• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA SIKAP DEMOKRATIS SISWA

SMP MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO Oleh :

Elly Hasan Sadeli, S.Pd., M.Pd

ABSTRAK

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara muda dalam memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat di segala bidang kehidupan. Oleh karena itu, setiap generasi muda harus memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan mengembangkan sikap yang sejalan dengan demokrasi konstitusional. Sikap ini harus dipelihara dan dipupuk melalui perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Sehingga dapat menunjukkan kematangan dalam sikap, tindakan, perbuatan, ucapan maupun pola berpikirnya yang demokratis.

Kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi

Pendahuluan

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN, 2003: 5). Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, maka manusia (peserta didik) yang diharapkan adalah manusia/peserta didik yang bermoral dan mempunyai kecerdasan, serta bertanggung jawab.

Dengan diberikannya mata pelajaran yang bermuatan nilai, moral, dan norma yang merupakan disiplin pendidikan kewarganegaraan, diharapkan salah satunya dapat membina sikap demokratis generasi muda, mencegah mereka melakukan tindakan yang menyimpang, melanggar norma hukum, kesusilaan, kesopanan atau norma agama. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Djahiri sebagai berikut. “Di manapun dan kapanpun sama/mirip, ialah program dan rekayasa pendidikan untuk membina dan membelajarkan anak didik menjadi warga negara yang baik, iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat/mantap, sadar dan mampu membina serta melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat, bangsa dan negaranya, taat asas/ketentuan (rule of law), demokratis, dan partisipasi aktif-kreatif-positif dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat-bangsa-negara madani (civil society) yang

(2)

menjunjung tinggi hak asasi manusia serta kehidupan yang terbuka-mendunia (global) dan modern tanpa melupakan jati dirinya (CICED, 1999: 58)

Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan bahwa Citizenship education or civic education didefinisikan sebagai berikut:

Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process.

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warganegara tersebut.

Seluruh rakyat hendaknya menyadari bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana yang selama ini dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami. Sebagaimana ditegaskan Alexis de Toqueville (Branson, 1998:2):

“...each new generation is a new people that must acquire the knowledge, learn the skills, and develop the dispositions or traits of private and public character that undergird a constitutional democracy. Those dispositions must be fostered and nurtured by word and study and by the power of example. Democracy is not a “machine that would go of itself,”but must be consciously reproduced, one generation after another”.

Kutipan tersebut di atas menegaskan bahwa setiap generasi adalah masyarakat baru yang harus memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan mengembangkan karakter atau watak publik maupun privat yang sejalan dengan demokrasi konstitusional. Sikap mental ini harus dipelihara dan dipupuk melalui perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Demokrasi bukanlah “mesin yang akan berfungsi dengan sendirinya”, tetapi harus selalu secara sadar direproduksi dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

(3)

Salah Satu tuntutan dalam peningkatan sumber daya manusia itu adalah peningkatan sikap dan perilaku warga negara yang demokratis, karena salah satu cita-cita kehidupan bangsa dan negara Indonesia adalah terwujudnya suatu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Tujuan tersebut dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang berhasil (efektif), yang melibatkan seluruh komponen pembelajaran yang tepat. Kurikulumnya dirumuskan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan, mengacu pada tujuan instruksional/kompetensi-kompetensi, yang menyeimbangkan antara materi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Peran pelajar tidak kalah pentingnya, dituntut kemampuannya untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran, serta tersedianya media pembelajaran. Guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran dengan tepat, yang mencakup aspek tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pendahuluan di atas, dirumuskan fokus masalah penelitian, yaitu: “Bagaimana Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina sikap demokratis siswa?. Selanjutnya disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pembelajaran PKn yang diberikan oleh guru dalam membina sikap demokratis siswa?

2. Bagimana Kendala pembelajaran PKn dalam membina sikap demokratis siswa?

3. Bagaimana upaya dalam membina sikap demokratis siswa?

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkapkan peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina sikap demokratis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1) Mendeskripsikan tentang

(4)

pembelajaran PKn yang diberikan oleh guru dalam membina sikap demokratis siswa; 2) Mengidentifikasi kendala pembelajaran PKn dalam membina sikap demokratis siswa; 3) Mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru dalam membina sikap demokratis siswa.

Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran Pkn dalam membina sikap demokratis siswa. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, diantaranya: 1. Bagi guru PKn, penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penerapan

pembelajaran PKn dalam membina sikap demokratis siswa

2. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan wahana untuk menggali potensi, melatih keterampilan belajar dan keterampilan sosial (social skill) siswa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat sehingga siswa memiliki sikap demokratis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut;

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan Observasi, Wawancara, Studi Dokumentasi dan Studi Literatur. Proses analisis

(5)

data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penelitian, mulai dari 1) reduksi data, 2) display data, 3) pengambilan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dibelajarkan melalui kondisi yang Demokratis

