• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KEGEMARAN MEMBACA MELALUI PROMOSI PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEMBANGKAN KEGEMARAN MEMBACA MELALUI PROMOSI PERPUSTAKAAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN KEGEMARAN MEMBACA MELALUI

PROMOSI PERPUSTAKAAN

Arlinah Imam Rahardjo. MLIS

Staff Ahli Layanan Informasi UK Petra. arlinah@petra.ac.id

PROMOSI PERPUSTAKAAN : PERLUKAH?

Dalam struktur organisasi perpustakaan, jarang dicantumkan unit yang khusus menangani promosi perpustakaan Hal ini seakan menandakan bahwa kegiatan promosi bukan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan perpustakaan Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi yang terlihat dalam struktur organisasi dari lembaga-lembaga bisnis. Sengaja dibentuk suatu divisi atau departemen khusus pemasaran yang perlu melakukan promosi agar lembaga beserta produk dan jasanya dapat dikenal , disukai dan dicari pelanggan. Usaha-usaha promosi dikembangkan untuk menjawab kebutuhan ataupun menciptakan kebutuhan dari pasar. Lalu apakah tak adanya divisi pemasaran di perpustakaan berarti usaha-usaha promosi tak perlu dilakukan oleh perpustakaan untuk memperkenalkan diri serta meraih pengguna?

Perpustakaan dengan masing-masing jenisnya didirikan sebenarnya untuk menjawab kebutuhan masing-masing jenis pengguna secara spesifik. Perpustakaan Umum didirikan sebagai suatu bagian dari proses pemerintahan yang harus memelihara budaya bangsa serta menjawab kebutuhan informasi dari seluruh warga masyarakat untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan Perguruan Tinggi mempunyai peranan dalam menyediakan sumber informasi bagi seluruh sivitas akademika maupun staf administratif dalam melaksanakan “Tri Darma Perguruan Tinggi “ serta segala kegiatan yang dilakukan oleh setiap warga kampus. Demikian pula halnya dengan perpustakaan sekolah yang melayani kebutuhan para guru dan murid sebagai pasar yang sudah ada, terutama dalam mengembangkan minat, kegemaran serta kemampuan membaca dari anak didik sejak usia dini. Demikian pula halnya dengan jenis-jenis perpustakaan yang lain , masing-masing dengan pengguna yang sudah pasti ada.

Peranan serta kebutuhan akan perpustakaan telah banyak dibicarakan dan disadari oleh masyarakat. Era informasi serta globalisasi juga menandai semakin pentingnya informasi serta kegiatan membaca dari masyarakat untuk mampu mengikuti perkembangan serta bersaing secara global. Kenyataan berbicara lain. Sepinya pengunjung serta peminjaman buku di perpustakaan masih banyak disoroti. Banyak faktor ikut mempengaruhi sepinya perpustakaan . “ Kondisi “kurang laku” atau “kurang populer”nya perpustakaan ini antara lain dapat diperngaruhi oleh kondisi masyarakat yang masih memiliki budaya “gemar membaca” yang rendah di satu pihak, ketersediaan sumber informasi yang memadai, kekurang-mampuan perpustakaan dalam mengelola perpustakaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, ataupun

(2)

keterlanjuran masyarakat yang telah memiliki pandangan negatif akan ketidak mampuan Perpustakaan dalam menyanjikan informasi sesuai dengan kebutuhan .

Apakah keadaan tersebut harus dibiarkan dan diterima dengan begitu saja? Apakah masyarakat harus dibiarkan tetap bodoh dan kalah bersaing dengan masyarakat negara lain yang lebih menguasai informasi? Sebagai suatu lembaga pelayanan masyarakat, perpustakaan tidak saja bertanggung jawab pada masyarakat yang telah tahu kebutuhannya akan informasi, tetapi juga terhadap masyarakat yang tidak/belum tahu kebutuhannya akan informasi. Perpustakaan mau tak mau merupakan salah satu unsur yang harus ikut bertanggung jawab dalam menarik “pasar” tersebut untuk datang ke perpustakaan, menjadi pelanggan , memanfaatkan produk-produknya secara maksimal dan mengembangkan budaya gemar membaca.

