ANALISIS PERUMUSAN DAN PENERAPAN
SISTEM AKUNTANSI DENGAN PROGRAM GMATH-KOPERASI
PADA KOPERASI MITRA KARSA, BOGOR
Oleh
RAHMA SARTIKA
H24076103
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
RAHMA SARTIKA. H24076103. Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem
Akuntansi dengan Program GMATH-KOPERASI pada Koperasi Mitra Karsa Bogor. Di bawah bimbingan Jono M. Munandar dan Farida Ratna Dewi.
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia. Peran dan kedudukannya sangat penting dalam perbaikan perekonomian. Hampir di setiap kota atau daerah terdapat koperasi dengan beragam usahanya, tak terkecuali di Kota Bogor, Jawa Barat. Salah satu koperasi di Bogor yang masih aktif saat ini adalah Koperasi Mitra Karsa. Usaha yang dijalankan antara lain usaha toko, simpan pinjam dan kantin.
Perkembangan usaha Koperasi Mitra Karsa menghadapi kendala dalam hal permodalan. Oleh karena itu, Koperasi Mitra Karsa membutuhkan penambahan modal dari luar. Dimana untuk pengajuan pinjaman pada suatu lembaga perbankan dibutuhkan laporan keuangan. Namun Koperasi Mitra Karsa merasa kesulitan dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini dikarenakan sistem pencatatan keuangan yang dilakukan masih sederhana hanya berupa pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang dalam kas, sehingga catatan keuangan yang ada hanya menunjukkan saldo kas yang dimiliki Koperasi Mitra Karsa. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari permasalahan ini adalah : (1) Mengidentifikasi transaksi usaha yang terjadi dan laporan keuangan yang disusun oleh Koperasi Mitra Karsa, (2) Membentuk suatu sistem akuntansi yang tepat untuk Koperasi Mitra Karsa, (3) Menerapkan sistem akuntansi menggunakan program GMATH-KOPERASI pada Koperasi Mitra Karsa. (4) Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program GMATH-KOPERASI setelah diterapkan dalam jangka waktu tertentu pada Koperasi Mitra karsa.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak manajemen Koperasi Mitra Karsa sedangkan data sekunder yang digunakan bersumber dari buku-buku referensi perpustakaan, internet, dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan dilakukan secara sengaja. Data yang akan digunakan dalam sistem akuntansi adalah data yang terurut berdasarkan tanggal transaksi. Secara teoritis penelitian ini tidak menggunakan sampel tetapi lebih kepada studi kasus.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan transaksi-transaksi yang sering terjadi pada Koperasi Mitra Karsa antara lain penjualan, pinjaman anggota, penerimaan simpanan anggota, dan cicilan pinjaman. Proses pembentukan model sistem akuntansi di Koperasi Mitra Karsa dimulai dari pengklasifikasian akun, pembentukan form neraca saldo awal, jurnal umum, buku besar serta laporan laba rugi dan neraca. Model sistem yang dibuat disesuaikan dengan transaksi keuangan Koperasi Mitra Karsa dan dilakukan dengan menggunakan program GMATH-KOPERASI.
Berdasarkan penerapan sistem akuntansi yang telah dilakukan dengan GMATH-KOPERASI pada neraca bulan Januari 2009 terjadi peningkatan. Hal ini dapat dibandingkan dari data pada awal periode (1 Januari 2009) dengan periode akhir (31 Januari 2009). Pada awal periode total yang diperoleh adalah
Rp. 698.216.613 dan pada akhir periode nilai neraca adalah Rp. 748.545.885,58. Terjadi peningkatan senilai Rp. 50.329.272,58. Dari data yang ada pada bulan Januari 2009 dihasilkan total nilai transaksi Rp. 353.683.176,42. Sisa Hasil Usaha atau laba periode berjalan yang yang dihasilkan senilai Rp. 19.742.172,58. Penilaian keefektifan dan keefisienan pencatatan keuangan Koperasi Mitra Karsa dengan menggunakan Program GMATH-KOPERASI yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada pihak Koperasi Mitra Karsa disimpulkan bahwa rata-rata responden berpendapat dengan menggunakan program GMATH-KOPERASI, pencatatan dan pelaporan keuangan Koperasi Mitra Karsa lebih baik dibandingkan pencatatan secara manual yang selama ini digunakan oleh Koperasi Mitra Karsa.
ANALISIS PERUMUSAN DAN PENERAPAN
SISTEM AKUNTANSI DENGAN PROGRAM GMATH-KOPERASI
PADA KOPERASI MITRA KARSA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh
RAHMA SARTIKA
H24076103
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi Dengan Program GMATH-KOPERASI Pada Koperasi Mitra Karsa Bogor.
Nama : Rahma Sartika
NIM : H24076103
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dr. Ir. Jono M.Munandar, M.Sc) (Farida Ratna Dewi, SE. MM) NIP. 19610123 198601 1 002 NIP. 19710307 200501 2 001
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M.Munandar, M.Sc) NIP. 19610123 198601 1 002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 19 Mei 1986. Penulis merupakan puteri ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Ruhiyat dan Ibu Ermis Suhermy. Pada tahun 1992 penulis masuk Sekolah Dasar Rimba Putera dan lulus tahun 1998. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Bogor dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor dan lulus tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Diploma III Program Studi Manajemen Bisnis Koperasi, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2007 dengan memperoleh predikat terbaik III pada Program Studi Manajemen Bisnis Koperasi. Selama menempuh pendidikan, penulis telah mengikuti kegiatan praktek lapang di PRIMKOPAD YONIF 300/RBK Cianjur dan PT. Liza Herbal International Bogor, Jawa Barat. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Insitut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, anugerah dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi Dengan Program GMATH-KOPERASI Pada Koperasi Mitra Karsa Bogor.
Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini penulis berterima kasih kepada :
1. Orang tua yang selalu mendukung doa dan materi dalam penyelesaian studi.
2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar dan Farida Ratna Dewi, SE. MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, motivasi, arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi.
3. Bapak Ir. Rachman Effendi, MSc dan Drs. Mansyuri serta keluarga besar Koperasi Mitra Karsa Bogor yang berkenan memberikan kesempatan untuk dijadikan objek penelitian.
4. Pegawai dan staf sekretariat Ekstensi Manajemen yang selalu menjembatani setiap kegiatan perkuliahan dan pada masa bimbingan. 5. Ibu Heti Mulyati, STP. MT. selaku dosen penguji.
6. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan, dorongan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan agar dapat menuju perubahan yang lebih baik lagi. Semoga sebuah karya ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Februari 2010
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan Penelitian... 5 1.4. Manfaat Penelitian... 5 1.5. Batasan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Koperasi... 6
2.1.1 Pengertian... 6
2.1.2 Prinsip ... 7
2.1.3 Asas ... 8
2.1.4 Jenis dan Bentuk ... 8
2.1.5 Modal ... 10
2.2. Akuntansi ... 11
2.3. Akuntansi Berbasis Komputer ... 11
2.4. Sistem Akuntansi ... 12
2.5. Akun Dalam Koperasi ... 13
2.5.1 Akun Harta ... 13
2.5.2 Akun Kewajiban... 15
2.5.3 Akun Modal ... 15
2.5.4 Akun Pendapatan/Penerimaan (Sisa Hasil Usaha)... 15
2.5.4 Akun Biaya ... 16
2.6. Kode Akun ... 16
2.7. Laporan Keuangan ... 20
2.8. Pengertian Efektifitas dan Efisiensi ... 21
2.9. Penelitian Terdahulu ... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1. Kerangka Pemikiran ... 23
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25
3.3. Jenis Data dan Sumber Data... 26
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 26
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1. Profil Koperasi ... 30
4.1.2 Struktur Organisasi ... 32
4.1.3 Kegiatan Usaha Koperasi Mitra Karsa... 34
4.1.4 Keuangan... 36
4.2. Sistem Akuntansi di Koperasi Mitra Karsa ... 37
4.3. Program Akuntansi GMATH-KOPERASI ... 38
4.4. Siklus Kerja Model Sistem Akuntansi ... 39
4.5. Pembentukan Model Sistem Akuntansi ... 41
4.5.1 Pengumpulan Bukti Transaksi ... 41
4.5.2 Pengklasifikasian Akun... 42
4.5.3 Neraca Saldo Awal... 44
4.5.4 Jurnal Umum ... 44
4.5.5 Pembuatan Buku Besar ... 46
4.5.6 Pembuatan Laporan Keuangan ... 48
4.6. Penerapan Sistem Akuntansi ... 50
4.7. Penilaian keefektifan dan Keefisienan Program GMATH-Koperasi... 54
KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
1. Kesimpulan ... 57
2. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Jumlah koperasi di Bogor Tahun 2004-2009 ... 3
2. Contoh kode numerial ... 17
3. Contoh kode kelompok ... 18
4. Contoh kode blok ... 19
5. Klasifikasi nomor dan nama akun di koperasi Mitra Karsa ... 42
6. Biaya penyusutan aktiva tetap koperasi Mitra Karsa Januari 2009 ... 52
7. Jenis-jenis transaksi... 52
8. Kriteria efektivitas dan Efisiensi penggunaan program GMATH-KOPERASI ... 54
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kode akun kelompok ... 18
2. Kerangka pemikiran penelitian ... 25
3. Diagram sistem akuntansi ... 29
4. Struktur organisasi koperasi Mitra Karsa... 34
5. Tampilan utama program GMATH-KOPERASI... 39
6. Urutan sistem akuntansi ... 41
7. Tampilan set up akun dan saldo awal ... 44
8. Tampilan set up jurnal umum ... 46
9. Tampilan membuka buku besar ... 47
10. Tampilan membuka laporan laba rugi... 48
11. Tampilan ketika membuka neraca ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Daftar pertanyaan wawancara ... 60
2. Saldo awal koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 ... 62
3. Jurnal umum koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009... 63
4. Buku besar kas koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 ... 82
5. Laporan laba rugi koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 ... 88
6. Laporan neraca saldo awal koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 ... 89
7. Laporan neraca akhir koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009... 90
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia. Peran dan kedudukannya sangat penting dalam perbaikan perekonomian, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) juga terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.
Selama tahun 2000 sampai 2003 peranan usaha mikro, kecil dan menengah dalam penciptaan nilai tambah terus meningkat dari 54,51 persen pada tahun 2000 menjadi 56,72 persen pada tahun 2003. Sebaliknya peranan usaha besar semakin berkurang dari 45,49 persen pada tahun 2000 menjadi 43,28 persen pada tahun 2003. Usaha kecil menengah menyediakan 43,8 persen kebutuhan barang dan jasa nasional, sementara usaha besar 42,1 persen dan impor 14,1 persen (Wahyono, 2009).
Dalam masa itu, pertumbuhan ekonomi usaha mikro dan kecil sebesar 4,1 persen, usaha menengah tumbuh sebesar 5,1 persen sedang usaha besar hanya tumbuh 3,5 persen. Pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah telah meningkatkan kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,37 persen dari total pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1 persen. Usaha mikro, kecil dan menengah memiliki keunggulan pertumbuhan PDB dalam sektor sekunder yang tumbuh masing-masing sebesar 5,60 persen, 4,65 persen dan 5,36 persen pada periode 2001-2003, sedang usaha besar hanya tumbuh sebesar 3,36 persen, 3,60 persen dan 4,04 persen pada periode yang sama. Melihat perkembangannya tersebut, usaha mikro, kecil dan menengah di sektor sekunder dan tersier relatif potensial dikembangkan di masa mendatang mengingat memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. (Wahyono, 2009).
Sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 bangun usaha yang sesuai dengan asas kekeluargaan adalah koperasi. Salah satu peraturan yang mengatur tentang perkoperasian adalah UU No. 25 Tahun 1992. Undang-undang ini menyatakan bahwa koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Sebagai bagian integral dari perekonomian nasional koperasi mempunyai peran penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Melihat peran dan kedudukannya tersebut, maka koperasi diharapkan dapat lebih menunjukkan hasil yang lebih baik daripada yang selama ini telah dicapai. Dalam hal ini juga diperlukan peran serta pemerintah dan masyarakat untuk turut mengembangkan koperasi.
Sebagaimana diungkapkan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dalam pidato sambutan peringatan HUT Koperasi Ke-62 tanggal 15 Juli 2009, yang mengemukakan bahwa Koperasi serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia di masa depan terlepas dari makin globalnya perekonomian dunia. Mengingat hal tersebut maka Presiden SBY menyerukan masyarakat Indonesia untuk melakukan gerakan “go local” dengan menghidupkan dan mengembangkan koperasi serta usaha kecil dan menengah (KUKM) ke seluruh tanah air dalam upaya mengurangi kemiskinan, pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. (www.sinarharapan.com, 2009).
Masyarakat tentu sudah tidak asing lagi dengan koperasi, hampir di setiap kota atau daerah terdapat berbagai macam koperasi dengan beragam usahanya, tak terkecuali di Kota Bogor, Jawa Barat. Jenis-jenis koperasi antara lain Koperasi Konsumsi, Koperasi Waserda, Koperasi Kredit (Simpan Pinjam), Koperasi Produksi, Koperasi Jasa, dan Koperasi Serba Usaha. Setiap tahun jumlah koperasi terus bertambah. Namun pada kenyataannya, banyak koperasi yang vakum atau mati suri. Badan hukumnya ada, tetapi vakum aktivitasnya. Faktor-faktor yang menyebabkan koperasi vakum kegiatan, antara lain karena rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM),
kelembagaan, pemasaran, permodalan, pengelolaan keuangan yang belum tertib, keterbatasan jaringan dan lemahnya kemampuan mengakses teknologi informasi (www.mediaindonesia, 2009).
Perkoperasian di Bogor juga mengalami hal yang sama meski jumlah koperasi terus meningkat dari tahun ke tahun tetapi koperasi yang vakum setiap tahun hampir ± 30 persen dari jumlah keseluruhan koperasi yang terdaftar di Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bogor. Perkembangan jumlah koperasi di Bogor pada tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Koperasi di Bogor Tahun 2004-2009
Tahun Jumlah Koperasi Yang Aktif Yang Pasif/Vakum
2004 679 201 478 2005 695 209 486 2006 709 212 497 2007 733 218 515 2008 745 221 524 2009 755 236 519
Sumber : Deprindagkop Bogor, 2009
Salah satu penyebab kevakuman koperasi di Bogor adalah permodalan dimana koperasi masih menghadapi kendala yang cukup serius. Banyak koperasi yang akhirnya gulung tikar karena tidak dapat meneruskan atau mengembangkan usahanya yang disebabkan kurangnya modal. Pemerintah sebenarnya sudah mengupayakan untuk meningkatkan modal Koperasi serta Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), salah satunya adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bekerjasama dengan beberapa perbankan dalam menyalurkan kredit. Akan tetapi, baru sedikit Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang mendapat pinjaman dari perbankan karena tidak dapat memenuhi persyaratan atau prosedur pengajuan pinjaman secara lengkap. Alasan yang mendasar adalah koperasi tersebut tidak dapat menunjukkan bukti operasional dan keuntungan koperasi sebagai badan usaha dalam bentuk laporan keuangan.
Sebagaimana salah satu syarat pengajuan kredit pada perbankan adalah menyertakan laporan keuangan, dimana laporan tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan perbankan dalam menerima atau menolak pengajuan kredit. Kurangnya kemampuan manajerial dalam bidang keuangan tidak hanya berdampak pada sisi eksternal saja, dalam hal ini untuk mendapatkan modal dari luar, namun pelaporan keuangan yang dibuat juga sebagai acuan perusahaan untuk mengetahui secara pasti keadaan keuangan perusahaan dan bagaimana kinerjanya secara pasti, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk perencanaan perusahaan ke depan.
