuhan masyarakat terhadap peran audit internal dan sistem pengendalian intern dalam menjaga efektivitas organisasi, untuk menghindari krisis serta kegagalan organisasi.

2. Di Indonesia, pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank, dan Lembaga Pemerintah. Perusahaan Publik (Tbk) wajib membentuk Komite Audit agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif, komite audit juga memerlukan fungsi audit internal.

(3)

3. Sistem pengendalian intern semakin menjadi tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang sehat dan berhasil. Kewajiban untuk mengembangkan, menjaga dan melaporkan sistem pengendalian intern merupakan ketentuan bagi instansi pemerintah dan BUMN/BUMD, Bank, Perusahaan Publik,

maupun Lembaga yang mendapat bantuan dari pemerintah. Auditor internal dapat memberikan sumbangan yang besar bagi komisaris, dewan

pengawas, direksi, komite audit, pimpinan organisasi/lembaga, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban tersebut dan memberi nilai tambah organisasi.

4. Agar dapat mengemban kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran tersebut dengan baik, auditor internal memerlukan suatu kode etik dan standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik- praktik terbaik audit internal, serta merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya.

5. Standar-standar yang ada dewasa ini pada umumnya hanya berlaku dalam lingkungan terbatas. Sebagian dari standar tersebut perlu disesuaikan dengan praktik-praktik audit internal yang berkembang saat ini.

(4)

6. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, konsorsium

organisasi profesi audit internal, yang terdiri atas the Institute of Internal Auditors - Indonesia Chapter (IIA), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan Sertifikasi

Qualified Internal Auditor (DS-QIA) dan Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) dengan ini memandang perlu untuk

menerbitkan Standar Profesi Audit Internal (SPAI). Standar yang ditetapkan secara bersamasama ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi auditor internal dalam melaksanakan kegiatannya pada millennium ketiga.

(5)

TUJUAN

Standar Profesi Audit Internal mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal;

2. Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang-lingkup, dan tujuan audit internal;

3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi; 4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan audit internal yang memberikan nilai tambah dan

meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi; 5. Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan bagi auditor internal;

6. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya.

(6)

STANDAR DAN PEDOMAN PRAKTIK

AUDIT INTERNAL

1. SPAI terdiri atas Standar Atribut, Standar Kinerja, dan Standar Implementasi. Standar Atribut berkenaan

dengan karakteristik organisasi, individu, dan pihak-

pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit.

Standar Kinerja memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut.

Standar Atribut dan Standar Kinerja berlaku untuk semua jenis penugasan audit internal.

(7)

2. Standar Implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu.

Standar implementasi yang akan diterbitkan di masa mendatang adalah standar implementasi untuk kegiatan assurance (A), standar implementasi untuk kegiatan consulting (C), standar implementasi kegiatan investigasi (I), dan standar implementasi Control Self Assessment (CSA).

3. Standar-standar tersebut terdahulu merupakan bagian dari pedoman praktik audit internal. Keseluruhan pedoman praktik audit internal terdiri atas:

a. Definisi Audit Internal

b. Kode Etik Profesi Audit Internal c. Standar Profesi Audit Internal, dan

d. Interpretasi dari Pedoman tersebut di atas.

4. Pada masa yang akan datang, penerbitan standar-standar implementasi dan pedoman lainnya akan didahului dengan penyebarluasan rancangan standar (exposure draft -ED). Standar dan pedoman akan disahkan setelah paling sedikit dua bulan diedarkan dalam bentuk ED, dan mendapat

respon yang memadai. ED akan dimuat dalam media komunikasi, jurnal, dan web-site yang dimiliki oleh masing-masing organisasi profesi anggota konsorsium, serta dalam publikasi lain yang relevan.

(8)

PENERAPAN DAN TANGGAL EFEKTIF BERLAKU

1. Standar Profesi Audit Internal wajib diterapkan oleh, tetapi tidak terbatas pada,

semua anggota organisasi profesi yang tergabung dalam konsorsium ini. Konsorsium merekomendasikan anggota IIA Indonesia Chapter, FKSPI BUMN/BUMD, YPIA,

Dewan Sertifikasi QIA, dan PAII agar segera memasukkan (mengadopsi) jiwa yang terdapat dalam butir-butir standar ini ke dalam audit charter, pedoman, kebijakan, serta prosedur audit internal yang ada pada organisasi masing-masing.