Sebagus dan selengkap apapun koleksi suatu perpustakaan, secanggih apapun sistem perpustakaan, akan tetap sepi pengunjung apabila pustakawan tetap hanya menunggu secara pasif datangnya pelanggan ke perpustakaan. Tak peduli jenis informasi apa yang disediakan dan ditawarkan, atau jenis perpustakaan apa yang dikelola , pemanfaatan dapat ditingkatkan dengan mempromosikan keberadaannya, walau tentunya dengan bentuk program dan metode yang berbeda-beda, tergantung pada jenis perpustakaan, jenis layanan perpustakaan ataupun sektor pengguna yang dilayani.

Program gemar membaca adalah salah satu bentuk promosi perpustakaan yang perlu dilakukan oleh perpustakaan bersama-sama dengan seluruh unsur masyarakat agar timbul kebiasaan dan kegemaran membaca dan memperoleh informasi.

PENGERTIAN PROMOSI

Promosi sering dianggap mempunyai pengertian yang sama dengan pemasaran atau publisitas, padahal sebenarnya masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda.

Pemasaran merupakan suatu strategi perencanaan yang dimulai dari identifikasi kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan penjualan yang berhasil dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Tujuan akhir dari strategi perencanaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Promosi adalah salah satu mekanisme komunikasi persuasif dalam pemasaran agar barang atau jasa yang ditawarkan dapat terjual. Promosi ini merupakan forum pertukaran informasi antara organisasi dan konsumen berkaitan dengan jasa/produk yang telah tersedia. Tujuan dari promosi adalah mendorong timbulnya kesadaran akan keberadaan produk/jasa bahkan sampai pada tindakan membeli atau memanfaatkannya. Sedangkan publisitas adalah salah satu perkakas dari promosi untuk menarik perhatian konsumen.

(3)

BENTUK-BENTUK PROMOSI PERPUSTAKAAN

1. PUBLISITAS

Publisitas adalah salah satu alat promosi yang ampuh dan murah untuk memperkenalkan keberadaan perpustakaan termasuk jasa/produk yang ditawarkan melalui berita di media penerbitan seperti surat kabar, majalah, majalah dinding, publikasi sekolah maupun melalui radio, televisi, internet ataupun panggung. Tak perduli jenis perpustakaan apapun, penggunaan bentuk publisitas untuk promosi perpustakaan dapat menjangkau masyarakat pendengar/pembaca/pemirsa yang cukup luas karena banyak dibaca , didengar dan ditonton orang.

Publisitas dapat dilakukan dalam pelbagai bentuk seperti : “press release” dalam rangka pembukaan ataupun penutupan acara pameran, lomba, kursus dsb, yang diselenggarakan perpustakaan, ulasan/tanggapan suatu masalah dengan mengaitkan pada salah satu jasa layanan perpustakaan, artikel ilmiah, perkenalan produk/jasa baru, wawancara, diskusi /bedah buku hingga ceritera dan program-program khusus seperti drama dan film ceritera maupun acara “story telling” dsb. Peranan Humas sangat diperlukan sebagai jembatan untuk mendekatkan perpustakaan dengan media massa.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan publisitas adalah : menjalin hubungan baik dengan media massa, penentuan sasaran dan jangka waktu publisitas secara tepat, menentukan ide serta media yang sesuai, disampaikan dalam bentuk yang singkat, sederhana dan menarik sesuai dengan materi yang ingin dipublikasikan.

2. IKLAN

Berbeda dengan publisitas yang biasanya cuma-cuma, iklan memerlukan biaya untuk pembuatannya. Publisitas kurang dapat dikendalikan oleh perpustakaan, karena adanya penyuntingan dan ketergantungan pada media dalam pemuatannya. Iklan dapat direncanakan dan dikendalikan dalam hal-hal yang ingin disampaikan, bagaimana dan kapan disampaikan dsb.

