HUBUNGAN ANTARA SELF-MONITORING
DENGAN STRATEGI SELF-PRESENTATION
DI MEDIA SOSIAL TWITTER PADA
REMAJA JAKARTA
Marsha Philia Syafar
Marsha.syafar@gmail.comDosen Pembimbing : Raymond Godwin, S. Psi., M. Si
Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644
ABSTRACT
The study is aimed to determine the correlation between monitoring with strategy of self-presentation in social media Twitter on adolescents in Jakarta. This research uses quantitative method with a number of samples of 300 participants (159 males and 141 females) with an age 15 until 18 years old that were taken using non-probability sampling method with purposive sampling technique. Corelational were used as research design. The results of this study indicate that there is a significant correlation between self-monitoring with strategy of self-presentation ingratiation in social media Twitter on adolescents in Jakarta (r=0,142; p<0,05).
Keyword: Self-monitoring, Strategy of Self-presentation, Twitter
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-monitoring dengan strategi
self-presentation di media sosial Twitter pada remaja Jakarta. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan jumlah sampel 300 partisipan (159 pria dan 141 wanita) dengan umur 15 sampai dengan 18 tahun yang diambil menggunakan metode non-probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini adalah korelasional. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self-monitoring dengan strategi self-presentation ingratiation di media sosial Twitter pada remaja Jakarta (r=0,142; p<0,05).
PENDAHULUAN
Saat ini penggunaan situs media sosial di Indonesia sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, namun juga sebagai sebuah sarana sosialisasi, membentuk hubungan yang lebih bertahan lama, yang bahkan dapat berkembang secara nyata di dalam kehidupan sosial (Juditha, 2011). Media sosial telah menjadi hal yang paling populer pada layanan online sejak awal tahun 2000 (comscore, 2009). Media-media sosial yang banyak digemari oleh masyarakat khususnya remaja saat ini menghadirkan fitur atau fasilitas yang memberikan para pengguna untuk dapat mendokumentasikan setiap aspek dari hidupnya.
Ada beberapa jenis media sosial yang sedang popular saat ini, diantaranya adalah
microblog. Microblog adalah format penulisan blog dalam batasan jumlah karakter tertentu
(Pudyastomo, 2010). Ada lebih dari 100 microblog di dunia maya tetapi hanya beberapa yang popular di masyarakat, dan yang paling popular menurut Pudyastomo (2010) adalah Twitter.
Twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang paling mudah digunakan, karena hanya
memerlukan waktu yang singkat untuk menyebarkan informasi secara langsung dan luas (Zarella, 2010).
Hasil survey Semiocast pada tahun 2012, terdapat sebanyak 19,5 juta penduduk Indonesia yang menjadi pengguna Twitter. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada sebagai Negara dengan jumlah pengguna Twitter terbanyak kelima se-dunia setelah Amerika Serikat, Brasil, Jepang, dan Inggris. Jumlah tersebut terus meningkat, bahkan menurut
emarketeer (dalam mediabistro, 2013) Indonesia merupakan negara yang paling tinggi dalam
kenaikan jumlah pengguna Twitter. Sejak pertengahan tahun 2012 hingga bulan april 2013, jumlah pengguna Twitter di Indonesia meningkat sebesar 44,20%.
Indonesia semakin terkenal di Twitter setelah Semiocast (2012) menempatkan 2 kota dari Indonesia di 10 besar kota yang paling banyak menyumbangkan jumlah postingan di
Twitter, yaitu Jakarta dan Bandung. Jakarta, menempati posisi paling puncak, sedangkan
Bandung berada pada posisi keenam. Kedua kota tersebut mengalahkan kota besar lain seperti Tokyo, London, Sao Paolo, New York, Paris, Los Angeles, dan Madrid. Dari kedua kota itu saja, Indonesia setidaknya menyumbang sebesar 4% postingan dari seluruh postingnya yang ada di Twitter.