Sama halnya dengan Koperasi Mitra Karsa Bogor yang kekurangan modal sehingga tidak dapat mengembangkan bisnisnya serta memenuhi permintaan pinjaman para anggota dengan jumlah yang besar. Untuk mengembangkan usahanya maka Koperasi Mitra Karsa membutuhkan penambahan modal dari luar. Namun Koperasi Mitra Karsa merasa kesulitan dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini dikarenakan sistem pencatatan keuangan yang dilakukan masih sederhana hanya berupa pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang dalam kas, sehingga catatan keuangan yang ada hanya menunjukkan saldo kas yang dimiliki Koperasi Mitra Karsa. Padahal dalam kenyataannya, pihak yang memberikan pinjaman kredit pada Koperasi Mitra Karsa membutuhkan laporan keuangan yang dapat menggambarkan keadaan keuangan Koperasi Mitra Karsa secara menyeluruh. Oleh karena itu, Koperasi Mitra Karsa membutuhkan sistem informasi akuntansi yang dapat membantu dalam penyusunan database dan laporan keuangan perusahaan. Tidak hanya untuk pengajuan kredit saja tetapi juga untuk membenahi administrasi yang masih kurang terorganisir yang berakibat sulitnya mengambil suatu keputusan manajemen yang tepat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana transaksi usaha yang terjadi dan laporan keuangan yang disusun oleh Koperasi Mitra Karsa?
3. Bagaimana penerapan sistem akuntansi program GMATH-KOPERASI setelah disusun?
4. Bagaimana keefektifan dan keefisenan program GMATH-KOPERASI tersebut setelah diterapkan dalam jangka waktu tertentu pada Koperasi Mitra Karsa?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi transaksi usaha yang terjadi dan laporan keuangan yang disusun oleh Koperasi Mitra Karsa.
2. Membentuk suatu sistem akuntansi yang tepat untuk Koperasi Mitra Karsa.
3. Menerapkan sistem akuntansi menggunakan program GMATH-KOPERASI pada Koperasi Mitra Karsa.
4. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program GMATH-KOPERASI tersebut setelah diterapkan dalam jangka waktu tertentu pada Koperasi Mitra Karsa.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Koperasi, sistem akuntansi ini dapat membantu dalam pembenahan data-data administrasi sehingga menjadi lebih rapi dan terorganisir serta membantu dalam pembuatan laporan keuangan.
2. Bagi Peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan acuan dalam penyusunan skripsi ataupun studi pustaka untuk pengalaman topik di bidang keuangan.
1.5. Batasan Penelitian
Penerapan model sistem akuntansi program GMATH-KOPERASI pada penelitian ini hanya diterapkan dalam transaksi atau kegiatan keuangan Koperasi Mitra Karsa selama satu bulan yakni pada bulan Januari 2009. Penelitian ini hanya membahas sistem akuntansi Program GMATH-KOPERASI dan tidak membahas sistem akuntansi sejenis lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi
2.1.1 Pengertian
Koperasi berasal dari bahasa Latin Coopere, yang dalam bahasa Inggris disebut Cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja, jadi cooperation berarti bekerja sama. Dalam hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama (Sitio dan Tamba, 2001).
Terdapat beberapa definisi koperasi yang selama ini dikenal.
International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba (2001)
mengemukakan bahwa Cooperative defined as an association of
persons usually of limited means, who have voluntary joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically contolled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking.
Chaniago dalam Sitio dan Tamba (2001), mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar. Bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Menurut Hatta yang terkenal dengan julukan Bapak Koperasi Indonesia dalam Sitio dan Tamba (2001) mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang.
Pengertian koperasi juga tertuang dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Menurut Undang-Undang ini, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi, berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasar atas azas kekeluargaan.
2.1.2 Prinsip
Prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi (Sitio dan Tamba, 2001). Pada dasarnya, prinsip-prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas koperasi tersebut. Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai badan usaha berbeda dengan badan usaha lain.
Prinsip koperasi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah yang termuat pada pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Adapun prinsip koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 adalah sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
Anggota koperasi tidak dapat dipaksakan oleh siapapun. Keputusan seseorang untuk menjadi anggota koperasi hasrus berdasarkan pada kesadaran dan kesiapan untuk menanggung resiko yang timbul dari keputusannya tersebut. Keanggotaan koperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota dan terhadap seluruh anggotanya, koperasi wajib melaksanakan manajemen yang terbuka.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal
Balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota ataupun sebaliknya terbatas, tidak semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimasud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar, sebagai nilai pengganti terhadap pengorbanan anggota.
5. Kemandirian
Koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, yang dilandasi oleh kepercayaan pada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Prinsip kemandirian mengharuskan para anggota untuk berpartisipasi sebesar-besarnya terhadap koperasi, baik dalam kedudukannya sebagai pemilik maupun sebagai pengguna jasa.
6. Pendidikan perkoperasian
Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan prinsip-prinsip serta praktik-praktik koperasi yang benar.
7. Kerjasama antar koperasi
Kerjasama antar koperasi dimaksudkan untuk saling memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan kelemahan yang ada, sehingga hasil akhir dapat dicapai secara optimal. Kerjasama tersebut diharapkan akan saling menunjang dalam pendayagunaan sumber daya yang terbatas.
2.1.3 Asas
Koperasi Indonesia memiliki asas kekeluargaan dan kegotongroyongan. Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran dan budi hati nurani manusia untuk bekerjasama dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar kebenaran dan keadilan serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.
Asas kegotongroyongan menunjukkan bahwa pada koperasi terdapat keinsyafan dan semangat bekerjasama, rasa bertanggungjawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama (Anoraga dan Widiyanti, 2003).
2.1.4 Jenis dan Bentuk
Berbagai jenis koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki kehidupan. Menurut Anoraga dan Widiyanti (2003), koperasi dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu :
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi merupakan koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari. Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak. Pihak-pihak yang mendirikan koperasi konsumsi ini biasanya adalah pegawai negeri, buruh, karyawan dan anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang berusaha memperoleh barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan murah.
2. Koperasi Kredit/Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi kredit/koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
3. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi.
4. Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
5. Koperasi Serba Usaha/Koperasi Unit Desa (KUD)
KUD bertujuan untuk mengembangkan ideologi dan kehidupan perkoperasian serta kesejahteraan anggota khususnya, kemampuan daya kreasi, usaha anggota untuk meningkatkan produksi dan penjualan. Yang menjadi anggota KUD adalah orang-orang yang bertempat tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah unit desa yang merupakan daerah kerja KUD.
Menurut Partomo dan Soejoedono (2002), koperasi juga dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu :
1. Koperasi Primer
Koperasi yang anggotanya adalah orang-orang (minimal 20) yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha yang langsung melayani para anggotanya tersebut.
2. Koperasi Sekunder
Koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi (minimal tiga) karena kesamaan kepentingan ekonomis mereka berfederasi (bergabung) untuk tujuan efesiensi dan kelayakan ekonomis dalam rangka melayani para anggotanya
Adapun jenis koperasi menurut status hukum yang dimilikinya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Koperasi berbadan hukum (Koperasi Formal)
Koperasi yang telah memiliki badan hukum koperasi dan karenanya dapat melakukan badan hukum koperasi dan melakukan tindakan hukum yang berkenaan dengan seluruh kegiatan usahanya.
2. Lembaga kerjasama ekonomi masyarakat yang belum atau tidak berbadan hukum. Yaitu kegiatan kerjasama ekonomi masyarakat karena kesamaan kebutuhan atau kepentingan ekonomi di antara para anggotanya.
2.1.5 Modal
Menurut pasal 41 dan 42 UU No. 25 Tahun 1992, modal koperasi terdiri dari modal sendiri, modal pinjaman, dan modal penyertaan. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, Bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.
2.2. Akuntansi
Menurut American Accounting Association dalam Soemarso (1999) menyatakan bahwa akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Definisi ini mengandung pengertian bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi yang diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.
Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Proses dimana akuntansi menghasilkan informasi adalah sebagai berikut : pertama, perusahaan mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan. Kemudian perusahaan mengetahui kebutuhan informasi mereka dan rancangan sistem akuntansinya guna pemenuhan kebutuhan informasi tersebut. Akhirnya sistem akuntansi mencatat data ekonomi mengenai kegiatan perusahaan dan hal-hal yang terjadi pada perusahaan, yang hasilnya dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan kebutuhan informasi mereka (Warren, 2006).
