• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JEWAWUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JEWAWUT"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TEKNOLOGI BUDIDAYA

TANAMAN

(3)

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Ketentuan Pidana

Pasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimak sud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komerial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

TEKNOLOGI BUDIDAYA

TANAMAN

JEWAWUT

Muhammad Azrai

Muhammad Aqil

Suarni

Roy Efendi

Bunyamin Z

Rahmi Y. Arvan

(5)

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JEWAWUT Cetakan I November 2020 x + 82 hlm.; 15 cm x 21 cm ISBN: 978-623-7362-15-9 Penyusun: Muhammad Azrai Muhammad Aqil Suarni Roy Efendi Bunyamin Z Rahmi Y. Arvan Editor :

Tim Balitsereal dan Puslitbang Tanaman Pangan Layout : JanurJene Desain Cover : Akanta Muhammad Penerbit: CV. CAKRAWALA YOGYAKARTA

Rejowinangun KG I/385, RT. 27 RW 09 Kotagede Yogyakarta Email : samaraoffset@yahoo.com

(6)

UpAYA peningkatan produksi jewawut nasional masih terbuka lebar baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam, khususnya di wilayah beriklim kering dengan curah hujan eratik di luar Jawa. Walaupun kecenderungan produksi jewawut mengalami stagnasi namun dengan melalui penerapan teknologi budidaya yang baik akan dihasilkan berbagai macam produk pangan fungsional bernilai gizi tinggi. Kegiatan litbang tanaman jewawut dari berbagai institusi baik lembaga penelitian maupun universitas telah mampu menyediakan teknologi produksi jewawut dengan tingkat produktivitas > 3-4 ton/ha tergantung pada potensi lahan dan teknologi produksinya.

pengembangan tanaman jewawut di Indonesia dilakukan umumnya pada agroekosistem lahan beriklim kering sehingga untuk mengoptimalkan produksi tanaman diperlukan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem pengembangannya. Badan penelitian dan pengembangan pertanian melalui Balai penelitian Tanaman Serealia telah banyak melakukan penelitian tanaman jewawut. Dengan memadukan sejumlah komponen teknologi yang sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman jewawut diharapkan mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan meningkatkan

(7)

pendapatan petani dan pada gilirannya akan berdampak pada meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan kegiatan budidaya tanaman jewawut.

Buku ini disusun sebagai acuan untuk pengelolaan lahan dan tanaman dalam rangka peningkatan produksi tanaman jewawut. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dalam penyusunan buku ini disampaikan terima kasih.

Maros, 10 November 2020

(8)

DAFTAR ISI

KATA pENgANTAR — v DAfTAR ISI — vii DAfTAR gAMBAR — ix

BAB 1 JEWAWUT: SUMBER pANgAN LOKAL — 1

BAB 2 TAKSONOMI DAN ASAL USUL TANAMAN JEWAWUT — 5 Komposisi Nutrisi Dasar Jewawut — 7

Jenis Tanaman Jewawut — 12 Taksonomi Jewawut — 17 Tanah dan Agroklimat — 21

BAB 3 SYARAT TUMBUH TANAMAN JEWAWUT — 21

pertumbuhan dan perkembangan Tanaman Jewawut — 23 perkembangan Akar Sampai Malai Tanaman — 27

(9)

BAB 4 TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN — 31 Waktu tanam — 33 penyiapan lahan — 34 penanaman — 34 pengelolaan Hara — 35 Takaran pupuk — 36 pemeliharaan — 36

BAB 5 HAMA DAN pENYAKIT TANAMAN — 39 Hama Tanaman — 40

penyakit Tanaman — 42

BAB 6 pANEN DAN pASCApANEN — 45 panen — 45

pascapanen — 46

BAB 7 pEMANfAATAN JEWAWUT SEBAgAI pRODUK OLAHAN — 49 Olahan Berbasis Jewawut Sosoh — 54

Biji Jewawut Bahan Ekstrudat — 54 Olahan Berbasis Tepung Jewawut — 56 pengolahan Bahan Setengah Jadi — 62 DAfTAR pUSTAKA — 69

INDEKS — 75

(10)

DAFTAR GAMBAR

gambar 1. Struktur biji jewawut (Malaviya, 2019) — 8 gambar 2. Foxtail millet (Balitsereal) — 12

gambar 3. pearl millet (Balitsereal) — 13

gambar 4. proso millet. Sumber: www.molihai.com — 15

gambar 5. Japanese millet — 16

gambar 6. finger millet — 17

gambar 7. Siklus proses pertumbuhan tanaman jewawut — 32 gambar 8. Biji millet — 33

gambar 9. Kegiatan penyiangan gulma — 37 gambar 10. Ladang jewawut (pearl millet) — 38

gambar 11. Biji, sosoh, tepung jewawut metode perendaman (Anna et al. 2017 — 63

gambar 12. proses pengolahan jewawut sosoh &tepung jewawut — 64

gambar 13. Aneka produk olahan tradisional berbasis tepung jewawut/modifikasi (foto pribadi) — 66

gambar 14. Aneka produk olahan jewawut (diakses 24 September 202) — 68

(11)
(12)

INDONESIA merupakan negara yang memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya. pemerintah telah mengembangkan grand design diversifikasi pangan nasional melalui program penganekaragaman pangan berbahan baku non beras. Hal ini sangat penting dilakukan untuk membiasakan masyarakat mengkonsumsi makanan pokok selain beras. Upaya peningkatan hasil pangan sebagai salah satu penyedia bahan makanan pun terus dilakukan.

Salah satu komoditas strategis yang sesuai untuk menunjang program diversifikasi pangan adalah jewawut (millet). Jewawut merupakan tanaman serealia berbiji kecil namun kaya dengan kandungan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh manusia. Tanaman ini juga mempunyai keunikan lain yaitu dapat tumbuh dengan baik pada lahan berbatu, kesuburan serta input pupuk dan pestisida yang rendah pula. Budidaya tanaman jewawut secara terbatas di Indonesia sebenarnya telah lama dikenal namun pengembangannya

BAB 1

JEWAWUT:

SUMBER PANGAN LOKAL

(13)

daerah yang memanfaatkan tanaman semusim tersebut sebagai bahan pangan utama, terutama dalam industri maupun konsumsi. Tanaman semusim tersebut mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia karena didukung oleh adanya kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas.

Jewawut merupakan tanaman serealia yang banyak dibudi-dayakan di berbagai negara terutama di negara Afrika dan beberapa negara di Benua Asia. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pengembangan jewawut di Indonesia dimana kegiatan budidanya masih bersifat setempat dan dilakukan secara turun temurun. Di negara maju jewawut telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan bernilai gizi tinggi. pemanfaatan jewawut antara lain sebagai bahan makanan pokok, minuman berenergi dan Kesehatan karena kandungan vitamin B dan beta karoten yang tinggi. Kelebihan utama yang dimilki oleh tanaman jewawut selain dari kandungan vitamin dan beta karoten adalah daya adaptasi yang baik pada daerah bercurah hujan rendah bahkan di daerah kering sekalipun. Selain itu, jewawut juga mengandung beragam komponen penting yang berpotensi meningkatkan kesehatan tubuh, antara lain senyawa antioksidan, senyawa bioaktif, dan serat.

Bhat et al (2018) menyatakan bahwa secara umum jewawut memiliki tiga nilai tambah utama yaitu 1. Nilai tambah bagi pengguna dimana jewawut ini dapat membantu mengatasi permasalahan gizi dan Kesehatan (defisiensi besi, zink, asam foliak, kalsium, diabetes mellitus; 2. Nilai tambah bagi bumi dimana dapat beradaptasi dengan perubahan linkungan global termasuk kekeringan yang ekstrim, c. Nilai tambah bagi petani dimana jewawut dapat meningkat hasilnya sampai tiga kali lipat, tujuan penggunaan yang juga luas (pangan, pakan, bahan bakar) serta keunggulan lainnya yang dapat digunakan untuk risk manajemen strategi.

Jewawut merupakan tanaman serealia yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya sangat efisien dalam menggunakan air

(14)

untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Dibandingkan dengan tanaman serealia yang lain jewawut merupakan tanaman yang bisa dipromosikan untuk daerah kering, karena jewawut hanya membutuhkan sekitar 25% curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman serealia yang lain. Tanaman ini tidak terlalu membutuhkan tanah yang subur untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, pada daerah lahan kering yang luas tanaman ini sangat sesuai untuk dibudidayakan. produksi jewawut juga tidak tergantung pada penggunaan pupuk sintetik sehingga akan mengurangi penggunaan pupuk sintetik. Selain itu tanaman jewawut merupakan tanaman yang dapat dikategorikan sebagai tanaman yang cukup tahan terhadap hama dan penyakit sehingga tidak terlalu bergantung pada penggunaan pestisida kimia yang dapat mencemari lingkungan.

Selain budidaya yang masih sangat kurang pengolahan jewawut sebagai sumber makanan di Indonesia masih jarang dilakukan. pada beberapa wilayah di Indonesia jewawut telah dimanfaatkan dengan cara mengolahnya menjadi nasi tetapi masih dilakukan secara sederhana. Awalnya jewawut tersebut dijemur, disosoh, hingga hanya terdapat bagian daging atau endospermanya saja. Selanjutnya, jewawut yang dicampur dengan gula merah dan kelapa, pemanfaatannya hampir sama dengan memasak beras ketan. Secara tradisional pemanfaatan jewawut yang lain yaitu dengan mengolahnya menjadi bubur, dodol, dan bajek.