Hasil survey menurut beevolve pada tahun 2012, sekitar 73% pengguna Twitter berada pada rentang umur 15-25. Rentang umur 15-25 dalam konteks perkembangan, masuk dalam kategori remaja. Twitter dipilih oleh para remaja karena Twitter bersifat lebih tertutup dibandingkan dengan Facebook maupun media sosial yang lain (Pew Internet, 2012).
Menurut Erikson (dalam Marcia, 1993) masa remaja merupakan salah satu tahapan tentang hidup manusia yang sangant penting untuk pembentukan identitas. Mengacu pada teori Erikson (1982) usia remaja, yang berada antara 10 sampai 20 tahun, berada pada tahap
identity versus identity confusion. Remaja dihadapkan pada pertanyaan “siapakah diri mereka
sebenarnya?”, “apakah mereka?”, dan “hendak kemana mereka menuju dalam hidupnya?”. Pada tahap ini remaja menuju tahap kedewasaan serta butuh dukungan dari orang tua agar menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus; meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa dirinya telah mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan secara efektif mempersiapkan diri menjelang masa dewasanya.
Teori Erikson mengenai identitas dielaborasi oleh Marcia (1976), yang melihat identitas sebagai suatu proses dan pendekatan untuk mengukur perkembangan status identitas remaja pada setiap titik tertentu. Menurut Marcia (1976), konsep dari eksplorasi dan komitmen adalah kunci untuk mengidentifikasi proses pembentukan identitas diri pada remaja. Eksplorasi terjadi ketika remaja memasuki proses pilihan dan pengambilan keputusan mengenai hubungan dengan orang lain, agama, gaya hidup, atau pekerjaan. Sedangkan pada komitmen terjadi penerimaan tujuan hidup tertentu, yang mencakup tanggung jawab atas pilihan-pilihan hidup dan perbuatannya.
Eksplorasi, menurut Marcia (1976), merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Berbagai informasi dan alternatif lain tersebut selanjutnya dibandingkan di antara satu dengan yang lain, selanjutnya akan dipilih
alternatif yang dipandang paling memberikan keuntungan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Pencarian informasi tersebut dapat dilakukan dengan membaca berbagai sumber misalnya dari buku, koran, majalah, dan media masa yang lain. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas kehidupan yang berhubungan dengannya, seperti orang tua, guru, teman, orang yang dianggap penting, dan sebagainya. Aktivitas eksplorasi dapat pula dilakukan dengan menanyakan kepada orang yang telah aktif secara langsung dalam suatu jenis dominan kehidupan tertentu.
Setiap masing-masing individu memiliki hal yang berbeda dalam memilih jenis informasi yang digunakan untuk konsep dirinya. Masing-masing individu memiliki kesadaran yang berbeda-beda tentang cara menampilkan perilaku pada orang lain yang disebut dengan
self-monitoring (Penrod, 1986). Self monitoring merupakan konsep yang berhubungan dengan
konsep pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986). Menurut Snyder (dalam Watson et al, 1984), self monitoring merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan dirinya dihadapan orang lain dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya atau petunjuk-petunjuk yang ada di sekitarnya. Di dalam self-monitoring terdapat dua ciri-ciri yaitu self-monitoring tinggi dan rendah. Menurut Snyder dan Monson (dalam Raven & Rubin, 1983), seorang individu yang memiliki self-monitoring tinggi cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan berusaha untuk berperilaku sesuai situasi saat itu, dengan menggunakan informasi yang diterima. Menurut Snyder (dalam Fiske & Taylor, 1991), individu dengan
self-monitoring rendah, dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain cenderung hanya
didasarkan pada apa yang diyakininya adalah benar menurut dirinya sendiri. Hal ini mencerminkan bahwa individu dengan self-monitoring rendah kurang peka akan hal-hal yang ada di lingkungannya sehingga kurang memperhatikan keadaan-keadaan dari lingkungan sekitarnya. Menurut Kristiana (1997) self-monitoring memiliki beberapa aspek yang diantaranya adalah self-presentation yang dimana individu melakukan penyajian kesesuaian diri yang berhubungan dengan peran individu yang diharapkan orang lain dalam situasi sosial.
