• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Besar Ubi Jalar (Final)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Besar Ubi Jalar (Final)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMANGKASAN PUCUK BEBERAPA

PENGARUH PEMANGKASAN PUCUK BEBERAPA

VARIETAS UBI JALAR (

VARIETAS UBI JALAR (

IIpomoea bat

pomoea batat

ata

ass

L. )

L. )

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :

Fadila

Fadila Nurlaily

Nurlaily

16504020111100

165040201111004

4

Moh.

Moh. Nur

Nur Qosim

Qosim

16504020111115

165040201111158

8

Heni

Heni Sabriyanti

Sabriyanti Lestari

Lestari

16504020111122

165040201111220

0

Muhammad Iqbal Ab

Muhammad Iqbal Abdillah

dillah 16504020711107

165040207111077

7

Kelas: Z

Kelas: Z

Program Studi: Agroekoteknologi

Program Studi: Agroekoteknologi

Kelompok: Ubi Jalar

Kelompok: Ubi Jalar

 Asisten Kelas: Norma Qurrota A’y

 Asisten Kelas: Norma Qurrota A’yun

un

 Asisten Lapang: Siti A’isy

 Asisten Lapang: Siti A’isyah

ah

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

MALANG

2017

2017

(2)
(3)

ii ii

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

Pengaruh Pemangkasan Pucuk Beberapa Varietas Ubi

Pengaruh Pemangkasan Pucuk Beberapa Varietas Ubi

Jalar (

Jalar (

IIpomoea ba

pomoea bata

tata

tass

L. )

L. )

Kelompok : Ubi jalar

Kelompok : Ubi jalar

Kelas : Z

Kelas : Z

Disetujui Oleh :

Disetujui Oleh :

Asisten

Asisten Kelas, Kelas, Asisten Asisten Lapang,Lapang,

 Norma

 Norma Qurrota A’yunQurrota A’yun Siti A’isyahSiti A’isyah  NIM. 155040

(4)

iii iii

(165040207111077). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Oktober (165040207111077). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Oktober 2016. Teknologi Produksi Tanaman Komoditas Ubi Jalar (

2016. Teknologi Produksi Tanaman Komoditas Ubi Jalar (

Ipomoea b

Ipomoea bat

atat

atas

as

L. ). Dibawah bimbingan, asisten praktikum lapang:

L. ). Dibawah bimbingan, asisten praktikum lapang: Siti A’isyahSiti A’isyah dan asisten dan asisten praktikum kelas: Norma

praktikum kelas: Norma Qurrota A’yunQurrota A’yun

Ubi jalar merupakan tanaman pangan dari golongan tanaman Ubi jalar merupakan tanaman pangan dari golongan tanaman umbi-umbian yang termasuk tanaman semusim. Budidaya ubi jalar di Indonesia belum umbian yang termasuk tanaman semusim. Budidaya ubi jalar di Indonesia belum menunjukkan peningkatan jumlah produksi yang maksimal pada setiap tahunnya. menunjukkan peningkatan jumlah produksi yang maksimal pada setiap tahunnya. Pada tahun 2013-2017 jumlah produksi ubi jalar mengalami penurunan. Pada tahun 2013-2017 jumlah produksi ubi jalar mengalami penurunan. Menurunnya jumlah produksi ubi jalar akan mempengaruhi pendapatan negara, Menurunnya jumlah produksi ubi jalar akan mempengaruhi pendapatan negara, karena mempengaruhi ekspor dan konsumsi rakyat Indonesia terutama dibagian karena mempengaruhi ekspor dan konsumsi rakyat Indonesia terutama dibagian timur yang masih mengkonsumsi makanan pokok bukan beras. Salah satu timur yang masih mengkonsumsi makanan pokok bukan beras. Salah satu penurunan jumlah produksi ubi jalar juga dikarenakan penurunan lahan budidaya penurunan jumlah produksi ubi jalar juga dikarenakan penurunan lahan budidaya ubi jalar, pemilihan varietas tanam yang tidak tepat sasaran, pola tanam ubi jalar, pemilihan varietas tanam yang tidak tepat sasaran, pola tanam tradisional, serta teknik budidaya dan pengetahuan petani yang masih rendah. tradisional, serta teknik budidaya dan pengetahuan petani yang masih rendah. Dari berbagai permasalahan produktivitas ubi jalar yang ada di Indonesia, maka Dari berbagai permasalahan produktivitas ubi jalar yang ada di Indonesia, maka diperlukan suatu teknologi produksi tanaman ubi jalar sehingga mampu diperlukan suatu teknologi produksi tanaman ubi jalar sehingga mampu meningkatkan produktivitas ubi jalar di Indonesia. Salah satu teknologi yang meningkatkan produktivitas ubi jalar di Indonesia. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan dan penggunaan varietas unggul dalam budidaya tanaman ubi dapat diterapkan dan penggunaan varietas unggul dalam budidaya tanaman ubi  jalar.

 jalar. Berdasarkan Berdasarkan uraian uraian diatas diatas tujuan tujuan dari dari praktikum praktikum ini ini adalah adalah untukuntuk membandingkan perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi membandingkan perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi  jalar.

 jalar.

Praktikum dilaksanakan pada bulan September 2017 sampai Desember Praktikum dilaksanakan pada bulan September 2017 sampai Desember 2017. Tempat dilaksanakan praktikum budidaya tanaman ubi jalar di Lahan 2017. Tempat dilaksanakan praktikum budidaya tanaman ubi jalar di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Kelurahan Jatimulyo. Alat Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Kelurahan Jatimulyo. Alat yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman yaitu label, yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman yaitu label, cangkul, ember, tali rafia, bambu, botol aqua, penggaris, kamera,

cangkul, ember, tali rafia, bambu, botol aqua, penggaris, kamera, yellow trapyellow trap, alat, alat tulis, dan form pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu bibit tulis, dan form pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu bibit varietas Beta-2, PGPR (

varietas Beta-2, PGPR (Plant Growth Promoting RizobacteriaPlant Growth Promoting Rizobacteria), pupuk kandang,), pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk KCl. Parameter yang diamati yaitu panjang pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk KCl. Parameter yang diamati yaitu panjang tanamna, jumlah daun, pengamatan keragaman arthropoda, jumlah indeks tanamna, jumlah daun, pengamatan keragaman arthropoda, jumlah indeks penyakit, bobot akar, dan

penyakit, bobot akar, dan bobot brangkasan.bobot brangkasan.

Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan di Lahan Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan di Lahan Jatimulyo dengan varietas Sari, varietas Beta-2, dan varietas Antin-3 memiliki Jatimulyo dengan varietas Sari, varietas Beta-2, dan varietas Antin-3 memiliki hasil pertumbuhan dan perkembangan secara vegetatif lebih baik pada varietas. hasil pertumbuhan dan perkembangan secara vegetatif lebih baik pada varietas. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan panjang tanaman dan jumlah daun Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan panjang tanaman dan jumlah daun pertanamannya. Selain itu, masing-masing varietas juga memiliki pertumbuhan pertanamannya. Selain itu, masing-masing varietas juga memiliki pertumbuhan dan perkembangan secara generatif yang berbeda yaitu bobot akar dan bobot dan perkembangan secara generatif yang berbeda yaitu bobot akar dan bobot brangkasan pertanamannya. Hasil bobot akar yang paling banyak terdapat pada brangkasan pertanamannya. Hasil bobot akar yang paling banyak terdapat pada varietas Antin-3 dengan perlakuan non toping. Sedangkan bobot brangkasan varietas Antin-3 dengan perlakuan non toping. Sedangkan bobot brangkasan yang paling banyak terdapat pada varietas Antin-3 dengan perlakuan toping. yang paling banyak terdapat pada varietas Antin-3 dengan perlakuan toping.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah laporan besar praktikum Teknologi Produksi Tanaman dan menyelesaikannya dengan baik. Laporan yang kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah praktikum Teknologi Produksi Tanaman.

Dengan terselesainya laporan praktikum ini, maka tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membimbing baik pada saat praktikum serta memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun laporan ini.

Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.

Malang, Oktober 2017

(6)

DAFTAR PUSTAKA COVER

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 2

2.1 Tanaman Ubi Jalar  ... 2

2.2 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar  ... 5

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Jalar ... 9

2.4 Pengaruh Pemangkasan Daun Pada Ubi Jalar  ... 10

2.5 Pengaruh Varietas Beta Pada Ubi Jalar  ... 11

III. BAHAN DAN METODE ... 12

3.1 Waktu dan Tempat ... 12

3.2  Alat dan Bahan ... 12

3.3 Cara Kerja ... 13

3.4 Parameter Pengamatan... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Kondisi Lahan dan Analisa Tanah ... 16

4.2 Parameter Pertumbuhan ... 18

4.3 Keragaman Arthropoda Pada Komoditas Ubi Jalar  ... 22

4.4 Intesitas Penyakit... 25

4.5 Parameter Hasil ... 27

V. KESIMPULAN ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(7)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

Tabel 1. Hasil Analisa Kimia Tanah Lahan Ubi Jalar  ... 16

Tabel 2. Rerata panjang tanaman ubi jalar perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi jalar  ... 18

Tabel 3. Rerata panjang tanaman ubi jalar perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi jalar  ... 20

Tabel 4. Keragaman Serangga Pada Tanaman Ubi jalar Varitas Beta ... 23

Tabel 5. Rerata Perbandingan Intensitas Penyakit Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Varietas yang Berbeda... 25