2. Konsorsium menyadari bahwa organisasi-organisasi profesi yang tergabung dalam konsorsium tidak memiliki mekanisme formal yang dapat digunakan untuk

mewajibkan penerapan (enforce) standar ini secara lebih luas. Oleh karenanya, konsorsium dengan ini menghimbau agar lembaga otoritas yang terkait dapat

memberikan persetujuan (endorsement) atau rujukan terhadap standar ini. Lembaga otoritas yang dapat mendorong penerapan standar ini, antara lain Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Menteri Badan Usaha Milik Negara, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan Badan Pengawas Pasar Modal.

3. Akuntan Publik dan Komite Audit juga diharapkan berperan aktif dalam mendorong penerapan standar ini.

(9)

Definisi

Audit Internal adalah kegiatan assurance dan

konsultasi yang independen dan obyektif, yang

dirancang untuk memberikan nilai tambah dan

meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit

internal membantu organisasi untuk mencapai

tujuannya, melalui suatu pendekatan yang

sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko,

pengendalian, dan proses governance.

(10)

Kode Etik

TUJUAN

Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor

internal adalah kesediaan menerima

tanggungjawab terhadap kepentingan

pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban

tanggungjawab ini ecara efektif, auditor internal

perlu memelihara standar perilaku yang tinggi.

Oleh karenanya, Konsorsium Organisasi Profesi

Auditor Internal dengan ini menetapkan Kode

(11)

PENETAPAN

Kode Etik ini memuat standar perilaku sebagai

pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar

perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal.

Para auditor internal wajib menjalankan

tanggungjawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat, dan kehormatan. Dalam

menerapkan Kode Etik ini auditor internal harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelanggaran terhadap standar perilaku yang ditetapkan dalam Kode Etik ini dapat

mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dari organisasi profesinya.

(12)

STANDAR PERILAKU AUDITOR

INTERNAL

1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran,

objektivitas, dan kesungguhan dalam

melaksanakan tugas dan memenuhi

tanggungjawab profesinya.

2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas

terhadap organisasinya atau terhadap pihak

yang dilayani. Namun demikian, auditor internal

tidak boleh secara sadar terlibat dalam

kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar

(13)

3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat

dalam tindakan atau kegiatan yang dapat

mendiskreditkan profesi audit internal atau

mendiskreditkan organisasinya.

4. Auditor internal harus menahan diri dari

kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan

konflik dengan kepentingan organisasinya; atau

kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan

prasangka, yang meragukan kemampuannya

untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi

tanggungjawab profesinya secara objektif.

5. Auditor internal tidak boleh menerima imbalan

dalam bentuk apapun dari karyawan, klien,

pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis

organisasinya, sehingga dapat mempengaruhi

pertimbangan profesionalnya.

(14)

6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa

yang dapat diselesaikan dengan menggunakan

kompetensi profesional yang dimilikinya.

7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai

upaya agar senantiasa memenuhi Standar

Profesi Audit Internal.

8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan

bijaksana dalam menggunakan informasi yang

diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor

internal tidak boleh menggunakan informasi

rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan

pribadi, (ii) secara melanggar hukum, atau (iii)

yang dapat menimbulkan kerugian terhadap

organisasinya.

(15)

9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor

internal harus mengungkapkan semua fakta-fakta

penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang

jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi kinerja

kegiatan yang direviu, atau (ii) menutupi adanya

praktikpraktik yang melanggar hukum.

10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan

keahlian serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan

tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti

(16)

STANDAR ATRIBUT

Tujuan, Kewenangan, dan Tanggungjawab

Tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab

fungsi audit internal harus dinyatakan secara

formal dalam Charter Audit Internal,

konsisten dengan Standar Profesi Audit

Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan

dari Pimpinan dan Dewan Pengawas

(17)

Independensi dan Objektivitas

Fungsi audit internal harus independen,

dan auditor internal harus obyektif dalam

melaksanakan pekerjaannya

(18)

Independensi Organisasi

Fungsi audit internal harus ditempatkan

pada posisi yang memungkinkan fungsi

tersebut memenuhi tanggungjawabnya.