Self-presentation dapat membuat seseorang memunculkan perilaku yang sesuai
dengan persepsi yang ditimbulkan oleh orang lain tentang dirinya (Widya & Ingarianti, 2013). Menurut Goffman (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009), di dalam berbagai pengalaman, setiap individu dengan sengaja ataupun tidak sengaja menciptakan dirinya dalam memainkan peran tertentu sebagaimana yang dikehendakinya. Sesungguhnya individu yang melakukan
self-presentation akan mengatur apa yang dikatakannya serta dilakukannya dengan
memperlihatkan sikap atau perilaku yang berpura-pura ketika di hadapan orang lain (Franzoi, 2003). Self-presentation dilakukan dengan metode-metode tertentu, yang oleh Delameter dan Myers (2007) disebut strategi self-presentation. Menurut Delameter dan Myers (2007), strategi self presentation merupakan kondisi tertentu yang membuat orang menghadirkan diri mereka sebagai seseorang yang dibuat-buat atau image yang bukan sesungguhnya dirinya, menggambarkan dirinya secara berlebihan, ataupun membuat image yang menyesatkan tentang dirinya di mata orang lain. Delameter dan Myers (2007) menyebutkan ada lima strategi self-presentation, yaitu agar membuat orang lain menyukai kita lebih daripada diri mereka yang sesungguhnya (ingratiation), untuk membuat orang lain merasa takut kepada dirinya (intimidation), agar dihormati kemampuannya (self promotion), memberikan contoh kepada orang lain agar menjadi panutan (exemplification), dan memberikan image dimana individu membutuhkan pertolongan orang lain (supplification).
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian dan Teknik Sampling
Karakteristik dari penelitian ini adalah: remaja yang berusia 15-18, berdomisili di Jakarta, dan memiliki akun Twitter. Penelitian ini menggunakan teknik non-probability
sampling yang memiliki pendekatan purposive sampling.
Desain Penelitian
yang memberikan informasi atau hasil akhir berupa angka yang dapat dianalisa dengan statistik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non-eksperimental karena tidak ada manipulasi yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini masuk ke dalam penelitian korelasional.
Alat Ukur Penelitian Alat ukur Self-monitoring
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur yang berguna untuk mengukur monitoring,
self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain
dengan menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya maupun petunjuk-petunjuk yang ada di sekitarnya, guna mendapatkan informasi yang diperlukan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosialnya. Di dalam
self-monitoring terdapat dua ciri-ciri yaitu self-monitoring tinggi dan rendah. Peneliti
mengadaptasi alat ukur yang digunakan oleh Snyder pada tahun 1974. Di dalam alat ukur ini terdapat 25 butir pernyataan, setiap butir pernyataan memiliki jawaban pilihan benar atau salah. Contoh butir self-monitoring adalah “Saya tidak selalu menampilkan pribadi saya yang sebenarnya.”
Alat ukur Strategi Self-presentation
Pengukuran terhadap strategi self-presentation dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari alat ukur yang disusun oleh Bolino dan Turnley pada tahun 1999. Di dalam alat ukur ini terdapat 23 butir pernyataan, setiap butir memiliki pilihan jawaban dengan model skala Likert, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Alat ukur self-presentation ini diadaptasi dari alat ukur self-impression
management dan disesuaikan dengan variabel penelitian. Contoh dari dimensi ingratiation
“Menulis tweet dengan kata-kata yang baik/ramah”. Contoh dari dimensi self-promotion “Menulis tweet yang berisi informasi baru”. Contoh dari dimensi intimidation “Menulis tweet dengan kata-kata sindirian”. Contoh dari dimensi exemplification “Menuliskan tweet yang mengabarkan bahwa saat itu saya sedang belajar”. Contoh dari dimensi supplification “Mengungkapkan kesedihan di dalam Twitter”.
