• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai obyek pengamatan usahatani dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu: (1) Pola usahatani, (2) Tipe Usahatani, (3) Corak Usahatani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sebagai obyek pengamatan usahatani dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu: (1) Pola usahatani, (2) Tipe Usahatani, (3) Corak Usahatani"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pembelajaran Klasifikasi Usahatani 1. Capaian Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari semua materi dalam modul ini, mahasiswa diharapkan mampu : Memahami dan menjelaskan pengertian berbagai Klasifikasi Usahatani

Upaya untuk memahami capaian pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pelajari dengan seksama semua materi pelajaran yang dijelaskan di dalam kegiatan pembelajaran dari modul ini,

b. Kerjakan semua Soal-soal latihan dan Soal-soal Evaluasi yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran, dengan tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu. Setelah selesai saudara kerjakan semua Soal Latihan dan Soal Evaluasi yang ada, saudara bisa melihat kunci jawaban yang tersedia. Jika jawaban yang sudara peroleh tingkat kebenarannya kurang dari 80%, maka saudara disarankan untuk mempelajari kembali uraian kegiatan pembelajaran dari modul yang terkait, dan jika tingkat kebenaran jawaban saudara telah mencapai 80%, saudara sudah bisa melajutkan mempelajari kegiatan pembelajaran atau modul berikutnya.

c. Lengkapi pemahaman saudara, dengan membaca kembali secara seksama rangkuman yang ada di setiap pembelajaran pada modul yang bersangkutan.

2. Materi Pelajaran ”Pengertian Klasifikasi Usahatani”

Klasifikasi usahatani, menurut Suratiyah, K. (2006) terjadi karena adanya perbedaan faktor fisik, ekonomis dan faktor lain. Faktor fisik, diantaranya adalah iklim, topografi, ketinggian tempat diatas permukaan laut, dan jenis tanah. Faktor fisik tersebut menyebabkan adanya tempat-tempat tertentu yang hanya mengusahakan tanaman tertentu pula, karena pada dasarnya masing-masing jenis tanaman selalu membutuhkan syarat-syarat tertentu pula. Faktor ekonomis yang menjadi penyebab antara lain adalah, permintaan pasar, pembiayaan, modal yang tersedia dan resiko yang dihadapi akan membatasi petani dalam berusahatani, sedangkan faktor lainnya yang memengaruhi antara lain, hama penyakit, sosiologis, dan sebagainya yang akan menentukan dan membatasi suatu usahatani.

Sebagai obyek pengamatan usahatani dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu: (1) Pola usahatani,

(2) Tipe Usahatani, (3) Corak Usahatani

(2)

(4) Bentuk Organisasi Usahatani (1) Pola Usahatani

Ditinjau dari polanya, diketahui terdapat dua pola usahatani, yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering. Pada lahan sawah ada beberapa macam yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya, yaitu:

➢ Sawah dengan pengairan teknis,

➢ Sawah dengan pengairan setengah teknis, ➢ Sawah dengan pengairan sederhana, ➢ Sawah dengan pengairan tadah hujan,

➢ Sawah pasang surut, yang umumnya berada di muara sungai

Menurut Suratiyah, K. (2006) Pola usahatani dapat ditentukan menurut banyaknya cabang usahatani yang diusahakan. Pola usahatani ini bisa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (a) usahatani khusus, (b) usahatani tidak khusus dan (c) usahatani campuran. a. Usahatani Khusus

Usahatani khusus adalah usahatani yang mengusahakan satu cabang usahatani saja, misalnya: usahatani padi sawah, usahatani tanaman pangan, usahatani peternakan atau usahatani perikanan.

b Usahatani Tidak Khusus

Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha secara bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas dan jelas. Hal ini dilakukan, terutama jika petani memiliki berbagai macam jenis tanah, seperti tanah swah, tanah darat, padang rumput, kolam dan sebagainya.

c. Usahatani Campuran

Usahatani campuran merupakan usahatani yang diusahakan secara bercampur antara tanaman dengan tanaman, tanaman dengan ternak, tanaman dengan ikan, dan sebagainya. Usahatani ini juga dikenal dengan tumpang sari, misalnya tumpang sari antara jagung dengan kacang tanah, tumpang sari antara padi dan ikan. Kombinasi antara tanaman dan ternak dikenal dengan istilah mixed farm.