Independensi akan meningkat jika fungsi

audit internal memiliki akses komunikasi

yang memadai terhadap Pimpinan dan

Dewan Pengawas Organisasi.

(19)

Objektivitas Auditor Internal

Auditor Internal harus memiliki sikap

mental yang obyektif, tidak memihak dan

menghindari kemungkinan timbulnya

pertentangan kepentingan (conflict of

(20)

Kendala terhadap Prinsip

Independensi dan Objektifitas

Jika prinsip independensi dan obyektifitas

tidak dapat dicapai baik secara fakta

maupun dalam kesan, hal ini harus

diungkapkan kepada pihak yang

berwenang. Teknis dan rincian

pengungkapan ini tergantung kepada

alasan tidak terpenuhinya prinsip

(21)

Keahlian dan Kecermatan

Profesional

Penugasan harus dilaksanakan dengan

memperhatikan keahlian dan kecermatan

profesional.

(22)

Keahlian

Auditor Internal harus memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tanggung jawab

perorangan. Fungsi Audit Internal secara

kolektif harus memiliki atau memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tanggung jawabnya.

(23)

– Penanggungjawab Fungsi Audit Internal

harus memperoleh saran dan asistensi

dari pihak yang kompeten jika

pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi dari staf auditor internal tidak

memadai untuk pelaksanaan sebagian

(24)

– Auditor Internal harus memiliki

pengetahuan yang memadai untuk dapat

mengenali, meneliti, dan menguji adanya

indikasi kecurangan.

– Fungsi Audit Internal secara kolektif harus

memiliki pengetahuan tentang risiko dan

pengendalian yang penting dalam bidang

teknologi informasi dan teknik-teknik audit

berbasis teknologi informasi yang tersedia.

(25)

Kecermatan Profesional

Auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang pruden dan kompeten.

- Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal perlu mempertimbangkan:

a. Ruang lingkup penugasan.

b. Komplesitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan.

c. Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance.

d. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan.

e. Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik-teknik analisis lainnya.

(26)

Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL)

Auditor Internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui

Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan.

Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit Internal

Penanggungjawab Fungsi Audit Internal harus

mengembangkan dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus menerus

memonitor efektivitasnya. Program ini mencakup

penilaian kualitas internal dan eksternal secara periodik serta pemantauan internal yang berkelanjutan.

Program ini harus dirancang untuk membantu fungsi audit internal dalam menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan Standar dan Kode Etik Audit Internal.

(27)

Penilaian terhadap Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas

Fungsi audit internal harus menyelenggarakan suatu

proses untuk memonitor dan menilai efektivitas Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas secara keseluruhan. Proses ini harus mencakup penilaian (assessment)

internal maupun eksternal.

– Penilaian Internal

Penilaian Internal oleh fungsi audit internal harus mencakup:

a. Reviu yang berkesinambungan atas kegiatan dan kinerja fungsi audit internal, dan

b. Reviu berkala yang dilakukan melalui Self Assessment atau oleh pihak lain dari dalam organisasi yang memiliki pengetahuan tentang standar dan praktik audit internal

(28)

– Penilaian Eksternal

Penilaian Eksternal, seperti Quality Assurance Reviews harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam dua tahun oleh pihak luar perusahaan yang independen dan kompeten.

Pelaporan Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas

Penanggungjawab fungsi audit internal harus melaporkan hasil reviu dari pihak eksternal kepada Pimpinan dan

(29)

Pernyataan Kesesuaian dengan SPAI

Dalam laporan kegiatan periodiknya, auditor internal harus memuat pernyataan bahwa aktivitasnya ‘dilaksanakan

sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal’. Pernyataan ini harus didukung dengan hasil penilaian program jaminan Kualitas.

Pengungkapan atas Ketidakpatuhan

Dalam hal terdapat ketidak-patuhan terhadap SPAI dan Kode Etik yang mempengaruhi ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit internal secara signifikan, maka hal ini harus diungkapkan kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

(30)

STANDAR KINERJA

Pengelolaan Fungsi Audit Internal

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk

memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi Organisasi.

Perencanaan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan yang berbasis risiko (risk-based plan) untuk menetapkan prioritas kegiatan audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.