Selain memiliki manfaat positif bagi kesehatan, jewawut dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan subtitusi beras sehingga dapat memenuhi kebutuhan kalori harian. Hal ini ditunjukkan dengan kandungan karbohidratnya sebesar 75% yang mendekati kandungan karbohidrat pada beras yaitu sebesar 79%. Keunggulan lainnya dari tanaman jewawut adalah kandungan proteinnya sebanyak 11%, yang lebih tinggi dibandingkan kandungan protein beras yang hanya mencapai 7%.

Tepung jewawut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk mie karena mempunyai kandungan protein

(15)

yang hampir sama dengan tepung terigu, serta mengandung protein gluten. gluten adalah protein lengket dan elastis yang dapat membuat adonan menjadi kenyal dan dapat mengembang karena bersifat kedap udara. Sifat elastis gluten pada adonan mie menyebabkan mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan. 

(16)

JEWAWUT merupakan tanaman yang pada awalnya di domestikasi dari Benua Afrika dan Asia. Jewawut jenis pearl millet berasal dari wilayah tropis Afrika Barat dan jari millet berasal dari wilayah Uganda atau daerah sekitarnya. penyebaran tanaman jewawut dimulai dari dataran tinggi Afrika, dibawa ke India sekitar 3.000 tahun yang lalu dan selanjutnya menyebar ke Benua Eropa. Dari Eropa, tanaman jewawut selanjutnya menyebar ke Benua Asia. Sejak saat distribusinya tanaman jewawut ini telah menjadi bagian dari sistem pangan yang cukup penting dan diperhitungkan dalam perdagangan. Akar sejarah tertua dari tanaman jewawut dapat ditemukan di Cina, di mana tanaman ini dianggap sebagai tanaman suci. Salah satu tulisan paling awal yang tercatat berasal dari 2800 SM memberikan informasi tentang penyimpanan tanaman ini secara khusus (NABARD, 2002).

pada awal zaman prasejarah, orang dari India Utara juga telah melakukan budidaya tanaman jewawut. Distribusi jewawut saat itu

BAB 2

TAKSONOMI DAN ASAL USUL

(17)

di mana tanaman ini menjadi bahan makanan pokok dan lebih lanjut menjadi makanan khas diet untuk daerah Sumeria sekitar 2500 SM. Selain itu distribusi Jewawut juga meningkat melalui perdagangan antara Eritrea dan Somalia sekitar tahun 3000 SM. Orang Mesir juga awalnya belajar dari orang Afrika lainnya tentang teknologi pengolahan jewawut, karena tanaman ini mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di lahan yang sangat kering, di mana gandum dan barley tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (NABARD, 2002). Jewawut dikenal sebagai tanaman pangan tertua yang dikenal manusia dan mungkin sereal gandum pertama yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Jewawut juga dikenal sebagai tanaman musim pendek karena tanaman ini hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat yaitu 65 hari sejak tanam sampai dengan panen (Kajuna, 2001).

Jewawut mempunyai biji dengan berbagai ukuran serta warna diantaranya merah kecoklatan, coklat, kuning muda atau krem, putih dan juga warna hitam. Jewawut mempunyai sistem akar khas graminae. Biji menghasilkan satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar primer. Akar sekunder atau akar buku muncul pada buku pertama ketika tanaman jewawut telah menghasilkan dua atau tiga helai daun. Akar-akar buku menebal dan dianggap menyediakan sebagian besar saluran untuk pengambilan air, ion, dan sebagai pendukung pertumbuhan tanaman (NABARD, 2002).

Tanaman jewawut ini memiliki batang yang lurus dan berbuku-buku dan yang ditutupi oleh kumpulan selundang daun yang tersusun saling bertaut satu sama lain. Tanaman ini memiliki panjang berkisar berkisar antara 50-75 cm. Daun tanaman ini berbentuk pita yang langsing dan memanjang dengan ujung yang meruncing serta permukaan yang memiliki tekstur yang kasar. pada tanaman muda, daun berwarna hijau muda dan berangsur-angsur menjadi kuning saat menjelang panen. Bunga dari tanaman ini merupakan jenis bunga majemuk yang tersusun rapi dalam

(18)

malai. Setiap tanaman dapat memunculkan 3-4 malai. Setiap malai terdiri atas ratusan bunga kecil. Bunga tersebut dpat melakukan penyerbukan sendiri maupun silang. Setelah terjadi penyerbukan, bunga akan segera berkembang menjadi biji (Kajuna, 2001)

Tanaman jewawut memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun rapi, relatif rapat dan biji-bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Jewawut merupakan tanaman yang termasuk tanaman hermaprodit dimana buliran berbentuk menjorong, bunga dari tanaman ini memiliki dua jenis bunga dimana bunga pada bagian bawah adalah steril sedangkan bunga bagian atas bersifat hermaprodit. Setiap malai pada tanaman ini berisi sekitar 400 biji. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam. Biji jewawut masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 3 – 4 mm, yang biasanya memiliki warna krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Biji jewawut terdiri dari perikarp dan embrio. Biji bulat telur, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota (NABARD, 2002).

Komposisi Nutrisi Dasar Jewawut

Secara umum, biji jewawut tersusun atas tiga bagian utama yaitu endosperm, germ dan pericarp. Komponen penyusun biji terbesar adalah endosperm yang mencakup 75% dari porsi biji. Selanjutnya adalah germ (embrio tanaman jewawut) yang mencakup 17% dari total biji serta lapisan pericarp (bagian terluar dari biji) yang mencakup 8% dari berat biji. Terdapat lapisan cutin yang tipis dan pulen pada permukaan pericarp. Selain itu dibawah lapisan pericarp terdapat satu lapisan tipis untuk penutup bakal benih serta adanya lapisan aleurone tunggal.

(19)

Gambar 1. Struktur biji jewawut (Malaviya, 2019)

Seiring dengan kemjauan ilmu pengetahuan, komoditas jewawut telah menjadi salah satu perhatian utama dalam pencarian sumber pangan karena kandungan nutrisinya yang sangat tinggi, khususnya kandungan nutrisi mikronya. Studi di bidang biokimia dan kesehatan menunjukkan jewawut mempunyai kandungan protein yang tinggi (asam amino esensial), mineral serta protein.

Biji jewawut mengandung karbohidrat dan protein yang tidak kalah dengan beras. Jewawut mengandung 60-70% karbohidrat, 6-19% protein dan 1,5-5% lemak. Studi lain menyebutkan kandungan karbohidrat jewawut mencapai 65-75%, protein sebesar 7-12%, lemak sebesar 2-5% serta 15-20 serat kasar. Berdasarkan beberapa parameter gizi, jewawut memiliki kandungan mineral yang unggul dibandingkan dengan beras dan gandum. Setiap jenis jewawut juga memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dibanding beras dan gandum, selain itu jewawut juga kaya akan kandungan kalsium. fingger millet memiliki tiga kali lebih banyak kalsium di banding beras dan gandum sedangkan jenis jewawut lainnya memiliki jumlah kalsium setidaknya dua kali lipat di banding beras dan gandum. Jewawut juga mengandung mikronutrien lain dalam jumlah yang melimpah (MINI, 2005).

(20)

tabel 1:

Komposisi nutrisi berbagai jenis jewawut dan serealia lain Komoditas protein (g) serat (g) mineral (g) (mg)Besi Calcium (mg)

pearl millet 10,6 1,3 2,3 16,9 38 finger Millet 7,3 3,6 2,7 3,9 344 foxtail millet 12,3 8 3,3 3,8 31 proso millet 12,5 2,2 1,9 0,8 14 Japanese millet 11,2 10,1 4,4 15,2 11 Beras 6,8 0,2 0,6 0,7 10 gandum 11,8 1,2 1,5 5,3 41

Sumber: Millet Network of India - Deccan Development Society - FIAN, India

Gula dan pati

Jenis gula bebas yang terkandung dalam biji jewawut adalah glukosa, fruktosa, sukrosa dan raffinosa yang jumlahnya berkisar antara 1,1-1,4 % dengan kandungan sukrosa yang lebih dominan yaitu sebesar 0,3-1,2 %. Total kandungan gula dalam tiap biji jewawut berkisar antara 1,4 – 2 % dimana jewawut dengan jenis proso millet memiliki kandungan gula yang paling tinggi diantara semua jenis jewawut (MINI, 2005).

Jenis pati yang terkandung dalam jewawut adalah amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa pada jewawut berkisar antara 26-30% dan kandungan amilopektin sebesar 69-74%. Total kandungan pati yang dimiliki jewawut adalah 64-79 %.

protein

Rata-rata kandungan protein dalam biji jewawut adalah sekitar 7,7-11,8%. proso millet merupakan jenis jewawut yang memiliki kan dungan protein paling tinggi diantara jenis jewawut lainnya yaitu sebesar 12,5%. protein yang terkandung dalam jewawut memi liki tiga gugus utama yaitu; gugus I- albumin+globulin,

(21)

gugus II- prolamin murni+prolamin like, gugus III- glutelin murni + glutelin like. gugus albumin dan globulin membentuk 8,5-16,26%, prolamin 15-30%, sedangkan glutelin 44-55% dari total protein yang terkandung dalam setiap biji jewawut kecuali pada jenis foxtail millet yang mengandung lebih banyak prolamin (60%) dari pada glutelin (15,23%). Kandungan prolamin dalam pearl millet berkisar antara 33-49,5%, glutein 30-45%, dan globulin plus albumin antara 18-26% (MINI, 2005) .

Kandungan asam amino pada setiap jenis jewawut juga bervariasi selain lisin yang merupakan salah satu jenis asam amino yang jumlahnya hampir sama disetiap jenis serealia. Kandungan asam glutamat pada setiap jenis jewawut bervariasi antara 16-23% dan kandungan leusin sebesar 12-22,3%. Asam glutamat dan leusin adalah jenis asam amino utama dalam gugus prolamin, namun Japanese millet memiliki kandungan alanin 18% lebih tinggi dibanding leusin (MINI, 2005).