Keuntungan Usahatani Campuran:

• Ternak memberikan tenaga kerja dalam waktu-waktu tertentu, • Ternak memberikan makanan berupa protein

(3)

Pemilihan usahatani khusus atau tidak khusus ini ditentukan oleh: • Kondisi lahan,

• Musim iklim setempat, • Pengairan,

• Kemiringan lahan, • Kedalaman lahan

Pemilihan secara khusus dilakukan berdasarkan keadaan tanah menyangkut kelangsungan produksi dan pertimbangan keuntungan. Pemilihan tidak khusus dilakukan oleh petani karena dipaksa oleh keadaan lahan yang dimiliki, misalnya bila petani meiliki sawah, tanah kering dan kolam, maka pilihan komoditi yang terbaik adalah yang menyebabkan kenaikan produk dari yang satu diikuti oleh kenaikan produk cabang usahatani yang lain.

(2) Tipe Usahatani

Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan atas macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.:

(a) Macam Tanaman ➢ Usahatani padi

➢ Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung) (b) Pola Tanan

➢ Usahatani Monokultur

Usahatani monokultur ini adalah usahatani yang mengusahakan hanya satu jenis tanaman pada suatu lahan. Pola tanam monokultur ini banyak diusahakan oleh petani sayuran yang memiliki lahan khusus. Pola tanam ini sudah mengacu ke arah komersialisasi tanaman, sehingga perawatan tanaman dilakukan dengan sunggu-sungguh (Nazaruddin, 1994)

Penataan tanaman secara monokultur, diatas tanah tertentu dalam waktu tertentu, hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah tanaman dipanen, maka tanah yang bersangkutan ditanami lagi dengan jenis tanaman yang sama atau jenis tanaman lain, dengan penataan pertanaman secara bergilir (Tohir, K., 1991).

➢ Usahatani Tumpang Sari

Usahatani tumpang sari merupakan pola penanaman campuran antara dua atau lebih jenis tanaman dalam suatu luas lahan tertentu, yang ditanam pada satu

(4)

periode musim tanam. Pola usahatani tumpang sari dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Pada umumnya pola tanam tumpang sari diterapkan untuk tanaman semusim dengan tanaman tahunan, yang nantinya menjadi tanaman pokok (Nazaruddin, 1994).

Pola tanam tumpang sari bisa berhasil dengan baik, jika pirinsip-prinsip dalam tumpangsari dapat dipertahankan, diantaranya meliputi:

• Tanaman yang ditanam secara tumpang sari, dua atau lebih tanaman mempunyai umur yang tidak sama,

• Jika tanaman yang ditumpang sarikan mempunyai umur yang hampir sama, maka sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda,

• Terdapat perbedaan kebutuhan air, cahaya dan unsur hara, • Diantara tanaman tersebut mempunyai perbedaan perakaran.

Menurut Hernanto (1996), tumpang sari mempunyai keuntungan, antara lain: • Bisa mengurangi resiko kerugian yang disebabkan oleh fluktuasi harga, • Bisa menekan biaya operasional, seperti tenaga kerja dan biaya pemeliharaan, • Bisa meningkatkan produktifitas tanah sekaligus memperbaiki sifat tanah. ➢ Usahatani Tumpang Gilir

Usahatani tumpang gilir merupakan pola penanaman campuran antara dua atau lebih jenis tanaman dalam suatu luas lahan tertentu, yang ditanam secara bergilir pada satu periode waktu (umumnya 1 tahun). Setiap tanaman dipengaruhi oleh kondisi iklim untuk pertumbuhannya, yang meliputi kelembaban dan curah hujan. Pola usahatani tumpang gilir ini juga dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan lahan semaksimal mungkin, pada satu periode waktu tertentu. Menurut Tohir, K. (1991) setiap tanaman memerlukan kondisi fisik tertentu untuk hidup dan berkembang dengan baik. Faktor fisik ini sangat memengaruhi tipe suatu usahatani yang terdiri atas iklim, tanah dan topografi. Jika faktor fisik di suatu tempat tidak sesuai dengan jenis tanaman yang diusahakan oleh petani, maka petani tersebut harus mengubah dengan jenis tanaman lain, atau pindah ke daerah lain yang sesuai dengan jenis tanaman yang diusahakan.