2.3. Akuntansi Berbasis Komputer
Awal tahun 1990-an di tengah maraknya penggunaan komputer pribadi, pengguna komputer di Indonesia mulai mengenal program aplikasi akuntansi berbasis sistem operasi DOS (Disk Operating System). Saat itu program yang paling populer adalah DacEasy Accounting (DEA). DEA merupakan metode yang pertama dikenal dan diajarkan di beberapa perguruan tinggi maupun lembaga kursus. Sejalan dengan perekembangan teknologi informasi. Sistem operasi komputer mulai bergeser ke windows. Program aplikasi lain mulai dikenal seperti MYOB, Peschtree, Accpacc,
Simply Accounting, Platinum, Accounting Professional, dan Quick Book
Indonesia antara lain Accurate2000, Zahir Accounting dan Jamparing (Arifin dan Wicaksono, 2006).
Prosedur pengoperasian aplikasi akuntansi komputer sebenarnya tidak jauh berbeda dengan akuntansi manual seperti pengaturan awal periode akuntansi, menyiapkan nama akun, nama pemasok, nama pelanggan, pencatatan data barang, mengatur akun penghubung dan saldo awal. Setelah pencatatan data awal selesai, pengguna sudah dapat mencatat transaksi dan hanya sebagian kecil transaksi yang dicatat dalam jurnal seperti akuntansi manual. Hanya dengan sekali input data, pengguna sudah dapat memperoleh laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, rincian piutang maupun hutang, mutasi barang dan sebagainya setiap saat diperlukan (Arifin dan Wicaksono, 2006).
2.4. Sistem Akuntansi
Menurut Chairul (2002), sistem akuntansi merupakan gabungan dari formulir-formulir, catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data dalam suatu badan usaha, dengan tujuan menghasilkan informasi-informasi keuangan yang diperlukan oleh manajemen dalam mengawasi usahanya atau untuk pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Formulir atau dokumen merupakan media untuk merekam suatu transaksi keuangan yang terjadi, yang berfungsi sebagai bukti adanya transaksi. Sedangkan catatan adalah pembukuan yang diselenggarakan oleh bagian akuntansi untuk mencatat seluruh transaksi yang terjadi sepanjang masa. Jadi sistem akuntansi adalah sarana pengawasan manajemen yang dilaksanakan melalui prosedur tata kerja yang mengacu pada struktur organisasi, dengan perlengkapan media formulir-formulir dan cara pencatatan yang tepat untuk menghasilkan informasi keuangan yang benar yang biasanya diwujudkan dalam bentuk neraca, perhitungan laba rugi dan arus kas serta laporan manajemen yang lain.
2.5. Akun Dalam Koperasi
Akun merupakan suatu alat untuk mencatat transaksi keuangan yang bersangkutan dengan aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban atau biaya. Tujuan penggunaan akun untuk mencatat data transaksi yang menjadi dasar dalam menyusun laporan keuangan. Akun memberikan informasi tentang aktivitas perusahaan dari hari ke hari (Arifin dan Wicaksono, 2006). Sedangkan menurut Ridho Assegaf menyatakan bahwa akun atau perkiraan adalah pos-pos yang digunakan untuk menyimpulkan seluruh kenaikan dan penurunan untuk harta tertentu seperti kas atau harta, hutang, modal, pendapatan dan biaya (www.ridhoassegaf.com, 2006).
Menurut Sitio dan Tamba (2001), secara umum akun-akun dalam koperasi adalah sebagai berikut :
2.5.1 Akun Harta
Harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki oleh perusahaan. Klaim atas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas/equities yang dapat mendatangkan manfaat di masa depan (Sitio dan Tamba, 2001).
1. Kas dan Bank
a. Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa pos kas dan bank dalam neraca koperasi dapat digolongkan menjadi :
a. Kas dan bank milik koperasi yang penggunaannya tidak dibatasi.
b. Kas dan bank milik koperasi yang wewenang penggunaannya dibatasi.
c. Kas dan bank atas nama koperasi (titipan) dan oleh karena itu wewenang penggunaannya dibatasi.
Berdasarkan standar akuntansi keuangan koperasi, kas dan bank milik koperasi yang wewenang penggunaannya dibatasi dan disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau aktiva jangka panjang tergantung pada jangka waktu pembatasannya. Kemudian, kas dan bank bukan milik koperasi disajikan secara terpisah sebagai aktiva titipan.
2. Piutang
Piutang pada koperasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa kepada
anggota. Piutang ini harus disajikan secara terpisah di neraca sebagai piutang dari anggota.
b. Piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa kepada bukan anggota.
c. Piutang kepada koperasi lain.
d. Piutang yang timbul sehubungan dengan pembagian sisa hasil usaha dari koperasi lain yang pencairannya tergatung pada persyaratan yang disepakati. Piutang ini mengandung ketidakpastian sehingga dicatat dan diakui pada saat telah pasti realisasinya.
3. Persediaan
Persediaan pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi persediaan komoditi program dan komoditi umum (nonprogram). Komoditi program adalah komoditi yang memperoleh fasilitas dari pemerintah. Berdasarkan standar akuntansi keuangan koperasi, persediaan komoditi program dinilai sebesar jumlah kewajiban kepada pihak ketiga ditambah dengan dana-dana yang harus dibayar berdasarkan ketentuan berlaku.
4. Harta Investasi/Aktiva Investasi
Di koperasi, investasi atau penyertaan dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu investasi pada koperasi lainnya dan investasi pada badan usaha non koperasi. Investasi yang sifatnya permanen, dimana jangka waktunya tidak terbatas tidak dapat
diperjualbelikan, seperti simpanan pokok atau simpanan wajib pada koperasi lain. Investasi yang sifatnya permanen ini disajikan secara terpisah sebagai aktiva investasi.
5. Harta Tetap/Aktiva Tetap
Harta tetap pada koperasi dapat dikelompokkan menjadi: a. Harta tetap yang diperoleh untuk keperluan pengembangan
usahanya sendiri
b. Harta tetap dari pemerintah yang dikelola koperasi atas dana bergulir (revolving fund).
c. Harta tetap yang diperoleh dalam rangka program pemerintah.
2.5.2 Akun Kewajiban
Kewajiban pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban kepada anggota dan bukan anggota. Kewajiban yang timbul dari transaksi dengan anggota disajikan secara terpisah sebagai hutang kepada anggota. Sebaliknya, kewajiban yang timbul dari transaksi dengan bukan anggota disajikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam standar akuntansi keuangan yang berlaku. Kemudian, simpanan sukarela disajikan sebagai kewajiban lancar atau jangka panjang sesuai dengan jatuh temponya. Kewajiban yang timbul karena pembagian SHU disajikan sebagai kewajiban lancar, kecuali ditetapkan oleh rapat anggota tidak dibagi. (Sitio dan Tamba, 2001).
2.5.3 Akun Modal
Modal sendiri koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan koperasi, Sisa Hasil Usaha (SHU) yang belum dibagi dan donasi. Setiap bentu balas jasa atas simpanan yang diberikan oleh koperasi kepada anggota diperlakukan sebagai pembagian sisa hasil usaha kepada anggota (Sitio dan Tamba, 2001).
2.5.4 Akun Pendapatan/Penerimaan (Sisa Hasil Usaha)
Pendapatan pada laporan laba rugi sebuah koperasi terdapat beberapa karakteristik sebagai berikut :
a. Pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan produk atau penyerahan jasa kepada anggota dan bukan anggota.
b. Pendapatan tertentu yang realisasi penerimaannya masih tergantung persyaratan / ketentuan yang ditetapkan.
Menurut standar akuntansi koperasi, maka pendapatan yang diperoleh yang diperoleh dari transaksi penjualan produk atau penyerahan jasa kepada anggota dilaporkan secara terpisah pada perhitungan hasil usaha sebagai penjualan kepada anggota atau pendapatan dari anggota. Pendapatan yang timbul sehubungan dengan penjualan produk atau penyerahan jasa kepada bukan anggota dapat dipandang sebagai pendapatan usaha sebagaimana lazimnya terdapat pada badan-badan usaha lainnya (Sitio dan Tamba, 2001).
2.5.5 Akun Biaya
Beban adalah pengorbanan yang terjadi selama melakukan kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan (Sitio dan Tamba, 2001). Beban pada koperasi dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Beban pokok penjualan produk adalah pengorbanan yang timbul sehubungan dengan transaksi penjualan produk kepada anggota. b. Beban Usaha adalah pengorbanan yang langsung berhubungan
dengan kegiatan usaha koperasi.
c. Beban Lain-lain adalah pengorbanan yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan pokok usaha.