Proses pembelajaran PKn dalam membina sikap demokratis yang dilaksanakan guru biasanya dengan mengorganisasikan materi pembelajaran PKn, serta tidak selalu terfokus pada materi yang terdapat dalam buku sumber (buku pelajaran), tetapi setiap materi pembelajaran yang disampaikan selalu dikaitkan dengan realita kehidupan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sehari-hari. Dalam hal ini, guru mendorong siswa menceritakan dan berdialog tentang pengetahuan, pengalaman dan hasil pengamatan langsung terhadap suatu hal di lingkungannya; mencari dan menganalisis kasus/isu aktual dan gambar dari media massa; diberi tugas untuk menelaah kegiatannya sehari-hari; dan menjelaskan materi yang diajarkan serta contoh-contoh penerapannya dalam kehidupan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat bahwa dalam kegiatan pembelajaran PKn guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai permasalahan atau isu kewarganegaraan. Isu-isu kewarganegaraan yang dimaksud dapat berasal dari lingkungan sekitar siswa, maupun lingkungan secara luas. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan suasana yang demokratis kepada siswa.

Sebagaimana Hasil penelitian CCE tahun 1999 seperti yang diungkapkan oleh Winataputra & Budimansyah (2007:31) bahwa kewarganegaraan yang baik memiliki kemampuan untuk berpikir kritis tentang isu-isu dimana disana akan banyak opini-opini yang berbeda dan melaksanakan nilai-nilai demokrasi dengan seksama dan mempertimbangkan masalah-masalah.

Senada dengan pendapat Zamroni (2001:7) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi

(6)

adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.

2. Keterbatasan Pengetahuan dan Informasi Siswa menjadi Kendala Utama Hasil penelitian menunjukkan bahwa, guru PKn mengakui keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap sikap demokratis siswa dalam menyampaikan pendapat yang diajukan. Oleh karena itu guru secara simultan menstimulasi siswa dengan mengedepankan pembelajaran yang demokratis bagi siswa.

Soemantri (2001:245) mempertegas bahwa kurang bermaknanya Pendidikan Kewarganegaraan bagi siswa dikarenakan masih dominannya penerapan model pembelajaran konvensional seperti ground covering technique, indoktrinasi, dan narrative technique dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehari-hari. Sementara itu, Budimansyah (2008:180) mengemukakan beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut antara lain sebagai berikut : Pertama, proses pembelajaran lebih menekankan pada dampak instruksional (international effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitif saja. Pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Kedua, pengolahan kelas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui pelibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar bermakna (meaningfull learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa. Ketiga, pelaksanaan ekstra-kurikuler sebagai wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek

(7)

pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam kehidupan yang demokratis dan sadar hukum.

3. Iklim Demokrasi dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melatih Siswa untuk Membiasakan Bersikap Secara Demokratis

Berdasarkan deskripsi penelitian terungkap bahwa, dengan proses pembelajaran PKn yang berorientasi pada iklim demokratis, secara langsung siswa sudah terlatih untuk terbiasa bersikap secara demokratis dalam menanggapi setiap permasalahan yang ada di lingkungan sekolah, masyarakat maupun isu-isu kewarganegaraan yang terjadi dalam lingkup nasional. Selain itu, respon siswa cukup positif terhadap penyajian isu-isu aktual tersebut. Hal itu terlihat dari keterlibatan siswa dalam menanggapi isu-isu yang disampaikan guru dan munculnya gagasan-gagasan siswa yang dikemukakan dengan sikap demokratis. Hal ini sesuai dengan tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai berikut:

a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu-isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:2)

Tujuan-tujuan tersebut senada dengan pendapat Djahiri (1996:8) bahwa melalui mata pelajaran PKn diharapkan peserta didik:

a. Nalar akan konsep dan norma Pancasila dalam berbagai fungsi dan perannya. Pancasila sebagai falsafah idiil yuridis konstitusional ideologi negara, etika politik berbangsa dan bernegara serta sebagai pandangan hidup dan jati diri manusia/masyarakat Indonesia dalam berbagai kehidupannya (astagatra kehidupan).

b. Melek konstitusi (UUD 1945) dan perangkat hukum yang berlaku dalam negara Republik Indonesia.

c. Menghayati dan meyakini tatanan nilai dan moral yang termuat dalam sub a dan sub b.

(8)

d. Mengamalkan dan membudayakan hal tersebut sebagai sikap perilaku diri dan kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar.

Sedangkan fungsi dari mata pelajaran PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Dengan demikian, secara umum mata pelajaran PKn memiliki tujuan untuk mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik (to be good citizenship). Menyadari pentingnya pembelajaran PKn dalam membina sikap demokratis siswa, selain dengan menyampaikan isu-isu aktual pada saat mengawali pembelajaran PKn, juga dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang merangsang sikap demokratis siswa terhadap berbagai persoalan kehidupan yang terjadi baik di lingkungan sekitar siswa, maupun di lingkungan yang lebih luas.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Proses pembelajaran PKn dilaksanakan oleh guru dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai permasalahan atau isu kewarganegaraan. Isu-isu kewarganegaraan yang dimaksud dapat berasal dari lingkungan sekitar siswa, maupun lingkungan secara luas. Sehingga hal tersebut cukup berperan dalam membina sikap demokratis siswa.