a. Pengaruh Iklim

Hal penting dari iklim yang banyak memengaruhi tipe usahatani ialah: curah hujan, temperatur, pancaran sinar matahari, kelembaban dan curah hujan yang

(5)

mencakup jumlah curah hujan selama setahun, penyebaran curah hujan, dan variasinya dari tahun ke tahun. Dalam hal ini tiap tanaman memerlukan curah hujan tertentu sebagai syarat untuk bisa tumbuh dengan baik.

b. Pengaruh Tanah

Tanah pada setiap tempat berbeda tingkat kesuburannya, tekstur, ketebalan dan dalamnya lapisan tanah. Setiap jenis tanaman memerlukan syarat-syarat tertentu untuk bisa tumbuh dengan baik. Ada tanaman yang hanya bisa tumbuh pada tanah yang subur dan ada pula yang dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur. c. Pengaruh Topografi

Pengaruh topografi pada tipe usahatani berhubungan erat dengan iklim dan tanah. Perbedaan tinggi tempat diatas permukaan laut menyebabkan perubahan pada iklim. Makin tinggisuatu tempat dari permukaan laut, makin rendah suhunya dan makin panjang masa tumbuhnya. Hal ini harus ada perbedaan tipe usahatani di dataran tinggi dengan di dataran rendah. Tanah-tanah subur umumnya terdapat di dataran rendah.

(3) Corak Usahatani

Tujuan kegiatan usahatani berbeda, karena pengaruh lingkungan alam dan kemampuan pengusahanya. Ada petani yang yang kegiatannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, yang disebut dengan usahatani pencukup kebutuhan keluarga (subssistences

farms), dan ada pula yang kegiatannya ditujukan untuk mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya, yang disebut usahatani komersial (commercial farm).

Para ahli telah banyak mengemukakan pendapatnya untuk membedakan apakah suatu usahatani tergolong subsisten atau komersil. Salah satu ukuran itu adalah tidakan ekonomi petani dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktor produksi tersebut antara lain, penggunaan tenaga kerja, penggunaan benih unggul, dan lain-lain, dapat dijadikan indikator apakah usahatani tersebut bersifat subsisten atau komersil, semakin banyak atau intensif penggunaan faktor produksi, dapat merupakan indikator bahwa usahatani tersebut dikelola secara komersil.

(4) Bentuk Organisasi Usahatani

Menurut bentuk organisasinya usahatani ini bisa dibedakan menjadi tiga bentuk usahatani, yaitu: usahatani individual, usahatani kolektif dan usahatani kooperatif.

(6)

a. Usahatani Individual

Usahatani individual atau sering juga dinyatakan sebagai usahatani perorangan, ialah usahatni yang seluruh proses pengelolaannya dikerjakan sendiri oleh petani bersama dengan keluarganya, mulai dari perencanaan, pengolahan tanah, hingga pemasaran diputuskan dan dilakukan sendiri oleh petani yang bersangkutan.

b. Usahatani Kolektif

Usahatani kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok, kemudian hasilnya berupa keuntungan dibagi, baik dalam bentuk natura maupun dalam bentuk uang. Contoh usahatani kolehtif ini adalah usahatani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).

c. Usahatani Kooperatif

Usahatani kooperatif ialah usahatani yang setiap proses produksinya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan bersama oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi, pembuatan saluran air, pengendalian hama dan penyakit tanaman dan pemasaran hasil. Contoh usahatani kooperatif yang ada di Indonesia ini adalah PIR (Perkebunan Inti Rakyat) yang merupakan bentuk kerjasama antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar.