Lemak

Sebagian besar lemak dalam jewawut adalah lemak bebas (60-70%) sedangkan lemak lainnya dalam bentuk lemak tak bebas dan lemak struktural. Tidak seperti jenis jewawut lainnya, finger millet memiliki proporsi yang hampir seimbang antara lemak bebas dan lemak tak bebas. Kandungan lemak bebas pada finger millet, Japanese millet, proso millet, dan foxtail millet berturut-turut adalah 5,2%, 5,7%, 5,6%, dan 5%. pearl millet mengandung lemak bebas sebesar 6-8%. Lemak tak bebas dan lemak struktural yang terkandung dalam setiap jewaut berkisar antara 1,3-5% dan 0,4-0,9%. Selain itu, jewawut juga mengandung beberapa jenis asam lemak lain yaitu Linoleat (38-40%), oleat (27-37%), palmitat (16-22%) dan linolenat (1-4%). Asam lemak tak jenuh mencakup lebih dari 85% dari total kandungan asam lemak yang ada pada jewawut (MINI, 2005).

(22)

serat

Jewawut sangat kaya akan serat tak larut (IDf) dan serat larut (SDf) dibandingkan dengan tanaman jenis serealia yang lain terma-suk beras, gandum, dan jagung. Serat tak larut yang terkadung dalam Japanese millet dan foxtail millet berkisar antara 18% hingga 30% lebih tinggi dibanding tanaman serealia lainnya sedangkan serat larutnya sebanyak 0,6% hingga 2% (MINI, 2005).

mineral

Jewawut memiliki kandungan mineral yang tinggi dan beragam seperti kalsium, besi, dan magnesium. Jewawut merupakan biji-bijian yang dapat memelihara kesehatan jantung karena merupakan sumber Magnesium (Mg) yang baik. Magnesium berfungsi membantu merelaksasikan otot-otot jantung untuk memelihara detak jantung yang regular dan hal ini bisa mencegah perubahan yang mendadak pada tekanan darah, mengurangi penggumpalan sel darah merah yang nantinya akan membentuk penyumbatan pembuluh darah dengan meningkatkan kadar dari kolesterol HDL. Selain itu jewawut juga kaya akan berbagai jenis vitamin seperti vitamin B1, B2, dan vitamin C

Studi lain menunjukkan tanaman jewawut mempunyai kandungan mineral yang tinggi diantaranya niacin, B6, asam folic, besi, potassium, magnesium, kalsium, dan zink. Jewawut jenis finger millet merupakan jenis yang paling kaya kecakan kalsium (300-350 mg/100 g) sedangkan jenis jewawut lainnya kaya akan posfor dan besi. Biji jewawut juga mudah dicerna oleh tubuh, mempunyai kandungan lecithin yang tinggi serta baik untuk memperkuat system syaraf tubuh (Bhat et al, 2018).

(23)

JeNis taNamaN Jewawut Foxtail millet (setaria italica (L.)

foxtail millet merupakan tanaman jewawut yang tertua dibudidayakan. Tanaman jewawut ini membutuhkan cuaca hangat. Umumnya tumbuh di daerah semi-kering dengan kebutuhan air yang rendah akan tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada daerah kering karena memiliki sistem perakaran yang dangkal (Koch, 2002).

produksi tanaman ini sangatlah tinggi karena mampu tumbuh dengan baik di segala musim dengan kisaran 65-70 hari diban-dingkan dengan gandung yang kisaran waktunya mencapai varietas 75-90 hari. Jenis jewawut ini bisa menjadi tanaman alternatif untuk ditanam diperalihan musim tanaman pangan yang lain dengan waktu yang cukup singkat.

Jenis jewawut ini merupakan jenis tanaman rumput tahunan, memiliki bentuk yang ramping, tegak, berbatang daun serta

(24)

liki kisaran tinggi hingga 1 meter. Biji tersusun mengikuti panjang dan bentuk malai yang berbentuk seperti ekor kucing. Tanaman ini memiliki biji yang berbentuk cembung kecil, dengan warna yang bervariasi tergantung dari varietasnya (Cash et.al 2002).

Kegunaan utama jawawut selain bahan pangan dibeberapa negara juga digunakan sebagai pakan ternak. Meskipun jerami yang berasal dari padi memiliki kualitas yang lebih baik tapi tidak jarang jerami dari tanaman jewawut ini disimpan di tempat penyimpanan pakan ternak dengan alasan bisa bertahan lama. Selain itu, jenis Jewawut ini juga digunakan sebagai tanaman biji-bijian untuk pakan burung. Beberapa penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jawawut ini adalah jamur, bakteri hawar, dan bercak daun.

pearl millet (pennisetum glaucum (L.)

pearl millet umumnya digunakan sebagai tanaman padang rumput musim panas dan di beberapa daerah digunakan sebagai

(25)

tanam an pangan. Jenis tanaman jewawut ini memiliki karakter batang yang kisaran tingginya sampai 1.5 m dan tegak, serta mrupa-kan jenis tanaman rumput tahunan. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada daerah tanah berpasir dan daerah yang memiliki curah hujan rendah. Tanaman ini memiliki batang yang bernas dan daun panjang dengan tepian bergerigi halus.

Tanaman jewawut ini memiliki anakan bebas dan menghasilkan perbungaan dengan malai yang padat dengan biji yang cukup kecil. Malai dengan biji yang telah matang berwarna kecoklatan dengan bulu halus di sekitarnya. Karena bentuknya seperti mutiara maka jewawut ini juga dinamakan jewawut Mutiara. pada umumnya jenis jewawut ini menyerbuk secara silang. Beberapa varietas dan hibrida juga telah dikembangkan di beberapa daerah di Negara Eropa dan Asia. penggunaan Jewawut mutiara biasanya digunakan sebagai jerami, rumput, tanaman biji untuk makanan burung dan juga sebagai bahan pangan. Jenis jewawut ini tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit baik yang berasal dari kelompok jamur, bakteri ataupun serangga (Baker 1993).

proso millet (panicum miliaceum)

proso millet merupakan jenis tanaman biji-bijian yang diguna-kan sebagai madiguna-kanan manusia atau disesuaidiguna-kan dengan daerah dimana tanaman ini dibudidayakan baik sebagai makanan ternak, makanan burung ataupun olahan makanan pokok. Tanaman ini termasuk tanaman pendek musiman yang membutuhkan waktu panen sekitar 60-75 hari dari pembibitan. Tanaman ini umumnya tumbuh pada cuaca semi kering untuk pertumbuhan tanaman yang lebih baik. proso millet merupakan jenis tanaman yang memiliki kebutuhan air terendah dari semua tanaman biji-bijian akan tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang terlalu kering dikarenakan sistem perakarannya yang dangkal. Tanaman ini tidak tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki tanah berpasir kasar.

(26)

Morfologi malai dari proso millet adalah malai dengan system terbuka, berukuran besar dan kasar, serta memiliki batang yang agak keras seperti kayu. Batang tanaman ini tegak dan ditutupi oleh daun dengan biji yang berambut dengan warna yang bervariasi mulai dari putih menjadi hitam, merah, cokelat, dan abu-abu. Kebanyakan biji berasal dari penyerbukan sendiri, akan tetapi ada juga beberapa yang melakukan penyerbukan silang. Varietas proso millet dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan bentuk malai yaitu: (1) Malai menyebar, (2) Malai satu sisi, dan (3) Malai kompak dan tegak.

proso millet dapat ditanam bersamaan dengan tanaman lainnya seperti jagung dan jewawut jenis lain. Selain itu dapat pula ditanam saat peralihan musim tanam jenis tanaman pangan lainnya. Hal ini dikarenakan tanaman ini pada umumnya merupakan tanaman musim pendek dan tumbuh didaerah panas dengan air terbatas. Tanaman ini tergolong tanaman yang tahan terhadap serangan penyakit. Serangan dalam jumlah kecil adalah penyakit hawar daun (Baker 1993).

(27)

Japanese millet (echinochloa frumantacea)

Japanese Millet biasanya di gu na kan sebagai bahan baku pakan ternak. Tanaman ini me nye rupai rumput lumbung (diang gap gulma di banyak tem pat) dan diperkirakan berasal dari Jepang. Japanese Millet bia sa nya tumbuh pada musim hujan dan digu nakan sebagai pakan hijau bagi ternak. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada dae rah yang memiliki iklim dengan kon disi lembab atau sub-tropis. Kondisi lembab dengan keter sediaan air yang cukup akan menun-jang pertumbuhan yang lebih cepat dari semua jenis jewawut. Dibawah kondisi yang menguntungkan tersebut tanaman ini mampu memproduksi biji-bijian yang cukup matang sekitar 45 hari setelah penyemaian (Anderson and Volesky. 2013).

Tanaman ini memiliki batang yang tegak dengan tinggi dapat mencapai 2 meter dengan system morfologi malai yang terdiri atas 5-15 cabang dengan warna malai yang kecoklatan sampai ungu. Jenis tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah dengan kandung an hara yang baik. Jenis jewawut ini cukup rentan oleh penyakit baik penyakit yang berasal dari jamur maupun penyakit yang berasal dari bakteri. Tanaman ini biasanya dianggap sebagai gulma pada tanaman padi serta tanaman pangan lainnya (Baker 1993).

Gambar 5. Japanese millet

Sumber: Millet Network of India - Deccan Development Society - FIAN, India

(28)

Finger millet (eleusine coracana)

finger millet umumnya dita-nam sebagai tadita-naman pangan di daerah di mana padi ditanam. Berbeda dengan jenis jewawut lain yang dapat tumbuh dalam kondisi kering atau semi kering, finger millet dapat tumbuh dengan sangat baik di iklim lembab di hampir semua jenis tanah. Tanaman ini akan memperlihatkan produksi yang sangat baik pada daerah dengan curah hujan sedang, dengan kondisi tanah yang tidak basah namun lembab (Anderson and Volesky. 2013).