Iklan dapat disampaikan dalam bentuk media cetak seperti surat edaran, brosur, buletin poster, spanduk ataupun papan pengumuman. Iklan yang dimuat dalam media massa baik dalam bentuk cetak maupun elektronik seperti surat kabar, majalah, radio dan televisi, atau multi media seperti CD-ROM, internet dsb juga merupakan media yang ampuh jika dilakukan sesuai dengan pesan yang diinginkan. Iklan dapat pula berupa suvenir seperti buku tulis, alat tulis, kalender, pembatas buku, tempat minum, tas dsb. atau publikasi khusus perpustakaan berupa berita maupun artikel, yang dapat dibagikan secara cuma-cuma, hadiah ataupun dijual. Dapat pula iklan disampaikan dalam bentuk pameran di dalam maupun di luar perpustakaan, secara rutin maupun peristiwa khusus.

(4)

Langkah-langkah yang perlu dilalui adalah: memilih dan menentukan media yang tepat untuk iklan yang kita kehendaki, memilih dan menentukan tema, menentukan struktur pesan, menentukan kerangka isi, kapan serta dimana disebarkan.

3. KONTAK PERORANGAN

Promosi dengan menggunakan cara kontak pribadi, merupakan bentuk yang paling ampuh diantara bentuk-bentuk promosi yang lain karena dapat meningkatkan hubungan antara staf perpustakaan dan konsumen. kebutuhan, kebiasaan, minat serta pribadi pengguna dapat lebih diketahui, lebih jelas, sehingga layanan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Pengertian, dukungan, masukan serta kerjasama dapat diharapkan dalam

Mengembangkan layanan perpustakaan.

Kontak pribadi dapat dilakukan melalui ceramah, peragaan atau demo, diskusi, wawancara, forum terbuka , ataupun layanan yang ramah dari masing-masing staf perpustakaan . Kontak-kontak informal, seperti rapat dengan unit lain, keterlibatan dalam organisasi profesi, atau merangkap jabatan lain, dsb, dapat pula menjadi ajang promosi dalam bentuk kontak pribadi. Melalui kontak pribadi ini, dapat dikumpulkan profil pengguna yang dapat dijadikan salah satu pegangan dalam mengetahui kebutuhan pengguna.

4. INSENTIF

Insentif adalah suatu pemberian yang bernilai, baik berupa uang , barang ataupun sikap yang dimaksudkan untuk mendorong perubahan sikap konsumen. Insentif ini ditujukan baik bagi yang kurang bermotivasi atau justru diberikan pada yang sudah menggunakan perpustakaan untuk dapat memancing motivasi dari yang kurang termotivasi maupun untuk lebih meningkatkan motivasi bagi yang bersangkutan.

Termasuk dalam kategori insentif ini adalah pemberian penghargaan /hadiah pada peminjam terbanyak, wawancara khusus bagi pengguna aktif , publikasi karya pengguna dalam media, memberikan kemudahan dalam perolehan layanan, misalnya memberikan jasa penelusuran gratis untuk peminta jasa selama bulan-bulan tertentu dsb.

Hal yang perlu dipikirkan adalah: menentukan siapa yang akan diberi insentif, tujuan , bentuk, besar insentif serta waktu pemberian insentif.

5. SUASANA DAN LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN

Dimana perpustakaan berada, bagaimana perpustakaan diatur serta jam berapa perpustakaan dibuka merupakan hal yang dapat mempromosikan perpustakaan atau malah menjauhkan pengguna dari perpustakaan.

(5)

Walaupun secanggih dan selengkap apapun layanan dan koleksi perpustakaan, kalau perpustakaan ditempatkan jauh di batas kota, di pojok bangunan, di daerah yang kurang aman serta dilengkapi dengan penataan ruangan yang gelap, pengap, kotor dan semrawut, pasti perpustakaan akan segan dikunjungi.