2.6. Kode Akun
Kode akun dicantumkan untuk memudahkan proses pencatatan, pencarian dan penyimpanan, serta pembebanan yang dituju pada setiap akun. Kode akun adalah pemberian tanda/nomor tertentu dengan memakai angka, huruf atau kombinasi angka dan huruf pada setiap akun. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa kode akun harus bersifat membantu memudahkan pencatatan, pengelompokkan dan penyimpanan setiap akun. Oleh karena itu, kode akun hendaknya memiliki kriteria seperti, mudah diinget, konsisten, sederhana, dan singkat serta memungkinkan adanya penambahan akun baru tanpa mengubah kode akun yang sudah ada (www.e-dukasi.net, 2009).
Sistem akuntansi suatu perusahaan dalam pemberian kode akun akan sangat tergantung pada keanekaragaman transaksi yang terjadi menyebabkan semakin banyak pula kode akun yang akan digunakan. Ada beberapa kode akun yang dapat digunakan seperti kode numerial, kode desimal, serta kode kombinasi huruf dan angka (www.e-dukasi.net, 2009).
1. Kode Numerial
Kode numerial adalah cara pengkodean akun berdasarkan nomor secara berurutan, yang dapat dimulai dari angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Contoh kode akun numerial dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Contoh Kode Numerial
Kode Akun Nama Akun
-1 2 3 4 5 6 -7 8 9 -10 -11 12 -13 14 15 Harta Kas Piutang Usaha
Perlengkapan (Bahan Habis Pakai) Peralatan Tanah Gedung Kewajiban Utang usaha Utang gaji Utang bank Modal : Modal Vira Pendapatan : Pendapatan usaha Pendapatan sewa Beban : Beban gaji Beban perlengkapan
Beban listrik, air dan telepon
2. Kode Desimal
Kode desimal adalah cara pemberian kode akun dengan menggunakan lebih dari satu angka. Setiap angka mempunyai arti, kode desimal ini dapat dibedakan atas kode kelompok dan kode blok.
a. Kode Kelompok
Kode kelompok merupakan cara pemberian kode akun dengan mengelompokkan akun. Setiap kelompok akun diberi nomor kode masing-masing.
Kelompok akun Golongan akun Jenis akun
Gambar 1. Kode akun kelompok
Contoh :
Akun piutang usaha termasuk kelompok akun harta diberi nomor 1 untuk harta. Golongan akun harta lancar yang diberikan nomor kode 1, kemudian merupakan jenis harta lancar yang ketiga sehingga diberi nomor urut 3, dari cara mengelompokkan tersebut nomor akun piutang usaha diberikan nomor kode tiga angka yaitu 113. Secara rinci contoh kode kelompok dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Contoh Kode Kelompok
Kode Akun
Kelompok Akun
Golongan Akun Jenis Akun 1 11 111 112 11... 12 121 12.... 3 31 311 4 41 411 42 Harta Modal Pendapatan Harta Lancar Harta Tetap Modal Vira Pendapatan Usaha Pendapatan di luar usaha Kas Piutang Usaha ... Peralatan ... Prive Vira
Pendapatan jasa service 1
2 3
Lanjutan Tabel 3.
Kode Akun
Kelompok Akun
Golongan Akun Jenis Akun 421 5 51 511 512 52 521 52.. Beban Beban usaha
Beban luar usaha
Pendapatan sewa Beban Gaji Beban Perlengkapan Beban Bunga ... b. Kode Blok
Kode blok adalah pemberian kode akun dengan cara memberikan satu blok kode setiap kelompok akun. Misalnya harta diberikan nomor 2100-199, kewajiban diberi nomor 200-299, Modal diberi nomor 300-399, Pendapatan nomor 400-499 dan beban nomor 500-599. Secara rinci contoh kode blok dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Contoh Kode Blok
Kode Akun Golongan Akun
100-199 100-149 101 102 150-199 151 200-299 200-249 201 Harta Harta Lancar Kas Piutang Usaha Harta Tetap Peralatan Kewajiban Utang Lancar Utang Usaha 250-299 251 400-499 400-499 401 450-499 451 500-599 500-599 501 550-599 551
Utang jangka panjang Utang bank
Pendapatan Pendapatan Usaha
Pendapatan jasa service Pendapatan luar usaha
Pendapatan sewa Beban
Beban Usaha Beban Gaji Beban Luar Usaha
2.7. Laporan Keuangan
Menurut Sitio dan Tamba (2001), laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan koperasi, juga merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Dilihat dari sisi format pelaporan, maka laporan keuangan koperasi sebagai badan usaha, pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha lain seperti badan usaha swasta dan badan usaha milik negara. Secara umum laporan keuangan meliputi :
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement) adalah suatu ikhtisar dan
beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Dalam laporan Laba Rugi ini juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income atau net profit). Apabila beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih (net loss).
2. Laporan Ekuitas Koperasi adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas
koperasi yang terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi.
3. Laporan Neraca (Balance Sheet) adalah suatu daftar aktiva, kewajiban,
dan ekuitas koperasi pada tanggal tertentu biasanya akhir bulan atau akhir tahun. Salah satu bentuk neraca adalah bentuk akun (account form) karena menggambarkan format dasar dari persamaan akuntansi, dimana aktiva ditempatkan di sebelah kiri dan kewajiban ekuitas pemilik di sebelah kanan. Bentuk lain dari neraca adalah bentu laporan (report form), yang menempatkan kewajiban dan ekuitas pemilik di bawah aktiva.
4. Laporan Arus Kas (Cashflow) adalah suatu ikhtisar penerimaan kas
selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian :
a. Aktivitas Operasi
Bagian ini melaporkan ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang menyangkut operasi perusahaan. Arus kas bersih dari aktivitas operasi biasanya berbeda jauh dari jumlah laba bersih periode berjalan. Perbedaan ini terjadi karena pendapatan dan beban tidak selalu diterima dan dibayar secara tunai.
b. Aktivitas Investasi
Bagian ini melaporkan transaksi kas untuk pembelian dan penjualan aktiva tetap atau permanen.
c. Aktivitas Pendanaan
Bagian ini melaporkan transaksi kas yang berhubungan dengan investasi pemilik, peminjaman dana dan pengambilan uang oleh pemilik.
2.8. Pengertian Efektivitas dan Efisiensi
Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Menurut Hidayat dalam www.google.com (2009) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Sedangkan pengertian efektivitas menurut Schemerhon dalam www.google.com (2009) adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif
Efisiensi menurut Mulyamah dalam www.google.com (2009) merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya. Sedangkan pengertian efisiensi menurut Hasibuan dalam www.google.com (2009) adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.
2.9. Penelitian Terdahulu
Ervillia (2009) mengadakan penelitian tentang sistem akuntansi dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah Waroeng Cokelat Bogor. Peneliti membuat model sistem akuntansi sederhana dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Semua transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan dicatat dan dimasukkan dalam microsoft excel 2007 sehingga data tersusun rapi dan lebih akurat. Pada akhirnya penelitian ini dapat menghasilkan suatu laporan keuangan berupa laporan neraca dan laporan laba rugi yang dapat digunakan perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk pengajuan penambahan modal pada investor-investor dalam upaya mengembangkan volume usaha perusahaan.
Utami (2007) dalam skripsinya yang berjudul Perumusan dan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan, membangun Sistem Informasi Akuntansi sederhana yang dapat menghasilkan output berupa Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi serta Buku Pembantu Persediaan. Hasil penelitian ini menghasilkan model Sistem Informasi Akuntansi yang sesuai diterapkan pada UKM A adalah Sistem Informasi Akuntansi yang menggunakan Microsoft Excel, menggunakan metode pencatatan akrual yang dapat menghasilkan Laporan Keuangan Neraca dan Laba Rugi, Buku pembantu persediaan, serta evaluasi kinerja keuangan UKM A, yang akan memenuhi kebutuhan penanaman modal di UKM A.
