• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang masalah

Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan orang-orang yang mengalami kegagalan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Mereka gagal memenuhi norma-norma yang ada dalam masyarakatnya, sehingga pada akhirnya gagal menaati aturan-aturan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Kegagalan seseorang dalam bidang hukum disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena tidak terpenuhinya kebutuhan biologis atau sosial psikologinya. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dapat mengakibatkan seseoarang menjadi nekad lalu melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya mereka dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan. Hidup dengan peraturan tata tertib yang ketat dan harus dipatuhi. Kebebasaan bergeraknya dibatasi, bergabung dengan orang-orang yang perasaan terancam yang berpikirkan normal mengginkan hidup demikian.

Seorang pelanggar hukum yang menginjakkan kaki kedalam tembok penjara akan mengalami masa krisis diri dan perasaan menolak. Keadaan seperti itulah yang dapat meruntuhkan kekuatan mental seseorang yang nampak pada pernyataan jiwa dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Hal inilah yang perlu diperbaiki dalam pembinaan di lembaga pemasyarakatan agar narapidana memiliki sikap dan mental yang baik.

(2)

Lembaga pemasyarakatan (LP) pada awalnya merupakan sistem kepenjaraan, sebagai pelaksana pidana hilang kemerdekaan. Sistem kepenjaraan berasal dari pandangan individualisme yang memandang dan memperlakukan orang terpidana tidak sebagai anggota masyarakat dan merupakan suatu pembalasan dendam masyarakat semata-mata. Hal tersebut tidak sesuai dengan tingkat peradaban serta martabat bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila, tegasnya pada sila kedua yakni kemanusian yang adil dan beradab. Menyadari hal tersebut, sejak 1964 sistem kepenjaraan ditinggalkan dan diganti dengan sistem pemasyarakatan yang ide dan konsepsi dasarnya dicetuskan oleh DR. Soehardjo, SH. Sistem pemasyarakatan timbul karena adanya suatu gagasan bahwa pemasyarakatan dijadikan tujuan daripada pidana penjara. Maka sistem pemasyarakatan merupakan suatu cara pembinaan terhadap peara pelanggar hukum yang melibatkan semua potensi dalam masyarakat, petugas, dan individu pelanggar hukum yang bersangkutan sebagai suatu keseluruhan sehingga objek semata.

Pada tahun 1965, sejak diterima gagasan pemasyarakatan, dapat dikatakan dimulainya babakan baru dalam penanganan terpidana di dalam lembaga pemasyarakatan. Perubahan tersebut antara lain terhadap pandangan terpidana dari orang yang dijaga menjadi orang yang dibina, sedangkan petugas penjara berubah dari orang yang menjaga menjadi orang yang membina (Warta pemasyarakatan, 2008: 22-23).

Pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan tidak terlepas dari proses komunikasi. Dengan berkomunikasi orang dapat mengerti dirinya sendiri dan mengerti orang lain, juga dapat memahami apa yang dibutuhkannya dan apa

(3)

yang dibutuhkan orang lain. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. Melalui komunikasi pula, segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh. Besarnya peranan komunikasi dalam kehidupan manusia memancing timbulnya penelitian secara ilmiah untuk mengetahui jumlah waktu yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang begitu akrab di dalam interaksi sesama manusia adalah bentuk komunikasi antar pribadi.

Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah komunikasi seputar diri seorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun komunikan ( Effendy, 2003 : 57 ). Komunikasi antar pribadi sebagai salah satu bentuk komunikasi adalah salah satu cara yang dipakai dalam pembinaan di lembaga pemasyarakataan. Sesuai dengan cara pembinaan yang melibatkan semua unsur (masyarakat, petugas dan nara pidana) maka proses komunikasi antar pribadi yang terjalin di lembaga pemasyarakataan diharapkan dapat berperan dalam membina dan membentuk kepribadian narapidana.

Peranan Komunikasi Antarpribadi yang dimaksudkan adalah dapat mengajak atau memotivasi napi untuk berubah baik sikap atau tingkah lakunya, maupun pola pikirnya dari semula selalu berpikiran jahat menjadi baik serta mampu menumbuhkan rasa harga diri napi. Dengan demikian setelah masa hukuman napi selesai, dia benar-benar telah siap untuk hidup ditengah-tengah masyarakat.

Sebagai mahluk individu, ia merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan secara keseluruhan dan sebagai mahluk sosial manusia adalah

(4)

bagian dari anggota masyarakat yang selalu berinteraksi. Karena justru dalam interaksi itulah manusia dapat merealisasikan kehidupan secara individual.

Narapidana sebagai mahluk sosial adalah bagian dari masyarakat juga, bedanya dengan anggota masyarakat lainnya adalah untuk sementara waktu kebebasan bergerak mereka dicabut. Walaupun demikian sebagai mahluk sosial yang berinteraksi narapidana menghendaki dapat bergaul dengan masyarakat sekitarnya, ingin kehadirannya diterima dan diperhatikan orang lain.