Termasuk dalam promosi bentuk ini adalah, penentuan jam buka, pemilihan tempat yang strategis serta dalam lingkungan aman, bentuk bangunan yang tidak terkesan kotor dan jelek, penataan ruangan yang sesuai dengan perlaku pengguna, fungsi serta keindahan, disamping tentunya rambu-rambu yang jelas dalam menunjukkan lokasi koleksi dan layanan.

6. PROGRAM KHUSUS PERPUSTAKAAN

Selain bentuk-bentuk promosi yang dilakukan diatas, perpustakaan dapat merencanakan program-program khusus yang dapat dilakukan sebagai program berkesinambungan ataupun program dengan tema khusus atau dalam pelaksanaan proyek-proyek khusus. Walaupun Program-program ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan kombinasi dari bentuk-bentuk program komunikasi diatas secara terintegrasi, program ini sendiri juga merupakan suatu bentuk promosi.

Beberapa bentuk program khusus seperti pembentukan klub/organisasi “Sahabat Perpustakaan”, Program Magang perpustakaan, program gemar membaca, Lomba, Bimbingan Pemakai dan sebagainya merupakan contoh-contoh program khusus yang dilakukan baik untuk meningkatkan citra perpustakaan serta meraih pelanggan.

PROGRAM GEMAR MEMBACA SEBAGAI SALAH BENTUK

PROMOSI

Program gemar membaca bukan hanya menjadi tanggung jawab dan kewajiban perpustakaan tetapi seluruh unsur masyarakat, baik langsung seperti pemerintah , sekolah , perpustakaan ataupun lembaga tidak langsung seperti penerbit, toko buku, media massa, orang tua bahkan lembaga sosial dan lembaga profit sekalipun. Agar terbentuk masyarakat yang gemar membaca, masing-masing unsur masyarakat diatas perlu sadar dan melaksanakan program-program yang mengembangkan minat dan kegemaran membaca sesuai dengan kemampuan dan peranannya. Kerjasama dan usaha bersama secara berkesinambungan akan sangat menunjang dalam terciptanya masyakat yang gemar membaca.

Seperti dikatakan diatas program gemar membaca dapat dilaksanakan berbeda-beda antara satu instansi dengan instansi yang lain, tetapi pada umumnya dilakukan dengan 4 tujuan yaitu:

1. Mendorong timbulnya rasa suka pada kegiatan membaca

(6)

Rasa suka ini akan timbul melalui pengalaman yang panjang dan manis serta adanya keterlibatan secara terus menerus. Pengalaman dapat diperoleh melalui banyaknya

kesempatan-kesempatan melihat keberadaan buku di rumah, perpustakaan, toko buku, kelas dsb, menerima buku sebagai hadiah, ataupun kegiatan-kegiatan membaca, dibacakan atau membicarakan. Rasa suka dapat menular dari orang tua, guru , teman ataupun pustakawan yang suka membaca.

2. Mengajarkan kemampuan untuk mengintepretasikan bahan bacaan

Luasnya kesempatan membaca dapat menimbulkan minat baca, tetapi kemampuan untuk dapat mengerti apa yang dibacakan merupakan sesuatu yang diperlukan agar dapat memperoleh manfaat dari kegiatan membaca tersebut. Penyediaan kesempatan-kesempatan dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran melalui peragaan adegan-adegan dalam bacaan, pemberian pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bahan bacaan serta tulisan, menceritakan kembali dsb, akan tergali keterkaitan antara arti tiap bacaan dengan latar belakang pengalaman individu yang pada akhirnya menuntun kearah kemampuan untuk menginterpretasikan bahan bacaan.

3. Mengembangkan pengertian akan jenis-jenis bahan bacaan

Melalui diskusi, ceramah, seminar dsb, dapat digali pengenalan mengenai jenis-jenis bahan Pustaka baik dalam bentuk cetak maupun elektronis, gaya penulisan, pengarang, editor dsb. Pengenalan tersebut akan dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya sumber informasi serta berkembangnya minat.