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

Gambar 1. Umbi pada tanaman ubi jalar ... 2

Gambar 2. Batang tanaman ubi jalar  ... 3

Gambar 3. Daun tanaman ubi jalar ... 3

Gambar 4. Bunga tanaman ubi jalar  ... 4

Gambar 5. Umbi tanaman ubi jalar ... 5

Gambar 6. Akar tanaman ubi jalar  ... 5

Gambar 7. Hasil pemangkasan ubi jalar ... 11

Gambar 8. Rerata panjang tanaman ubi jalar perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi jalar  ... 19

Gambar 9. Grafik perbandingan rerata jumlah daun tanaman ubi jalar  ... 21

Gambar 10. Grafik perbandingan rerata intensitas serangan penyakit ubi jalar  .. 26

Gambar 11. Grafik dari hasil pengamatan bobot akar dan bobot brangkasan pada tanaman ubi jalar dengan perlakuan dan varietas yang berbeda  ... 28

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

Lampiran 1. Deskripsi Varietas ... 31

Lampiran 2. Loog Book Kegiatan Praktikum Lapang Teknologi Produksi Tanaman Komoditas Ubi Jalar Kelas Z ... 36

Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Pupuk ... 38

Lampiran 4. Data Pengamatan Komoditas Ubi Jalar Kelas Z ... 41

Lampiran 5. Data Pengamatan Komoditas Ubi Jalar Kelas B, F, L, T, dan Y ... 42

(10)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) juga dikenal sebagai sweet potato merupakan tanaman pangan dari golongan tanaman umbi-umbian yang termasuk tanaman semusim. Ubi jalar termasuk jenis tanaman dalam famili Convolvulaceae . Menurut sejarah perkembangannya ubi jalar berasal dari Benua  Amerika, beberapa ahli pertanian menyebutkan bahwa perkembangan ubi jalar

berasal dari Selandia Baru, Polenesia, dan Amerika bagian tengah. Tanaman ubi  jalar dapat menghasilkan produksi hanya satu kali dalam satu kali budidaya.

Komoditas ubi jalar banyak dibudidayakan oleh para petani, karena tanaman ini tahan terhadap kekeringan juga dapat tumbuh berbagai macam jenis tanah. Keunggulan dari ubi jalar adalah salah satu penghasil karbohidrat dan kandungan gizi yang lain, terutama kandungan betakaroten yang tinggi dibandingkan tanaman lainnya.

Budidaya ubi jalar di Indonesia belum menunjukkan peningkatan jumlah produksi yang maksimal pada setiap tahunnya. Pada tahun 2013-2017 jumlah produksi ubi jalar mengalami penurunan. Menurunnya jumlah produksi ubi jalar akan mempengaruhi pendapatan negara, karena mempengaruhi ekspor dan konsumsi rakyat Indonesia terutama dibagian timur yang masih mengkonsumsi makanan pokok bukan beras. Salah satu penurunan jumlah produksi ubi jalar  juga dikarenakan penurunan lahan budidaya ubi jalar, pemilihan varietas tanam yang tidak tepat sasaran, pola tanam tradisional, serta teknik budidaya dan pengetahuan petani yang masih rendah.

Oleh karena itu, Teknologi Produksi Tanaman memberikan solusi dalam memperbaiki kualitas serta jumlah produksi yang maksimal, mengingat bahwa ubi jalar mempunyai banyak manfaat, sehingga minat masyarakat dalam membudidayakan ubi jalar tinggi. Salah satu Teknologi Produksi Tanaman dalam meningkatkan jumlah produksi yaitu penggunaan mulsa, serta perlakuan pemangkasan daun pada beberapa varietas. Pemangkasan daun bertujuan untuk memicu perkembangan dan pertumbuhan yang maksimal, sehingga jumlah produksinya meningkat.

(11)

1.2 Tujuan

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman ini bertujuan untuk membandingkan perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi  jalar.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Jalar 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar

Ubi jalar adalah tanaman herba yang tumbuh menjalar didalam tanah dan menghasilkan umbi. Adapun klasifikasi tanaman ubi jalar menurut Rukmana (2005) yaitu berasal dari kingdom  plantae, filum spermatophyta, subfilum angiospermae, kelas dicotyledonae, ordo convolvulales, famili convolvulaceae, genus ipomea dan digolongkan dalam spesies Ipomea batatas L.

Gambar 1. Umbi pada tanaman ubi jalar

2.1.2 Morfologi Tanaman Ubi Jalar

Tanaman ubi jalar mempunyai morfologi utama yang terdiri dari batang, daun, bunga, umbi dan akar. Berikut merupakan penjelasan mendetailnya : 2.1.2.1 Batang

Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang tanaman bertipe tegak antara 1 hingga 2 meter, sedangkan untuk tipe merambat (menjalar) antara 2 hingga 3 meter. Ukuran batang dibedakan atas 3 macam, yaitu besar, sedang, dan kecil. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan. Pada bagian batang yang berbuku-buku tumbuh daun bertangkai agak panjang secara tunggal. (Rukmana, 2005).

(12)

Gambar 2. Batang tanaman ubi jalar

2.1.2.2 Daun

Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk-lekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, tetapi ada yang bersifat menjari. Daun berwarna hijau tua atau hijau kekuning-kuningan. Pada kelopak daun akan tumbuh bunga (Rukmana, 2005), sedangkan menurut Hardoko (2010) pada bagian daun tanaman ubi jalar sendiri berbentuk bulat dan  juga lonjong dengan tepi yang rata dan memiliki lekukan yang sangat dalam.

Pada bagian ujung daunnya umbi jalar memiliki bagian yang sangat tajam. Daun biasanya memiliki warna hijau tua dan juga kekuning-kuningan.

Gambar 3. Daun tanaman ubi jalar

2.1.2.3 Bunga

Rukmana (2005) memiliki kesamaan pendapat dengan Hardoko (2010) mengenai morfologi dari bunga ubi jalar yaitu bunga ubi jalar ini berbentuk terompet, tersusun dari lima helaian daun mahkota, lima helaian daun bunga dan satu tungkai putik. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari pukul 04.00 hingga pukul 11.00. Apabila terjadi penyerbukan buatan bunga akan membentuk buah.

(13)

Mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan dan bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu muda. Kepala putik melekat pada bagian ujung tangkai putik. Tangkai putik dan kepala putik terletak diatas bakal buah. Di dalam bunga juga terdapat lima buah tangkai sari yang terletak di sekitar tangkai putik. Panjang kelima tangkai sari tersebut berbeda-beda, yakni antara 1,5 hingga 2 cm. Serta penyerbukan hanya dapat terjadi jika ada bantuan dari serangga atau angin.

Gambar 4. Bunga tanaman ubi jalar

2.1.2.4 Umbi

Umbi tanaman ubi jalar merupakan bagian yang dimanfaatkan untuk bahan makanan. Umbi tanaman ubi jalar memiliki mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Umbi tanaman ubi jalar ini terjadi karena adanya proses diferensiasi akar sebagai akibat terjadinya penimbunan asimilat dari daun yang berbentuk umbi (Rukmana, 2005) dan menurut DPTP Jabar (2012), bentuk umbi bulat telur membesar pada bagian ujung, dan tangkai umbi sangat pendek. Warna kulit umbi merah dan memiliki warna kuning tua atau orange pada umbi. Berat ubi yang ideal yaitu 200 sampai 300 gram / ubi. Serta ada pula yang memiliki warna putih, kuning dan juga warna keunguan, dan memiliki kulit yang tipis.

(14)

Gambar 5. Umbi tanaman ubi jalar

2.1.2.5 Akar

Sistem perakaran tanaman ubi jalar yaitu perakaran tunggang (radix primaria), berbentuk benang (filifoimis), dengan warna agak kemerah-merahan, tidak ada perubahan akar. Akar juga terdapat pada ujung umbi, yaitu hasil dari percabangan batang atau daun yang berhubungan dengan tanah. (Solichatun 2005).

Gambar 6. Akar tanaman ubi jalar

2.2 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar

Dalam berbudidaya tanaman terutama tanaman ubi jalar agar mendapatkan hasil yang berkualitas dan hasil produksi yang maksimal, tanaman ini memerlukan beberapa teknik dalam budidayanya. Beberapa teknik tersebut antara lain:

2.2.1 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara pembalikkan tanah. Tujuan dari adanya pembalikkan tanah yaitu untuk menghilangkan gulma dan memudahkan pada saat penanaman. Tanah yang telah diolah kemudian dijadikan guludan.

(15)

Ukuran guludan untuk menanam ubi jalar yaitu lebar 60 x 40 cm. Menurut Rukmana (2005), guludan dibuat dengan ukuran lebar bawah 60 cm dengan tinggi 30-40 cm dengan jarak. Hasil panen ubi jalar yang paling tinggi terletak pada guludan dengan tinggi 30 cm. Saat melakukan pengolahan tanah juga diberikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang. Waktu pemberian pupuk kandang bersamaan dengan pembuatan guludan. Pupuk kandang yang bagus digunakan saat pemupukan dasar adalah pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kambing ataupun ayam, karena dalam komposisi pupuk tersebut terdapat banyak mengandung unsur-unsur seperti unsur kalium, fosfor, nitrogen, kalsium yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Terutama pupuk kandang yang banyak mengandung nitrogennya digunakan tumbuhan untuk membuat agar daun cepat tumbuh lebat, mempercepat laju pertumbuhan tunas, akar, batang, serta umbi agar cepat berbuah dengan lebat.