Prosedur Penelitian
Dalam persiapan penelitian ini hal yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah mencari teori untuk di gunakan sebagai acuan alat ukur. Untuk alat ukur self-monitoring peneliti mengadaptasi alat ukur yang digunakan oleh Snyder pada tahun 1974. Peneliti melakukan uji coba ke 108 siswa SMA yang berada di Jakarta. Untuk alat ukur self
presentation peneliti mengadaptasi alat ukur yang digunakan oleh Bolino dan Turnley pada
tahun 1999. Setelah itu, peneliti melakukan uji coba pertama ke 60 siswa SMA, lalu peneliti melakukan uji coba kedua ke 50 siswa SMA.
Hipotesa Penelitian
Dalam persiapan penelitian ini hal yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah mencari teori untuk di gunakan sebagai acuan alat ukur. Untuk alat ukur self-monitoring peneliti mengadaptasi alat ukur yang digunakan oleh Snyder pada tahun 1974. Untuk alat ukur self-presentation peneliti mengadaptasi alat ukur yang digunakan oleh Bolino dan Turnley pada tahun 1999. Dengan hipotesa sebagai berikut:
H01: Tidak ada hubungan yang signifikan antara monitoring dengan strategi
self-presentation ingratiation di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
H02: Tidak ada hubungan yang signifikan antara monitoring dengan strategi
self-presentation self promotion di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
H03: Tidak ada hubungan yang signifikan antara monitoring dengan strategi
H04: Tidak ada hubungan yang signifikan antara monitoring dengan strategi
self-presentation exemplification di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
H05: Tidak ada hubungan yang signifikan antara monitoring dengan strategi
self-presentation supplication di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
Ha1: Ada hubungan yang signifikan antara self-monitoring dengan strategi self-presentation
ingratiation di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
Ha2: Ada hubungan yang signifikan antara self-monitoring dengan strategi self-presentation
self promotion di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
Ha3: Ada hubungan yang signifikan antara self-monitoring dengan strategi self-presentation
intimidation di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
Ha4: Ada hubungan yang signifikan antara self-monitoring dengan strategi self-presentation
exemplification di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
Ha5: Ada hubungan yang signifikan antara self-monitoring dengan strategi self-presentation
supplication di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada self-monitoring dengan strategi ingratiation memiliki korelasi yang signifikan (r=0,142; p<0,05) dengan demikian H01 ditolak yang artinya ada hubungan antara
self-monitoring dengan kecenderungan menggunakan strategi ingratiation di Twitter pada remaja
Jakarta. Dengan besaran korelasi 0,142 dapat dinyatakan bahwa hubungan di antara keduanya sangat lemah. Sedangkan arah hubungan di antara keduanya positif, yang artinya partisipan yang memiliki self-monitoring yang tinggi juga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan strategi ingratiation dan begitu pula sebaliknya, partisipan yang kecenderungan mengggunakan strategi ingratiation-nya tinggi juga memiliki self-monitoring yang tinggi.
Pada self-monitoring dengan strategi self promotion tidak memiliki korelasi yang signifikan (r= 0,070; p>0,05), dengan demikian H02 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara self-monitoring dengan kecenderungan menggunakan strategi self
promotion di Twitter pada remaja Jakarta.
Pada self-monitoring dengan strategi intimidation tidak memiliki korelasi yang signifikan (r=0,005; p>0,05), dengan demikian H03 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara self-monitoring dengan kecenderungan menggunakan strategi intimidation di Twitter pada remaja Jakarta.