4. Mengembangkan apresiasi terhadap karya tulis

Dengan memberikan kesempatan-kesempatan diskusi ataupun aktivitas kreatif seperti drama, membaca, menggambar cerita dsb, dapat ditingkatkan apresiasi secara bertahap sbb:

q menikmati secara tak sadar

( pembaca hanya diharapkan untuk menikmati jalan ceritera)

q apresiasi yang disadari

(pembaca mulai bertanya “mengapa” serta arti lebih dalam)

q kepuasan yang di sadari

(pembaca mulai mengkaitkan antara bacaan dengan perasaan, pengetahuan yang telah dimiliki maupun pengalaman hidupnya)

JENIS-JENIS PROGRAM GEMAR MEMBACA

I. Menciptakan suasana

(7)

• dalam lingkungan sekolah

1. komitmen guru dan pustakawan

Kecintaan dan antusiasme yang ditunjukkan oleh seluruh unsur di sekolah terutama. Guru dan pustakawan akan menjadi inspirasi bagi murid untuk menjadi pembaca. Sikap ini dapat ditimbulkan melalui keteladanan baik dalam kesukaan akan membaca, maupun sikap sepenuh hati dalam membicarakan, membantu dan mengajar murid untuk dapat membaca dan mengerti apa yang dibacanya.

2. program sekolah secara menyeluruh

Murid akan melihat bahwa buku dan kegiatan membaca penting jika sekolah mempunyai program-program khusus untuk hal tersebut , antara lain penyelenggaran:

q perpustakaan/taman bacaan

q museum sekolah

q surat kabar/majalah/kliping sekolah

q klub pecinta buku

q toko buku/koperasi sekolah

q ceramah/bimbingan membaca secara rutin dsb.

3. kunjungan pengarang/ilustrator

q diskusi

q bedah buku

q pelajaran teknik menulis dsb • dalam lingkungan perpustakaan

1. koleksi

penyediaan koleksi yang memadai dalam jumlah, jenis koleksi, kualitas serta sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan, tertata rapi, terawat dengan baik serta

mudah ditemukan.

2. pustakawan

selain memiliki komitmen untuk memberikan teladan, serta kesediaan untuk mengembangkan kemampuan maupun kegemaran membaca , pustakawan perlu memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan:

q dunia perbukuan dan perkembangannya

q prosedur perpustakaan dan teknik penelusuran

(8)

q metode pengajaran

q kurikulum

q bidang ilmu yang dicakupi dsb

3. sarana dan program perpustakaan

q jam buka sesuai dengan kebutuhan

q perlengkapan dan perabotan yang menunjang dan menarik

q keterkaitan antara kegiatan di kelas dan di perpustakaan

q suasana dan penataan ruangan

q promosi perpustakaan dsb.

II. Membaca dan berbagi pengalaman

Program gemar membaca dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan membaca melalui pelbagai cara antara lain:

1. membaca dengan diam 2. membaca bergiliran 3. membaca untuk anak 4. memperkenalkan buku

5. mengadakan acara jam berceritera 6. mengadakan diskusi buku

(cerita, pengarang, ilustrator, karakter , pengalaman serupa dsb.)

III. Melakukan aktivitas

Kegemaran membaca dapat dimotivasi melalui kegiatan lain yang dikaitkan dengan kegiatan membaca antara lain:

1. proyek bacaan ( menulis judul buku, karakter, penulis /ilustrator dsb) daftar dalam bentuk menara buku, kebun buku , mobile , bendera dsb 2. melakukan kegiatan membaca secara kreatif dengan cara:

menggambar, menjahit, membuat pembatas buku, boneka, topeng, kolase, bendera, film, jaket buku, kartu ucapan, penahan buku, brosur, iklan, kartun, puisi, lagu, pantomim, drama , teka-teki, permainan dsb.

3. membuat buku

mengarang, membuat komentar atau ringkasan, menjilid dll 4. mempelajari buku

mengumpulkan gambar/barang , kunjungan, membuat kliping, mencari informasi lebih lanjut, musik , mengintegrasikan dengan pelajaran lain, membuat teka-teki dsb.