2.2.2 Pembibitan

Pembibitan ubi jalar dapat dilakukan dengan cara perbanyakan generatif maupun vegetatif. Bahan perbanyakan generatif yaitu dengan menggunakan biji sedangkan perbanyakan vegetatif yaitu dengan menggunakan stek berupa stek pucuk maupun stek batang. Pembibitan dengan cara vegetatif atau menggunakan stek adalah cara yang paling sering dilakukan dalam budidaya ubi  jalar. Menurut Suparman (2007) bibit yang menggunakan batang ubi jalar harus menggunakan bibit yang masih muda karena jika menggunakan bibit yang sudah tua akan mempengaruhi hasil dari ubi jalar yaitu hasilnya kurang bagus. Bibit yang tua menyebabkan pertumbuhan ubi jalar lambat dan batang akan cepat mengering, dan mengakibatkan tanaman akan mati.

2.2.3 Penanaman

Penanaman ubi jalar dilakukan dengan terlebih dahulu membasahi guludan agar terjaga kecukupan air karena budidaya ubi jalar menyukai tempat yang lembap. Penanaman bibit ubi jalar sebaiknya dengan cara membenamkan 2/3 bibit dalam tanah. Dalam 1 guludan lahan tanaman terdapat 1 baris lajur tanaman dengan jarak tanam antar baris 5 cm. Teknik penanaman bibit dilakukan dengan membuat lubang terlebih dahulu pada guludan dengan menggunakan bambu. Selanjutnya memasukkan bibit ke dalam lubang dengan metode penanaman huruf L (atau dapat juga dengan metode penanaman huruf V). Menurut Mulya (2007) penanaman dengan metode huruf L bertujuan agar

(16)

akar tanaman ubi jalar dapat tumbuh sempurna. Kemudian menutup bibit dengan tanah. Setelah semua bibit selesai ditanam, selanjutnya disiram dengan air.

2.2.4 Penyiraman

Penyiraman ubi jalar sudah dilakukan sejak awal penanaman. Tujuan dilakukan penyiraman saat masa pertumbuhan adalah untuk memenuhi kebutuhan air dalam tanaman serta dapat menghasilkan umbi yang besar dan melimpah. Tahap pembentukan umbi ini pada waktu 1 hingga 2 bulan, sehingga dalam penyiraman harus dimaksimalkan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor atau ember. Waktu penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Menurut Soeleman (2013) penyiraman pada pagi hari udaranya masih segar dan anginnya tidak terlalu besar sehingga penguapan air lebih sedikit daripada saat siang hari. Penyiraman pada siang hari kurang efektif karena terlalu banyak air yang terbuang karena adanya penguapan. Sedangkan penyiraman pada sore hari sebaiknya dilakukan saat masih adanya sinar matahari agar air yang menempel pada daun cepat kering. Jika terdapat daun yang basah maka akan memicu tumbuhnya jamur yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

2.2.5 Pemupukan

Pemupukan dilakukan saat tanaman ubi jalar mulai memasuki masa 7 hst. Pada 7 hst rekomendasi pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea dengan dosis 5 gram urea/lubang tanam, pupuk SP-36 dengan dosis 4,3 gram SP-36 perlubang tanam. Fungsi diberikan pupuk urea pada tanaman ubi jalar diantaranya untuk mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman, membuat daun lebih lebat dan segar serta meningkatkan pertumbuhan tunas baru. Fungsi diberikan pupuk SP-36 pada tanaman ubi jalar diantaranya agar menjaga batang tanaman lebih kuat, agar tanaman cepat berbuah serta memperbaiki kualitas umbi dalam tanah.

Pengaruh pupuk Urea terhadap ubi jalar yaitu terdapat senyawa N yang dapat membantu pembentukan klorofil, sehingga pada tanah miskin N memerlukan pemupukan N. Apabila pupuk N diberikan dalam jumlah besar, maka cadangan karbohidrat dalam tanaman akan menurun. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) senyawa N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun, meningkatkan berkembangnya mikroorganisme dalam tanah yang penting bagi kelangsungan pelapukan bahan organik.

(17)

Pengaruh pupuk SP-36 terhadap ubi jalar yaitu terdapat senyawa P yang dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Senyawa P juga merangsang pembentukan bunga, mempercepat pemasakan buah dan biji. Menurut Novizan (2002) pemupukan fosfor diperlukan oleh tanaman yang tumbuh di daerah dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen.

2.2.6 Penyiangan

Penyiangan merupakan pekerjaan mencabuti gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman ubi jalar. Menurut Suparman (2007) penyiangan biasa dilakukan saat ubi jalar berumur 2-3 bulan atau sebelum rumput-rumputan berbunga. Ubi jalar dengan sistem penanaman tanpa mulsa mudah ditumbuhi oleh gulma. Gulma merupakan pesaing dalam tumbuhan terutama dalam hal kebutuhan unsur hara, air, maupun sinar matahari. Sehingga  jika terdapat gulma harus segera dilakukan penyiangan. Cara penyiangan gulma

bisa langsung dicabut maupun menggunakan cangkul. 2.2.7 Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika bibit tanaman mati atau tanaman layu sehingga penyulaman dilakukan secepatnya untuk menjaga pertumbuhannya tidak tertinggal dari tanaman sebelumnya. Menurut Juanda dan Cahyono (2000) pada saat penyulaman sebaiknya digunakan bibit yang sudah berakar. Penyulaman masih bisa dilakukan jika tanaman memasuki usia 1 bulan. Sebelum penyulaman biasanya lubang bekas tanaman mati atau tanaman layu dibiarkan beberapa saat agar mikroba pembusuk yang mengakibatkan tanaman mati dapat mati oleh pancaran sinar matahari. Setelah itu tanaman baru bisa dilakukan penyulaman. Bibit dalam penyulaman harus menggunakan bibit yang unggul dan sudah berakar.

2.2.8 Panen dan Pasca Panen

Tanaman ubi jalar dapat dipanen jika ubinya sudah tua. Penentuan waktu panen tanaman ubi jalar juga bisa ditentukan oleh umur tanaman. Menurut Rukmana (2005) varietas yang berumur pendek akan dipanen dalam 3,5 bulan sedangkan pada varietas berumur panjang biasanya dipanen pada umur ubi jalar 4,5 hingga 5 bulan. Panen ubi jalar paling sesuai pada umur 3 bulan dan paling lambat pada umur 4 bulan. Jika ubi jalar dipanen lebih dari umur 4 bulan kemungkinan besar akan terserang hama boleng dan produksinya akan menurun.

(18)

Penyortiran tanaman adalah pemilihan atau penggolongan tanaman berdasarkan kualitas dan jenis tanaman. Penyortiran ubi jalar dapat dilakukan pada saat tanaman dicabut langsung atau juga dapat dilakukan setelah semua tanaman dicabut dan ditampung pada suatu tempat. Tujuan dilakukannya penyortiran yaitu untuk memilih umbi yang bagus dengan kulit umbi yang segar serta cacat atau tidaknya umbi dengan melihat dari ukuran umbi maupun ada atau tidaknya bercak hitam pada umbi tersebut.

Penanganan pasca panen digunakan untuk mempertahankan daya simpan agar ubi jalar tetap aman dalam waktu yang lama. Daya simpan yang paling baik digunakan dengan cara menutup ubi jalar dengan pasir atau abu. Penggunaan cara penyimpanan akan membuat ubi jalar bertahan sampai 5 bulan dan rasa ubi yang dihasilkan akan lebih manis dibandingkan dengan ubi yang baru saja dipanen.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Jalar

Ubi jalar memiliki daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan hidup sehingga dapat dibudidayakan pada berbagai jenis lahan, ketinggian tempat, dan tingkat kesuburan tanah yang berlainan. Oleh karena itu, tanaman ubi jalar mudah tersebar ke seluruh belahan bumi, terutama di daerah tropis. Pada fase vegetatif, ubi jalar sangat cocok dengan suhu yang cukup lembab dengan iklim yang relatif hangat, dengan kondisi tanah yang cukup lembab untuk pertumbuhan batang agar tidak kering, dengan intensitas hujan atau penyiraman yang cukup tinggi. Namun pada fase generatif, ubi jalar lebih sedikit membutuhkan air dibanding masa vegetatifnya, karena tanaman telah mampu tumbuh dan berfotosintesis dengan sempurna, dan temperatur yang dibutuhkan untuk tumbuh pada fase ini adalah hampir mencakup seluruh iklim tropis ubi jalar mampu bertahan hidup.

Menurut Juanda dan Cahyono (2000), faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ubi jalar meliputi temperatur dan kelembapan udara, curah hujan, penyinaran matahari, keadaan angin dan keadaan tanah, letak geografi tanah, topografi tanah, dan sifat tanah (sifat fisika, kimia, dan biologis). Temperatur optimum yang cocok untuk tanaman ubi jalar adalah berkisar antara 21oC sampai 27oC. Tanaman ubi jalar masih toleran pada

temperatur minimum 16oC dan temperatur maksimum 40oC, tetapi hasilnya

kurang baik. Sedangkan kelembaban udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah 50% sampai 60%. Daerah yang memiliki curah hujan

(19)

antara 750mm sampai 1500mm per tahun sangat cocok untuk masa vegetatif ubi  jalar dengan kondisi yang cukup kering. Lama penyinaran cahaya matahari yang diperlukan oleh tanaman ubi jalar adalah 11 hingga 12 jam per hari. Lama penyinaran ini berpengaruh terhadap pembentukan umbi, terutama pada saat umbi terbentuk dan masa perkembangan umbi.

Tanaman ubi jalar yang ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dari permukaan laut dapat memberikan hasil lebih tinggi daripada tanaman ubi  jalar yang ditanam di dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian diatas 1000

m dari permukaan laut. Ubi jalar yang ditanam di daerah pegunungan masih dapat tumbuh dengan baik, namun hasilnya rendah dan umur panennya panjang. Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami ubi jalar adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik dan penanamannya harus dilakukan di atas guludan. Ubi jalar mampu tumbuh pada tanah dengan kisaran pH optimum 5.5 sampai 6.5. Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. (Juanda dan Cahyono, 2000).