Jenis Jewawut ini meru pakan jenis tanaman rumput tahun-an dengtahun-an kisartahun-an ptahun-anen 50-60 hari dari fase penyi tahun-angtahun-an. Millet tahunan ini me mi liki batang yang tinggi dan tegak dengan anakan yang be bas (Abate and gomez, 1984). penyakit yang biasa me-nye rang tanaman ini adalah penya kit yang disebabkan oleh Helminthosporium yang dapat menyebabkan bitnik pada daun, selain itu tanaman ini juga rentan oleh beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seperti hawar daun dan karat daun (Baker 1993) .

taKsoNomi Jewawut

“Jewawut/Millet” bukanlah merupakan istilah botani untuk tanaman tertentu tetapi lebih bersifat istilah untuk memayungi berbagai macam jenis rerumputan berbiji kecil yang dikonsumsi oleh manusia. Di Amerika Serikat dan Eropa, proso millet (Panicum miliaceum) merupakan jenis jewawut yang paling

Gambar 6. Finger millet

(29)

Semua jenis jewawut/rerumputan berbiji kecil yang dikon sumsi manusia termasuk dalam ordo poales, serta family poaceae. Jewawut digolongkan dalam dua sub family yaitu panicoideae  atau  Chloridoideae. Adapun golongan ras Eragrostideae  (Chloridoideae  subfamily) meliputi: 1. Eleusine coracana: contohnya adalah finger millet, dan 2. Eragrostis tef: kadang kala disebut Teff adalah tanaman jenis rerumputan yang bijinya digunakan sebagai sumber pangan dan pakan ternak. Teff meru pakan makanan penting di Ethiopia dan Eritrea. 

Adapun golongan ras paniceae (panicoideae subfamily) meli-puti: 1. panicum miliaceum, yang termasuk dalam ras ini adalah proso millet, broom corn millet, hog millet, yellow hog, white millet, 2. pennisetum glaucum, yang termasuk jenis ini adalah pearl millet, 3. Setaria italica, yang termasuk jenis ini adalah foxtail millet, 4. Terdapat juga ras lain yaitu Andropogoneae  (panicoideae subfamily) dan yang termasuk di dalam kategori ini adalah Coix: Job’s tears (Wikipedia, 2020).

Salah satu jenis jewawut yang paling banyak tumbuh di benua Asia termasuk Indonesia adalah jewawut ekor tupai atau foxtail millet. Jewawut ini merupakan jenis rumput tahunan yang umum nya digunakan untuk pangan. Di Indonesia, jenis jewawut ini banyak ditemukan di pulau Buru Maluku, provinsi Sulawesi Barat, Enrekang Sulawesi Selatan, NTB, NTT dan Sebagian pulau Sumatera (Balitsereal, 2017). Jewawut ekor tupai termasuk dalam genus Setaria dengan nama spesies Setaria italica.

Hierarki taksonomi tanaman jewawut (jenis ekor tupai/foxtail millet) secara umum adalah sebagai berikut:

Kingdom : plantae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : poales

family : poaceae

Sub family : panicoideae

genus : Setaria

(30)

Jewawut jenis mutiara atau pearl millet walaupun jarang dibu di dayakan di Indonesia namun merupakan spesies jewawut yang paling banyak di tanam di dunia khususnya di Benua Afrika. Spesies ini merupakan sumber pakai utama di wilayah Afrika seperti Nigeria, Mali dan lain lain. Tanaman ini dikenal sangat tahan terhadap cekaman seperti kekeringan, hara rendah bahkan toleran genangan.

Hierarki taksonomi tanaman jewawut Mutiara secara umum adalah sebagai berikut:

Kingdom : plantae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : poales

family : poaceae

Sub family : panicoideae

genus : pennisetum

(31)
(32)

taNah DaN aGroKLimat

Jewawut merupakan tanaman pangan serealia non-beras yang telah banyak dimanfaatkan di berbagai belahan dunia. Jenis jewawut yang banyak dibahas dalam berbagai literatur menurut Hulse et al. (1980) adalah Pearl millet (Pennisetum glaucum (L.)R. Br.), Foxtail millet (Setaria italica (L.) Beauv.), common millet (Panicum

miliaceum L.), finger millet (Eleusine coracana), littlemillet (Panicum

miliare), japanese barnyard millet (Echinochloa frumantacea), kodo

millet(Paspalum scrobiculatum), fonio (Digitaria exilis), teff (Eragrostis

tef), dan job’s tears (Coixla chrymajobi). Tanaman Jewawut, dalam

hal ini jenis Pearl millet (Pennisetum glaucum (L.) R. Br.),merupakan tanaman yang memiliki kemampuan tumbuh sangat baik di daerah-daerah kering. Tanaman ini dapat menghasilkan biji yang dapat digunakan sebagai pangan alternatif pengganti beras dan sangat potensial karena tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jewawut dapat tumbuh pada agroekologis yang

BAB 3

SYARAT TUMBUH TANAMAN JEWAWUT

(33)

memuaskan, yaitu pada tempat dengan kondisi iklim kering, tanah tidak subur dan irigasi terbatas.

tanah

Tanaman ini menyukai lahan yang subur dan dapat tumbuh baik pada bebagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, termasuk pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran. Adapun pH yang cocok untuk tanaman ini adalah 4-8 (grubben dan partohardjono, 1996).

Jewawut tumbuh baik di lahan kering iklim tropik kering dan tropik basah, dan tidak tahan terhadap genangan air. Sistem perakaran membentuk satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar primer. penetrasi akar cepat dan dalam waktu 35 hari setelah tanam bisa mencapai kedalaman 100 cm. Sistem perakaran yang dalam menyebabkan jewawut mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kekeringan(goldsworthy dan fisher, 1992).

iklim

Jewawut dapat ditanam di daerah semi kering dengan curah hujan tahunan rata-rata 150-750 mm.Tanaman ini merupakan jenis tanaman berhari pendek yang beradaptasi dari iklim subtropik kering sampai iklim gurun (Haryanto dan Yoshida, 1996).

Jewawut termasuk ke dalam golongan tanaman yang memiliki fotosintesis C-4, sehingga menjadikannya toleran terhadap iklim kering dan panas. Kemampuan jewawut menoleransi kekeringan jauh lebih baik dibandingkan dengan jagung, demikian juga dari segi kualitas nutrisinya (Johnson & Croissant, 2002).

suhu dan tinggi tempat

Jewawut umumnya ditanam pada ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Suhu lingkungan untuk tumbuh

(34)

normal pada suhu optimal 250-350 C, suhu minimal 17,50-250C dan

suhu maksimal 300-350C. Evaporasi tanaman berkisar antara 1400

– 2000 mm per tahun, toleran terhadap kadar air tanah tersedia 50-75% dari kapasitas lapang dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kecambah (Norman dalam Nurmala, 2003).

pertumBuhaN DaN perKemBaNGaN taNamaN Jewawut

pertumbuhan dan perkembangan tanaman jewawut melalui sejumlah fase besar yaitu: fase vegetatif yang dimulai dari perke-cambahan sampai munculnya malai serta perkembangan batang utama, fase perkembangan malai yang dimulai dari munculnya malai pada batang utama sampai pada pengisian bulir, fase pengisian bulir yaitu proses pematangan bulir secara fisiologis (Bidinger and Maiti, 1981).

fase vegetatif pada tanaman jewawut dimulai dari proses perke cambahan sampai pada proses inisiasi malai. Selama fase tersebut tanaman membentuk akar primer dan akar adventif. pertumbuhan dan perkembangan daun secara keseluruhan ada pada fase ini yaitu sampai terbentuk 7 daun. pada akhir fase ditandai dengan pembentukan beberapa anakan serta perkembangan dan inisiasi malai.

fase selanjutnya adalah fase perkembangan malai dimana pada fase ini semua daun yang terbentuk dari fase pertama mengalami pertumbuhan dan perkembangan maksimal baik panjang maupun lebarnya. fase ini ditandai dengan penuaan daun pada pangkal terbawah, pemanjangan batang pada tiap ruas, serta inisiasi perbungaan. Akhir fase ini ditandai dengan semakin banyaknya anakan, perkembangan dan inisiasi malai yang terbentuk pada fase sebelumnya serta penyerbukan untuk memulai proses pembentukan biji (Bidinger and Maiti, 1981).

fase yang terakhir dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah fase pengisian bulir. pada fase ini dimulai

(35)

fase sebelumnya. Selain itu pada fase ini terjadi peningkatan berat kering dari tiap buliran malai karena terjadi pengisian besar-besaran, perkembangan anakan menuju tanaman dewasa, penuaan pada daun yang tumbuh lebih awal pada fase sebelumnya serta pemasakan bulir secara fisiologis.