(9)

5. mengadakan pertunjukan : drama, panggung boneka dsb.

6. mengadakan kunjungan ke toko buku, penerbitan, percetakan, perpustakaan

dsb

7. kampanye buku terbaik ( poster, pidato dsb.)

8. mengadakan tukar menukar buku

9. menulis surat ke pengarang/ilustrator

10. mengadakan pesta/bazar/pameran/lomba berkaitan dengan bacaan

PENGELOLA PROGRAM DAN KEAHLIAN YANG DIPERLUKAN

Dalam organisasi-organisasi bisnis atau nir-laba sekalipun, biasanya ada departemen/unit pemasaran ataupun seorang “humas” (PR) yang bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan promosi dari organisasi tersebut.

Secara sadar atau tak sadar , perpustakaan sebenarnya juga telah sering melakukan kegiatan promosi seperti penyusunan daftar tambahan buku, pameran buku baru, program bimbingan pemakai , lomba minat baca ataupun membantu pengguna memanfaatkan perpustakaan melalui layanan referensi. Namun kegiatan tersebut sering dilaksanakan tanpa rencana, tidak konsisten, tanpa tujuan atau sasaran tertentu. Hal ini terjadi karena tak adanya suatu unit atau tenaga khusus yang ditugaskan dalam mengelola program-program promosi secara keseluruhan. Sebuah perpustakaan akan sangat bergantung pada besar cakupan pekerjaan maupun jumlah staf yang tersedia, untuk dapat menentukan siapa yang akan mengelola promosi perpustakaan. Dalam sebuah perpustakaan yang kecil, kepala perpustakaan yang harus bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan promosi dengan dibantu seluruh atau beberapa staf yang ada. Sebuah perpustakaan sedang, akan menunjuk salah satu staff tertentu, seperti referensi untuk mengelola program-program promosi. Sedangkan dalam perpustakaan yang cukup luas cakupan tugasnya. sangat dimungkinkan untuk dibentuk suatu unit tersendiri dalam mengelola dan mengatur strategi pemasaran termasuk promosi perpustakaan.

Tentunya dibutuhkan keahlian-keahlian tertentu dalam melaksanakan masing-masing bentuk promosi. Sebagai pustakawan, tak perlu semua keahlian yang dibutuhkan harus dimiliki oleh pengelola dari program-program promosi. Keahlian-kahlian tertentu dapat dilakukan oleh staf perpustakaan yang memiliki bakat-bakat yang sesuai. Jika keahlian tersebut tak dimiliki oleh staf perpustakaan, perpustakaan dapat menyesa para ahli atau menyerahkan pekerjaan untuk dilaksanakan oleh suatu perusahaan tertentu untuk melaksanakan.

Beberapa keahlian khusus yang dibutuhkan adalah : (1) jurnalistik, yang dalam hal ini termasuk pengetahuan dan ketrampilan menyusun brosur/buletin, mengedit, menulis di media massa, majalah, cetak -mencetak, penerbitan ataupun menyusun naskah video dsb.

(2) teknologi pandang dengar, yang mencakupi pengetahuan fotografi, produksi film/video termasuk akting dan penyutradaraan., pembuatan “homepage” dsb (3) desain, untuk dapat membuat poster, mengatur “lay-out” brosur, membuat suvenir dll. (4) teknik pameran,

(10)

termasuk mengatur ruang, penggunaan perabot , penyinaran dan lain-lain. (5) tata ruang, yang diperlukan untuk memberikan suasana ruang yang nyaman dan aman, termasuk sistem pengaturan rambu-rambu perpustakaan. Yang terakhir dan sangat penting adalah (6) komunikasi, yang diperlukan oleh setiap pustakawan untuk dapat meng-komunikasikan perpustakaan pada pengguna., baik melalui dialog perorangan, diskusi maupun, berbicara di muka umum.