2.4 Pengaruh Pemangkasan Daun Pada Ubi Jalar

Pemangkasan terhadap budidaya ubi jalar dilakukan ketika tanaman ubi  jalar pertumbuhannya terlalu subur. Tanaman yang terlalu subur akan

menyebabkan pertumbuhan daun yang rimbun, sehingga pertumbuhan bunga atau buah rendah dan mengurangi hasil produksi ubi jalar. Menurut Darlan (2011), daun yang terlalu rimbun akan mempengaruhi bakal bunga serta mempengaruhi perkembangan bunga atau buah.

Pemangkasan juga dilakukan pada tajuk tanaman ubi jalar untuk mengendalikan pertumbuhan bagian tanaman di atas tanah, selain daun muda hasil pangkasan dapat dikonsumsi sebagai sayuran ataupun pakan ternak. Namun banyaknya pemangkasan tajuk terhadap hasil panenan tergantung pada banyaknya daun yang dipangkas, letak daun pada batang dan periode pertumbuhan tanaman (Suminarti, 2016).

Kegiatan pemangkasan diharapkan akan meningkatkan hasil fotosintesis sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan dan produksi. Selain itu pemangkasan ubi jalar dapat meningkatkan dan mengoptimalkan bagian organ tumbuhan (Novianti, 2016). Pemangkasan dilakukan pada sulur-sulur yang

(20)

merayap dalam saluran di sela-sela bedengan. Pemangkasan dilakukan setiap sebulan sekali yang dimulai tanaman ubi jalar berumur 2 bulan (Purwono, 2007).

Gambar 7. Hasil pemangkasan ubi jalar

2.5 Pengaruh Varietas Beta Pada Ubi Jalar

Menurut pernyataan Jusuf dkk (2002) ubi jalar Beta-1 adalah varietas ubi  jalar yang memiliki kandungan betakaroten cukup tinggi, melebihi kandungan

betakaroten sebesar 12.032 gram per 100 umbi bahkan lebih tinggi dari kadar beta karoten pada wortel. Tingginya kandungan betakaroten dapat diduga dari warna daging umbinya yang berwarna orange. Potensi hasil varietas ini mencapai 35,7 ton per hektar dengan umur panen 4,0 hingga 4,5 bulan. Keunggulan varietas ubi jalar beta-1 memiliki potensi produksi tinggi. Kandungan betakaroten tinggi. Varietas ubi jalar yang kaya betakaroten ini potensial dikembangkan secara komersial oleh agroindustri pangan dalam meningkatkan asupan pro-vitamin A bagi masyarakat.

Beta-2 adalah varietas ubi jalar yang memiliki kandungan betakaroten tinggi, tetapi kandungannya lebih rendah dibandingkan beta-1. Potensi produksi beta-2 lebih tinggi dibandingkan beta-1. Varietas ini banyak dikembangkan di sekitar Malang dan Lumajang. Keunggulan varietas ubi jalar ini terbilang tinggi dan kandungan betakaroten juga tinggi. Varietas ubi jalar yang kaya betakaroten ini potensial dikembangkan secara komersial oleh agroindustri pangan dalam meningkatkan asupan pro-vitamin A bagi masyarakat.

(21)

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat

 Adapun waktu dan tempat yang diterapkan dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman dilaksanakan di Lahan Praktikum Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Malang mulai dari tanggal 12 September 2017 dengan 2 agenda praktikum yaitu persiapan kelas dan kegiatan lapang. Praktikum lapang diawali dengan pengolahan tanah yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 12 September 2017. Satu minggu setelahnya dilakukan penanaman pada hari Selasa tanggal 19 September 2017. Pemupukan ubi jalar pertama dilakukan pada tanggal 26 September 2017 sekaligus melakukan perawatan pada tanaman. Pengaplikasian PGPR (Plant Growth Promoting Rizobacteria) dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2017 sekaligus dengan melakukan pengamatan. Setelah itu setiap hari Selasa mulai tanggal 10 Oktober 2017 dilakukan perawatan dan pengamatan ubi jalar mulai pukul 13.30 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Dalam melakukan praktikum Teknologi Produksi Tanaman, ada beberapa alat dan bahan yang di perlukan. Pertama, alat yang digunakan yaitu label untuk memberi nama pada masing-masing sampel, cangkul untuk mengolah tanah, ember sebagai wadah air untuk menyiram tanaman dan wadah untuk pupuk kandang, tali rafia untuk membuat jarak tanam, bambu untuk membantu melubangi tanah saat pemupukan, botol aqua yang tutup botolnya sudah dilubangi untuk aplikasi PGPR (Plant Growth Promoting Rizobacteria), penggaris untuk mengukur panjang tanaman, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan, yellow trap untuk mengamati hama serta alat tulis dan form pengamatan untuk mencatat hasil pengamatan.

Selain itu, diperlukan juga beberapa bahan. Antara lain bibit ubi jalar varietas beta 2 sebagai bahan perlakuan. PGPR ( Plant Growth Promoting Rizobacteria) untuk merangsang pertumbuhan akar dari tanaman ubi jalar, pupuk kandang untuk menambah bahan organik dalam tanah, pupuk urea untuk menambah unsur hara dengan dosis 5 gram/lubang tanam dan pupuk SP-36 untuk menambah unsur hara dengan dosis 4,3 gram/lubang tanam dilakukan saat tanaman berumur 7 hst. Sedangkan pada umur 28 hst dilakukan pemupukan urea dengan dosis 5 gram/lubang tanam dan pupuk KCl dengan dosis 2,5 gram/lubang tanam.

(22)

3.3 Cara Kerja

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Lalu mengolah tanah dengan menggunakan cara manual yaitu dengan cangkul. Tanah dibolak balikkan untuk menghilangkan gulma yang ada dalam petak lahan tersebut. Setelah selesai mengolah lahan, langkah selanjutnya yaitu membuat guludan pada petak lahan. Satu petak lahan dibuat tiga guludan. Kemudian pada tiap-tiap guludan diberikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang yang merata. Tiap guludan terdapat sepuluh lubang tanam. Lalu membuat jarak tanam menggunakan tali rafia dengan ukuran 10 cm x 30 cm.

Selanjutnya yaitu penanaman bibit ubi jalar. Penanaman bibit ubi jalar menggunakan varietas beta 2. Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu tanah dilubangi menggunakan bambu dengan kedalaman 5 cm dan jarak tanam antar bibit 5 cm. Selanjutnya dilakukan penanaman dengan mengisi setiap lubang tanam dengan 1 bibit. Metode yang digunakan saat penanaman bibit adalah metode huruf L. Fungsi penanaman dengan huruf L yaitu agar akar tanaman tumbuh dengan sempurna. Kemudian menutup lubang yang telah terisi bibit ubi jalar dengan tanah.

Kemudian melakukan kegiatan perawatan. Kegiatan pada saat perawatan antara lain pemupukan, penyiangan, dan penyiraman. Pada saat pemupukan, pupuk dasar yang digunakan sebelum penanaman yaitu pupuk kandang dengan pengaplikasian pupuk secara merata pada tiap guludan. Dan setelah penanaman pada 7 hst menggunakan pupuk urea dengan dosis 5 gram urea perlubang tanam, dan pupuk SP-36 dengan dosis 4,3 gram SP-36 perlubang tanam. Pada saat penyiangan, penyiangan dilakukan rutin setiap minggu atau pada 7 hst. Penyiangan dilakukan dengan cara langsung mencabut gulma/tanaman yang mengganggu pertumbuhan tanaman dalam petak lahan. Sedangkan pada saat penyiraman, penyiraman ubi jalar dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari atau pada sore hari. Pada saat perawatan ini tanaman ubi jalar disemprotkan PGPR yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dari tanaman ubi jalar ini.

3.4 Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan untuk tanaman ubi jalar yang digunakan yaitu panjang tanaman, jumlah daun, berat umbi, pengamatan serangga hama, dan menghitung jumlah indeks penyakit.

(23)

Pengamatan panjang tanaman dilakukan pada saat 3 minggu setelah tanam. Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu sekali yaitu pada hari Selasa.  Alat untuk melakukan pengamatan ini yaitu menggunakan penggaris.

Pengukuran panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang bawah hingga ujung terpanjang tanaman.

3.4.2 Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat 3 minggu setelah tanam. Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu sekali pada hari Selasa. Pengamatan  jumlah daun dihitung dengan cara manual yaitu dengan menghitung daun-daun

yang telah membuka sempurna dari tanaman sampel yang sudah dipilih. 3.4.3 Berat Umbi

Pengamatan berat umbi dilakukan dengan berdasarkan tumbuhnya umbi pada setiap tanaman sampel yang telah dipilih. Pengukuran berat umbi dilakukan setelah tanaman ubi jalar dipanen, yaitu dengan menimbang umbi yang telah dipanen dengan timbangan.

3.4.4 Pengamatan Keragaman Arthropoda

Pengamatan keragaman arthropoda dilakukan dengan mengamati langsung pada daun yang terdapat gejala atau tanda yang ditinggalkan oleh hama, serangga maupun musuh alami pada tanaman ubi jalar. Selain itu bisa  juga menggunakan yellow trap yang sudah dipasang di sekitar tanaman dengan mengamati langsung hama yang menempel pada yellow trap dan selanjutnya hasil pengamatan hama tersebut didokumentasikan.