Pada self-monitoring dengan strategi exemplification tidak memiliki korelasi yang signifikan (r=0,024; p>0,05), dengan demikian H04 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara self-monitoring dengan kecenderungan menggunakan strategi exemplification di
Twitter pada remaja Jakarta.
Pada self-monitoring dengan strategi supplication tidak memiliki korelasi yang signifikan (r=0,012; p>0,05), dengan demikian H05 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara self-monitoring dengan kecenderungan menggunakan strategi supplification di Twitter pada remaja Jakarta.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Dapat diberikan beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Terdapat hubungan antara
self-monitoring dengan strategi self-presentation ingratation di media sosial Twitter pada
remaja Jakarta. Dari hasil pengolahan data dan analisa data dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki self-monitoring yang tinggi juga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan strategi self-presentation ingratiation dan begitu pula sebaliknya, remaja yang memiliki strategi self-presentation ingratiation yang tinggi juga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan self-monitoring.
Saran
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menganalisa lebih dalam lagi mengenai perbedaan antara jenis kelamin pria dan wanita bagaimana partisipan mempresentasikan dirinya di Twitter.
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menganalisa lebih dalam lagi mengenai partisipan yang mempresentasikan dirinya dengan menggunakan strategi
self-presentation melalui username, avatar atau foto, tweets dan bio dalam Twitter.
REFERENSI
comScore. (2009). comScore Media Metrix ranks top 50 U.S. Web properties for April 2009. Reston, VA.
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial (Ed. Revisi). Malang: UMM Press. Delameter, J. D., & Myer, D. J. (2007). Social psychology. America: Thomson Wadsworth. Erikson, E. (1968) Theory of identity development. Diambil 20 Oktober 2013 dari
http://www.sagepub.com/upm-data/9821_036328Ch1.PDF
Fiske, S. T., & Taylor, S. E. (1991). Social cognition. Singapore: Mc Graw Hill International Editions.
Franzoi, S. L. (2003). Social psychology. New York: Mc Graw Hill Companies.
Juditha, C. (2011). Hubungan pengguna situs jejaring sosial facebook terhadap perilaku remaja di kota Makassar. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM, 13, 1-23.
Kristiana, R. (1997). Hubungan antara Pemantauan Diri dengan Adaptive Selling pada Pramuniaga Galeria Matahari Yogyakarta. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Marcia, J.E., et.al. (1993). Ego identity : A handbook for psychological research. New York: Springer.
Marcia, J.E., et.al.. (1976). Identity six years after: A follow-up study. Journal of Youth and
Adolescence, 5, 145–160.
Mediabistro, (2013). The Top 15 Countries On Twitter (Ranked By Growth) [STATS]. Diambil 23 Oktober 2013 dari http://www.mediabistro.com/alltwitter/top-twitter-countries-growth_b42377#more-42377
Penrod, S. (1986). Social Psychology 2th ed. New Jersey: Prentice Hall. Inc.
Pew Internet, (2012), Twitter use 2012. Diambil 10 Oktober 2013 dari
http://pewinternet.org/Reports/2012/Twitter-Use-2012/Findings.aspx
Pudyastomo, Y.A. (2010). Microblogging Paling Populer. Yogyakarta: Penerbit MediaKom. Raven, B.H., & Rubin, J.Z. 1983. Social Psychology. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice
Hall Inc.
Semiocast, (2012), Twitter reaches half billion accounts 140m in the US. Diambil 10 Oktober
2013 dari
semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_billion_accounts_1 40m_in_the_US
Snyder, M., & Gangestad, s. (1986). On The Nature of Self Monitoring : Matters of Assessment, Matters of Validity. Journal of Personality and Social Psychology, 51,1, 125-139.
Watson, D.L., Tregerthan, G.D., & Frank, J. (1984). Social Psychology : Science and
Application. Illinois : Scott, Foresman and Company.
Widya, S.R., Ingarianti, T.M. (2013). Strategi self presentation pada karyawan bank bagian customer service. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1, 124-141.