Peneliti tertarik meneliti mengenai efektivitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan perilaku narapida di LP Kelas II A Kotamadya Binjai, karena narapidana identik sebagai orang yang diasingkan dari masyarakat luas baik selama di dalam penjara maupun sesudah dia bebas dari penjara. Jadi peneliti ingin mengetahui bagaimana pembinaan dan pembetukan pribadi narapidana selama menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.

Alasan peneliti meneliti di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai, karena adanya akses yang mempermudah peneliti untuk meneliti di LP tersebut. Seperti diketahui, untuk meneliti di Lembaga Pemasyarakatan tidaklah mudah dan sangat beresiko.

Berdasarkan hasil survey awal peneliti, penempatan napi di LP ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian atau blok, yaitu pertama, Blok A diperuntukan bagi orang-orang yang masih dalam proses penyidikan kepolisian (dalam status tahanan). Kedua, Blok B diperuntukan bagi orang-orang yang sudah mendapatkan putusan hukuman dari hakim (dalam status pidana). Ketiga, Blok C diperuntukan bagi tahanan wanita. Peneliti memilih utnuk meneliti Blok B,

(5)

karena napi yang ditepatkan di Blok B adalah mereka yang telah mendapat putusan hukuman dari hakim.

Bimbingan yang dilakukan petugas LP saat melaksanakan tugasnya berupa pembimbingan moral, agama, keterampilan dan permasyarakatan. Bimbingan moral dapat berupa pembentukan etika antara sesama narapidana, hubungan narapidana dengan masyarakat sekitar; diberikan dbimbingan agama yaitu pembinaan dalam agama; keterampilan yang diberikan pada narapidana dapat berupa keterampilan menjadi tukang bangunan, mengukir, elektrik dan olah raga; dan permasyarakatan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang efektivitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan perilaku nara pidana di LP Kelas II A Kotamadya Binjai.

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, “Sejauhmanakah efektivitas komunikasi antarpribadi berpengaruh terhadap pembentukkan perilaku narapidana di LP Kelas II A Kotamadya Binjai?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

(6)

1. Penelitian ini dibatasi pada efektivitas komunikasi antarpribadi yang dilakukan petugas/pembina dalam melakukan bimbingan kepada nara pidana.

2. Objek penelitian adalah narapidana yang berada di Blok B LP Kelas II A Kotamadya Binjai.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penlitian, yang menguraikan apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tesebut :

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan petugas/pembina dalam melakukan bimbingan kepada narapidana

2. Untuk mengetahui pembentukan perilaku yang dirasakan napi, yang meliputi aspek afektif, kognitif dan behavioral.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara efektivitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan perilaku narapidana.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau mempeluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai komunikasi antar pribadi.

(7)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontibusi atau masukan yang positif bagi LP Klas II A Kotamadya Binjai.

1.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori (Nawawi, 1995 : 39). Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti.

1.6.1 Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa inggris “communication” berasal dari kata latin “communication” dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Komunikasi merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka menjalin hubungan dengan sesama sehubungan dengan sifat manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Komunikasi digunakan sebagai jembatan yang menghubungkan manusia yang satu dengan yang lainnya (Effendy, 2003 : 27). Dewasa ini, ilmu komunikasi berkembang menjadi ilmu yang dianggap penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kehidupan manusia akibat perkembangan teknologi.

Harold Lasswell (Mulyana, 2005 : 62), menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan mnjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In Which Channel To Whom Wtih What Effect ? (Siapa

(8)

Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigma Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (Effendy, 2004 : 253).

I.6.2 Komunikasi Antarpribadi

Dikutip oleh Liliweri (1991 : 12), Devito menjelaskan komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan telah diterima oleh orang lain atau sekelompok orang lain dengan efek dan efek umpan balik yang berlangsung. Untuk memperjelas pengertian komunikasi antarpribadi Devito memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi :

1. Keterbukaan

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

2. Empati

Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. 3. Dukungan

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membnatu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

(9)

Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi.

5. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan sebagainya.

I.6.3 Efektivitas komunikasi antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan bagian dari komunikasi, oleh karena itu peneliti akan menjelaskan definisi komunikasi menurut (Devito, 1997 : 23), dimana komunikasi didefinisikan sebagai tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirimkan dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Sedangkan, efektivitas komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai taraf tercapainya tujuan komunikasi .(Devito, 1997 : 281). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas komunikasi antarpribadi merupakan taraf tercapainya tujuan komunikasi antara dua orang yang mengirimkan dan menerima pesan, terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

(10)

Menurut Devito (1997 : 231-232), teori self disclosure atau pembukaan diri merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan.

Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebgai berikut :

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang

2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut akan menyukai diri kita, sehingga ia akan semakin membuka diri kepada kita.

3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat-sifat sebagai berikut : kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif dan inteligen.

4. Membuka diri pada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.

5. membuka diri berarti berarti bersikap realistis, maka di dalam pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus, dan autentik.

(11)

Teori Self Disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan seterusnya.

I.6.5 Pembentukan Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.

Skiner membedakan jenis perilaku menjadi : a. Perilaku yang alami (innate behavior)

Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa refleks dan insting.

b. Perilaku operan (operant behavior).

Perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai rekasi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan (Walgito, 2003 : 18).

Perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan

(12)

(Walgito, 2003: 16 - 17). Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight.

Ada tiga efek komunikasi yang mengetahui proses komunikasi,yaitu proses perubahan (Rakhmat, 2004 : 30) :

a) Kognitif

Kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.

b) Afektif

Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekadar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

c) Behavioral

Behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

Pembentukan perilaku juga dapat terjadi karena pengalaman pribadi,pengalaman dari orang lain, atau karena rasa takut pada norma masyarakat. Pada hal ini perubahan perilaku terjadi karena pengalaman pribadi. Bagi individu yang bertanggung jawab penuh, serta tahu apa yang terbaik bagi

(13)

dirinya, seharusnya individu mampu merencanakan perilaku yang lebih baik dan kemudian mewujudkannya selama berada di dalam lembaga. Sama halnya seperti narapidana yang di dalam Lapas yang pada akhirnya mengambil keputusan untuk menolak melakukan kesalahannya lagi setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan. Didalam Lapas narapidana giat mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan aksi jasmani dan rohani dalam membentuk perubahan prilaku mereka selama di dalam Lapas, sehingga terbentuk perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.

I.6.6 Narapidana

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Narapidana merupakan istilah yang diberikan kepada orang-orang yang telah terbukti bersalah secara hukum, dan sudah dijatuhi vonis hukuman berupa kurungan penjara atau hukuman lainnya sesuai dengan pasal dalam undang-undang hukum pidana yang telah dilanggarnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 612).

1.7 Kerangka Konsep.

Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Menurut Nawawi (1995 : 56) kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

(14)

Pembatasan konsep dalam penelitian ini tidak saja untuk menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dalam membatasi penelitian, tapi batasan konsep diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator variabel (Bungin 2005: 92).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1995 : 58).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektifitas komunikasi antarpribadi. 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau dietntukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 58). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembentukan perilaku.

I.8 Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep maka dibentuk suatu model teoritis yaitu :

(15)

ModelTeoritis

I.9 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel terkait sebagai berikut:

Tabel 1. Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X) Komunikasi antarpribadi 1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Rasa positif 5. Kesamaan Variabel Terikat (Y)

Pembentukan perilaku 1. Afektif 2. Kognitif 3. Behavioral Karakteristik responden 1. Usia 2. Agama 3. Tingkat pendidikan 4. Status perkawinan

Variabel Terikat (y) Pembentukan perilaku Variabel Bebas (x)

Komunikasi antarpribadi

(16)

1.10 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas

a. Keterbukaan

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

b. Empati

Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. c. Dukungan

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membnatu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.

d. Rasa Positif

Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi.

(17)

e. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan sebagainya.

2. Variabel terikat a. Afektif

Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekadar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

b. Kognitif

Kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.

c. Behavioral

Behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

3. Karakteristik Responden

(18)

b. Agama, keyakinan agama yang dianut responden meliputi agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.

c. Tingkat pendidikan responden meliputi tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SMU, Akademi dan Universitas.

d. Status perkawinan, meliputi status kawin, tidak kawin, cerai mati ataupun cerai duda pada responden.

1.11 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995 : 43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara efektifitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan kepribadian nara pidana di Blok B LP Klas II A Kotamadya Binjai.

Ha : Terdapat pengaruh antara efektifitas komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan kepribadian nara pidana di Blok B LP Klas II A Kotamadya Binjai.

Gambar

Tabel 1. Variabel Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan adalah

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar Bahasa Jawa materi wayang dengan menggunakan media kartu kata bergambar wayang

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, kelimpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaukan tesis tentang “ Pengaruh Kompensasi dan

Proses anodizing dengan rapat arus yang semakin besar ternyata juga memberikan hasil memiliki kecenderungan yang sama, yaitu semakin besar rapat arus yang

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Rumah Sakit Advent Manado harus selalu berusaha meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan agar dapat bersaing secara sehat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola luka pada korban kecelakaan lalu lintas antara death on arrival (DOA) dan yang dirawat meninggal di RSUP Sanglah tahun

koridor/solid (bertujuan agar debu yang berasal dari solid tidak pindah ke ruang pengolahan liquid yang relatif tidak berdebu) 3. Tekanan diruang produksi non-betalaktam >