Skripsi mengenai sistem perumusan dan penerapan akuntansi juga dilakukan oleh Fansuri (2006). Dalam skripsinya yang berjudul Analisis Perumusan Penerapan Sistem Akuntansi Pada Usaha Kecil Menengah di UKM OZY Air Craft Model Bogor, peneliti mengembangkan sistem akuntansi yang sudah ada di UKM tersebut. Pada akhirnya penelitian ini mengukur efektifitas dan efisiensi dari sistem yang dibuat berdasarkan pada input, process, output, benefit dan impact. Hasil dari penelitian ini adalah model sistem akuntansi yang dibuat berdasarkan pada transaksi yang sering digunakan oleh Aircraft Model.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Sebuah usaha yang dinilai cukup memadai tentu mengalami persaingan yang cukup ketat. Koperasi sebagai badan usaha kerakyatan yang memiliki prospek cemerlang juga tidak lepas dari persaingan. Untuk mencapai keberhasilan dan dapat bersaing dengan usaha sejenis lainnya maka koperasi harus memiliki kondisi yang baik dalam berbagai aspek baik aspek keuangan, pemasaran maupun pengelolaan sumber daya manusia. Pada penelitian ini aspek yang menjadi sorotan utama adalah kondisi koperasi diamati dari kondisi pencatatan keuangannya yang telah dilakukan selama ini. Beberapa koperasi belum menerapkan sistem pencatatan yang rapi dan tertib, dimana sistem pencatatan keuangan belum baik. Salah satu koperasi yang belum memiliki pencatatan keuangan yang baik adalah Koperasi Mitra Karsa, sehingga penelitian ini dilaksanakan pada Koperasi Mitra Karsa. Penelitian ini berisi tentang bagaimana pencatatan keuangan yang baik dengan menggunakan sistem akuntansi yang sesuai dengan aktivitas keuangan koperasi tersebut.
Setiap koperasi tentu memiliki aktivitas keuangan berupa transaksi-transaksi penerimaan maupun pengeluaran tiap periode tertentu. Mengidentifikasi transaksi-transaksi tersebut menjadi sebuah informasi akun yang terperinci merupakan langkah awal mengumpulkan data keuangan. Selanjutnya akun yang didapat diklasifikasikan menjadi sebuah akun-akun dan dikelompokkan sesuai dengan kelompok akun yang dimasukkan ke dalamnya. Akun-akun yang telah dikelompokkan selanjutnya dapat dijadikan sebagai bagian sistem akuntansi yang akan dibentuk nantinya.
Pada Koperasi Mitra Karsa sistem akuntansi yang sudah ada yang mencerminkan aktivitas keuangan mereka adalah buku harian kas masuk dan kas keluar. Akan tetapi, sistem akuntansi tersebut belum dapat menginformasikan kondisi keuangan koperasi secara terperinci. Pihak manajemen koperasi sendiri menginginkan sistem akuntansi yang lebih baik yang dapat membantu mereka dalam menyusun laporan keuangan sehingga
memudahkan pihak manajemen untuk mengambil keputusan yang tepat bagi kemajuan koperasi. Tidak hanya pihak manajemen, anggota Koperasi Mitra Karsa juga mengharapkan agar sistem pencatatan koperasi menjadi lebih baik terutama dalam kemudahan mengakses informasi catatan keuangan setiap anggota koperasi. Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu sistem akuntansi yang ideal yang dapat memenuhi harapan dari pihak manajemen dan anggota Koperasi Mitra Karsa.
Pembentukan sistem akuntansi dilakukan berdasarkan pada sistem akuntansi koperasi yang tidak berbeda jauh dengan sistem akuntansi pada perusahaan dagang. Tahapan yang akan dilakukan adalah pembuatan nama akun, pembentukan jurnal, pembentukan buku besar, dan pembentukan laporan keuangan. Sistem akuntansi yang akan dibentuk akan disesuaikan dengan kemampuan dan aktivitas Koperasi Mitra Karsa. Penerapan sistem akuntansi ini dilakukan pada jangka waktu tertentu. Jangka waktu yang digunakan akan mewakili akun-akun yang telah disusun dengan acuan dari transaksi-transaksi yang telah dilakukan oleh Koperasi Mitra Karsa. Setelah dilakukan penerapan maka dilakukan penilaian kefektifan dan keefisienan penerapan sistem akuntansi. Penilaian dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan sebelumnya dengan pelaksanaan pencatatan dengan sistem akuntansi yang telah dibentuk. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Mitra Karsa yang beralamat di Jalan Gunung Batu No. 5, Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai dengan Desember 2009.
Kondisi Sistem Akuntansi Koperasi
Mitra Karsa Koperasi Mitra Karsa
Identifikasi Aktivitas Keuangan Pada Koperasi Mitra Karsa
Pembentukan Sistem Akuntansi
Penerapan Sistem Akuntansi
Efektivitas dan Efisiensi Sistem Akuntansi
3.3. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari pihak koperasi dengan metode wawancara. Proses wawancara dilakukan dengan pengurus dan pengelola Koperasi Mitra Karsa. Proses wawancara ini dilakukan dalam rangka mengidentifikasi permasalahan Koperasi Mitra Karsa, khususnya dalam sistem akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data-data pada Koperasi Mitra Karsa, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, literatur, kepustakaan, serta analisis transaksi bisnis Koperasi Mitra Karsa. Analisis transaksi bisnis ini dilakukan pada semua transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan Koperasi Mitra Karsa.
3.4. Metode Pengambilan Data
Data yang akan digunakan dalam pembuatan sistem akuntansi adalah data transaksi yang terjadi pada Koperasi Mitra Karsa pada periode tertentu. Dimana data tersebut terurut berdasarkan tanggal transaksi.
Setelah sistem akuntansi tersebut diterapkan pada Koperasi Mitra Karsa maka dilakukan evaluasi keefektifan dan keefisienan dari penggunaan program GMATH-KOPERASI dengan cara menyebarkan kuesioner pada pihak manajemen Koperasi Mitra Karsa. Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi penggunaan program GMATH-KOPERASI adalah metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara sengaja atau tidak acak.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data yang dilakukan menggunakan suatu program akuntansi yang dibentuk khusus untuk pencatatan keuangan koperasi. Program akuntansi tersebut adalah program akuntansi
GMATH-KOPERASI. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan analisis deskriptif. Pada dasarnya teori sistem akuntansi pada program GMATH-KOPERASI tidak berbeda jauh dengan sistem akuntansi pada perusahaan dagang yakni mengintegrasikan antara satu jurnal dengan jurnal lainnya. Tahapan sistem akuntansinya sebagai berikut :
1. Pengumpulan Bukti-bukti Transaksi
Selayaknya sebuah proses yang harus dapat dipertanggungjawabkan, akuntansi membutuhkan bukti-bukti yang dapat mendasari sebagai pencatatan. Bukti transaksi merupakan dasar yang nantinya akan diolah dalam sistem akuntansi untuk mendapatkan laporan keuangan. Bukti transaksi yang dibutuhkan antara lain :
a. Bukti Kas Masuk (BKM), merupakan bukti-bukti yang berhubungan dengan pemasukan kas.
b. Bukti Kas Keluar (BKK), merupakan bukti-bukti pengeluaran kas. c. Bukti pembelian (BP), merupakan bukti yang berkaitan dengan
transaksi penjualan yang terjadi pada perusahaan.
d. Bukti penjualan (BJ), merupakan bukti yang berkaitan dengan transaksi penjualan yang terjadi pada perusahaan.
2. Pengkodean Akun
Pemberian kode transaksi diperlukan untuk mempermudah pencatatan hingga pelaporan keuangan. Hal ini sangat berguna pada saat peng-entry-an transaksi. Pengkodean akun pada koperasi adalah sebagai berikut :
a. Nomor akun 1 untuk golongan akun harta atau aktiva b. Nomor akun 2 untuk golongan akun hutang
c. Nomor akun 3 untuk golongan akun modal d. Nomor akun 4 untuk golongan akun penjualan
e. Nomor akun 5 untuk golongan akun beban atau biaya
3. Pembentukan Neraca Saldo Awal
Neraca saldo dibuat didasarkan pada sisa atau saldo awal suatu akun. Saldo awal ini didapatkan berdasarkan saldo akhir pada periode sebelumnya yang dilakukan dengan proses tutup buku. Neraca saldo
meringkas semua perkiraan yang ada pada buku besar hingga dapat menjadi sumber keterangan untuk melakukan pembuatan laporan laba rugi dan neraca.