2. Kendala-kendala dalam proses pembelajaran PKn adalah keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki siswa cukup berperan dalam membina sikap demokratis siswa dalam menyampaikan pendapat yang diajukan.

3. Proses pembelajaran PKn diupayakan berorientasi pada iklim demokratis, hal tersebut dimaksudkan agar siswa terlatih untuk terbiasa bersikap secara demokratis dalam menanggapi setiap permasalahan yang ada di lingkungan sekolah, masyarakat maupun isu-isu kewarganegaraan yang terjadi dalam lingkup nasional. Selain itu, respon siswa cukup positif terhadap penyajian

(9)

isu-isu aktual tersebut. Hal itu terlihat dari keterlibatan siswa dalam menanggapi isu-isu yang disampaikan guru dan munculnya gagasan-gagasan siswa yang dikemukakan dengan sikap yang demokratis.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dirumuskan saran-saran sebagai masukan untuk guru mata pelajaran PKn, siswa dan Kepala SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto, antara lain :

1. Bagi guru PKn

a. Setiap guru diharapkan memberikan multivariasi metode dalam melakukan kegiatan pembelajaran PKn di kelas kepada siswa. Sehingga kegiatan pembelajaran PKn bisa lebih menarik bagi siswa.

b. Guru harus terus menstimulasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan mengedepankan sikap demokratis siswa, sehingga siswa terbiasa dengan sikap demokratis dalam kehidupannya di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

c. Guru diupayakan seoptimal mungkin untuk memenfaatkan media yang ada, sehingga pembelajaran PKn bisa lebih menarik siswa untuk berperan aktif.

2. Bagi siswa

a. Siswa diharapkan agar dapat lebih meningkatkan sikap demokratisnya, dengan mengutamakan sikap menghargai dan menghormati setiap pendapat orang lain.

b. Sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah harus dimanfaatkan secara optimal oleh siswa untuk meningkatkan pengetahuannya, khususnya untuk pembelajaran PKn

c. Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan kreatif, sehingga kegiatan pembelajaran PKn tidak menjenuhkan.

d. Siswa diharapkan tidak lekas merasa puas dengan nilai yang diperoleh, melainkan terus berusaha meningkatkan pengalaman belajar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

(10)

Adanya peningkatan kualitas serta frekuensi pembinaan dari Kepala Sekolah yang berkesinambungan, baik itu secara kekeluargaan maupun secara kedinasan terhadap guru PKn, maupun guru lainnya. Sehingga kinerja guru-guru dapat dikontrol dengan baik.

Daftar Pustaka

Branson, M. S. (1998). The Role of Civic Education, A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network.

Cresswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publication.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kompetensi Standar Mata Pelajaran Kewarganegaraan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.

Djahiri, A.K. (1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung, Laboratorium PMP IKIP Bandung.

Miles, B. Matthew dan Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Pers).

Soemantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Winataputra, Udin S dan Budimansyah Dasim. (2007). Civic education. Bandung: Program Pascasarjana UPI

Zamroni. (2001) Pendidikan Untuk Demokrasi, Tantangan Menuju Civil Society Biograf Publishing

(11)

BIODATA PENULIS

1. Nama Lengkap : Elly Hasan Sadeli, S.Pd., M.Pd 2. Tempat/Tgl. Lahir : Lebak, 25 Mei 1985

3. Instiusi/tempat kerja : Universitas Muhammadiyah Purwokerto 4. Fakultas/Program Studi : KIP/PPKN

5. Alamat Rumah : Perum Puri Mersi Baru No. B.2 Jl. Sitihinggil 3 Purwokerto

6. No HP : 081646974351

7. Email : raishasadeli2011@gmail.com 8. Riwayat Pendidikan :

No.

Jenjang Bidang Studi Universitas Lulus Tahun 1. S1 Pendidikan Kewarganegaraan UPI 2008 2. S2 Pendidikan Kewarganegaraan UPI 2010 3.

Referensi

Dokumen terkait

Thermophysical properties of

Tujuan dari sistem informasi yaitu menginformasikan pengambilan keputusan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan dan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengisolasi selulosa dari batang pisang dengan menggunakan metode kimia mekanik, selanjutnya selulosa dicampurkan dengan pati

Meskipun keanekaragaman jenis di lokasi dengan tingkat gangguan rendah lebih tinggi daripada lokasi dengan gangguan sedang dan tinggi, namun jika dilihat dari jumlah individu

Penernpan metode derau neutron pada daya tinggi untuk teras kelja RSG-GAS merupakan modal awal pengalaman yang berguna untuk terns ditindaklanjuti dalam penelitian yang lebih

Sehingga penulisan sejarah yang membahas mengenai perjuangan kemerdekaan RI tidak banyak ditulis oleh para sejarawan, terutama yang berkaitan dengan peran

Menurut Schaufeli (2011), karyawan yang memiliki engagement tinggi akan lebih baik dalam menampilkan kinerja karena mereka proaktif, merasa berkompeten sehingga membuat

SMA Santa Maria merupakan bidang pendidikan yang cara pengolahan data pendaftaran siswa baru d an penilaian siswa masih dilakukan secara manual, seperti pendataan