Secara detail proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman jewawut dapat dijabarkan secara spesifik sebagai berikut:

tahap 1. tahapan perkecambahan

Tahap ini dimulai dengan proses munculnya koleoptil dari permukaan tanah. perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh benih, yang mengaktifkan metabolisme dalam sel. Dalam waktu kurang lebih 16 jam setelah mulai perkecambahan, radikula muncul pada daerah hilus dan diikuti oleh pembentukan akar adventif yang halus pada selubung koleoptil sekitar 2 jam kemudian. pertumbuhan radikula tumbuh ke bawah dengan cepat dan menghasilkan rambut akar halus. Koleoptil tumbuh ke atas perlahan-lahan melalui tanah sampai muncul dari permukaan tanah. Waktu yang diperlukan dari perkecambahan untuk munculnya koleoptil di permukaan tanah tergantung pada kedalaman penanaman, kelembaban tanah dan suhu. Secara umum tahapan ini memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 hari (Bidinger and Maiti, 1981).

tahap 2. tahap tiga Daun

Tahapan ini dimulai sekitar 5 hari setelah munculnya koleoptil, lamina daun ketiga dapat terlihat dalam lingkaran daun kedua tanpa memisahkan daun pertama dan kedua. Daun pertama terlihat sepenuhnya sedangkan daun kedua masih sedikit digulung di pangkalan. pada tahap ini akar utama tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi pula pembentukan akar adventif sekitar 2 sampai 3 buah. pada tahapan ini perkembangan ukuran daun masih belum maksimal dengan warna hijau muda (Bidinger and Maiti, 1981).

(36)

tahap 3. tahap 5 daun

Tahapan ini terjadi sekitar 13-15 hari setelah munculnya lamina daun kelima. Terjadi pertumbuhan dan perkembangan daun pertama dan kedua secara maksimal. Daun ketiga masih sedikit digulung. Titik pertumbuhan utama masih terlihat dengan sangat jelas dengan batang yang dikelilingi oleh primordia daun muda yang sedang berkembang. Akar utama berkembang dengan sangat baik dengan akar adventif yang jumlahnya lebih dari 3 buah. pada tahapan ini tanaman beberapa daun memiliki warna hijau tua dan terlihat jauh lebih kokoh dari sebelumnya (Bidinger and Maiti, 1981).

tahap 4. inisiasi malai

pada tahap ini terjadi perubahan titik tumbuh dari tahapan vegetatif ke tahapan reproduksi, yaitu dari perkembangan primordia daun ke perkembangan bulir. pada fase ini semua daun telah telah tumbuh dengan kisaran jumlah lebih dari 5 helai. pada fase ini semua daun mengalami pertumbuhan yang maksimal dengan dua daun yang tumbuh pada awal pertumbuhan mulai tampak menua. Akar utama telah menghasilkan akar adventif yang berkembang dengan sangat pesat. Selain itu, beberapa anakan muncul pada tahapan ini(Bidinger and Maiti, 1981) .

tahap 5. pembentukan Daun Bendera

pada tahapan pembentukan daun bendera ditandai dengan perkembangan keseluruhan daun secara maksimal, ruas batang memanjang secara berurutan, mulai dari dasar sampai ruas paling atas. pada tahap pembentukan daun bendera terjadi perkembangan yang sangat cepat pada malai. Malai yang mengalami perkembangan tersebut tertutupi oleh selubung bendera dan daun yang ada disekitarnya. pada fase ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan ruas lebih lambat daripada tahapan sebelumnya (Bidinger and Maiti, 1981).

(37)

tahap 6. pembentukan malai

pada tahapan ini malai masih tertutup oleh daun bendera. perkem bangan malai hampir selesai ditandai dengan pertambahan panjang dan lebar secara maksimal. Malai dengan cepat mening-katkan panjang dan lebar. fase diakhiri dengan munculnya malai dari celah permukaan daun malai yang menutupinya. proses perkembangan selanjutnya akan mengarah pada pertambahan diameter dan juga panjang ruas pada malai (Bidinger and Maiti, 1981).

tahapan 7. tahapan perbungaan

Stigma mulai muncul sekitar 3-5 hari setelah munculnya malai, meskipun ini bervariasi dengan varietas. pada umumnya stigma beberapa sentimeter dari dasar malai. 50% berbunga dicapai pada saat stigma telah memenuhi seperdua dari ukuran malai. Setelah terjadinya penyerbukan stigma mengerut dalam rentan waktu beberapa jam. pertumbuhan anter pertama dimulai dari dekat bagian atas malai menuju dasar malai dengan waktu 2 sampai 3 hari (Bidinger and Maiti, 1981).

tahapan 8. pengsian Bulir oleh Cairan susu

Tahapan ini dimulai 6-7 hari setelah terjadinya pembuahan. pada tahap ini terjadi pengisian bulir oleh cairan susu yang banyak mengandung karbohidrat. proses pengisian bulir ini menandai awal periode pengendapan cairan pati dalam sel endosperm, dan pada periode ini terjadi peningkatan berat kering dari bulir yang ada (Bidinger and Maiti, 1981).

tahap 9. masak Fisiologis

Masak fisiologis ditandai dengan pembentukan lapisan hitam kecil di wilayah hilus dari bulir. pembentukan lapisan ini bertepatan dengan berhentinya pengisian bulir oleh cairan susu. Oleh

(38)

karena itu akan berdampak pada berhentinya pertumbuhan butir. pembentukan lapisan hitam dimulai dari bagian atas malai yang (seperti halnya munculnya stigma) menuju dasar malai. pada tahap ini jewawut telah mencapai berat kering maksimum dan endosperm menjadi keras (Bidinger and Maiti, 1981).

perKemBaNGaN aKar sampai maLai taNamaN

Sistem akar pada tanaman jewawut memiliki tiga komponen utama yaitu: (1) akar primer, yang berasal langsung dari radikula; (2) akar adventif, yang berkembang dari buku pada pangkal batang; dan (3) akar mahkota, yang berasal dari buku yang berada di permukaan tanah. Sistem akar primer dapat dengan mudah diidentifikasi karena poros utama (radikula) lebih tipis dari akar adventif dan menghasilkan sistem akar lateral ekstensif. Akar lateral berkembang dalam waktu 3-4 hari setelah radikula muncul dari benih dan terlihat seperti cabang-cabang sepanjang sumbu akar primer. Sistem akar ini umumnya tetap aktif hingga 45-60 hari setelah perkecambahan dan setelah itu akan meluruh. Akar adventif mulai tumbuh 6-7 hari setelah buku pada tanaman nampak jelas. Akar adventif dapat dibedakan dari akar mahkota berdasarkan diameter diamana akar adventif umumnya lebih besar dan titik inisiasinya pada pangkal batang. Selain itu perbedaan keduanya bervariasi dalam jumlah akan tetapi dalam fungsi mereka sama yaitu memasok unsur hara dan mineral dari dalam tanah. Akar mahkota berkembang dari kelenjar bawah batang yang dekat dengan permukaan tanah dan muncul sekitar 30 hari setelah proses perkecambahan. fungsi utama dari akar mahkota adalah sebagai penunjang batang selain dari pasokan nutrisi dan mineral bagi tanaman (Bidinger and Maiti, 1981).

perkembangan Daun

(39)

perkecam-culan dan jumlah daun bervariasi untuk setiap varietas. Laju perkembangan dan total luas daun per tanaman merupakan produk dari laju ekspansi daun ukuran, dan umur dari tanaman tersebut. Laju perkembangan daun sangat lambat di awal perkecmbahan dan baru aktif perkembangannya setelah fase perkecambahan selesai yaitu sekitar 15-20 hari setelah perkecambahan. Ukuran daun meningkat berdampak pada peningkatan jumlah anakan. Ukuran daun maksimum dicapai setelah 50% tanaman berbunga. Selain itu dalam masa ini anakan tanaman juga mengalami perkembangan ukuran daun yang hampir pada tahapan maksimal. Kontribusi dari anakan dengan luas daun keseluruhan bervariasi antara varietas, tergantung pada jumlah anakan. pada fase berbunga perkembangan daun sangat stabil dan ditandai beberapa daun mulai menua. pada saat masak fisiologis pada umumnya hanya tiga sampai empat daun yang berwarna hijau utuh (Bidinger and Maiti, 1981).

perkembangan Batang

pemanjangan ruas batang dimulai setelah inisiasi malai, dimulai pada ruas basal yang pendek dan kemudian diikuti oleh ruas batang yang lain. pola perkembangan batang mengikuti pola tumbuh sigmoid dengan tingkat maksimum pemanjangan terjadi di sekitar pangkal daun bendera. pada beberapa varietas masih terjadi peningkatan panjang batang pada saat memasuki fase berbunga untuk menunjang proses-proses reproduktif selanjutnya (Bidinger and Maiti, 1981).

inisiasi malai

proses perkembangan malai terdiri dari urutan proses perkem-bangan yang sistematis. perubahan dari fase vegetatif ke fase reproduksi yang merupakan awal terbentuknya malai ditandai dengan terbentuknya penyempitan di dasar apeks. Inisiasi primordia cabang dimulai di dasar malai dalam waktu 1-2 hari setelah inisiasi bunga dan perkembangannya sangat cepat sampai terbentuk

(40)

malai dan akan mencapai mencapai puncak perkembangannya dalam waktu sekitar 3 hari. Setiap primordial cabang dengan cepat membagi menjadi dua cabang dan beberapa primordia bulu. Tahap diferensiasi ini mengikuti pola akropetal mirip dengan diferensiasi cabang primordia. primordia bunga kecil kemudian dibentuk dari primordia spikelet, yang dimulai sekitar 6 hari setelah malai inisiasi dan diikuti dengan perkembangan glume dan pemanjangan malai utama. Inisiasi bagian bunga (lemma, palea, benang sari, dan stigma) dimulai di dasar malai sekitar 8 hari setelah inisiasi bunga dan selesai perkembangan malai maksimal sekitar 10 hari setelah inisiasi bunga tersebut.

perkembangan malai

peningkatan berat kering pada dalam malai tanaman mengikuti pola sigmoid normal. periode awal pertumbuhan bulir dimulai 5-6 hari setelah proses fertilisasi dimana terjadi pembelahan sel besar-besaran di endosperm. perkembangan berikutnya adalah akumulasi berat kering sampai perkembangan lapisan hitam pada endosperm, yang menandakan periode akhir penambahan berat kering pada tiap bulir. Ada beberapa variasi dalam ukuran butir dan waktu untuk masak fisiologis yang terjadi antara butir di lokasi yang berbeda pada malai. Biasanya ukuran dan berat bulir lebih besar pada bagian dasar malai daripada pada bagian ujung malai. Ada juga variasi dalam ukuran butir antara varietas, dari sekitar 3-4 g per 1.000 butir sampai setinggi 10-12 g (Bidinger and Maiti, 1981).