MEMBUAT PERENCANAAN PROMOSI PEPUSTAKAAN

Kegagalan yang sering dialami dalam promosi perpustakaan adalah kurang adanya

perencanaan yang matang, yang tertuang dalam suatu proposal tertulis. Dalam perencanaan proposal 5 hal yang perlu diingat untuk dipikirkan dan dituangkan adalah:

SIAPA, APA, MENGAPA, KAPAN, DIMANA dan BERAPA.

SIAPA

Siapa yang menjadi penanggung jawab dalam mengelola program-program promosi ataupun salah satu aktifitas /proyek promosi, harus dicantumkan secara jelas. Penanggung jawab ini, dibantu dengan beberapa staf, jika diperlukan, yang harus menentukan tujuan/sasaran, metode pelaksanaan dsb. yang akan dituangkan dalam bentuk proposal, sekaligus menjadi koordinator dari pada pelaksanaan program. Siapa pula yang terlibat dalam pelaksanaan, harus pula ditentukan, agar tidak saling melempar tugas. Siapa yang membiayai dan siapa dari pihak luar yang ikut dilibatkan, serta siapa yang menjadi sasaran program merupakan pokok penting yang tak boleh ketinggalan dalam perencanaan kita.

APA

Promosi macam apa yang akan dilaksanakan, tujuan dan sasaran dari program yang akan dicapai, produk/jasa layanan apa yang akan dikenalkan, tentunya juga menjadi inti dari promosi itu sendiri.

MENGAPA

Agar program promosi perpustakaan tersebut dapat memenuhi sasaran yang dikehendaki., perlu dipikirkan latar belakang yang menjadi alasan program tertentu dilaksanakan. Jika suatu program dilaksanakan secara membabi buta tanpa punya alasan tententu, biaya ,waktu dan tenaga akan dapat erbuang sia-sia, karena sasaran tak mengena.

KAPAN

Kapan program dilaksanakan, dilaksanakan secara periodik atau dalam tanggal tertentu, peristiwa tertentu, serta berapa lama dilaksanakan , akan sangat mempengaruhi keberhasilan program.

(11)

Dimana program akan diselenggarakan, di dalam atau di luar ruang perpustakaan, atau malah diluar bangunan perpustakaan, akan juga menentukan metode yang akan digunakan.

BERAPA

Hal terakhir yang tak boleh dilupakan adalah, berapa biaya yang diperlukan untuk membiayai parogram tersebut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Hamilton, Feona. Infopromotion: Publicity and Marketing Ideas for the Information

Profession. Vermont: Gower, 1990

Huck, Charlotte S. et.al. Children’s Literature in the Elementary School. Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers, 1987

Wirawan, Sarah . Promosi dalam Pemasaran Produk dan Jasa Perpustakaan

Perguruan Tinggi., dalam Lokakarya Pengguna dan Promosi Perpustakaan

Perguruan Tinggi, Malang, 25 - 28 Oktober 1993

Surabaya, 3 Nopember 1999

Referensi

Dokumen terkait

atau media kontras (yodium as (yodium) ) yan yang berkhasi g berkhasiat bakterio at bakteriostati statik sehingga memp k sehingga memperba erbaiki iki kualitas lender

mengatakan selama berada di MTsN guru sering ikut pelatihan baik di kabupaten maupun provinsi, dengan adanya pelatihan guru merasa lebih banyak pengalaman dan

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas diketahui bahwa Base Transceiver Station (BTS), yang dibangun di atas rumah masyarakat sampai ± 13 meter di pemukiman

The students have to memorize all of the material including the vocabulary given by the teacher in long term memory, but forgetting is a common problem

10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU

TWA Gunung Pancar mengalami perubahan sistem tata kelola, dari private governance (sebelum 1993) menjadi governance by government (setelah 1993).Sebelum tahun 1993, TWA

Perdagangan herpetofauna sebagai bahan obat tradisional paling banyak ditemukan di Kota Padang, namun pedagang dan beberapa pasokan herpetofauna tersebut justru

Saya selalu menekankan bahwa kita sebagai seorang suster tua harus pandai- pandai ya mencari variasi pengolahan rohani dan supaya tetap mantap dalam memperjuangkan hidup