3.4.5 Menghitung Jumlah Indeks Penyakit

Menghitung indeks penyakit dengan cara mengamati langsung daun yang terserang oleh penyakit. Jika telah mengetahui indeks penyakit yang terserang kemudian dilanjutkan dengan melihat kriteria penilaian dahulu sebelum menghitung dengan rumus. Skala serangan untuk menghitung jumlah indeks penyakit antara lain:

0 = tidak ada kerusakan pada daun tanaman yang diamati 1 = ada kerusakan 1% - 25% pada daun tanaman yang diamati 2 = ada kerusakan 26% - 50% pada daun tanaman yang diamati 3 = ada kerusakan 51% - 75% pada daun tanaman yang diamati 4 = ada kerusakan 76% - 100% pada daun yang diamati

Sedangkan rumus yang digunakan untuk perhitungan jumlah indeks penyakit yaitu:

(24)

% 100 ) (    

 N   Z  V  n  I  Keterangan: I = intensitas/beratnya kerusakan/serangan (%) n = jumlah contoh yang diamati

V = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan N = jumlah total sampel yang diamati

(25)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lahan dan Analisa Tanah

Praktikum dilakukan di lahan percobaan Jatimulyo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan ketinggian tempat 460 mdpl. Lahan percobaan Jatimulyo merupakan lahan milik Universitas Brawijaya yang tergolong masih baru. Berdasarkan dari sejarah lahan, awal mulanya lahan ini ditanami dengan tanaman mentimun, kemudian beralih digunakan sebagai lahan percobaan tanaman ubi jalar. Selain ubi jalar, lahan ini  juga ditanami oleh beberapa komoditas seperti jagung, tomat, labu, bunga kol,

semangka, kacang tanah, tebu, kedelai, dan bawang merah. Sebelum kegiatan penanaman, dilakukan pengambilan sampel tanah untuk mengetahui hasil analisis laboratorium mengenai kandungan sifat tanah pada lahan percobaan Jatimulyo. Berikut ini adalah tabel hasil analisis sifat tanah yang dilakukan di laboratorium.

Tabel 1. Hasil Analisa Kimia Tanah Lahan Ubi Jalar 

Ket: dalam persen (%)

Berdasarkan analisis laboratorium diatas diperoleh hasil sifat kimia tanah. Dari sifat kimia tanah tersebut didapatkan hasil pH HCl sebesar 6.1 sedangkan pH KCl 1N sebesar 5.4. pH tanaman merupakan suatu ukuran tanaman untuk tumbuh dengan baik. Jika dalam tanah mempunyai pH rendah maka akan mengakibatkan tanah bersifat toksik atau racun. Sedangkan jika pH tinggi tanaman akan tumbuh dengan baik karena terdapat mikroorganisme yang dapat menguntungkan bagi akar tanaman. Menurut Juanda dan Cahyono (2000) bahwa tanaman ubi jalar optimal ditanam pada pH berkisar 5,5 hingga 7,5. Hal ini sesuai dengan rentang pH pada sampel tanah ubi jalar hasil laboratorium. Derajat keasaman (pH) yang cocok pada tanaman ubi jalar maka akan menyebabkan pertumbuhan tanaman baik dan hasil umbi akan melimpah.

Pada analisis laboratorium dihasilkan C-organik tanah sebesar 1.82% dan N-total tanah sebesar 0.19% sehingga dihasilkan C/N rasio sebesar 10. Nilai C-organik pada hasil sampel tanah ini termasuk dalam kategori rendah.Dengan

No Lab Kode pH1:1 C-org N-total C/N K Na Ca Mg KTK H2O KCL 1N NH4OAC1N pH 7 TNH1483 3.1 6.1 5.4 1.82 % 0.19 % 10 0.54 0.46 13.3 5 3.02 32.78

(26)

data diatas maka tanaman ubi jalar tidak sesuai dengan kondisi dilahan dikarenakan C/N rasio pada lahan tergolong dalam kategori rendah. C/N rasio yang rendah menyebabkan tanaman tetap pada masa vegetatifnya. Tanaman yang tetap pada fase vegetatif maka akan mengalami masalah dalam pembungaan serta pembuahannya.

Menurut Prijono (2013) menyatakan bahwa jumlah C-organik dalam tanah tidak kurang dari 2% agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun akibat dari dekomposisi mineralisasi. Sedangkan nilai N-total pada hasil sampel tanah termasuk ke dalam kategori rendah. Menurut Mawardiana (2013), N-total pada tanaman yang rendah akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang tidak optimal dan menurunkan produktifitas dari ubi jalar. Hasil C/N rasio dari sampel tanah tersebut termasuk rendah. C/N rasio adalah perbandingan dari nitrogen dan karbon yang terdapat dalam bahan organik. C/N rasio yang rendah menunjukkan bahan organik sudah terdekomposisi dan hampir menjadi humus. Menurut Achmad dkk (2011), indikator C/N rasio adalah sebagai indikator kestabilan bahan organik.

Kandungan unsur yang didapatkan dari sampel tanah antara lain K, Na, Ca, dan Mg. Nilai unsur K sebesar 0,54 me/100g, nilai Na sebesar 0,46 me/100g, nilai Ca sebesar 13,35 me/100g, dan nilai Mg sebesar 3,02 me/100g. Dari unsur tersebut yang mempunyai kandungan unsur paling tinggi di dalam tanah adalah unsur Ca sedangkan unsur paling sedikit yang ada di dalam tanah adalah unsur Na. Nilai KTK dalam sampel tanah tersebut sebesar 32,78 me/100g. Dari hasil KTK tanah tersebut tergolong dalam kondisi tinggi. Menurut Trubus (2015), Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan petunjuk dari ketersediaan hara bagi tanaman serta dapat menjadi indikator dari kesuburan tanah. Semakin tinggi KTK akan semakin tinggi juga kemampuan tanah untuk menahan unsur hara.Dengan data diatas maka tanaman ubi jalar mampu tumbuh baik secara optimal.

Pada sampel tanah didapatkan komposisi pasir, debu, dan liat sebesar 11%, 44%, dan 45% sehingga tekstur tanah tersebut tergolong liat berdebu. Menurut Suparman (2007), jenis tanah yang sesuai untuk menanam tanaman ubi  jalar yaitu tanah yang gembur serta banyak mengandung unsur hara yang

mempunyai kandungan lempung dan pasir. Sedangkan menurut jenis tanah yang paling baik untuk menanam ubi jalar yaitu tekstur tanah pasir berlempung, tanah gembur, bahan organik melimpah, mempunyai drainase yang baik, serta pH antara 5,5-7,5. Tanaman ubi jalar jika ditanam pada tanah yang kering akan

(27)

menyebabkan tanaman mudah terkena hama penggerek Cylas  sp. Sedangkan  jika ditanam pada drainase yang kurang bagus akan menyebabkan tanaman mejadi kerdil, ubi tanaman mudah busuk serta bentuk ubi akan benjol-benjol. Dari literatur tersebut menunjukkan ketidaksamaan jenis tanah di lapang dengan literatur. Dimana literatur menyebutkan bahwa tanah yang paling baik adalah  jenis tanah pasir berlempung. Hal ini bisa dikarenakan lahan tersebut bekas dari

tanaman mentimun.

4.2 Parameter Pertumbuhan 4.2.1 Panjang Tanaman Ubi Jalar

Berdasarkan hasil pengamatan panjang tanaman ubi jalar yang dilakukan pada 3 minggu setelah tanam sampai 8 minggu setelah tanam dengan perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi jalar diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 2. Rerata panjang tanaman ubi jalar perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi jalar 

No. Perlakuan Kelas Panjang Tanaman (Mst)

3 4 5 6 7 8 1. Antin 3 + Toping Y 19,2 19,1 27,4 64,2 103,1 173 2.  Antin 3 + Non Toping J 22,6 26 42,2 84,4 123,4 142,4 3. Beta 2 + Toping M 2,86 26,82 30,1 56,2 84 85,2 4. Beta 2 + Non Toping Z 14,2 30,2 62,2 111,6 155,2 217 5. Sari 2 + Toping R 11,6 13,4 16,7 28,5 47,7 49,4 6. Sari 2 + Non Toping B 18,8 20,58 24 29,7 41,8 64,5 Ket: Mst (minggu setelah tanam)

Hasil pengamatan pada perlakuan toping varietas antin 3 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan panjang tanaman dengan kisaran 0,52 % pada 3 mst menuju 4 mst, 30,3 % pada 4 mst menuju 5 mst, 57,3 % pada 5 mst menuju 6 mst, 37,7 % pada 6 mst menuju 7 mst, 40,4 % pada 7 mst menuju 8 mst. Pengamatan dengan perlakuan non toping pada varietas antin 3 tanaman ubi  jalar menunjukan kenaikan panjang tanaman dengan kisaran 13,07 % pada 3 mst menuju 4 mst, 38,4 % pada 4 mst menuju 5 mst, 50 % pada 5 mst menuju 6 mst, 31,6 % pada 6 mst menuju 7 mst, 13,3 % pada 7 mst menuju 8 mst.

(28)

Pengamatan dengan perlakuan toping varietas beta 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan panjang tanaman dengan kisaran 89,4 % pada 3 mst menuju 4 mst, 10,8 % pada 4 mst menuju 5 mst, 46,4 % pada 5 mst menuju 6 mst, 33,1 % pada 6 mst menuju 7 mst, 1,41 % pada 7 mst menuju 8 mst. Pengamatan dengan perlakuan non toping varietas beta 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan panjang tanaman dengan kisaran 53 % pada 3 mst menuju 4 mst, 51,4 % pada 4 mst menuju 5 mst, 44,3 % pada 5 mst menuju 6 mst, 28,1 % pada 6 mst menuju 7 mst, 28,5 % pada 7 mst menuju 8 mst.