(41)
(42)

ASpEK budidaya tanaman jewawut (millet) meliputi: penyiapan benih, waktu tanam, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama-penyakit, dan penanganan hasil panen. Semua aspek tersebut harus mendapat perhatian untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Siklus proses pertumbuhan tanaman jewawut mulai dari penaburan benih sampai panen dapat diihat pada gambar 7.

peNyiapaN BeNih

Menurut purseglove (1976) biji jewawut mempunyai keunggulan yang sangat menguntungkan yaitu tahan disimpan dalam jangka waktu lama, bahkan bisa tahan lebih dari 10 tahun tanpa kemunduran fisik atau tanpa adanya serangan kutu biji. Tanaman jewawut dapat diperbanyak dengan biji, dengan cara menabur atau dimasukkan kedalam lubang. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, penanaman jewawut dapat dilakukan dengan

BAB 4

(43)

menggunakan bibit. penyemaian benih dilakukan selama 15 – 20 hari sebelum waktu tanam yang dikehendaki. Cara pembuatan penyemaian hampir sama dengan penyemaian padi, bedanya untuk jewawut tidak digenangi air. Untuk mempermudah pencabutan bibit, tanah penyemaian harus gembur.

Jewawut yang diproduksi untuk pakan ternak hijauan (forage) atau sebagai pakan yang dikeringkan ditanam dengan jarak tanam yang rapat, dengan kebutuhan benih sekitar 40-50 kg per ha. Jewawut untuk biomass sebaiknya dipanen pada saat muncul malai sebelum terjadi pembungaan. Sedangkan untuk bahan pangan yang dipanen bijinya, kebutuhan benih sekitar 20-30 kg per ha.

(44)

waKtu taNam

Tanaman jewawut di Indonesia dapat ditanam sepanjang tahun, atau tiga kali musim tanam dalam setahun. Jewawut dapat ditanam baik pada musim hujan maupun kemarau asalkan tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Sebagai tanaman tumpangsari di lahan kering, jewawut dapat ditanam pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan sebagai pertanaman monokultur setelah panen palawija. Jika ditanam pada musim kemarau, jewawut dapat ditanam setelah panen padi kedua atau setelah pertanaman palawija di sawah. penanaman pada musim kemarau umumnya memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan penanaman pada musim hujan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh hama burung, selain proses pengisian biji kurang sempurna karena ketersediaan air terbatas.

(45)

peNyiapaN LahaN

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya atau gulma tanaman perdu yang dapat mengganggu pengolahan tanah. pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi dan mengendalikan pertumbuhan gulma.

pada lahan yang tingkat ketersediaan airnya cukup atau beririgasi, pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna, yaitu dibajak dua kali dan digaru satu kali. Setelah tanah diratakan, dibuat beberapa saluran drainase baik di tengah maupun di pinggir lahan. pada lahan yang hanya mengandalkan residu air tanah, pengo lahan tanah ringan pada permukaan tanah sekaligus untuk menyiangi gulma. pengolahan tanah ringan sangat efektif untuk menghambat penguapan air tanah sampai masa panen.

peNaNamaN

penanaman benih dilakukan dengan jarak tanam antara 20-30 cm x 70 cm, atau disesuaikan dengan mempertimbangkan varietas yang digunakan, ketersediaan air dan tingkat kesuburan lahan. pada lahan yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah sebaiknya di gunakan jarak tanam yang lebih lebar atau populasi tanam dikurangi dari populasi baku.

Tanah yang telah diolah dengan traktor atau cangkul selanjut-nya dibuat menjadi bedengan-bedengan dan tergulud secara teratur sehingga aerasi tanh baik dan potensi genangan dapat diminimalkan. Tinggi tumpukan tanah sekitar 25–30 cm dengan lebar dasar sekitar 30–40 cm (Chairani, 2010).

penanaman dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya menanam jagung. pembuatan lubang tanam dilakukan dengan alat tugal kayu dengan mengikuti arah ajir yang telah dipasang sesuai jarak tanam yang akan digunakan. Kedalaman lubang tanam sebaiknya tidak lebih dari 5 cm. Setiap lubang tanam diisi sekitar 3-4 benih, kemudian ditutup dengan tanah ringan atau pupuk

(46)

organik. penutupan lubang tanam dengan bongkahan tanah atau secara padat dan berat menyebabkan benih sulit berkecambah dan menembus permukaan tanah. penutupan lubang tanam dengan pupuk organik atau abu atau tanah ringan akan memudahkan benih tumbuh, dan sekitar 5 hari setelah tanam biasanya benih sudah tumbuh. pada umur 2-3 minggu setelah tanam dapat dilakukan penjarangan tanaman dengan meninggalkan 2 tanaman/rumpun.

Di Meksiko, jewawut ditanam dalam barisan (row) yang rapat untuk dapat menekan gulma dengan jarak sekitar 4 cm dalam barisan, dan ditanam bersama tanaman legum. Di Nigeria 90% areal penanaman jewawut ditanam bersama kacang tanah, kacang kapri dan sorghum. Demikian juga di India, jewawut ditanam di lahan tadah hujan bersama sorghum, kacang tanah dan kacang kapri (Rachie dan Majnindar, 1980 dalam Norman dkk., 1995).

pertumbuhan jewawut yang optimal membutuhkan iklim panas selama masa pertumbuhannya. pemasakan biji semakin cepat pada bulan panas. Tanaman ini umumnya produktif bila curah hujan bulanan merata sepanjang pertumbuhannya, bahkan lebih produktif lagi di daerah iklim semi arid. Jewawut yang tumbuh di Cina memiliki kemampuan bertahan terhadap angin yang temporer ataupun yang permanen. Hal ini disebabkanjewawut mempunyai sistem perakaran yang dalam. Adanya fase kering akanmempercepat fase pematangan dan umur panen. Beberapa varietas jewawut untuk pakan ternak yang dikeringkan (hay) bisa dipanen pada umur 60-70 hari. Jenis tanaman jewawut yang sudah banyak dibudidayakan umumnya memiliki tinggi tanaman sekitar 100 – 150 cm. Umur panen jewawut berkisar 75-80 hari atau lebih.

peNGeLoLaaN hara

Jewawut dapat tumbuh pada agroekologis yang marginal dimana pertumbuhan tanaman serealia lainya kurang memuaskan, yaitu kondisi iklim kering, tanah tidak subur dan irigasi terbatas.

(47)

dapat tumbuh dengan baik dibandingkan tanaman pangan lainnya, namun hasilnya akan lebih optimal jika tumbuh pada kondisi air dan hara yang optimal.

Tanaman jewawut dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai pH antara 4 – 8. pada kondisi pH tanah <5,5 umumnya ketersedian Al dan Mn menjadi masalah karena bersifat racun, sedangkan keter-sedian p dan Mg mengalami defisiensi. Ketersediaan hara mikro menjadi pembatas jika pH tanah >7,5. Disebut sebagai hara mikro karena jumlah hara yang dibutuhkan tanaman sedikit dibandingkan hara makro. Akan tetapi pada kondisi tanah yang kekurangan hara mikro akan menyebabkan menurunnya produksi biji. Hara yang tergolong dalam hara makro adalah nitrogen, fosfor, dan kalium. Sedangkan hara mikro adalah besi, seng, magnesium, boron, tembaga, molibdenum, khlor, dan timah.

taKaraN pupuK

Tanaman jewawut adalah tanaman yang dapat hidup pada input minim, seperti pupuk, namun untuk memberikan hasil maksimal pemupukannya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk NpK (15:15:15) dengan dosis 90 kg / ha (0,45 g/ tanaman). Namun demikian, Olsen dan Santes (1976) dalam Norman dkk., (1995) melaporkan bahwa jewawut kultivar unggul mampu menghasilkan 3,1 ton per ha dengan pemupukan 132 kg N; 28 kg p; 65 kg K dan 56 kg Ca masing-masing per ha. Jewawut juga dilaporkan memerlukan K lebih banyak daripada N dan p. Mahta dan Shah (1998) dalam Norman dkk. (1995) menganjurkan dosis 121 kg K; 63 kg N; 28 kg p; 21 kg Ca dan 10 kg Mg, masing-masing per ha.

pemeLiharaaN

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman jewawut agar dapat tumbuh optimal, antara lain:

1. Pemberian air, adalah menambah air jika tanaman kekurangan air, dan apabila air cukup maka penambahan air tidak perlu

(48)

dilakukan. Sebaliknya, jika kelebihan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran drainase. Jewawut terma suk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak, tanaman ini tahan terhadap kekeringan, namun pada periode tertentu tanaman memerlukan air yang cukup yaitu pada saat tanaman berdaun empat (pertumbuhan awal) dan saat periode pengisian biji sampai biji mulai mengeras.

2. Penyiangan gulma, kompetisi tanaman jewawut dengan gulma

dapat menurunkan hasil dan kualitas biji karena tercampur biji rumput, terutama pertanaman awal musim hujan. Untuk pertanaman musim kemarau kemungkinan pengaruh kompe-tisi gulma terhadap hasil kecil, namun terjadi penurunan efisiensi dan hasil biji yang diperoleh. Oleh karena itu untuk mengen dalikan pertumbuhan guma yang cepat pada saat pertum buhan awal jewawut, biasa digunakan herbisida 2,4-D atau herbisida pra tumbuh. Namun pada umumnya penyiangan gulma dilaksanakan bersamaan dengan saat penjarangan atau

(49)

tergantung keadaan pertumbuhan gulma di sekitar pertanaman jewawut. penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan meng gu nakan sabit atau cangkul. penyiangan biasanya dila-kukan dua kali selama pertumbuhan tanaman, dan untuk penyiangan yang ke dua saatnya tergantung keadaan gulma di lapangan.