3. Rangkuman

Klasifikasi usahatani, menurut Suratiyah, K. (2006) terjadi karena adanya perbedaan faktor fisik, ekonomis dan faktor lain. Faktor fisik, diantaranya adalah iklim, topografi, ketinggian tempat diatas permukaan laut, dan jenis tanah.

Secara garis besar klasifikasi terbagai menjadi: (1) Pola Usahatani, yang terbagi menjadi: usahatani khusus, usahatani tidak khusus dan usahatani campuran, (2) Tipe Usahatani yang terbagi menurut jenis tanaman yang diusahakan, dan menurut pola tanamnya yang terbagi menjadi usahatani monokultur, usahatani tumpang sari dan usahatani tumpang gilir, (3) menurut coraknya terdiri atas usahatani subsisten dan usahatani komersial, selanjutnya ke (4) menurut bentuk organisasinya dibagi menjadi usahatani individual, usahatani kolektif dan usahatani kooparatif.

4. Latihan Soal

1. Jelaskan pola usahatani pada lahan sawah yang saudara ketahui. 2. Jelaskan perbedaan pola usahatani tumpang sari dengan tumpang gilir.

(7)

5. Evaluasi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling benar. (1) Klasifikasi usahatani bisa terjadi karena faktor ekonomis, antara lain:

(a) keadaan pasar, permintaan modal, biaya yang tersedia dan resiko yang dihadapi (b) permintaan pasar, pembiayaan, modal yang tersedia dan resiko yang dihadapi (c) permintaan pasar, permintaan modal, konsumen dan resiko yang dihadapi (d) permintaan modal, pembiayaan, proses produksi dan resiko yang dihadapi (2) Menurut banyaknya cabang usahatani, pola usahatani bisa dibagi menjadi: (a) (1) usahatani sayuran, (2) usahatani pekarangan, (3) usahatani campuran (b) (1) usahatani khusus, (2) usahatani padi sawah, (3) usahatani campuran (c) (1) usahatani sayuran, (2) usahatani padi sawah, (3) usahatani campuran (d) (1) usahatani khusus, (2) usahatani tidak khusus, (3) usahatani campuran (3) Menurut pola tanamnya, usahatani terbagi menjadi:

(a) usahatani campuran, usahatani tumpang sari, dan usahatani tumpang gilir (b) usahatani komersial, usahatani padi sawah, dan usahatani tumpang gilir (c) usahatani monokultur, usahatani tumpang sari, dan usahatani tumpang gilir (d) usahatani komersial, usahatani campuran, dan usahatani tumpang gilir. (4) Menurut tujuan kegiatan usahatani, corak usahatani dapat terbagi menjadi: (a) usahatani komersial dan usahatani campuran

(b) usahatani subsisten dan usahatani komersial (c) usahatani subsisten dan usahatani tumpang sari (d) usahatani subsisten dan usahatani kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan dari sistem tersebut dalam menciptakan

Brand Activation merupakan sebuah aktifitas yang mampu memadukan seluruh bentuk komunikasi pemasaran.. Dalam mencapai sebuah

Penelitian dalam kasus pertumbuhan ekonomi dengan model ekonometrika spasial data panel pernah dilakukan oleh Edi (2012) yang memodelkan laju pertumbuhan ekonomi

10Base5, which is part of the IEEE 802.3 baseband physical layer specification, has a distance limit of 1640 feet - 500 meters - per

Dalam kajian ini, terdapat empat hipotesis nol yang diuji: (i) Tidak wujud hubungan yang signifikan antara deposit permintaan perbankan Islam dengan kadar pulangan

Berdasarkan hasil analisa data dan perhitungan yang telah dilakukan, kesimpulan dari perencanaan perlindungan Pantai Tanjung Nipah yaitu:. Pantai Tanjung Nipah telah

In these cases, the classical monitoring methods may prevent fetal and/or neonatal death, but they may not prevent the sequelae of chronic hypoxia because the serious damage to

yang membantu petani dalam mengelola usaha tani tebu dengan sistem TRI. kecuali Pabrik Gula sebagai