(31)

– Rencana penugasan audit internal harus

berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan

paling sedikit setahun sekali. Masukan dari

Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi

serta perkembangan terkini harus juga

dipertimbangkan dalam proses ini. Rencana

penugasan audit internal harus

mempertimbangkan potensi untuk meningkatkan

pengelolaan risiko, memberikan nilai tambah dan

meningkatkan kegiatan organisasi.

(32)

Komunikasi dan Persetujuan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus

mengkomunikasikan rencana kegiatan audit, dan

kebutuhan sumber daya kepada Pimpinan dan

Dewan Pengawas Organisasi untuk mendapat

persetujuan. Penanggungjawab fungsi audit

internal juga harus mengkomunikasikan dampak

yang mungkin timbul karena adanya keterbatasan

sumberdaya.

(33)

Pengelolaan Sumberdaya

Penanggungjawab fungsi audit internal harus memastikan bahwa sumberdaya fungsi audit internal sesuai, memadai, dan dapat

digunakan secara efektif untuk mencapai rencana-rencana yang telah disetujui.

Kebijakan dan Prosedur

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menetapkan kebijakan dan prosedur sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit internal.

Koordinasi

Penanggungjawab fungsi audit internal harus berkoordinasi dengan pihak internal dan eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan duplikasi.

(34)

Laporan Kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas

Penanggungjawab fungsi audit internal harus

menyampaikan laporan secara berkala kepada pimpinan dan dewan pengawas mengenai perbadingan rencana dan realisasi yang mencakup sasaran, wewenang,

tanggung jawab, dan kinerja fungsi audit internal. Laporan ini harus memuat permasalahan mengenai risiko,

pengendalian, proses governance, dan hal lainnya yang dibutuhkan atau diminta oleh pimpinan dan dewan

pengawas.

Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan

(35)

Pengelolaan Risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan

pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas

pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.

(36)

- Berdasarkan hasil penilaian risiko, fungsi audit

internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern, yang mencakup governance, kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi. Hal ini

harus mencakup:

a. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi. b. Keandalan dan integritas informasi.

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(37)

– Fungsi audit internal harus memastikan sampai

sejauh mana sasaran dan tujuan program serta kegiatan operasi telah ditetapkan dan sejalan dengan sasaran dan tujuan organisasi.

– Auditor internal harus mereviu kegiatan operasi dan program untuk memastikan sampai sejauhmana

hasil-hasil yang diperoleh konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

– Untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern diperlukan kriteria yang memadai.

(38)

Proses Governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses

governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut:

a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi

b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas

c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan

pengendalian kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi.

d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari, dan mengkomunikasi informasi di antara, pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal serta

(39)

– Fungsi auditor internal harus mengevaluasi rancangan, implementasi dan efektivitas dari kegiatan, program dan sasaran organisasi yang

berhubungan dengan etika.

Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumberdaya.

– Pertimbangan Perencanaan.

Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan

a. Sasaran dari kegiatan yang sedang direviu dan mekanisme yang digunakan kegiatan tersebut dalam mengendalikan kinerjanya. b. Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumberdaya, dan operasi yang direviu serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat diterima.

c. Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

d. Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

(40)

Sasaran Penugasan

Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan.

Ruang Lingkup Penugasan

Agar sasaran penugasan tercapai maka Fungsi Audit Internal harus mempunyai ruang lingkup penugasan yang memadai.

Alokasi Sumberdaya Penugasan

Auditor internal harus menentukan sumberdaya yang sesuai untuk mencapai sasaran penugasan. Penugasan staf harus didasarkan pada evaluasi atas sifat dan kompleksitas

penugasan, keterbatasan waktu, dan ketersediaan sumberdaya.

Program Kerja Penugasan

Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja dalam rangka mencapai sasaran penugasan.

(41)

- Program kerja harus menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama penugasan. Program kerja ini harus memperoleh

persetujuan sebelum dilaksanakan. Perubahan atau penyesuaian atas program kerja harus segera mendapat persetujuan.

Pelaksanaan Penugasan

Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

Mengidentifikasi Informasi

Auditor Internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan, dan berguna untuk mencapai sasaran penugasan.

(42)

Analisis dan Evaluasi

Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat.