Hasil pengamatan pada perlakuan toping varietas sari 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan panjang tanaman dengan kisaran 13,4 % pada 3 mst menuju 4 mst, 19,8 % pada 4 mst menuju 5 mst, 41,4 % pada 5 mst menuju 6 mst, 40,3 % pada 6 mst menuju 7 mst, 3,44 % pada 7 mst menuju 8 mst. Data pengamatan terakhir adalah data hasil pengamatan dengan perlakuan non toping varietas sari 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan panjang tanaman dengan kisaran 8,65 % pada 3 mst menuju 4 mst, 14,3 % pada 4 mst menuju 5 mst, 19,2 % pada 5 mst menuju 6 mst, 28,9 % pada 6 mst menuju 7 mst, 35,2 % pada 7 mst menuju 8 mst. Berdasarkan data hasil pengamatan pada perlakuan toping dan non toping mengalami peningkatan panjang tanaman ubi jalar dengan kisaran yang berbeda pada setiap minggu setelah tanam.

Gambar 8. Rerata panjang tanaman ubi jalar perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi jalar

Berdasarkan hasil olah data grafik panjang tanaman ubi jalar ( Ipomea batatas L.) terhadap perlakuan toping dan non toping, hasil yang didapat yaitu setiap minggu atau sampai 8 Mst panjang tanaman selalu bertambah secara signifikan pada beberapa varietas ubi jalar. Hasil analisa menunjukan bahwa tiga varietas ubi jalar dan perlakuan toping tidak berpengaruh terhadap panjang

0 50 100 150 200 250 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst Antin 3 + Topping Antin 3 + Non Topping Beta 2 + Topping Beta 2 + Non Topping Sari 2 + Topping Sari 2 + Non Topping

(29)

tanaman ubi jalar umur 3 minggu setelah tanam. Perbedaan varietas ubi jalar berpengaruh nyata pada pengamatan umur 3, 5, 6, 7, dan 8 Mst sedangkan perlakuan toping memberikan pengaruh nyata terhadap panjang tanaman ubi  jalar pada pengamatan umur 8 Mst. Rerata panjang tanaman ubi jalar pada

varietas ubi jalar dan tingkat perlakuan toping dan non toping yang berbeda. Pemangkasan pucuk (toping) merupakan cara mengatur apical agar dapat ditiadakan, yang selanjutnya akan merangsang pada pembentukan cabang-cabang baru. (Rochayat, dkk. 2017). Rochmatino (2000) menyatakan bahwa tanaman yang pertumbuhannya terlalu subur dan rimbun, sebaiknya dilakukan pemangkasan dan pengurangan daun, sebab kalau daunnya banyak, hasil umbi bisa berkurang. Panjang tanaman ubi jalar sebagai komponen pertumbuhan dapat digunakan salah satu indikator kesuburan tanaman. Sulur tanaman yang panjang dan bobot kering tanaman yang tinggi akan menghasilkan umbi yang bagus (Astuti. 2009).

4.2.2 Jumlah Daun

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman ubi  jalar dengan menghitung jumlah daun tanaman. Pengamatan dilakukan 3 minggu setelah tanam sampai 8 minggu setelah tanaman dengan perlakuan toping dan non toping pada tiga varietas yang berbeda. Hasil pengamatan rerata jumlah daun pada masing perlakuan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Rerata panjang tanaman ubi jalar perlakuan toping dan non toping pada beberapa varietas ubi jalar 

No. Perlakuan Kelas Jumlah Daun Pada Umur Tanaman 3 4 5 6 7 8 1. Antin 3 + Toping Y 8,2 15,8 29,6 55.6 110.6 167.2 2. Antin 3 + Non Toping J 3,2 9 17,2 50,4 79,8 109,2 3. Beta 2 + Toping M 17,4 52 99 190,8 220,2 213,4 4. Beta 2 + Non Toping Z 10.8 23.8 37 92.2 152.2 267 5. Sari 2 + Toping R 6,4 11,2 20,8 36,8 71,2 98,8 6. Sari 2 + Non Toping B 10,4 17 26,6 42,2 77 117,8 Ket: Mst (minggu setelah tanam)

Hasil pengamatan pada perlakuan toping varietas antin 3 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan jumlah daun dengan kisaran 48,1 % pada 3 mst menuju 4 mst, 46,6 % pada 4 mst menuju 5 mst, 46,8 % pada 5 mst menuju 6 mst, 49,7 % pada 6 mst menuju 7 mst, 33,9 % pada 7 mst menuju 8 mst.Pengamatan dengan perlakuan non toping varietas antin 3 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan

(30)

 jumlah daun dengan kisaran 64,4 % pada 3 mst menuju 4 mst, 47,7 % pada 4 mst menuju 5 mst, 65,9 % pada 5 mst menuju 6 mst, 36,9 % pada 6 mst menuju 7 mst, 26,9 % pada 7 mst menuju 8 mst.Pengamatan dengan perlakuan toping varietas beta 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan jumlah daun dengan kisaran 66,5 % pada 3 mst menuju 4 mst, 47,5 % pada 4 mst menuju 5 mst, 48,1 % pada 5 mst menuju 6 mst, 13,4 % pada 6 mst menuju 7 mst, tetapi terjadi penurunan 3,19 % pada 7 mst menuju 8 mst.Pengamatan dengan perlakuan nontoping varietas beta 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan jumlah daun dengan kisaran 54,6 % pada 3 mst menuju 4 mst, 35,7 % pada 4 mst menuju 5 mst, 59,9 % pada 5 mst menuju 6 mst, 39,4 % pada 6 mst menuju 7 mst, 43 % pada 7 mst menuju 8 mst.

Selain itu, hasil pengamatan pada perlakuan toping varietas sari 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan jumlah daun dengan kisaran 42,9 % pada 3 mst menuju 4 mst, 46,2 % pada 4 mst menuju 5 mst, 43,5 % pada 5 mst menuju 6 mst, 48,3 % pada 6 mst menuju 7 mst, 28 % pada 7 mst menuju 8 mst. Data pengamatan terakhir adalah data hasil pengamatan dengan perlakuan non toping varietas sari 2 tanaman ubi jalar menunjukan kenaikan jumlah daun dengan kisaran 38,8 % pada 3 mst menuju 4 mst, 36,1 % pada 4 mst menuju 5 mst, 37 % pada 5 mst menuju 6 mst, 45,2 % pada 6 mst menuju 7 mst, 34,6 % pada 7 mst menuju 8 mst. Berdasarkan data hasil pengamatan pada perlakuan toping dan non toping mengalami peningkatan jumlah daun pada tanaman ubi  jalar dengankisaran yang berbeda pada setiap minggu setelah tanam.

Gambar 9. Grafik perbandingan rerata jumlah daun tanaman ubi jalar

Berdasarkan data hasil analisa grafik yang telah disajikan menunujukan bahwa perlakuan Toping dan Non Toping pada varietas Antin 3, Beta 2, dan

0 50 100 150 200 250 300 3 mst 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst Antin 3 + Topping Antin 3 + Non Topping Beta 2 + Topping Beta 2 + Non Topping Sari 2 + Topping Sari 2 + Non Topping

(31)

Sari2 pad jumlah daun tanaman ubi jalar sampai pengamatan 7 minggu setelah tanam. Berdasarkan grafik diatas menunjukan perlakuan varietas Toping, Non Toping dan varietas ubi jalar tidak berpengaruh terhadap jumlah daun umur pengamatan 4, 5, 6 mst. Perlakuan toping, non toping dan varietas ubi jalar memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur pengamatan 7 mst. Rerata jumlah daun ubi jalar pada varietas ubi jalar dan toping, non toping selama penelitian disajikan dalam table. Pada semua perlakuan menunjukan varietas Beta 2 + Non Toping memiliki rerata jumlah daun paling banyak diantara kedua perlakuan dan ketiga varietas yang digunakan dalam penelitian ini. Daun merupakan salah satu organ penting tanaman untuk menyerap cahaya dan berlangsungnya proses fotosintesis. Spesies tanaman budidaya yang efisien cenderung menginvestasikan sebagian besar awal pertumbuhan dalam bentuk penembahan luas daun, yang berakibat pemanfaatan radiasi matahari yanf efisien (Purwanto, 2007). Novianti (2016) menyatakan upaya dalam meningkatkan produksi bibit ubi jalar cara budidaya yang dapat dilakukan adalah pemangkasan pucuk (Toping) dan jarak tanam. Tanaman yang tidak dilakukan pemangkasan pertumbuhan vegetatifnya lebih dominan, hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya jumlah daun yang banyak dan menghambat lajunya pertumbuhan generative tanaman, karena tanaman dengan jumlah daun yang terlalu banyak akan meningkatkan luas kanopi dan mengakibatkan cahaya matahari menjadi terhalang sehingga proses pemasakan buah pun menjadi tidak maksimal (Jayanti, Sunaryo, dan Widaryanto. 2016)

4.3 Keragaman Arthropoda Pada Komoditas Ubi Jalar

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap serangga pada lahan ubi jalar, menunjukkan adanya keberadaan beberapa arthropoda diantaranya adalah Laba Laba berjumlah 3 ekor, Kumbang Kubah Spot M, Jangkrik Seliring berjumlah 2 ekor, dan Kutu Daun. Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Serangga ada yang berperan sebagai musuh alami baik sebagai parasitoid maupun predator, serangga penyerbuk dan dekomposer (Widiarto dkk , 2006).

(32)

Tabel 4. Keragaman Serangga Pada Tanaman Ubi jalar Varitas Beta-2

No.