4. Pembuatan Jurnal Umum
Bukti pencatatan yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam proses pencatatan. Salah satu proses pencatatan adalah jurnal. Jurnal dibuat berdasarkan pada dokumen bukti transaksi dan dicatat sebagai akun yang sesuai. Sedangkan nominal yang tertera akan dicatat sebagai debet maupun kredit sesuai dengan saldo nominal akun transaksi tersebut.
5. Pembuatan Buku Besar
Pengertian buku besar atau biasa disebut ledger diawali dengan pengertian akun terlebih dahulu. Akun adalah formulir atau daftar yang digunakan untuk mencatat perubahan keadaaan keuangan baik itu harta, hutang, modal, atau biaya yang disebabkan oleh semua transaksi sebuah perusahaan dalam waktu tertentu. Daftar ini dikumpulkan dan kumpulan itulah yang disebut buku besar. Dalam buku besar dapat digambarkan bertambah dan berkurangnya suatu akun dari suatu transaksi periode tertentu serta menghitung saldo akhir yang dihasilkan pada akhir periode tertentu.
6. Pembuatan Laporan Laba Rugi (L/R)
Laporan ini menunjukkan untung atau ruginya sebuah perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan Laba Rugi merupakan merupakan ringkasan antara pendapatan dan biaya dalam kegiatan operasional perusahaan.
7. Pembuatan Laporan Neraca
Neraca disusun untuk mengetahui posisi Harta, Kewajiban, dan Ekuitas/Modal koperasi. Dalam neraca menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola harta, kewajiban, dan ekuitas koperasi.
Tahapan-tahapan akuntansi diatas secara garis besar dapat digambarkan dengan diagram sistem akuntansi yang dapat dilihat pada Gambar 3. Diagram sistem akuntansi ini menggambarkan hubungan antara input, pemrosesan dan output sebuah sistem informasi akuntansi.
Laporan Perubahan Modal START
Neraca Saldo Awal
Input Jurnal Umum/Transaksi Input Transaksi Selesai? Ya SELESAI Posting Data Buku Besar Laporan Arus Kas Laporan Neraca Laporan Laba Rugi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Koperasi
4.1.1 Sejarah Koperasi Mitra Karsa
Koperasi Mitra Karsa berdiri pada tanggal 7 Januari 1980. Lokasi Koperasi ini berada di Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor. Koperasi Mitra Karsa telah terdaftar di kantor wilayah koperasi Provinsi Jawa Barat pada tanggal 25 September 1980 dengan Badan Hukum No. 7123/BH/DK-10/9 serta mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 46/SK/DK-10/F/1981 tanggal 27 Januari 1981. Pendirian koperasi ini dipelopori oleh Ir. Ridwan, Drs. Hasan Mutraram, Ir. Akub J. Abdurahman Ms, Mochamad Bardin dan Tukimin Bc, EK.
Mula-mula Koperasi Mitra Karsa merupakan lingkup Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPHH) yang dibawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sehingga dinamai Koperasi Pegawai Penelitian Hasil Hutan Mitra Karsa. Kemudian pada tanggal 25 September 1981 lingkup anggota Koperasi Mitra Karsa bertambah menjadi tiga, yaitu Balai Penelitian Hasil Hutan (LPHH), Balai Penelitian Hutan (BPH), dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Puslitbang Kehutanan).
Pada awal tahun 1982 di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, diadakan reorganisasi khusus bidang Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Koperasi Mitra Karsa mengajukan permohonan perubahan status, permohonan ini disetujui oleh kantor Kabupaten Bogor dengan surat persetujuan tanggal 25 Januari 1983 No. 32/KK/103/3.1/1983. Selanjutnya atas dasar surat persetujuan tersebut, pengurus koperasi mengadakan perubahan stempel yang tertuang dalam surat Ketua Koperasi Mitra Karsa tanggal 5 Maret 1983 No. 125/KOP/MK/111/1983 yang disampaikan ke berbagai instansi yang erat kaitannya dengan Koperasi Mitra Karsa.
Masih dalam periode kepengurusan 1982-1984 terjadi lagi re-organisasi yang mendasar yaitu dengan dibentuknya Departemen Kehutanan. Terjadinya re-organisasi tersebut menyebabkan Koperasi Mitra Karsa mengajukan kembali permohonan perubahan status. Pada tanggal 9 Desember 1992 Koperasi Mitra Karsa ditetapkan berada di bawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan dengan Badan Hukum Nomor 7123/A/BH/KWK 10/5 dan namanya berubah menjadi, “Koperasi Pegawai Negeri Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Mitra Karsa”.
Tujuan didirikannya Koperasi Mitra Karsa adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, demi mengembangkan kesejahteraan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut Koperasi Mitra Karsa berusaha memberi kemudahan bagi para anggotanya dalam memperoleh barang kebutuhan pokok dan kebutuhan sandang melalui kegiatan usaha Unit Toko dan Unit Simpan Pinjam. Kegiatan usaha ini direspon baik oleh para anggota terutama anggota dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Mengingat ketika itu, kondisi perekonomian rakyat Indonesia masih sangat terpuruk dengan kondisi politik yang tidak stabil.
Anggota koperasi terus bertambah dari tahun ke tahun. Saat ini anggota Koperasi Mitra Karsa berjumlah 478 orang yang berasal dari lima lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Puslitbang Kehutanan). Kelima lingkup Puslitbang tersebut adalah Sekretariat Badan Litbang (SB), Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA), Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), Pusat Penelitian Sosial Ekonomi (P2SOSEK), dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (P3HT). Selain berbadan hukum dan memiliki Surat Izin Usaha Dagang (SIUP), Koperasi Mitra Karsa juga terdaftar di kantor perpajakan dengan Nomor Pemilik Wajib Pajak (NPWP) 01.04.2.65.00331.
4.1.2 Struktur Organisasi
Suatu organisasi dimanapun berada pasti membutuhkan kepengurusan yang dapat menjalankan kegiatan usaha dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 Bab IV pasal 21 maka Koperasi Mitra Karsa mempunyai perangkat organisasi yang terdiri dari rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola.
Berdasarkan UU Koperasi No. 25 Tahun 1992, Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat Anggota Tahunan setidaknya dilaksanakan sekali dalam setahun setelah tutup tahun buku. Namun bila ternyata ada keputusan yang harus segera dibuat dan wewenangnya ada pada rapat anggota maka koperasi dapat menyelenggarakan Rapat Anggota Luar Biasa atas kehendak pengurus, pengawas, dan usulan tertulis dari anggota minimal sepuluh persen dari jumlah anggota.
Pengurus dan pengawas koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota. Kedudukan pengurus dan pengawas adalah sejajar. Dalam arti memiliki posisi yang sama tingginya dalam organisasi koperasi. Pengurus bertugas mengelola organisasi dan usaha koperasi sedangkan pengawas diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi. Pengelola koperasi yang terdiri dari manajer dan karyawan diangkat dan diberhentikan oleh pengurus. Dimana tugas pengelola adalah mengembangkan usaha koperasi secara efisien dan profesional.
Pembina Koperasi Mitra Karsa adalah Kepala Badan Litbang Kehutanan, yang berperan memberikan bimbingan dan kemudahan untuk menciptakan kondisi yang dapat mendorong pertumbuhan koperasi demi tercapainya kesejahteraan anggota. Koperasi Mitra Karsa sudah mengalami pergantian pengurus sebanyak lima kali. Umumnya setiap kepengurusan menjabat selama lima hingga enam tahun. Pengurus dan pengawas Koperasi Mitra Karsa dipilih dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kehutanan yang masih aktif. Hal ini menyebabkan
pengurus tidak dapat sepenuhnya ada untuk mengelola kegiatan operasional koperasi. Oleh karena itu, pengurus mengangkat pengelola koperasi yang terdiri dari manajer bisnis dan karyawan.