Dokumentasi Informasi

Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.

Supervisi Penugasan

Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf.

Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu.

Kriteria Komunikasi

Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana tindakannya.

(43)

- Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan memuat opini keseluruhan dan kesimpulan auditor internal.

- Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi, dalam

komunikasi hasil penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang direviu.

- Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di luar organisasi, maka pihak yang berwenang harus menetapkan pembatasan dalam distribusi dan penggunaannya.

Kualitas Komunikasi

Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus

(44)

– Kesalahan dan Kealpaan

Jika komunikasi final mengandung kesalahan dan

kealpaan, penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan informasi yang telah dikoreksi

kepada semua pihak yang telah menerima komunikasi sebelumnya.

Pengungkapan atas Ketidakpatuhan terhadap Standar

Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkapkan:

a. Standar yang tidak dipatuhi b. Alasan ketidakpatuhan

c. Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan

Diseminasi Hasil-hasil Penugasan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus

mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang berhak.

(45)

Pemantauan Tindaklanjut

Penanggungjawab fungsi audit internal harus

menyusun dan menjaga sistem untuk memantau

tindak-lanjut hasil penugasan yang telah

dikomunikasikan kepada manajemen

Penyusunan Prosedur Tindaklanjut

Penanggungjawab fungsi audit internal harus

menyusun prosedur tindak lanjut untuk

memantau dan memastikan bahwa manajemen

telah melaksanakan tindak-lanjut secara efektif,

atau menanggung risiko karena tidak melakukan

tindak-lanjut.

(46)

Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen

Apabila manajemen senior telah memutuskan

untuk menanggung risiko residual yang

sebenarnya tidak dapat diterima oleh organisasi,

penanggungjawab fungsi audit internal harus

mendiskusikan masalah ini dengan manajemen

senior. Jika diskusi tersebut tidak menghasilkan

keputusan yang memuaskan, maka

penanggungjawab fungsi audit internal dan

manajemen senior harus melaporkan hal

tersebut kepada pimpinan dan dewan pengawas

organisasi untuk mendapatkan resolusi.

(47)

Tim Ahli Penyusun

1. Hari Setianto (Koordinator) (YPIA / PAII)

2. Bambang Pramono (IIA Indonesia Chapter) 3. Dedy S. Koemana (IIA Indonesia Chapter) 4. Adiat Sarman (IIA Indonesia Chapter)

5. Gunadi (FKSPI BUMN/BUMD)

6. Azhari (FKSPI BUMN/BUMD)

7. Pionir Harapan (FKSPI BUMN/BUMD)

8. Soedar Kendarto (YPIA)

9. Mohamad Hassan (YPIA)

10. Sudarwan (YPIA)

11. Hiro Tugiman (Dewan Sertifikasi QIA)

12. Soekardi Hoesodo (Dewan Sertifikasi QIA) 13. M. Chatim Baidaie (Dewan Sertifikasi QIA)

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Tunggal (2011:93), fungsi audit internal adalah umum dalam suatu organisasi besar untuk memonitor dan mengevaluasi pengendalian secara terus menerus. Tujuan dari fungsi

Internal audit atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi

Hasil penelitian menunjukkan keahlian profesional, kualitas pekerjaan audit, independensi organisasi, karir dan penjenjangan, serta dukungan pimpinan entitas internal

Lingkup: lingkup dari evaluasi pengendalian internal untuk audit keuangan internal terbatas pada efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan dan

Pada dasarnya tugas dari auditor eksternal dan internal adalah sama, yaitu pekerjaan dilaksanakan berdasarkan penugasan dengan menggunakan teknik – teknik audit yang

Fungsi internal audit pada APP telah memiliki prosedur untuk menjamin objektivitas dalam setiap penugasan yaitu fungsi internal audit akan mendiskusikan setiap

Piagam audit internal sedikitnya memiliki lebih dari satu dokumen kecuali terdapat fungsi audit internal yang kuat di suatu tempat untuk memulai dan melakukan kegiatan kunci

Pemeriksa eksternal harus memperoleh kepastian yang memadai bahwa: 1 Ruang lingkup dan program Audit yang bersangkutan telah cukup untuk tujuan pemeriksa eksternal; 2 Pekerjaan dengan