Nama Serangga

Peran Dokumentasi

Nama Umum Nama Ilmiah

1. Laba Laba Lycosa sp. Musuh Alami

2. Kumbang Kubah Spot M

Menochilus

sexmatulacus Musuh Alami

3. Jangkrik Seliring Gryllus mitratus Musuh Alami

4. Kutu Daun  Aphisgossypii Hama

5. Lalat Buah Bactrocera spp. Serangga Lain

Berdasarkan hasil pengamatan pada lahan ubi jalar terdapat hama kutu daun ( Aphid gossypii )berjumlah 1 ekor, menurutRita Noveriza (2012) hama ini menyerang daun dengan cara menghisap cairan daun sehingga daun tanaman menjadi melengkung kebawah dan menyempit seperti pita. Atau dengan serangan yang lebih hebat daun akan mengalami klorosis, sehingga penampilannya akan serupa seperti mosaik.Pada saat kutu daun memakan daun

(33)

dan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain, kutu daun tersebut dapat menularkan virus. Jenis virus yang ditularkan oleh kutu daun pada tanaman ubi  jalar adalah virus belang/Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV). Kutu

daun bersayap dapat menempuh jarak yang cukup jauh dan membawa virus ke daerah yang baru. Namun pada saat pengamatan lapang, tidak ditemukan gejala penyakit SPFMV yang menyerang tanaman ubi jalar.

Laba-laba (lycosa sp.) merupakan arthropoda yang ditemukan pada saat pengamatan, peranan dari laba-laba ini adalah sebagai musuh alami karena laba-laba memangsa serangga kecil maupun serangga yang lebih besar dari ukuran tubuhnya sendiri. Biasanya laba-laba memangsa kepik maupun ngengat. Direktorat Departemen Pertanian (2002) menyebutkan bahwa semua jenis laba laba adalah predator, bila laba-laba di kebun petani, hama lebih mudah terkendali. Laba-laba ini tidak membuat jaring tetapi berkeliling diantara tanaman mencari mangsa, sutera digunakan untuk menenun tali pengaman sehingga bila  jatuh dari daun tali itu menghindarinya jatuh sampai tanah. Laba-laba dapat

menangkap mangsa yang lebih besar darinya dan merupakan pemangsa penting bagi kepik dan ngengat dah hama lainnya, laba-laba menusukan racun yang melumpuhkan mangsa kemudian menghisap cairannya. Kesimpulannya, laba-laba merupakan musuh alami atau predator yang dapat menekan pertumbuhan hama yang terdapat pada lahan ubi jalar.Menurut BK Agarwala (2001) Kumbang kubah spot M merupakan arthropoda yang pada usia larva maupun sudah menjadi kumbang dewasa dapat memangsa telur, nimfa, atau wereng dewasa. Habitat kumbang kubah sendiri dapat ditemui hampir pada setiap lahan perkebunan maupun areal persawahan, baik daerah yang kering maupun basah. Kumbang kubah ini apabila ditemui pada lahan perkebunan biasanya memangsa hama seperti kutu kebul atau kutu daun. Pada kasus ini, kumbang kubah memiliki peran yaitu sebagai musuh alami karena mampu memangsa hama kutu daun yang menyerang tanaman ubi jalar.

Jangkrik (Gryllus Mitratus) juga merupakan arthropoda yang ditemukan pada saat pengamatan di lahan ubi jalar, peranan jangkrik pada lahan ubi jalar yaitu sebagai musuh alami. Jangkrik memangsa serangga kecil dan juga telur hama sehingga dapat meminimalisir terjadinya serangan hama. Direktorat departemen pertanian (2002) menjelaskan bahwa sebagian jenis jangkrik dan belalang antenah adalah predator, pada umumnya jangkrik dan belalang berantena panjang merupakan predator yang suka memakan telur atau serangga

(34)

lain seperti ulat atau kutu. Memang tidak semua jangkrik adalah predator, ada  juga yang bertindak sebagai pengurai. Jadi peran dari jangkrik ini adalah sebagai

musuh alami atau predator yang dapat meminimalisir serangan hama.

Lalat Buah (Bactrocera  spp.) merupakan arthropoda yang ditemukan pada waktu pengamatan di lahan ubi jalar, namun lalat buah ini tidak menyerang tanaman ubi jalar, karena lalat buah sejatinya hanya menyerang tanaman buah, oleh karena itu lalat buah ini digolongkan kedalam serangga lain yang kebetulan hinggap di tanaman ubi jalar. Pada sekitar lahan ubi jalar didapati lahan tanaman tomat dan labu, hal ini sesuai dengan pernyataan Hetsi (2015) dimana tomat dan labu merupakan salah satu tanaman inang dari lalat buah tersebut.

4.4 Intesitas Penyakit

Data hasil pengamatan intensitas penyakit pada ubi jalar dari varietas antin 3 toping, antin 2 non toping, sari 3 toping, sari 2 non toping, beta 2 toping dan beta 2 non toping adalah 0. Berikut data hasil pengamatan yang didapat.

Tabel 5.  Rerata Perbandingan Intensitas Penyakit Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan Varietas yang Berbeda

NO Perlakuan Kelas Umur Tanaman

4 5 6 7 8 1  Antin – 3Toping Y 0 0 0 0 0 2 Sari – 3Toping T 0 0 1.758 2,006 3,368 3 Beta – 2Toping L 0 0 0 0 0 4 Beta – 2Non Toping Z 0 0 0 0 0 5 Sari – 2Non Toping B 0 0 0 0 0 6  Antin – 2Non Toping F 0 0 0 0 0 Ket: Mst (minggu setelah tanam)

Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa varietas seperti Antin  – 3 Toping, Beta  – 2 Toping, Beta  – 2 Non Toping, Sari  – 2 Non Toping, Antin  – 2 Non Toping tidak ditemukan adanya tanaman yang terserang penyakit, namun pada varietas sari 3 toping ditemukan serangan penyakit. Sehingga data pengamatan intensitas penyakit hanya terdapat pada varietas sari 3 toping.

Tanaman ubi jalar dengan varietas Sari 3 toping yang diserang penyakit mulai dari 6 Mst sampai 8 Mst memiliki kenaikan persentase sebesar 0,14%, dan0,67% pada 7 Mst menuju 8 Mst. Menurut Rahayuningsih (2003) menyatakan bahwa tanaman ubi jalar varietas sari mudah terserang penyakit karena tangkai umbi pendek dan umbi tumbuh dekat permukaan tanah. Kondisi tekstur tanah

(35)

berpengaruh terhadap kesuburan dan kesehatan akar. Tanah dengan kandungan liat dan debu tinggi mendukung perkembangan penyakit karena drainasenya jelek, sehingga kelembaban tanahnya lebih tinggi (Hidayah dan Djajadi. 2009).

Tanaman ubi jalar dengan perlakuan varietas Antin 3 toping, Sari 3 toping, Beta 2 toping, Beta 2 non toping, Sari 2 non toping dan Antin 2 non toping bahwa ditemukan adanya tanaman yang terserang penyakit pada varietas sari 3 toping. Sehingga data pengamatan intensitas penyakit hanya terdapat pada varietas sari 3 toping

. Berikut ini merupakan grafik intensitas penyakit dari perlakuan varietas yang berbeda pada tanaman ubi jalar.

Gambar 10. Grafik perbandingan rerata intensitas serangan penyakit ubi jalar

Dari gambar grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh varietas dan perlakuan pada tanaman ubi jalar dapat mempengaruhi terjadinya serangan penyakit. Ketahanan terhadap penyakit dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan, dengan didukung oleh faktor lingkungan seperti pemenuhan unsur hara yang cukup, pengairan yang baik, dan juga kondisi tempat penanaman ubi jalar yang tidak lembab sehingga akan mencegah tanaman terserang dari penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragih (2009), menyatakan pengaruh lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan patogen.

Dalam tanaman yang rentan dan lingkungan yang lembab maka patogen akan cepat berkembang sehingga tanaman akan lebih cepat terserang oleh penyakit. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Oka (2005) yaitu tanaman sehat lebih mampu menahan serangan berbagai patogen. Sebaliknya tanaman tidak akan mampu melawan serangan patogen bila kondisi lingkungannya buruk.Faktor selanjutnya adalah hama pada tanaman ubi jalar menyerang pada

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4 mst 5 mst 6 mst 7 mst 8 mst Antin 3 + toping Antin 3 + Non Toping Beta 2 + Toping Beta + Non Toping Sari 2 + Toping Sari 2 + Non Toping

(36)

musim panas. Pernyataan ini didukung oleh (Supriyatin, 2001) bahwa pada musim panas terdapat keretakan tanah sehingga memudahkan hama masuk ke dalam tanah dan menimbulkan penyakit.

4.5 Parameter Hasil

Pada semua komoditas ubi jalar diambil 5 sampel untuk dilakukan pengamatan. Salah satu pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan bobot akar dan bobot brangkasan yang dilakukan pada 9 mst pada 1 sampel acak. Berikut merupakan data yang diperoleh dari setiap komoditas dari ubi jalar.

Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Perlakuan pada Bobot Brangkasan Ubi Jalar

Perlakuan Varietas

Parameter Hasil

Bobot akar Bobot brangkasan Sari + toping 26 362

Sari + non toping 6 101 Beta + toping 31 1152 Beta + non toping 10 638

 Antin + toping 31 1207  Antin + non toping 40 659 Ket: dalam gram (gr)

Berdasarkan data hasil pengamatan bobot akar diatas yang dilakukan dengan varietas dan perlakuan yang berbeda maka diperoleh hasil varietas sari dengan perlakuan toping mempunyai bobot akar 26 gram. Sedangkan varietas sari dengan perlakuan non toping mempunyai bobot akar 6 gram. Pada varietas beta dengan perlakuan toping diperoleh hasil bobot akar 31 gram. Sedangkan varietas beta dengan perlakuan non toping diperoleh hasil bobo akar 10 gram. Pada varietas antin dengan perlakuan toping diperoleh hasil bobot akar 31 gram. Sedangkan varietas antin dengan perlakuan non toping diperoleh hasil bobot akar 40 gram.