Manajer bisnis bertugas mengelola semua unit usaha, melakukan upaya penagihan piutang, melakukan upaya pengembangan usaha melalui kerjasama dengan berbagai pihak serta bertanggung jawab kepada ketua koperasi. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut manajer bisnis dibantu oleh para karyawan. Karyawan Koperasi Mitra Karsa berjumlah tujuh orang yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu dua orang karyawan staf administrasi, tiga orang karyawan staf toko dan dua orang karyawan staf kantin.
Tugas staf administrasi adalah membantu pencatatan pembukuan dan administrasi koperasi. Sedangkan tugas staf toko yaitu melaksanakan pembelian dan penjualan barang dagangan serta mencatat pemasukan dan pengeluaran barang. Staf kantin bertugas melayani anggota dalam hal makanan dan membuat pembukuan kantin. Semua karyawan tersebut bertanggung jawab kepada manajer bisnis dan secara langsung melayani anggota Koperasi Mitra Karsa. Dimana anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi itu sendiri. Struktur organisasi Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur organisasi koperasi Mitra Karsa 4.1.3 Kegiatan Usaha Koperasi Mitra Karsa
1. Unit Usaha Simpan Pinjam
Unit usaha simpan pinjam masih menjadi unit usaha yang utama. Unit usaha ini membantu anggota untuk mendapatkan dana secara kredit. Dana-dana yang disalurkan umumnya ditujukan untuk biaya sekolah/kuliah, perbaikan/membangun rumah, menjalankan usaha dan pembelian barang. Pinjaman di Koperasi Mitra Karsa dibagi menjadi dua yaitu pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang.
Pinjaman jangka pendek nilainya sampai dengan Rp. 1.000.000 dan tidak dikenakan jasa pinjaman karena jangka waktunya hanya satu bulan. Dimana pembayarannya tidak melalui potong gaji. Anggota yang meminjam sepakat akan membayar
Rapat Anggota Tahunan
Pengawas Manajer Bisnis Staf Administrasi Staf Toko Anggota Koperasi Pengurus Pembina Staf Kantin
langsung ke koperasi. Namun jika setelah satu bulan pinjaman tersebut tidak dibayar maka akan ditagih dengan cara potong gaji dan dikenakan jasa 1,5 persen per bulan. Prosedur pinjaman untuk pinjaman jangka pendek yaitu, pertama anggota mengajukan permohonan pinjaman kepada pengelola koperasi untuk di cek ketersediaan dananya lalu dilakukan pembayaran oleh pihak koperasi dan dicatat dalam kartu piutang anggota.
Jika pengajuan pinjaman diatas Rp. 1.000.000 maka disebut pinjaman jangka panjang. Jasa pinjaman sebesar 1,5 persen per bulan dari sisa per tanggal 20. Berbeda dengan prosedur pinjaman jangka pendek untuk pengajuan pinjaman jangka panjang sebelum formulir permohonan pengajuan pinjaman diajukan ke koperasi anggota terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari bendahara gaji unit kerja masing – masing. Hal tersebut dilakukan untuk pengecekan ketersediaan sisa gajinya dalam membayar angsuran. Apabila disetujui oleh Bendahara Gaji maka permohonan pinjaman dapat diserahkan kepada Ketua Koperasi melalui pengelola untuk dicek ketersediaan dananya dan sisa hutangnya di koperasi. Apabila anggota tersebut telah memenuhi syarat maka dilakukan pembayaran oleh pihak koperasi dan dicatat dalam kartu piutang anggota. Pembayaran angsuran dilakukan dengan cara pemotongan gaji. Pinjaman anggota ini akan menimbulkan piutang pinjaman.
2. Unit Usaha Toko
Unit usaha ini bertujuan memudahkan para pegawai Badan Litbang Kehutanan berbelanja kebutuhan sehari-hari dan mengefisiensikan waktu dan tenaga mereka. Penjualan pada unit usaha toko ini dibagi menjadi penjualan toko dan penjualan barang. Penjualan toko adalah penjualan barang kebutuhan pokok seperti sembako sedangkan penjualan barang adalah penjualan barang kebutuhan sekunder seperti Handphone dan TV. Dimana pembayaran transaksi toko baik penjualan toko maupun penjualan.
barang dapat dilakukan secara tunai maupun kredit bagi anggota koperasi. Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang toko dan piutang barang.
Pengadaan barang yang ada di toko dilakukan sendiri oleh petugas toko atau berasal dari supplier yang datang ke koperasi. Namun sistem ini tidak terikat dimana jika harga yang ditawarkan oleh supplier tidak kompetitif maka koperasi tidak mempunyai kewajiban untuk mengambilnya. Untuk pengadaan barang-barang sekunder sistem dagang yang digunakan adalah sistem konsinyasi, yaitu supplier menitipkan barang dagangan mereka ke koperasi, bila ada barang yang terjual barulah koperasi membayarkan total harga barang yang terjual tersebut pada supplier. Sedangkan sisa barang yang tidak terjual dapat diambil kembali atau diretur oleh supplier.
3. Unit Kantin
Unit usaha ini hanya berupa pengambilan jasa atau sewa tempat kepada para pedagang yang menjual makanan di kantin koperasi. Pendirian unit usaha kantin bertujuan untuk melayani para pegawai Badan Litbang Kehutanan dalam hal tempat makan.
Terdapat empat stand makanan di kantin koperasi yang menjual bermacam-macam makanan mulai dari makanan cemilan sampai makanan yang disajikan secara prasmanan. Sistem jasa atau sewa tempat yang diberlakukan yaitu koperasi mengambil keuntungan sebesar sepuluh hingga dua puluh persen dari volume penjualan mereka setiap hari dan para penjual tersebut langsung menyetorkannya kepada pengelola koperasi. Pendapatan sewa tempat pada unit usaha kantin ini dianggap sebagai penjualan kantin.
4.1.4 Keuangan
Keuangan Koperasi Mitra Karsa diatur langsung oleh ketua koperasi. Dimana ketua koperasi merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih aktif yang tidak dapat sepenuhnya berada di Koperasi Mitra Karsa sehingga Beliau memberi kuasa dan tanggung jawab kepada pengelola yakni, manajer bisnis koperasi untuk mengatur
keuangan koperasi. Selanjutnya manajer bisnis akan melaporkan kondisi keuangan kepada ketua koperasi.
Namun sampai saat ini pencatatatan keuangan koperasi masih dilakukan secara sederhana hanya berupa pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang dalam kas, sehingga catatan keuangan yang ada hanya menunjukkan saldo kas yang dimiliki Koperasi Mitra Karsa, tidak dapat menggambarkan kondisi keuangan koperasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem akuntansi yang mampu memberikan informasi mengenai kondisi keuangan koperasi sekaligus membenahi administrasi koperasi yang masih kurang terorganisir dan belum tersusun baik yang berakibat sulitnya mengambil suatu keputusan manajemen yang tepat.
4.2. Sistem Akuntansi di Koperasi Mitra Karsa
Sistem akuntansi merupakan salah satu sistem yang digunakan untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan suatu organisasi ataupun perorangan. Hasil yang dikeluarkan oleh sistem ini digunakan seseorang ataupun organisasi sebagai dasar pengambilan keputusan dan memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.
Koperasi Mitra Karsa dalam pencatatan keuangan hanya mencatat penerimaan dan pengeluaran kas saja yang tercantum di buku harian kas masuk dan buku harian kas keluar. Akibatnya, sulit mengetahui laba atau keuntungan koperasi setiap bulannya. Administrasi koperasi saat ini memang masih dalam tahap pembenahan karena belum terorganisir dengan baik. Untuk pencatatan administrasi anggota sudah ada kartu anggota yang berisi jumlah simpanan dan piutang masing-masing anggota. Hal tersebut dapat membantu anggota untuk mengetahui informasi keuangan mereka di koperasi. Akan tetapi, tetap saja sulit untuk mengetahui kondisi keuangan koperasi yang sebenarnya apalagi usaha koperasi cukup beragam yang terdiri dari tiga unit usaha yakni Unit Usaha Simpan Pinjam, Unit Usaha Toko, dan Unit Usaha Kantin. Semakin tinggi skala usaha tentu semakin sulit juga mengetahui keuntungan atau laba yang diperoleh bila hanya mengandalkan pencatatan yang sederhana. Hal ini menyebabkan manajemen menjadi sulit