3. Pembumbunan, dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2

(3-4 minggu setelah tanam) atau sebelumnya. pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman, kemudian menimbunkan tanah pada pangkal batang dengan tujuan untuk merangsang tumbuhnya akar dari ruas-ruas batang dan memperkokoh kedudukan tanaman agar tanaman tidak mudah rebah.

4. Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan jika tanaman menun-jukkan adanya gejala serangan hama atau penyebab penyakit. Cara dan waktu pengendalian yang dilakukan tergan tung dari jenis hama atau penyebab penyakit yang ditim bulkannya.

(50)

JEWAWUT bersifat toleran terhadap beberapa jenis herbisida. Hanya beberapa jenis serangga dan penyakit saja yang menyerang tanaman jewawut. Hama yang paling banyak menyerang jewawut adalah burung, yang sangat menyukai biji jewawut, bahkan sejak di pertanaman. Beberapa di antara penyakit tanaman yang menyerang jewawut adalah bercak daun oleh jamur Helminthosporium sp., dan penyakit hawar daun oleh bakteri Pseudomonas sp, serta penyakit gosong (smuts) oleh jamur Ustilago crameri (Johnson andCroissant, 2002). Walaupun demikian penyakit-penyakit tersebut tidak pernah terjadi secara epidemik.

Berikut ini diuraikan beberapa jenis hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman serealia, termasuk tanaman jewawut (Millet):

BAB 5

(51)

hama taNamaN

hama lalat bibit (atherigona sp.)

Lalat bibit termasuk genus Atherigona yang banyak menyerang tanaman jewawut di seluruh dunia. Serangan lalat bibit dapat menurunkan hasil antara 12-46% serta menurunkan hasil biomas sampai 57% (prasad et al, 2015). Aktifitas serangan lalat bibit sangat

tinggi pada kondisi panas (suhu di atas 35oC) yang ekstrim serta

hujan yang turun terus menerus. Kerusakan terbesar terjadi antara 1-4 minggu setelah tanaman berkecambah. Siklus hidup lalat bibit berkisar antara 17-21 hari.

pengendalian hama lalat buah dapat dilakukan secara alami atau dengan menggunakan insktisida berbahan aktif Cypermethrin EC (750 rnyha) atau Quinalphos 25 EC (400 g/ha bahan aktif). Selain itu dapat juga digunakan Carbofuran butiran 3g ( dosis 5 kg / ha) dan diberikan ke tanaman.

penggerek Batang Jewawut (Coniesta ignefusalis)

Hama penggerek batang jewawut (Coniesta ignefusalis) meru-pakan salah salah satu hama utama yang menyerang tanaman jewawut di Asia dan Afrika. Hama ini mempunyai pupa dengan pan-jang sampai 15 mm, berwarna kekuningan sampai coklat keme-rahan. Terdapat paku seperti duri pada ruas perut dan biasa nya ditemukan di dalam batang. Ngengat dewasa memiliki rentang sayap sekitar 8 sampai 15 mm, sayap depan berwarna cokelat keemasan dan sayap belakang putih halus

Larva menyerang titik tumbuh dan daun millet, dan mengebor ke dalam batang menyebabkan kematian tanaman. pada tanaman yang lebih besar, gejala terlihat antara dua hingga tiga minggu setelah batang terinfestasi. gunakan perangkap umpan feromon untuk memantau penggerek batang dewasa serta lakukan tindakan pengendalian segera setelah penggerek batang terdeteksi di lapangan. Semprotkan produk nimba sejak awal musim sebelum

(52)

larva masuk ke dalam batang tanaman. penyemprotan insektisida juga dapat dilakukan untuk menghentikan serangan penggerek batang.

hama semut, tikus, Burung

Hama lain yang juga sering dijumpai dalam budidaya tanaman jewawut adalah hama semut, tikus dan burung. Semut umumnya memakan benih yang baru ditanam. Kawanan semut menggali lubang untuk mendapatkan biji yang belum tumbuh. Biji diambil sedikit-demi sedikit dan diangkut sampai habis. Burung, ayam dan tikus mengais biji dari lubang tugal. Menjelang panen atau fase masak fisiologis tanaman hama burung umumnya menyerang tanaman. Burung umumnya terbang secara berkelompok.

Untuk antisipasi kerusakan akibat serangan hama tersebut maka dianjurkan biji yang belum ditanam dapat diberi perlakuan insektisida anti semut furadan maupun Sevin. Aplikasi furadan 3 g juga dapat dilakukan dengan menaruh butiran furadan pada lubang tugal bersama biji jewawut sebelum ditutup tanah atau abu, 2) Aplikasi Sevin juga dilakukan dengan penyemprotan suspensi Sevin pada biji pada lubang tanam sebelum ditutup, 3) Untuk mengendalikan tikus dan burung dapat dilakukan dengan menyebarkan umpan biji jagung yang telah dicampur dengan racun tikus (zink phosphit), pada saat benih baru ditanam.

pencegahan serangan hama burung menjelang panen umum nya dilakukan dengan memasang paranet atau jala di atas tanaman. Sebagian petani di wilayah ketinggian di Enrekang Sulsel menggunakan tiang pipa irigasi sprinker sebagai pengikat jala sekaligus menjadi pengusir burung. Untuk menghindari kerugian akibat serangan burung, dianjurkan untuk melakukan tanam secara serempak.

(53)

hama Kumbang Bubuk (sitophilus sp)

Hama kumbang bubuk menyerang komoditas pangan utama seperti padi, jagung, sorgum dan jewawut. Sebaran hama ini di seluruh dunia. gejala serangan diantaranya biji berlubang dan ber campur kotoran serangga serta populasi berkembang dengan cepat. Kumbang bubuk menyerang mulai dari lapangan sampai digudang penyimpanan biji.

Serangga betina mampu bertelur 300-500 butir. periode telur 3-7 hari. Serangga dewasa tanpa diberi makan dapat bertahan hidup 36 hari, dan bila diberi makan dapat hidup antara 3-5 bulan. Komponen pengendalian terpadu meliputi : 1) Varietas tahan, 2) pengeringan biji kadar air 10%, 3) Sanitasi tempat penyimpanan biji, 4) pengasapan, 5) Bahan nabati untuk di campur biji sebelum disimpan : serbuk daun putri malu, daun mendi, daun nimba, akar tuba, biji mahoni dan rimpong dringo, dengan takaran 20-110 gram/ kg biji

peNyaKit taNamaN penyakit Karat

penyakit karat umumnya ditemukan pada finger millet meski-pun potensi kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil. gejala karat muncul dalam bentuk kecil, coklat tua, pustula rusak yang tersusun linier pada permukaan atas daun bagian atas. Karat lebih parah pada 1/3 bagian atas daun atas dibandingkan dengan daun bagian bawah dan tengah. Spora berukuran 24µm x 26,25µm, dengan 3-4 pori. Uredospora menginfeksi inang dan menghasilkan uredia dalam waktu sekitar sepuluh hari, sehingga memastikan beberapa siklus tahap uredi selama musim panen. Karat dapat menginfeksi daun, batang dan batang daun. pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan mancozeb dengan dosis 2,5 g/liter air, segera setelah gejala awal muncul untuk mengurangi keparahan penyakit ini.

(54)

penyakit Bercak dan hawar Daun

penyakit lain yang juga menyerang pertanaman jewawut adalah penyakit bercak dan hawar daun. penyakit ini juga dilaporkan menyerang tanaman serealia lainnya khususnya jagung. penyebab penyakit ini adalah Helminthoporium maydis Nisik. (Syn. Bipolaris

maydis (Nisik) Shoemaker, Drechslera maydis (Nisik) Subram dan Jain) Stadia perfectnya Cochliobolus heterostrophus (Drechs) Drechs, serta Helminthosporium turcicum pass. (Syn. Exserohilum turcicum (pass) Leonard dan Suggs. Bipolaris turcica (pass) Shoemaker; Drechslera turcica (pass) Subram dan Jain) Stadia perfectnya Trichometasphaeria turcica Luttrell (Syn. Setospharia

turcica (Luttrell) Leonard dan Suggs) Spora (konidia) memanjang, sedikit membengkok, bersekat tiga sampai delapan. Tangkai konidia bersekat dua sampai empat. Komponen pengendalian meliputi menanam galur/varietas tahan, sanitasi sisa pertanaman serta penggunaan aplikasi fungisida.

penyakit Biji

penyakit biji menyerang tanaman jewawut dengan frekuensi rendah sampai sedang. gejala serangan meliputi biji yang membu-suk dan berwarna hitam, coklat hijau, kuning, putih,  abu-abu, dll. penyebab penyakit ini adalah cendawan Aspergillus spp., Fusarium spp., Diplodia spp., Helminthosporium, Bothryos-phaeria sp.,

Cladosporium sp., Rhizoctonia sp., Rhizopus sp., Colletotrichum sp. Komponen pengendalian penyakit biji meliputi : 1) penggunaan varietas tahan, 2) panen tepat waktu, 3) pengeringan yang baik, kelembaban rendah, suhu 4-10°C, 4) Aplikasi asam organik : propionic, isobutyric, acetic dan campurannya dengan ammonium isobutyrate, 5) penyimpanan biji yang baik, kadar air dibawah 15%.