(37)

Gambar 11.  Grafik dari hasil pengamatan bobot akar dan bobot brangkasan pada tanaman ubi jalar dengan perlakuan dan varietas yang berbeda

Berdasarkan data hasil analisis grafik yang disajikan menunjukkan bahwa adanya perlakuan toping dan non toping serta beberapa varietas berpengaruh terhadap hasil bobot akar pada tanaman ubi jalar. Berdasarkan grafik diatas menunjukkan perlakuan non toping dengan varietas antin mempunyai nilai bobot akar yang tertinggi sebesar 40 gram. Sedangkan perlakuan non toping pada varietas sari mempunyai bobot akar yang terendah sebesar 6 gram. Bobot akar adalah bagian mulai dari bawah permukaan tanah atau pada bagian akar tanaman.

Berdasarkan data hasil pengamatan bobot brangkasan diatas yang dilakukan dengan perlakuan dan varietas yang berbeda diperoleh hasil tertinggi dan terendah bobot brangkasan. Hasil tertinggi bobot brangkasan terdapat pada varietas antin dengan perlakuan toping dengan bobot sebesar 1207 gram. Sedangkan hasil terendah bobot brangkasan terdapat pada varietas sari dengan perlakuan non toping dengan bobot sebesar 101 gram. Pada varietas sari perlakuan toping diperoleh bobot brangkasan sebesar 362 gram. Pada varietas beta perlakuan toping diperoleh bobot brangkasan sebesar 1152 gram. Pada bobot brangkasan varietas beta perlakuan non toping diperoleh bobot sebesar 638 gram. Sedangkan pada bobot brangkasan varietas antin perlakuan non toping diperoleh hasil sebesar 569 gram.

Berdasarkan data hasil analisis grafik yang disajikan menunjukkan bahwa adanya perlakuan toping dan non toping serta beberapa varietas berpengaruh terhadap hasil bobot brangkasan pada tanaman ubi jalar. Berdasarkan grafik diatas menunjukkan perlakuan toping dengan varietas antin mempunyai nilai bobot brangkasan yang tinggi sebesar 1207 gram. Sedangkan pada perlakuan

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Antin 3 + Toping Antin 3 + Non Toping Beta 2 + Toping Beta 2 + Non\ Toping Sari 2 + Toping Sari 2 + Non Toping Bobot akar Bobot Brangkasan

(38)

non toping pada varietas sari mempunyai bobot brangkasan yang terendah sebesar 101 gram. Brangkasan pada tanaman ubi jalar adalah bagian mulai dari atas permukaan tanah sampai pucuk tanaman yang meliputi batang dan daun pada tanaman ubi jalar. Bobot brangkasan dipengaruhi oleh faktor vegetatif tanaman. Menurut Hanafiah (2007), brangkasan pada ubi jalar rendah dapat diakibatkan karena kandungan unsur K dalam tanah sangat tinggi sehingga bobot brangkasan yang dihasilkan jumlahnya sedikit. Jumlah unsur K yang dibutuhkan pada tanaman ubi jalar sebesar 60-90 kg/ha. Menurut Pracaya (2008), tanaman dapat mengalami gejala pemupukan K yang berlebihan yaitu tanaman akan terus menerus menyerap hara secara berlebihan dan tidak berdampak pada peningkatan hasil.

(39)

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan. Pengamatan dengan menanam varietas Antin 3, Beta 2, dan Sari 2 tanaman ubi jalar dengan perlakuan toping dan non toping. Varietas ubi jalar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ubi jalar,meliputi parameter panjang tanaman, jumlah daun, keragaman serangga, intensitas penyakit, dan parameter hasil. Panjang tanaman dan jumlah daun pada varietas beta 2 dengan perlakuan non toping memiliki panjang tanaman dan jumlah daun paling tinggi dari beberapa vaietas dan perlakuan yang lain. Parameter intensitas penyakit tidak ditemukan peyakit pada tanaman ubi jalar. Selain itu, parameter pengamatan keragaman serangga ditemukan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yaitu musuh alami dan hama, musih alami meliputi kumbang kubah spot m dan laba, sedangkan hama meliputi kutu daun, jangkrik seliring dan lalat buah. Pengamatan parameter hasil dengan perlakuan toping pada tiga varietas bobot akar yang mendominasi adalah varietas varietas beta yaitu 31 gram dan sari yaitu 31 gram, perlakuan non toping pada tiga varietas bobot akar yang mendominasi adalah varietas antin yaitu 40 gram, sedangkan perlakuan toping pada tiga varietas bobot brangkas yang mendominasi adalah varietas antin 3 yaitu 1207, perlakuan non toping pada tiga varietas bobot brangkas yang mendominasi adalah varietas antin 3 yaitu 659.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

 Achmad. Mugiono, T. Arlianti, dan C. Azmi. 2011. Panduan Lengkap Jamur . Penebar Swadaya: Jakarta

 Agarwala, Basant K. Pranbjit Bardhanroy, Hironori Yasuda, dan Tadahsi Takizawa. 2001. Prey Consumption and Oviposition of The

 Aphidophagous Predator Menochillus Sexmatulacus (Coleoptera:

Coccinellidae) In Relation To Prey Density And Adult Size . Department of Life Science, Tripura University, India.

 Astuti, L. T. W., Hapsoh,. Dan Siregar, L. A .M. 2009. Pertumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas Sari dan Beta 2 Akibat Aplikasi Kompos dan Pupuk KCL. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Darlan, N H. Analisis Prediksi Produksi Kelapa Sawit Menggunakan Anomali Suhu Muka Laut Di Nino-3,4. Pascasarjana IPB, 2011: 1-44.

Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Musuh alami , Hama dan Penyakit tanaman teh. Departemen pertanian: Jakarta

DPTP Jabar. 2012. Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Ubi Jalar . Jawa Barat. Bandung

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada. Jakarta Hardoko,L. Hendarto, dan Tagor. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea

batatas L) sebagai Pengganti Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan  pada Roti Tawar . Jurnal Teknologi dan Industri Pangan

Jayanti, A., Sunaryo, dan Widaryanto, E. 2016. Effect of Defoliation on Growth  And Yield of Three Variety of Potato (Ipomoea batatas L.). Jurnal of crop

production. Vol 4 No. 7, hal 503-511

Juanda, Dede dan Bambang Cahyono. 2000. Ubi Jalar, Budi Daya analisis Usaha Tani . Kanisius: Yogyakarta.

Jusuf M., Tinuk S.W, Joko Restuono, dan Gatot Santoso, 2012. Ubi Jalar Varietas Beta 2 . [Online]. Bpatb.litbang.pertanian.go.id/index/ubi- jalarvarietas-beta-2. (diakses 22 oktober 2017)

Kardinan, A,. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah. Jendela Komunitas Pertanian. Agromedia pustaka

Kaurow, Hetsi A. Max Tulung, Jantje Pelealu. 2015. Identifikasi dan Populasi Lalat Buah Bactrocera spp. Pada Areal Tanaman Cabe, Tomat dan Labu siam. Universitas Sam Ratulangi: Manado

Kementerian Pertanian RI. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 10 Agustus 2017.

http://www. pertanian. go. id/ap_pages/mod/datatp (diakses Oktober 21, 2017).

Mawardiana. 2013. Pengaruh Residu Biochar dan Pemupukan NPK Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Padi Musim Tanam Ketiga.Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan.1(1):23-31. Novianti, D. 2016. Pengaruh pemangkasan pucuk dan jarak tanam terhadap

 pertumbuhan dan produksi bibit ubi jalar (Ipomea batatas L.) [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Umbi pada tanaman ubi jalar 2.1.2  Morfologi Tanaman Ubi Jalar
Gambar 2. Batang tanaman ubi jalar 2.1.2.2  Daun
Gambar 4. Bunga tanaman ubi jalar 2.1.2.4  Umbi
Gambar 5. Umbi tanaman ubi jalar 2.1.2.5  Akar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Terhadap Perlakuan Pupuk anorganik Pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang ubi jalar 2 dan 6 MST, bobot umbi

Dalam penelitian ini dipelajari karakteristik fisikokimia tepung pati ubi jalar yang dibuat dari beberapa varietas ubi jalar, sehingga diharapkan dapat ditentukan

Peubah yang digunakan Panjang tanaman (cm), Jumlah buah per tanaman, Diameter ubi jalar pertanaman (cm), Berat segar Ubi jalar (g), Berat segar brangkasan, Berat kering

Jumlah umbi perlakuan V1K3 Bibit stek pucuk ubi jalar. Bobot umbi/plot V3K2 ulangan 3 Bobot umbi/plot V3K0

Data pengamatan, daftar analisis ragam, dan uji LSR efek utama pengaruh varietas ubi jalar terhadap kadar karbohidrat tepung ubi jalar.. Data pengamatan total antosianin (mg/100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kompos dan jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, bobot brangkasan akar, bobot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas ubi jalar mempengaruhi perubahan karakteristik granula pati yang terkandung dalam tepung ubi jalar yang diberikan perlakuan

Panjang umbi pada penelitian dipengaruhi oleh masing- masing klon dan varietas yaitu sifat genetik dari setiap tanaman ubi jalar dicirikan oleh bentuk masing-