(55)
(56)

paNeN

Seperti halnya komoditas serealia lainnya, tanaman jewawut umumnya berumur pendek. Tanaman dapat segera dipanen setelah bulirnya memasuki fase masak fisiologis yang ditandai dengan perubahan warna biji menjadi krem keemas an (foxtail millet) atau ciri lainnya yang menandakan tanaman siap untuk dipanen.

Jewawut dapat dipanen pada usia 75-90 hari setelah masa tanam (Cash et al dalam USDA, tanpa tahun). Jewawut lebih mudah dipanen karena memiliki batang yang pendek dan pipih. pemanenan jewawut dapat dilakukan secara manual dengan sabit atau menggunakan alat panen jewawut. pemanenan dilakukan dengan memotong batang dibawah pangkal malai, dengan jarak 15-25 cm dari pangkal malai.

Sebagian masyarakat melakukan panen Ketika tanaman menjelang masak fisiologis karena memberikan cita rasa yang lebih enak dimakan dibandingkan dengan bulir jewawut yang panennya

BAB 6

(57)

terlalu masak (Curtis et al. 1940). Jewawut dapat menghasilkan bulir hingga 800-900 kg/ha dan brangkasan 2.5 ton/ha (fAO (2011) dan Baltensperger (2012).

Setelah pemanenan jewawut di lapangan, lahan dapat ditanami kembali dengan membersihkan rumput dan gulma dengan menggembalakan hewan ternak untuk merumput disekitar lahan tanam jewawut tersebut untuk membantu merebahkan tangkai jewawut dan menyeragamkan pertumbuhan tanaman jewawut. Tangkai jewawut yang direbahkan atau dipangkas mencapai tinggi 6 hingga 8 inchi (Willson 2014).

pasCapaNeN

Terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pasca panen jewawut yaitu pengeringan, perontokan dan penyimpanan. pengeringan jewawut dilakukan segera setelah proses pemanenan selesai. proses pengeringan akan lebih baik jika brangkasan jewawut dikering anginkan terlebih dahulu hingga bijinya rontok dengan sendirinya. Selain mempermudah dalam proses pemisahan bulir jewawut dari batang, brangkasan yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang lebih baik karena menurunkan kadar air brangkasan. Lama pengeringan tergantung kondisi sinar matahari, dan pengeringan dilakukan selama ± 60 jam untuk menurunkan kadar air biji menjadi 12 %.

Setelah proses pengeringan, dilakukan perontokan biji dengan cara manual atau dengan menggunakan mesin perontok. pada beberapa wilayah di Indonesia, petani umumnya merontok jewawut dengan menggunakan alu dan lesungy. pemukulan dilakukan secara berulang hingga biji terlepas dari malainya dan dilanjutkan dengan penampian untuk memisahkan kotoran, debu serta benda asing yang terikut. Biji yang telah dibersihkan selanjutnya disimpan pada wadah yang bersih dengan kondisi ruang simpan yang mempunyai sirkulasi udara yang baik.

(58)

Di negara Afrika dan India, tanaman jewawut digunakan sebagai sumber pakan burung, jerami, atau sebagai tanaman budidaya darurat. Sementara itu di negara berkembang, jewawut dikonsumsi secara terbatas oleh masyarakat dari golongan ekonomi rendah (Baker 2004). Kandungan nutrisi jewawut setara atau bahkan lebih dari sereal pokok yang lazim dikonsumsi seperti beras dan gandum.

(59)
(60)

KETERSEDIAAN sumber pangan menjadi salah satu masalah utama di dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat akan bahan pangan yang murah dan bernutrisi tinggi, melambungnya harga pangan, serta meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan meningkatnya tingkat produksi pangan. faktor penyebab utama kerawanan pangan di Indonesia adalah ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan beras. pemahaman masyarakat pada umumnya masih mengindentikkan pangan dengan nasi. padahal Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sumber bahan pangan berbasis karbohidrat alternatif (non beras), seperti sorgum, jali (hanjeli), jawawut (milet), ubi ubian dan pangan penghasil karbohidrat lainnya.

Berdasarkan kriteria sumber pangan yang dibuat oleh Departemen pertanian (2007), kriteria sumber bahan pangan yang

BAB 7

PEMANFAATAN JEWAWUT

SEBAGAI PRODUK OLAHAN

(61)

seluruh penduduk, ii) distribusi pangan lancar dan merata, dan iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan, maka jewawut layak untuk dijadikan salah satu bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi. Biji jewawut mengandung karbohidrat lebih rendah dari jagung, beras, sorgum. Kadar lemak jewawut lebih tinggi (5,60 persen) dibandingkan jagung (4,9 persen), beras (2,1 persen), sorgum (4,2 persen). Hal ini sesuai dengan laporan grubben dan partohardjono (1996), bahwa kandungan lemak biji hanjeli paling tinggi yaitu dapat mencapai 7,9 persen.

Salah satu serealia sumber karbohidrat potensial adalah jewawut. Komoditas ini memiliki kandungan nutrisi yang tidak beda jauh dengan serealia lainnya, bahkan memiliki komponen fungsional yang sangat tinggi antara lain mineral fe, Ca dan lemak serta protein lebih tinggi dibanding sorgum, jagung dan beras. Nilai tambah jewawut sebagai pangan fungsional adalah rendah kalori, dimana era sekarang banyak kalangan pegiat makanan rendah kalori, termasuk penderita penyakit degenaratif, kegemukan bagi remaja dan lainya. Komposisi energi dan nutrisi beberapa serealia disajikan pada Tabel 2.

Kandungan protein jewawut relatif tinggi mendekati hanjeli, diikuti sorgum dan jagung, terendah beras, demikian juga lemak tertinggi pada komoditas hanjeli 7,90%, jewawut 5,60%, jagung 4,90%, sorgum 4,20% dan terendah beras hanya 2,10%. Dari data di atas terlihat bahwa jewawut mempunyai kandungan mineral fe jauh lebih tinggi dibanding serealia lainnya. Demikian juga mineral Ca cukup tinggi mendekati hanjeli diikuti sorgum, beras dan jagung. Tepung jewawut dapat menunjang berbagai macam industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar berteknologi tinggi, bahkan diharapkan dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi industri pangan dan bahkan industri farmasi yang memanfaatkan kandungan mineral fe dan Ca.

(62)

tabel 2.

Kandungan energi, nutrisi jewawut dan serealia lain

Komponen hanjeli sorgum Jewawut/ milet Jagung Beras

Energi (kkal) 1506,0 1628,0 1573,0 1690,0 1711,0 Karbohidrat (%) 76,40 82,00 78,90 83,00 87,70 protein (%) 14,10 11,40 12,80 10,50 8,80 Lemak (%) 7,90 4,20 5,60 4,90 2,10 Serat (%) 0,90 2,50 1,70 2,70 0,80 Abu (g) 1,60 1,70 2,70 1,60 1,30 Ca (mg) 54,00 25,00 56,00 16,00 18,00 fe (mg) 0,80 4,30 10,10 3,20 3,20 Vitamin B1 (mg) 0,48 0,37 0,35 0,34 0,39 Vitamin B2 (mg) 0,10 0,20 0,16 0.13 0,08 Niacin (mg) 2,70 4,40 2,00 2,40 5,60

Sumber: Grubben dan Partohardjono, 1996.

Komoditas sereal termasuk sorgum, jagung, jewawut selain sebagai sumber karbohidrat juga memiliki komponen pangan fung sional sehingga dapat mendukung diversifikasi pangan

fungsional. Sekarang ini industri makanan mengarahkan

pengem-bangan produk baru terhadap produk olahan makanan fungsional dan bahan makanan fungsional karena permintaan konsumen terhadap makanan sehat (Suarni dan Subagio 2013). Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa kandungan senyawa antioksidan tanaman jewawut berupa senyawa fenolik. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan jewawut mengandung fenol total sebesar 3.51 mg TAE/g biji dengan potensi aktivitas antioksidannya adalah 5.34 mg vitamin C eq/g biji (Yanuwar 2009).

Jewawut yang digunakan sebagai sumber pangan umumnya yang memiliki warna menarik seperti warna kekuningan dan flavor yang tajam. Masyarakat di polewali Mandar khususnya pambusuang

Gambar

Gambar 1. Struktur biji jewawut (Malaviya, 2019)
Gambar 4. Proso millet. Sumber: www.molihai.com
Gambar 5. Japanese millet
Gambar 6. Finger millet  Sumber: climatesouthasia.com
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu.. Penyiangan

Kacang panjang digunakan sebagai tanaman model pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat menghasilkan banyak biji, mempunyai beberapa sifat

Pembuatan biodiesel dari tanaman jarak pagar ( Jatropha curcas Linneaus ) merupakan sumber energi alternatif pengganti solar.Proses pembuatan mulai dari biji

Tanaman kacang tanah tumbuh baik pada keadaan pH tanah sekitar 6-6,5 (Adisarwanto, 2007). Adapun syarat-syarat benih atau bibit kacang tanah yang baik yaitu ; a) Berasal dari

Pada stadium tanaman menghasilkan yang mempunyai tajuk tanaman yang lebat, cahaya yang dteruskan sampai ke permukaan tanah lebih sedikit, maka vegetasi gulma yang ada

Tanaman kangkung merupakan jenis tanaman hijau yang memiliki akar, batang, daun bunga, buah dan biji.. Kangkung memiliki perakaran tunggang dengan banyak

Kacang panjang digunakan sebagai tanaman model pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat menghasilkan banyak biji, mempunyai beberapa sifat

 Benih berupa biji gambir varietas lokal Pakpak Bharat dipanen dari tanaman yang khusus dibiarkan tumbuh tanpa pemangkasan atau panen daunnya, sedangkan untuk varietas